Anda di halaman 1dari 20

TOPIKAL APLIKASI FLOUR

Mata Kuliah :

Preventive Dentistry

Disusun Oleh :

Kelompok 10

1. Farda Aulia Adawiyah ( P17125019014 )

2. Rifa Nurul Hanifa ( P17125019033 )

3. Widella Aprianti ( P17125019038 )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


JAKARTA 1

Jl. Wijaya Kusuma No.47-48, RT.8/RW.4, Pd. Labu, Kec. Cilandak, Kota Jakarta
Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12450

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyusun tugas ini
dengan baik.

Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Preventive Dentistry
dengan judul “TOPIKAL APLIKASI FLOUR” di Politeknik Kesehatan Kementrian
Kesehatan Jakarta 1 khususnya dijurusan Kesehatan Gigi.

Terima kasih kami sampaikan kepada Ibu Emini. S.Si.T, MA.Kes. selaku dosen
mata kuliah Preventive Dentistry yang telah membimbing dan memberikan tugas ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini. Demikianlah tugas ini kami susun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Preventive Dentistry.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah
SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Jakarta, 21 Februari 2020

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1

1.3 Tujuan......................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN 3

2.1 Pengertian Topikal Aplikasi Fluor...........................................................................3

2.2 Pelekatan Fluor Pada Email.....................................................................................4

2.3 Obat – obatan atau Larutan Fluor Yang Digunakan.................................................4

2.4 Cara Penggunaan Fluor............................................................................................6

2.5 Efek Samping Pemberian Fluor.............................................................................11

BAB III PENUTUP 13

3.1 Kesimpulan............................................................................................................13

3.2 Saran......................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sampai saat ini diketahui ada sekitar 21 jenis mineral yang diperlukan tubuh,
salah satunya adalah fluorida (fluoride). Fluorida adalah bentuk ionik dari fluorin
yang diperlukan tubuh agar tulang dan gigi menjadi kuat. Fungsi utamanya
mencegah karies gigi. Fluorida merupakan mineral yang sering diiklankan dalam
berbagai jenis produk makanan maupun tapal gigi. Zat gizi mikro ini memang
dibutuhkan untuk kesehatan. Namun, jika berlebihan bisa menyebabkan penyakit
tulang dan gigi, kanker, dan mengurangi kecerdasan anak.

Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi


terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting terutama sekali dalam
pencegahan karies. Ketika fluoride tersedia pada siklus demineralisasi gigi, maka
fluoride tersebut menjadi factor utama yang dapat mengurangi aktivitas karies.
Fluoride menjadi nutrient yang paling penting bagi manusia dan fluoride sendiri
sangat diperlukan walaupun dalam jumlah yang kecil.

Fluoride memberikan pengaruh anti karies. Pemberian fluoride topical harus


dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk anak – anak, dan untuk orang dewasa
yang beresiko tinggi mengalami karies. Gigi harus dibersihkan dahulu sampai
bebas plak sebelum diberikan fluoride topikal. Bahan fluoride topical harus
diberikan sesuai dengan ketentuan yang dikeluarkan oleh perusahaan obat.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang dapat kami simpulkan dari latar belakang diatas
yaitu :

1.2.1 Apa yang dimaksud dengan Topikal Aplikasi Fluor ?


1.2.2 Bagaimana pelekatan fluor pada email ?
1.2.3 Apa saja obat–obatan atau larutan fluor yang digunakan dalam Topikal
Aplikasi Flour ?
1.2.4 Bagaimana cara penggunaan fluor ?
1.2.5 Apa saja efek samping pemberian fluor ?

1
1.3 Tujuan
Adapun tujuan yang kami ingin capai yaitu :

1.3.1 Diharapkan dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Topikal Aplikasi
Fluor.

1.3.2 Diharapkan dapat mengetahui proses pelekatan fluor pada email.

1.3.3 Diharapkan dapat mengetahui obat–obatan atau larutan fluor yang


digunakan dalam Topikal Aplikasi Fluor.

1.3.4 Diharapkan dapat mengetahui cara penggunaan fluor.

1.3.5 Diharapkan dapat mengetahui efek samping pemberian flour.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PengertianTopikalAplikasi Fluor


Topikal Aplikasi Fluor adalah pengolesan langsung fluor yang pekat pada
email. Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan, maka permukaan gigi diolesi
larutan, gel, atau varnish yang dibiarkan mengering selama 4 menit.

Topikal Aplikasi Fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi


larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan
mudah. Topikal Aplikasi Fluor efektif dalam mengurangi frekuensi karies gigi.
Fluoride memberikan pengaruh anti karies. Pemberian fluoride topical harus
dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk anak – anak, dan untuk orang dewasa
yang beresiko tinggi mengalami karies.

Fluoride dalam jumlah kecil dapat meningkatkan ketahanan struktur gigi


terhadap demineralisasi dan hal tersebut sangatlah penting terutama sekali dalam
pencegahan karies. Ketika fluoride tersedia pada siklus demineralisasi gigi, maka
fluoride tersebut menjadi factor utama yang dapat mengurangi aktivitas karies.
Fluoride menjadi nutrient yang paling penting bagimanusia dan fluoride sendiri
sangat diperlukan walaupun dalam jumlah yang kecil.

Pada tahun 1901 seorang dokter gigi Amerika, Dr. F. McKay, menemukan apa
yang dinamakan email yang berbintik (mottled enamel) pada gigi kebanyakan
pasiennya. Ia menggambarkannya sebagai email yang ditandai dengan bintik kecil
putih, atau bintik/daerah kuning atau coklat, yang tersebar tidak beraturan diseluruh
permukaan gigi. Atau seluruh gigi terlihat bagai kertas yang berwarna putih mati
seperti warna piring porselen. Baru pada tahun 30an diketahui penyebab timbulnya
bintik tersebuta dalah kadar fluor air minum yang berlebihan atau lebih dari 2,0
bagian atau 2 mg fluor per liter. Keadaan ini juga dihubungkan dengan rendahnya
prevalensi karies di daerah itu. Penelitian mengenai hal tersebut dilakukan di
Amerika dan Inggris. Istilah fluorisasi gigi lalu dipakai dan penelitian pun segera
diadakan untuk mengetahui manfaat fluor terhadapgigi.

3
Padatahun 1942 Dean dkk menerbitkan hasil penelitian epidemiologi klasik
yang dibuatoleh US Public Health Service. Penelitian dilakukan terhadap anak –
anak umur 12–14 tahun tinggal di 20 kota dan dicari hubungan antara karies yang
terjadi dengan kandungan fluor pada air minum yang digunakan. Hasilnya
menunjukkan bahwa jika kadar fluor dalam air minum kira – kira satu bagian atau
10oF maka gigi penduduk yang berumur panjang di daerah tersebut mempunyai
prevalensi yang terendah tapi tanda-tanda fluorisasi. Kesimpulan hasil penelitian
itu adalah bahwa menurunkan karies dengan menambah fluor dengan kadar optimal
merupakan sesuatu yang mungkin dilakukan.

2.2 Pelekatan Fluor Pada Email


Penyerapan fluor dipengaruhi oleh keadaan email misalnya apakah email
tersebut sehat atau tidak atau apakah proses karies telah menyebabkan lebih porus
karena larutnya subtansi interprismata. Meningkatnya keporusan email akan
memudahkan difusi dan penyerapan fluor. Pada gigi yang baru erupsi emailnya
juga akan menyerap fluor lebih banyak dari pada email yang telah matang.

Agar fluor biasa diikat oleh email, maka fluor tersebut harus diletakkan dalam
bentuk fluor apatit, dimana ion hidroksil digantikan oleh ion fluor. Fluor yang
diperoleh dari cairan jaringan selama periode pembentukan gigi dan dari saliva
serta air minum pada periode paska erupsi diikat email dalam bentuk ini. Akan
tetapi karena rendahnya konsentrasi fluor dalam media ini maka dibutuhkan waktu
lama untuk memperoleh akumulasi fluor apatit yang cukup pada email. Oleh karena
itu tujuan topical aplikasi fluor adalah untuk membentuk fluor apatit dalam jumlah
yang cukup dan waktu yang tidak lama. Hal ini akan sukar dicapai karena ada dua
reaksi yang berbeda yang diperkirakan akan terjadi antara email dan fluor dalam
larutan dan tergantung kepada kadar fluornya. Setelah berkontak dengan
konsentrasi fluor yang relative rendah, misalnya dibawah 75 bps hidroksi apatit
akan berubah menjadi fluor apatit.

2.3 Obat – obatan atau Larutan Fluor Yang Digunakan


Larutan atau obat – obatan fluor yang dipakai dibidang kedokteran gigi untuk
pencegahan karies adalah :

4
2.3.1 Sodium Fluoride / NaF

Menurut Knutson, dalam penyelidikannya dengan topical aplikasi


mempergunakan larutan fluor dalam bentuk sodium fluoride / NaF. Dimana
sodium fluoride ini dipergunakan dalam bentuk larutan dengan air dengan
konsentrasi 2% : 2 mg NaF dalam 100 mg larutan.

Topikal aplikasi dengan NaF 2% ini mempunyai satu seri perawatan


terdiri dari 4 kali kunjungan topical aplikasi dengan fluor dimana jangka
waktunya dari kunjungan 1,2,3, dan 4 adalah 2 – 7 hari. Topikal aplikasi pada
jenis perawatan ini dianjurkan diberikan pada anak – anak umur 3 tahun, 7
tahun, 10 tahun, dan 13 tahun. Pada umur ini perlu diberikan topical aplikasi
karena mempunyai efek profilaksis (tindakan pencegahan).

Pemakainan topical aplikasi dengan larutan NaF ini mempunyai


kekurangan maupun kelebihannya masing-masing yaitu :

Kelebihan :

a) Rasanya cukup enak, tidak pahit, meskipun ada rasa asin.


b) Tidak menimbulkan pewarnaan ekstrinsik.
c) Tidak mengiritasi jaringan gingival.
d) Mendidik penderita untuk melaksanakan disiplin kunjungan kebalai
pengobatan selama satu seri kunjungan.

Kekurangan :

Larutan ini tidak tahan lama, kecuali jika disimpan dalam botol polietilen
dimana botol ini berwarna gelap sehingga tidak tembus cahaya matahari.
Apabila larutan ini disimpan dalam botol tembus cahaya, maka sinar matahari
akan mengadakan reaksi kimia dengan ion fluor yang bebas.

2.3.2 Acidulated-phosphat-fluoride (APF)

Larutan fluor ini terdiri dari 1,2 % larutan fluor didalam 0,1 mg asam
Fosfat. Pemakaian topical aplikasi dengan larutan fluor yang telah diasamkan
ini mempunyai satu seri perawatan yang terdiri dari 2 kali kunjungan untuk
topical aplikasi dalam satu tahun. Disini dikatakan bahwa lebih sering topical

5
aplikasi dilakukan, akan lebih efektif pula hasil timbulnya pencegahan karies
gigi. Topikal aplikasi ini terutama diberikan pada kasus rampant karies.

Kebaikan pemakaian larutan in yaitu larutan stabil bila disimpan dalam


botol polietilen, sedangkan keburukannya yaitu dapat menimbulkan pewarnaan
ekstrisik pada gigi geligi.

2.3.3 Stanous Fluoride / SnF2


Untuk topical aplikasi dengan mempergunakan larutan SnF2 dipakai
konsentrasi 8–10%. Jika digunakan dengan teknik topical aplikasi, SnF2
dipakai 1 kali setiap 4 – 6 bulan dimulai umur 3 tahun. Juga efektif untuk
orang dewasa.
Kelebihan :
a) Larutan ini sangat efektif, sehingga akan cepat kehilangan kekuantannya.
Oleh karena itu harus dibuat larutan yang baru untuk sekali pemakaian.
b) Pemakaian pada orang dewasa lebih efektif dari pada NaF.
c) Dapat memberikan efek walaupun pada daerah dimana kadar fluoride
dalam air minum cukup basa.
d) Penggunaan Stanous Fluoride 8% sekali per tahun sudah dapat melindungi
gigi terhadap karies.

Kekurangan :

a) Bau dan rasanya tidakenak.


b) Dapat menimbulkan pigmentasi pada gigi.
c) Dapat mengiritasi gingival.
d) Mudahnya teroksidasi sehingga tidakefektif lagi.

2.4 Cara Penggunaan Fluor


Dalam profesi Kedokteran Gigi Pencegahan, Fluor dapat digunakan dalam 2
macam cara yaitu :

2.4.1 Penggunaan Fluor SecaraSistemik

Fluor mencapai permukaan email gigi melalui proses pencernaan di


tubuh. Pada pemberian fluor sistemik, fluor masuk kedalam tubuh melalui
mulut, sehingga pemberian fluor sistemik juga mempunyai efek topikal pada
gigi. Pemberian fluor sistemik mempunyai efek baik pada gigi yang belum

6
erupsi maupun gigi yang sudah erupsi. Yang termasuk pemberian secara
sistemik adalah :
a. Melalui Air Minum (PAM)
Memasukkan fluor kedalam air minum merupakan cara pemberian
fluor yang paling praktis, mudah dan ekonomis. Pasien tidak berbuat
apa-apa dan secara otomatis akan mendapatkan air minum yang
mengandung fluor. Harga fluor yang dimasukkan kedalam air minum
pun murah. Konsentraasi fluor yang ditambahkan kedalam air minum
harus dapat mencegah karies secara maksimal tanpa menyebabkan
fluorosis yang menggangggu.
Untuk Indonesia konsentrasi fluor yang dimasukkan kedalam air
minum sebanyak 0,7 ppm (1 ppm = 1 mg fluor melalui air minum dapat
mengurangi prevalensi karies sampai 60 %.
Di Indonesia masih banyak kesulitan teknis yang harus diatasi untuk
memasukkan fluor kedalam air minum. Selain itu penduduk di Indonesia
sebagian besar tidak mendapatkan air minum dari air PAM, melainkan
dari mata air, kali, sumur, dan lain-lain. Oleh karena itu pemberian fluor
melelui PAM untuk Indonesia kurang efektif.
Bahan yang dipakai adalah NaF, karena mempunyai sifat antara lain :
1) Mudah didapat dan murah harganya
2) Mudah larut dalam air
3) Mudah melepaskan ion fluor bebas
b. Mengkonsumsi Tablet Fluor
Manfaat terbesar pemberian tablet fluor (NaF) dapat dicapai jika
diberikan sebelum erupsi gigi yaitu 0-12 tahun. Tablet fluor dapat
diberikan pada ibu hamil. Penggunaan tablet fluor dalam memenuhi
kebutuhan fluor memerlukan kerja sama yang erat antara orang tua, anak,
guru, dan dokter giginya.
Jumlah tablet fluor yang dimakan setipa pasien dapat dilihat pada
aturan pemakaian setiap kemasan misalnya : Zyma fluor, diminum ¼
tablet/hari untuk anak di bawah 5 tahun. Untuk anak di atas 5 tahun dan
ibu hamil dosis menjadi 1 tablet/hari.
Sumber air di Indonesia berbeda untuk setiap keluarga, maka jumlah
fluor yang tertelan melalui air minum tidak dapat diketahui. Hal ini
meyebabkan penggunaan tablet fluor di Indonesia sulit dipastikan
dosisnya.
c. Obat Tetes Fluor

7
Fluor dalam bentuk obat tetes biasanya dicampur dengan vitamin.
Penggunaan fluor dalam obat tetes adalah untuk bayi dan balita. Obat
tetes dapat diberikan bersamaan dengan minuman/makanan bayi seperti
susu atau bubur bayi. Jumlah fluor yang boleh dimakan setiap pasien
dapat dilihat sesuai dengan aturan pemakaian. Misalnya : Vitafluor
Drops, aturan pakai : 3 kali 4 tetes/hari untuk umur anak di bawah 3
tahun dan 3 kali 8 tetes/hari untuk anak di atas 3 tahun.

2.4.2 Penggunaan Fluor Secara Lokal


Fluor diberikan secara lokal dapat mencapai permukaan email secara
langsung tanpa melalui pencernaan. Pemberian fluor secara lokal hanya
mempunyai efek pada gigi yang sudah erupsi. Contoh pemberiab fluor
secara lokal :
a. Self Aplication/ Brush In/ Pada Saat Sikat Gigi
Bahan yang dipakai adalah pasta fluor misalnya sodium fluoride/
stannous fluoride. Ada 2 macam pasta fluor yaitu :
(1) Pasta fluor dengan konsentrasi fluor rendah (0,4%) dapat dipakai
untuk setiap hari,
(2) Pasta fluor dengan konsentrasi fluor tinggi (10%) dapat dipakai 1
atau 2 atau 4 bulan sekali.
Pasien menyikat gigi dengan pasta flour maka sefl application
disebut brush in. pemberian flour melalui Self Aplication/ Brush In
dilakukan pada anak – anak sekolah. Keuntungan pemberian ini adalah
anak belajar menggosok gigi dan dapat dilakukan sendiri dirumah.

b. Mouth Rinsing (kumur-kumur)


Bahan yang dipakai adalah tablet NaF dilarutkan dengan 10 cc air
sehingga didapat fluor dengan konsentrasi 0,2 %. Pasien berkumur-
kumur dengan larutan Naf 0,2 % selama kurang lebih 3 menit.pemberian
fluor melalui mouth rinsing mudah dilakukan, waktu singkat dan murah,
tetapi anak tidak dapat belajar menggosok gigi.
c. Topikal aplikasi
Pemberian fluor melalui topikal aplikasi dapat memakai bermacam-
macam bentuk fluor antara lain :
(1) Pasta fluor konsentrasi tinggi (SnF 2 10 %) dan larutan fluor (SnF 10
%).

8
Alat yang dipakai contra angle dan rubber cup. Pasta fluor
konsentrasi tinggi SnF2 10 % dipoleskan memakai contra angle dan
rubber cup, setelah selesai larutan fluor SnF2 10 % diulaskan
memakai cotton pellet.
(2) Larutan fluor SnF2 20 %.
Sebelum dipakai larutan fluor SnF2 20 % biasanya dicampur
dengan larutan pengencer/pemanis (sorbitol) dengan perbandingan
1:1 sehingga akan didapat larutan fluor dengan konsentrasi 10 %.
Kapas dicelupkan pada larutan fluor yangsudah siap dipakai, lalu
dioleskan pada seluruh permukaan gigi yang sudah dikeringkan.
(3) Fluor dalam bentuk gel
Fluor dalam bentuk gel diletak pada mouth guard/ sendok cetak,
kemudian mouth guard/ sendok cetak dipakai 2-3 menit.Pemberian
aplikasi fluor melalui teknik Topikal Aplikasi biasanya dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut :
a) Minta Anak Menggosok Giginya
Awasi anak yang sedang menggosok dan lanjutkan flossing jika
memungkinkan. Sisa makanan harus dihilangkan sebelum
diaplikasi fluor.

b) Isolasi Gigi Geligi


Gunakan saliva enjector, gulung tisu/ kapas atau bantalan
penyerap untuk isolasi gigi yang akan dirawat. Isolasi baik satu
kuadran gigi atau setengah daerah mulut (gigi-gigi rahang atas dan
rahang bawah pada satu sisi) atau sepertiga mulut, molar tetap atau
molar susu rahang atas atau rahang bawah. Isolasi memungkinkan
gigi dikeringkan dan mencegah pengenceran fluor oleh saliva.
Jumlah gigi yang diisolasi dengan baik tergantung pada pasien.
Umumnya isolasi perkuadran lebih tepat untuk anak kecil, setengah
daerah mulut pada remaja dan sepertiga mulut untuk anak pada
tahap gigi geligi campuran.
c) Keringkan Gigi Yang Terisolasi
Keringkan gigi yang terisolasi dengan tiupan udara. Saliva yang
tertinggal pada permukaan gigi akan mengencerkan larutan atau
gel.
d) Ulaskan Larutan, Gel Atau Varnish

9
Dengan kapas kecil atau cotton pellet yang disetujui oleh pinset
oleskan larutan, gel atau varnis pada semua permukaan
interproksimal dari bukal dan bahasa. Jaga agar kapas tidak
mengenai gigi. Biarkan gigi tertutup manfaat / gel selama beberapa
menit. Larutan atau gel akan diserap ke gulungan kapas. Aplikasi
selama 4 menit merupakan tindakan standar.
e) Setelah 4 menit, bersihkan larutan atau gel dari permukaan gigi
yang dapat dicapai, jangan minta pembersihan gel dari permukaan
aproksimal.Jumlah larutan atau gel yang diulaskan pada gigi cukup
kecil, tetapi jangan anak menelan fluor yang tidak perlu.
Instruksikan pada anak untuk meludahkan semuanya tetapi jangan
kumur. Yang diinginkan adalah meludahkan sisa-sisa fluor.
f) Isolasi kuadran lain atau sepertiga atau setengah mulut dan ulangi
perawatan. Pada akhir perawatan instruksikan agar pasien tidak
makan atau minum selama 30 menit, untuk memperpanjang kontak
fluor dengan permukaan aproksimal gigi.
d. Spot Aplication
Pemberian flour melalui Spot Aplication merupakan perawatan
karena diberikan langsung pada white spot atau daerah yang terkena
karies. Bahan yang dipakai adalah larutan flour SnF220%. Pada teknik
spot application, catton pellet dicelupkan pada larutan SnF220% lalu
atton pellet diletakan pada white spot selama 2 – 3 menit.

Bermacam jenis paparan fluoride bisa berefek positif pada berbagai


tingkatan hal ini dapat terlihat pada tabel dibawah ini. Yang penting bagi
para praktisi klinis adalah untuk menentukan kombinasi yang paling

10
efektif untuk tiap pasien. Pilihan ini seharusnya didasarkan pada umur
pasien, pengalam karies, kesehatan umum, dan kebersihan mulut.
Keuntungan Perawatan Dengan Fluoride

e. Mekanisme Kariostatika Fluor


Fluor paling baik untuk mencegah karies jika kadarnya yang
rendah secara konstan dipertahankan dalam rongga mulut. Aksi
hambat karies yang paling penting adalah jika diberikan pada gigi
pasca erupsi dan berlangsung didaerah antara plak dan enamel. Aksi
fluor dalam mencegah karies bersifat multifaktorial; efeknya berasal
dari kombinasi beberapa mekkanisme.
Ada 3 mekanisme utama kariostatik oleh fluor yang dirangkum
dalam tabel berikut.

a. Pasca Erupsi
a. Mendorong remineralisasi dan menghambat demineralisasi pada
lesi awal karies
b. Menghambat glikolisis, yaitu proses yang terjadi ketika bakteri
kariogenik memetabolisme kabohidrat yang dapat difermentasi

b. Sebelum Erupsi
a. Mengurangi kelarutann enamel oleh asam dengan cara substitusi ion
fluor kedalam kristal hidroksi apatit sebelum gigi erupsi.

Pada masa sebelum erupsi, paparan dengan fluor akan dapat


menghambat karies. Fluor dikatakan menyatu dengan kristal

11
hidroksiapatit enamel yang sedang berkembang sehingga dapat
mengurangi kelarutan enamel oleh asam. Ada argumentasi yang
menyebutkan bahwa pemaparan sebelum gigi erupsi terutama penting
untuk mengurangi lesi karies di pit dan fisur. Tapi argumentasi
tersebut kemudian mendapat bantahan oleh pernyataan yang
menyebutkan bahwa efek fluor pra erupsi agaknya bersifat minor,
kenyataan bahwa aksi fluor yang diberikan pasca erupsi gigi lebih
kuat.
c. Paska Erupsi
Efek fluor pra erupsi agaknya bersifat minor, kenyataan bahwa aksi
fluor yang diberikan pasca erupsi gigi lebih kuat.

1) Fluor dan Plak


Efek topikal masuknya fluor dengan konsentrasi rendah pada rongga mulut,
seperti minum secara teratur air yang trelah difluoridasi atau penggunaan pasta
gigi berfluoride yang teratur, adalah untuk menghambat demineralisasi dan
untuk meningkatkan remineralisasi selama siklus demin-remin yang berulang-
ulang pada tahap awal proses karies.
Fluor yang masuk kedalam mulut sebagian akan ditangkap oleh plak pigi
dimana 95% nya akan ditahan dalam bentuk fluor terikat, bukan dalam bentul.
Plak mengandung 5 - 10 mg F/kg berat basah didaerah Vang ion fluor.
konsentrasi fluornya rendah dan 10 - 20 mg F/kg berat basah didaerah vang
difkuoridasi. Ikatan fluor tersebut dapat dilepaskan sebagai respon terhadap
penurunan pH plak, dan akan diikat dengan cepat oleh enamel yang mengalami
demineralisasi dibanding oleh enamel yang utuh. Ketersediaan fluor dalam plak
sebagai respon terhadap perubahan keasaman terkristalisasi dengan baik dan
lebih banyak apatit yang tahan asam dipermukaan menyebabkan enamel enamel
selama proses demin-remin. Hal ini berarti bahwa fluor dapat menyatu kedalam
Kristal enamel melalui siklus demin-remin lebih bermakna dibandingkan
penyatuan yang terjadi pre-erupsi.
Fluor didalam plak juga menghambat glikolisis, suatu proses yang
melaluinya karbohidrat yang fermentable dimetabolisme oleh bakteri yang
kariogenik sehingga menghasilkan asam. Fluor dari air minum dan pasta gigi
terkonsentrasi didalam plak, dimana konsentrasinya ditentukan pula olen
konsentrasi kalsium plak. Plak mengandung konsentrasi fluor yang lebih tinge
dibandingkan saliva. Ada juga beberapa hasil penelitian bahwa fluor dalam plak
dapat menghambat produksi polisakarida ekstraseluler oleh bakteri kariogenik.
yang merupakan proses yang dibutuhkan untuk menempelnya plak pada
permukaan licin gigi.

12
Sebagai tambahan untuk mekanisme tersebut, konsentrasi fluor gel vang
tinggi kemungkinan mempunyai aksi bakterisidal yang spesifik terhadap bakteri
kariogenik didalam plak. Bentuk gel tersebut juga meninggalkan suatu lapisan
kaban yang bersifat sementara (temporer) yang menyerupai CaF2 pada
nermukaan enamel, sebagai cadangan yang akan dilepaskan ketika pH di
permukaan enamel menurun.
Pada konsentrasi fluor yang rendah, Streptococus mutans pada percobaan di
laboratorium menjadi kurang bersifat asidogenik karena beradaptasi dengan
lingkungan dimana terdapat fluor secara menetap (konstan). Tapi hingga kini
belum diketahui apakah adaptasi ekologi tersebut mengurangi sifat
kariogenisitas bakteri-bakteri asidogenik di manusia.

2) Fluor dan Enamel


Penelitian epidemiologis yang paling bermakra mengenai aksi hambat karies
oleh fluor adalah penelitian fluoridasi di Tiel-Culemborg Belanda, dimana karies
dicatat sebagai :
(1) Lesi insipient yang terdapat pada enamel, dan
(2) Lesi dentin. Seperti yang diharapkan, terdapat lebih sedikit lesi dentin di Tiel
(yang difluoridasi) daripada di Culemborg (yang tidak difluoridasi) setelah
15 tahun proses fluoridasi, tidak ada perbedaan antara kedua komunitas
dalam hal lesi insipiennya di enamel.
Penemuan ini membuktikan bahwa lebih sedikit lesi enamel yang
berkembang menjadi karies dentin pada daerah yang difluoridasi disbanding
dengan daerah yang tidak difluoridasi. Fluor tidak mencegah serangan karies
awal , seperti yang diharapkan jika fluor berada pada kristal enamel akan
meningkatkan daya tahan enamel terhadap kelarutan oleh asam, tapi coin benar
dikatakan bahwa fluor di rongga mulut menghambat laju demineralisasi dan
meningkatkan laju remineralisasi.
3) Fluor dan Saliva
Konsentrasi fluor didalam saliva istirahat rendah, walaupun tetap 3 kali
lebih tinggi pada daerah yang difluoridasi daripada daerah yang tidak
difluoridasi. Didaerah yang difluoridasi, kadar saliva fluor rata-rata 0,016 ppm.
sementara pada daerah yang tidak difluoridasi hanya 0,006 ppm. Fluktuasi kadar
fluor saliva normal terjadi, dan setelah menggosok gigi dengan pasta berfluoride
atau kumur-kumur dengan larutan fluor, kadar fluor didalam saliva dapat
meningkat hingga 100 sampai 1000 kali. Kadar tersebut dengan cepat akan turun
menjadi normal, dan agaknya saliva menjadi sumber penting untuk fluor dalam
plak selama masa tersebut. Peran fluor dalam saliva dalam pencegahan karies
belum dapat didefinisikan.

13
2.5 Efek Samping Pemberian Fluor
2.5.1 Fluorosis Email

Tanda pertama dari berlebihnya pemasukan fluor kedalam tubuh selama


periode pembentukan gigi adalah erupsi gigi dengan email gigi yang
berbintik-bintik. Walupun mekanisme yang tepat mengenai terjadinya
fluorosisi email belum sepenuhnya diketahui, diduga bahwa fluor yang
berlebihan tersebut mempengaruhi fungsi amelobkan oleh dosis tunggal yang
tinggi, dosis berulang kali yang rendah. atau kontak dengan zat berkadar
rendah yang terus menerus.

2.5.2 Toksisitas Fluor

Jumlah fluor yang dapat menimbulkan simptom awal keracunan yang


akut pada masa lalu diperkirakan selalu rendah dan berdasarkan kasus-kasus
yang baru-baru ini diperoleh inaka dosis letal diperkirakan sekitar 1 mgF/kg
BB. Pada keracunan akut minor gejalanya adalah timbulnya saliva yang
banyak, nausea, muntah dan diare. Hal ini biasanya timbul 1 jam setelah fluor
masuk kedalam tubuh.

Tingkat Potensi Keracunan Akibat Menelan Fluor

Efek Intake Fluor dan Waktu


Keracunan akut yang fatal, dewasa 2,5 – 50 gr, dalam 2-4 jam
Keracunan akut yang fatal, anak 10 kg 320 mg, dalam 2-4 jam
Keracunan akut yang fatal, anak 3 tahun Kira-kira 435 mg, dalam waktu 3 hari
Keracunan akut yang fatal, dewasa, pasien
Cairan dialisa 35-50 ppm F, selama 3 jam
dialisa
Keracunan akut yang fatal, dewasa laki-
17,9 mg F/kg BB, selama 24 jam
laki
93 – 375 ppm F pada air minum, symptom
Mual jangka pendek pada anak SD
dalam 30”
Mula dan muntah pada orang dewasa Mual ketika menelan lebih kurang 80 mg F
selama beberapa jam, muntah ketika
menelan kira-kira 143 mg F setelah

14
beberapa jam
Fluorosis skeletal yang parah
10-25 mg F setiap hari, selama 10-20
Osteosklerosis, perubahan radiografis pada
tahun 8-20 mg F setiap hari, selama 10-20
tulang manusia
tahun
Dental fluorosis
< 0,1 mg F/kg BB/hari selama
Keracunan akut yang fatal pada hewan perkembangan gigi (misalnya pada 8 tahun
pertama)
Gangguan pada reproduksi, thyroid, Kira-kira 50 mg F/kg BB 40-60 ppm F
turunnya berat badan, dan pincang pada didalam makanan harian selama beberapa
ternak tahun.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Topikal Aplikasi Fluor adalah pengolesan langsung fluor yang pekat pada
email. Setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan, maka permukaan gigi diolesi
larutan, gel, atau varnish yang dibiarkan mongering selama 4 menit.

Topikal Aplikasi Fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi


larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasi kandengan
mudah. Topikal Aplikasi Fluor efektif dalam mengurangi frekuensi karies gigi.
Fluoride memberikan pengaruh anti karies. Pemberian fluoride topical harus
dilakukan setiap 6 (enam) bulan sekali untuk anak – anak, dan untuk orang dewasa
yang beresiko tinggi mengalami karies.

Larutan atau obat – obatan flour yang dipakai di bidang kedokteran gigi untuk
mencegah karies adalah Sodium Floride, Acidulated – phosphate – fluoride, dan
Stanous Flouride. Flour dapat digunakan dalam 2 cara yaitu penggunaan flor secara
sistemik dan secara lokal.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka
dari itu kami sebagai penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari seluruh
pihak demi sempurnanya makalah ini dan sebagai perbaikan dalam pembuatan
makalah-makalah berikutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Emini, Ngatemi. 2018. Pencegahan Penyakit Gigi dan Mulut (Preventive Dentistry).
Jakarta.

iv

Anda mungkin juga menyukai