Anda di halaman 1dari 17

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT

RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

DENTAL SIDE TEACHING (DST)


Manado, 19 April 2021

TOPIKAL APLIKASI FLUOR

Nama : Fenti Hanifah, S.K.G


NRI : 18014103021
Pembimbing : drg. Vonny N. S. Wowor, M.Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2021

[Type text] Page 0


TOPIKAL APLIKASI FLUOR

Aplikasi fluor secara topikal merupakan teknik pemberian fluorida secara langsung pada

permukaan gigi dengan tujuan memberikan kesempatan kepada fluoride untuk berpenetrasi ke

dalam email gigi dan selanjutnya ion fluorida akan menggantikan ion hidroksil pada email

sehingga dapat meningkatkan ketahanan email terhadap serangan asam. Aplikasi fluor secara

topikal efektif untuk mengurangi karies pada permukaan halus dari gigi, tetapi kurang efektif

dalam mencegah karies pada permukaan oklusal. Fluoride bekerja menghambat penyerapan

protein saliva pada permukaan email sehingga menghambat pembentukan pelikel dan plak, serta

meningkatkan resistensi dari remineralisasi enamel terhadap asam atau menghambat

pembentukan asam dan penurunan pH. Fluoride mempunyai efek antimikroba yang dapat

mencegah karies (McDonald et al, 2011).

Aplikasi fluor secara topikal dapat menggunakan beberapa jenis sediaan, antara lain

varnish fluor yang mengandung 5% natrium fluorida (NaF) dan gel fluor yang mengandung

1,23% acidulated phosphate fluoride (APF); sedangkan untuk pit and fissure sealant dapat

digunakan beberapa jenis material restorasi, antara lain resinmodified glass ionomer cement

(RMGIC) dan flowable composite.

Mekanisme kerja fluoride


Mekanisme kerja Fluoride secara topikal adalah dimana fluor meningkatkan

remineralisasi dan mencegah demineralisasi. Ion kimia yang paling diharapkan berikatan dengan

hidroksi apatit adalah ion fluor, karena ion fluor memiliki efek pencegahan karies secara topikal

pada gigi. Pada Proses demineralisasi fluor membentuk ion hidrofluorid acid H+F- . Ion H+

masuk ke dalam dinding sel bakteri sehingga menjadi asam dan menghambat bakteri

berkembang sedangkan pada ion F- menghambat enzim enolase akibatnya glikolisis pada sel
bakteri terhambat, bakteri tidak menghasilkan energi yang cukup dan perkembangan bakteri

terhambat. Pada proses remineralisasi fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme

bakteri plak yang dapat memfermentasikan karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada

enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.

Indikasi dan Kontra indikasi Penggunaan Fluor


Menurut Donley (2003), meliputi:
A. Indikasi
 Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi.
 Gigi dengan permukaan akar yang terbuka.
 Gigi yang sensitif.
 Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome).
 pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic.
B. Kontra Indikasi
 Pasien anak dengan resiko karies rendah.
 Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor.
 Ada kavitas besar yang terbuka.

Tujuan Taf

Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan

cara menghambat metabolisme bakteri pada plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui

perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 +

F Æ Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat

menghambat proses demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.

Penggunaan flour juga memiliki manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi.

[Type text] Page 2


a. Praerupsi

 Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan sejumlah

matriks yang dibentuk.

 Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten

terhadap asam.

 Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang

disebabkan oleh asam.

b. Pascaerupsi

 Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.

 Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi.

 Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.

 Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga merangsang

perbaikan atau penghentian lesi karies awal.

 Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang terlibat

dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan glukosa dalam

streptococcus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan

asam dalam sintesa polisakarida.

 Mencegah demineralisasi. Gigi yang diberi fluoride memiliki penurunan daya larut

enamel dalam asam rongga mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel, maka

mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan

digantikan oleh ion-ion fluoride pada permukaan enamel.


 Memiliki sifat antibakteri. Pada keadaan pH rendah, fluoride akan berdifusi ke dalam

Hydrofluoride Acid. Hal ini menyebabkan fluoride menghambat metabolisme karbohidrat

oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi pembentukan asam.

 Mempercepat remineralisasi. Dengan cara mengubah lingkungan permukaan dari enamel,

sehingga transfer ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung efektif. Keadaan ini

mengakibatkan proses ionisasi pada permukaan yang terdemineralisasi menjadi lebih

cepat.

Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:

1.Topikal aplikasi yang mengandung fluor

2.Kumur-kumur dengan larutan yang mengandung fluor

3.Menyikat gigi dengan pasta yang mengandung fluor

Sediaan Fluoride

a. Fluoride Sistemik

Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut

membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena

fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi.

 Fluoridasi air minum

apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi

zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor

dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain

dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan

[Type text] Page 4


adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada mottled enamel gigi - gigi kelihatan

kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh

terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi optimum fluorida

yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 -1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and

Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50%

pada gigi susu.

 Pemberian fluor melalui makanan

Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi,

hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus

diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air

mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu

makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya

dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber

airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi

secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka

tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah

fluorosis.

 Suplemen Fluoride

Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan

vitaminvitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan

pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai

konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg

per hari).5 Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16
tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5

mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1 mg.

b. Fluoride Topikal

 Pasta Gigi Berfluoride

Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium fluoride dan

sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina fluoride juga kadang

digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride dalam pasta gigi adalah antara

1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride rendah mengandung kurang dari 1000 ppm

(sekitar 400-500 ppm F) dan biasanya ditujukan untuk anak-anak. Pasta gigi dengan

fluoride tinggi mengandung lebih dari 1500 ppm (biasanya berkisar antara 2000-5000

ppm F) dan tersedia untuk orang dewasa dengan risiko karies tinggi.12

 Obat Kumur Berfluoride

Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali atau dua kali

sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm digunakan seminggu sekali.

Obat kumur berfluoride dapat menurunkan risiko karies 26%.

 Fluoride Varnish

Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish tersedia baik
dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh profesional/dokter gigi.
Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5% sodium fluoride (25.000 ppm), 0.9%
difluorosilane, dan 6% sodium fluoride ditambah 6% kalsium flouride (56.300 ppm).
Varnish fluoride dapat diberikan pada semua usia, dimulai dari bayi sampai pasien
dewasa namun lebih ditujukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi. Varnish
sangat mudah diaplikasikan pada pasien tidak memerlukan instrument khusus sehingga
pasien anak tidak akan takut bila dilakukan aplikasi topikal dengan cara ini.

[Type text] Page 6


 APF (Acidulated Phosphate Fluor) Gel

APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan
campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M orthophosphoric
acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi yang tersedia adalah 1.23%
(setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH yang rendah,
yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat
dan orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion. APF gel bersifat stabil,
tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima. APF biasanya mengandung 2%
natrium fluorida, 0,34% hidrogen fluorida, dan asam fosfat 0,98%. APF berbentuk
larutan, gel atau foam. APF dapat digunakan untuk anak-anak 6 tahun ke atas dan dewasa
dengan risiko karies tinggi tetapi memiliki kontraindikasi pada pasien yang mengalami
reaksi hipersensitif, pasien yang memiliki implan gigi, pasien dengan restorasi komposit,
porselen, kompomer, dan GIC.

 Sodium Fluoride (NaF)

Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan risiko

karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg F/g atau 10.000

ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral), sehingga direkomendasikan untuk pasien dengan

restorasi porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus

dengan erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel.

NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan diskolorasi gigi, dan

rasanya dapat diterima.

 Stannous Fluoride (SnF2)

Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan SnF2

adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex yang highly

insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang rendah menyebabkan
astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan tidak stabil. Untuk

mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan gel SnF2 yang terdiri

dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan ini efektif untuk pasien

pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di sekitar band pada pasien

ortodontik.

Metode Menyikat Gigi


Ada macam-macam metode penyikatan gigi, yaitu:

1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup

lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi

belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka.

Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke

kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik

untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.

2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan

arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi.

Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak

membentuk lengkungan melalui permukaan gigi. Permukaan atas mahkota juga

disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara

pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah

interdental.

3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal),

membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi

digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak

[Type text] Page 8


dengan tepi gusi. Setiap bagian dapat dibersihkan 2-3 gigi. Metode ini merupakan

cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar

untuk dilakukan.

4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan

panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara

demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi

digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih

15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara

pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk

permukaan belakang gigi depan, sikat gigi dipegang secara vertikal.

5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada

permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan

membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah

dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus.

Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya

lebih kecil.

6. Metode Stillman dimodifikasi: dianjurkan untuk pembersihan pada daerah dengan

resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari

dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi

yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras,

yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.

Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode

penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya
bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat

dilakukan.

[Type text] Page 10


DAFTAR PUSTAKA

1. Herdiyati Y, Sasmita IS. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung:
Universitas Padjajaran. Tersedia di: https://www.slideshare.net/dellerymelsman/bahan-1-
41614594
2. Dewi N. 2016. Kandungan fluoride &kualitas bakteriologis pada air sumur yang di
konsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamata Kuta Selatan. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
3. Annisa, Ahmad I. 2018. Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Gigi pada Anak.
Journal of Indonesia Dental Association Vol. 1, No. 1. Departemen Kedokteran Gigi
Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.
4. Widjijono. 2014. Smart_Fluor dalam pencegahan karies dan pengembangannya. Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
5. Sirat NM. 2014. Pengaruh Aplikasi Topikal dengan Larutan NaF dan SnF2 dalam
Pencegahan Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 2, N2.
6. Purba R. 2007. Varnish Fluoride dengan NaF sebagai bahan topical aplikasi pada gigi
anak. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
7. Arif P, Kunarti S. 2007. The effect of acidulated phosphate fluoride application on dental
enamel surfaces hardness. Dental Journal Vol. 40, No. 3. Bagian Ilmu Konservasi Gigi,
Fakultas Kedokteran gigi, Universitas Airlangga.
8. Anonim. Perilaku Kontrol Gigi. UNIMUS. Tersedia di
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-nurhasanha-6683-3-babii.pdf.
I. Kasus
Pasien perempuan berusia 4 tahun berdomisili di Kombos Timur, datang ke klinik
RSGM PSPDG UNSRAT bersama orang tuanya atas rujukan dari bagian Ortodonsi
untuk melakukan pemeriksaan gigi paska pemasangan alat ortodonsi lepasan, orang
tua pasien ingin dilakukan tindakan perawatan pencegahan gigi berlubang. Pasien
belum pernah melakukan tindakan perawatan pencegahan untuk gigi berlubang
sebelumnya.
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Identitas:
 Nama :RS
 Umur : Tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Alamat : Kombos Timur
 No HP : 08999700730
 Pekerjaan :-
b. Riwayat gigi terlibat : Pasien telah selesai melakukan perawatan gigi tiruan sebagian
lepasan
c. Kesehatan umum: baik, komunikatif dan kooperatif
d. Riwayat penyakit sistemik: pasien tidak pernah didiagnosis dengan penyakit
sistemik tertentu, pasien belum pernah dirawat inap di RS.
e. Riwayat penyakit keluarga: Dari pihak ayah, ibu tidak memiliki penyakit sistemik
tertentu dan tidak memiliki riwayat munculnya bercak putih pada gigi
f. Kesehatan Umum
 BB: 20 Kg
 TB: 120 cm
 Nadi: 84x/menit
 Pernafasan: 22x/menit

III. Pemeriksaan Objektif


a. Ekstra oral: tidak ada pembengkakan, wajah simetris, tidak ada kelainan TMJ

[Type text] Page 12


b. Intra Oral: seluruh permukaan gigi geligi
 Sondasi (-) Palpasi (-)
 Tekanan (-) Perkusi (-)
 Gigi vital
 Gingiva Normal
 Karang gigi (-)

IV. Diagnosis dan Rencana Perawatan


a. Rencana Perawatan:
Aplikasi fluor topikal dengan sodium fluoride.

V. Persiapan Alat dan Bahan


I. Alat :
 Diagnostic set
 Bur brush/rubber cup
 Saliva ejector
 handpiece lowspeed
 Gelas kumur
 masker & sarung tangan

II. Bahan :
 Cotton pellet
 Cotton roll
 Pasta pumice
 Fluoride Gel

VI. Tahap Perawatan


1. Melakukan senyum salam sapa, kemudian perkenalan
2. Pasien dipersilakan untuk duduk di kursi dental, operator melakukan salam dan

perkenalan.

3. Operator melakukan anamnesa serta identifikasi data diri dan asisten operator melakukan

pengisian kartu status.

4. Setelah anamnesa dilakukan operator menjelaskan tentang keluhan utama dan perawatan

yang akan dilakukan pada pasien.

5. Komunikasi, informasi dan edukasi untuk informed consent dan penatalaksanaan

penyakit yang dilakukan.

6. Operator mempersiapkan alat dan bahan

7. Sebelum melakukan perawatan operator dan asisten operator menggunakan alat

pelindung diri berupa masker dan sebelum menggunakan sarung tangan harus cuci tangan

terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir atau dengan cairan antiseptik.

8. Operator dan asisten operator menggunakan sarung tangan.

9. Memposisikan pasien

RA : semi supine, mulut pasien setinggi bahu operator

RB : duduk tegak dataran oklusal gigi sejajar lantai, mulut pasien setinggi siku operator

[Type text] Page 14


10. Pasien diminta untuk berkumur

11. Operator melakukan pembersihan permukaan gigi dengan pasta profilaksis dan lowspeed

handpiece yang sudah dipasang dengan bur brush atau rubber cup.

12. Pembersihan area kerja dengan air dari three way syringe sambil asisten operator

menyedot saliva dengan saliva ejector.

13. Permukaan area kerja dikeringkan dengan angin dari three way syringe dan lakukan

isolasi area kerja dengan cotton roll.

14. Aplikasikan fluoride gel dengan cotton pellet yang dijepit dengan pinset pada seluruh

permukaan gigi dan diamkan selama kurang lebih 2 menit.

15. Selama 2 menit pasien tidak diizinkan untuk membuang ludah atau berkumur. Setelah 2

menit pasien diizinkan untuk membuang ludah namun tidak boleh berkumur, makan dan

minum selama 45 menit kedepan.

16. Lakukan komunikasi, informasi dan edukasi pada pasien setelah perawatan dilakukan,

meliputi:

 Mengurangi konsumsi makanan yang berpotensi menyebabkan gigi berlubang.

 Memperbanyak konsumsi serat alami seperti buah dan sayur yang dapat

membantu proses self-cleansing rongga mulut

 Rajin menyikat gigi dengan cara-cara yang akan diajarkan, pada waktu pagi

setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur.

 Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut pada dokter gigi minimal 6

bulan sekali.
17. Mempersilakan pasien untuk bertanya, apabila sudah tidak ada pertanyaan pasien dan

operator dapat mengulang cara menyikat gigi yang baik dan benar yang sebelumnya

sudah ditunjukkan.

18. Setelah proses perawatan selesai, sampaikan salam penutup dan pasien dipersilakan

untuk berdiri dari kursi dental.

19. Operator membersihkan kursi dental dan membuang sampah sesuai dengan kategorinya.

[Type text] Page 16

Anda mungkin juga menyukai