Aplikasi fluor secara topikal merupakan teknik pemberian fluorida secara langsung pada
permukaan gigi dengan tujuan memberikan kesempatan kepada fluoride untuk berpenetrasi ke
dalam email gigi dan selanjutnya ion fluorida akan menggantikan ion hidroksil pada email
sehingga dapat meningkatkan ketahanan email terhadap serangan asam. Aplikasi fluor secara
topikal efektif untuk mengurangi karies pada permukaan halus dari gigi, tetapi kurang efektif
dalam mencegah karies pada permukaan oklusal. Fluoride bekerja menghambat penyerapan
protein saliva pada permukaan email sehingga menghambat pembentukan pelikel dan plak, serta
pembentukan asam dan penurunan pH. Fluoride mempunyai efek antimikroba yang dapat
Aplikasi fluor secara topikal dapat menggunakan beberapa jenis sediaan, antara lain
varnish fluor yang mengandung 5% natrium fluorida (NaF) dan gel fluor yang mengandung
1,23% acidulated phosphate fluoride (APF); sedangkan untuk pit and fissure sealant dapat
digunakan beberapa jenis material restorasi, antara lain resinmodified glass ionomer cement
remineralisasi dan mencegah demineralisasi. Ion kimia yang paling diharapkan berikatan dengan
hidroksi apatit adalah ion fluor, karena ion fluor memiliki efek pencegahan karies secara topikal
pada gigi. Pada Proses demineralisasi fluor membentuk ion hidrofluorid acid H+F- . Ion H+
masuk ke dalam dinding sel bakteri sehingga menjadi asam dan menghambat bakteri
berkembang sedangkan pada ion F- menghambat enzim enolase akibatnya glikolisis pada sel
bakteri terhambat, bakteri tidak menghasilkan energi yang cukup dan perkembangan bakteri
terhambat. Pada proses remineralisasi fluor bekerja dengan cara menghambat metabolisme
bakteri plak yang dapat memfermentasikan karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada
enamel menjadi fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Tujuan Taf
Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies. Fluor bekerja dengan
cara menghambat metabolisme bakteri pada plak yang dapat memfermentasi karbohidrat melalui
perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi fluor apatit. Reaksi kimia: Ca10(PO4)6.(OH)2 +
F Æ Ca10(PO4)6.(OHF) menghasilkan enamel yang lebih tahan terhadap asam sehingga dapat
Penggunaan flour juga memiliki manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca erupsi gigi.
Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten
terhadap asam.
Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang
b. Pascaerupsi
Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi.
Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang terlibat
streptococcus oral dan juga membatasi penyediaan bahan cadangan untuk pembuatan
Mencegah demineralisasi. Gigi yang diberi fluoride memiliki penurunan daya larut
enamel dalam asam rongga mulut. Dengan cara mengurangi permeabilitas enamel, maka
mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat terlarut dalam saliva, melainkan
sehingga transfer ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung efektif. Keadaan ini
cepat.
Penggunaan fluor secara topikal untuk gigi yang sudah erupsi, dilakukan dengan beberapa cara:
Sediaan Fluoride
a. Fluoride Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan dan ikut
membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan topikal karena
apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu dibubuhi
zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi. Pemberian fluor
dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part per million). Selain
dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping yang tidak baik yaitu dengan
kecoklat-coklatan, berbintik-bintik permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh
terlalu banyak, dapat menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi optimum fluorida
yang dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 -1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and
Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–50%
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup tinggi,
hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi. Jadi harus
diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah, contohnya di dalam air
mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup mengandung fluoride. Karena itu
makanan fluoride harus diberikan dengan hati-hati. Makanan tambahan fluoride hanya
dianjurkan untuk mereka (terutama anak-anak) yang tinggal di daerah yang sumber
airnya rendah fluor atau tidak difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi
secara berlebihan. Apabila pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka
tidak akan mencapai sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah
fluorosis.
Suplemen Fluoride
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan dengan
vitaminvitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet fluor disarankan
pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang tidak mempunyai
konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan menghasilkan fluor sebesar 1 mg
per hari).5 Tablet fluor dapat diberikan sejak bayi berumur 2 minggu hingga anak 16
tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5
b. Fluoride Topikal
Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium fluoride dan
sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina fluoride juga kadang
digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride dalam pasta gigi adalah antara
1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride rendah mengandung kurang dari 1000 ppm
(sekitar 400-500 ppm F) dan biasanya ditujukan untuk anak-anak. Pasta gigi dengan
fluoride tinggi mengandung lebih dari 1500 ppm (biasanya berkisar antara 2000-5000
ppm F) dan tersedia untuk orang dewasa dengan risiko karies tinggi.12
Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali atau dua kali
sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm digunakan seminggu sekali.
Fluoride Varnish
Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish tersedia baik
dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh profesional/dokter gigi.
Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5% sodium fluoride (25.000 ppm), 0.9%
difluorosilane, dan 6% sodium fluoride ditambah 6% kalsium flouride (56.300 ppm).
Varnish fluoride dapat diberikan pada semua usia, dimulai dari bayi sampai pasien
dewasa namun lebih ditujukan pada masa pertumbuhan dan perkembangan gigi. Varnish
sangat mudah diaplikasikan pada pasien tidak memerlukan instrument khusus sehingga
pasien anak tidak akan takut bila dilakukan aplikasi topikal dengan cara ini.
APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan
campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M orthophosphoric
acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi yang tersedia adalah 1.23%
(setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH yang rendah,
yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat
dan orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion. APF gel bersifat stabil,
tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima. APF biasanya mengandung 2%
natrium fluorida, 0,34% hidrogen fluorida, dan asam fosfat 0,98%. APF berbentuk
larutan, gel atau foam. APF dapat digunakan untuk anak-anak 6 tahun ke atas dan dewasa
dengan risiko karies tinggi tetapi memiliki kontraindikasi pada pasien yang mengalami
reaksi hipersensitif, pasien yang memiliki implan gigi, pasien dengan restorasi komposit,
porselen, kompomer, dan GIC.
Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan risiko
karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg F/g atau 10.000
restorasi porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus
dengan erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel.
NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan diskolorasi gigi, dan
Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan SnF2
adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex yang highly
insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang rendah menyebabkan
astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan tidak stabil. Untuk
mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan gel SnF2 yang terdiri
dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan ini efektif untuk pasien
pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di sekitar band pada pasien
ortodontik.
1. Metode Vertikal: dilakukan untuk menyikat bagian depan gigi, kedua rahang tertutup
lalu gigi disikat dengan gerakan ke atas dan ke bawah. Untuk permukaan gigi
belakang, gerakan yang dilakukan sama tetapi mulut dalam keadaan terbuka.
Sedangkan pada metode horizontal semua permukaan gigi disikat dengan gerakan ke
kiri dan ke kanan. Kedua metode tersebut cukup sederhana, tetapi tidak begitu baik
untuk dipergunakan karena dapat mengakibatkan resesi gingiva dan abrasi gigi.
2. Metode Roll: ujung bulu sikat diletakkan dengan posisi mengarah ke akar gigi dan
arah bulu sikat pada margin gingiva, sehingga sebagian bulu sikat menekan gusi.
Ujung bulu sikat digerakkan perlahan-lahan sehingga kepala sikat gigi bergerak
disikat. Gerakan ini diulangi 8-12 kali pada setiap daerah dengan sistematis. Cara
pemijatan ini terutama bertujuan untuk pemijatan gusi dan untuk pembersihan daerah
interdental.
3. Metode Charter: ujung bulu sikat diletakkan pada permukaan gigi (oklusal),
membentuk sudut 45 derajat terhadap sumbu panjang gigi dan ke atas. Sikat gigi
digetarkan membentuk lingkaran kecil, tetapi ujung bulu sikat harus berkontak
cara yang baik untuk pemeliharaan jaringan pendukung gigi, walaupun agak sukar
untuk dilakukan.
4. Metode Bass: bulu sikat pada permukaan gigi membentuk sudut 45 derajat dengan
panjang gigi dan diarahkan ke akar gigi sehingga menyentuh tepi gusi. Dengan cara
demikian saku gusi dapat dibersihkan dan tepi gusinya dapat dipijat. Sikat gigi
digerakkan dengan getaran kecil-kecil ke depan dan ke belakang selama kurang lebih
15 detik. Teknik ini hampir sama dengan teknik Roll, hanya berbeda pada cara
pergerakan sikat giginya dan cara penyikatan permukaan belakang gigi depan. Untuk
5. Metode Fones atau teknik sirkuler: bulu sikat ditempelkan tegak lurus pada
permukaan gigi. Kedua rahang dalam keadaan mengatup. Sikat gigi digerakkan
membentuk lingkaran-lingkaran besar, sehingga gigi dan gusi rahang atas dan bawah
dapat disikat sekaligus. Daerah diantara 2 gigi tidak mendapat perhatian khusus.
Untuk permukaan belakang gigi, gerakan yang dilakukan sama tetapi lingkarannya
lebih kecil.
resesi gingiva yang parah disertai tersingkapnya akar gigi, guna menghindari
dekstruksi yang lebih parah pada jaringan akibat abrasi sikat gigi. Jenis sikat gigi
yang dianjurkan adalah sikat gigi dengan kekerasan bulu sikat sedang sampai keras,
yang terdiri dari dua atau tiga baris rumpun bulu sikat.
Teknik penyikatan gigi yang dilakukan pada usia sekolah adalah teknik roll. Metode
penyikatan gigi pada anak lebih ditekankan agar mampu membersihkan keseluruhan giginya
bagaimanapun caranya, namun dengan bertambahnya usia diharapkan metode Bass dapat
dilakukan.
1. Herdiyati Y, Sasmita IS. 2010. Penggunaan Fluor dalam Kedokteran Gigi. Bandung:
Universitas Padjajaran. Tersedia di: https://www.slideshare.net/dellerymelsman/bahan-1-
41614594
2. Dewi N. 2016. Kandungan fluoride &kualitas bakteriologis pada air sumur yang di
konsumsi secara langsung di Desa Adat Bualu, Kecamata Kuta Selatan. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.
3. Annisa, Ahmad I. 2018. Mekanisme Fluor Sebagai Kontrol Karies Gigi pada Anak.
Journal of Indonesia Dental Association Vol. 1, No. 1. Departemen Kedokteran Gigi
Anak, Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Padjadjaran.
4. Widjijono. 2014. Smart_Fluor dalam pencegahan karies dan pengembangannya. Fakultas
Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
5. Sirat NM. 2014. Pengaruh Aplikasi Topikal dengan Larutan NaF dan SnF2 dalam
Pencegahan Karies Gigi. Jurnal Kesehatan Gigi Vol. 2, N2.
6. Purba R. 2007. Varnish Fluoride dengan NaF sebagai bahan topical aplikasi pada gigi
anak. Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara.
7. Arif P, Kunarti S. 2007. The effect of acidulated phosphate fluoride application on dental
enamel surfaces hardness. Dental Journal Vol. 40, No. 3. Bagian Ilmu Konservasi Gigi,
Fakultas Kedokteran gigi, Universitas Airlangga.
8. Anonim. Perilaku Kontrol Gigi. UNIMUS. Tersedia di
http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/134/jtptunimus-gdl-nurhasanha-6683-3-babii.pdf.
I. Kasus
Pasien perempuan berusia 4 tahun berdomisili di Kombos Timur, datang ke klinik
RSGM PSPDG UNSRAT bersama orang tuanya atas rujukan dari bagian Ortodonsi
untuk melakukan pemeriksaan gigi paska pemasangan alat ortodonsi lepasan, orang
tua pasien ingin dilakukan tindakan perawatan pencegahan gigi berlubang. Pasien
belum pernah melakukan tindakan perawatan pencegahan untuk gigi berlubang
sebelumnya.
II. Pemeriksaan Subjektif
a. Identitas:
Nama :RS
Umur : Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kombos Timur
No HP : 08999700730
Pekerjaan :-
b. Riwayat gigi terlibat : Pasien telah selesai melakukan perawatan gigi tiruan sebagian
lepasan
c. Kesehatan umum: baik, komunikatif dan kooperatif
d. Riwayat penyakit sistemik: pasien tidak pernah didiagnosis dengan penyakit
sistemik tertentu, pasien belum pernah dirawat inap di RS.
e. Riwayat penyakit keluarga: Dari pihak ayah, ibu tidak memiliki penyakit sistemik
tertentu dan tidak memiliki riwayat munculnya bercak putih pada gigi
f. Kesehatan Umum
BB: 20 Kg
TB: 120 cm
Nadi: 84x/menit
Pernafasan: 22x/menit
II. Bahan :
Cotton pellet
Cotton roll
Pasta pumice
Fluoride Gel
perkenalan.
3. Operator melakukan anamnesa serta identifikasi data diri dan asisten operator melakukan
4. Setelah anamnesa dilakukan operator menjelaskan tentang keluhan utama dan perawatan
pelindung diri berupa masker dan sebelum menggunakan sarung tangan harus cuci tangan
terlebih dahulu dengan sabun dan air mengalir atau dengan cairan antiseptik.
9. Memposisikan pasien
RB : duduk tegak dataran oklusal gigi sejajar lantai, mulut pasien setinggi siku operator
11. Operator melakukan pembersihan permukaan gigi dengan pasta profilaksis dan lowspeed
handpiece yang sudah dipasang dengan bur brush atau rubber cup.
12. Pembersihan area kerja dengan air dari three way syringe sambil asisten operator
13. Permukaan area kerja dikeringkan dengan angin dari three way syringe dan lakukan
14. Aplikasikan fluoride gel dengan cotton pellet yang dijepit dengan pinset pada seluruh
15. Selama 2 menit pasien tidak diizinkan untuk membuang ludah atau berkumur. Setelah 2
menit pasien diizinkan untuk membuang ludah namun tidak boleh berkumur, makan dan
16. Lakukan komunikasi, informasi dan edukasi pada pasien setelah perawatan dilakukan,
meliputi:
Memperbanyak konsumsi serat alami seperti buah dan sayur yang dapat
Rajin menyikat gigi dengan cara-cara yang akan diajarkan, pada waktu pagi
Rutin memeriksakan kesehatan gigi dan mulut pada dokter gigi minimal 6
bulan sekali.
17. Mempersilakan pasien untuk bertanya, apabila sudah tidak ada pertanyaan pasien dan
operator dapat mengulang cara menyikat gigi yang baik dan benar yang sebelumnya
sudah ditunjukkan.
18. Setelah proses perawatan selesai, sampaikan salam penutup dan pasien dipersilakan
19. Operator membersihkan kursi dental dan membuang sampah sesuai dengan kategorinya.