Anda di halaman 1dari 12

FLUORIDE

FLUORIDE SISTEMIK
Sumber-sumber fluoride sistemik yang sengaja dibuat untuk pencegahan
karies termasuk diantaranya adalah air yang mengandung fluoride dan suplemen
fluoride. Sumber fluoride sistemik alami (tidak sengaja dibuat) termasuk adalah
fluoride dalam air sumur, pasta gigi fluoride, teh seduh, air kemasan, minuman dan
barang yang diproses menggunakan air fluoride, dan makanan seperti ikan. Selain itu,
terdapat obat yang mengandung fluoride.
Suplemen fluoride dapat diberikan kepada anak-anak dengan risiko tinggi
karies dalam bentuk drops, tablet hisap atau tablet, dengan dosis bervariasi yang
disesuaikan dengan tingkat fluoride yang terkandung dalam suplai air domestik dan
usia anak. Penggunaan suplemen fluoride pada wanita hamil tidak menghasilkan akan
manfaat apa pun untuk bayi.
Rekomendasi terkini dari American Academy of Pediatric Dentistry adalah
pemberian suplemen fluoride (bila diperlukan) lebih baik dimulai saat anak berusia 6
bulan. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menyarankan bahwa
suplemen fluoride diberikan kepada anak-anak dengan risiko tinggi karies yang
tinggal di daerah dengan fluoridasi air yang tidak optimal. Mengunyah atau mengisap
tablet fluoride dan pelega tenggorokan sebelum menelan akan memaksimalkan efek
dari suplemen ini karena dapat memberikan efek topikal tambahan.

Tabel 1. Rekomendasi dosis suplemen fluoride pada anak


MEKANISME KERJA FLUORIDE SISTEMIK

Selama perkembangan gigi, konsumsi kumulatif fluoride sebelum maturasi


enamel pra-erupsi menyebabkan ion fluoride menggantikan ion hidroksil sehingga
menyebabkan terjadinya pembentukan kristal fluorapatite bukan kristal
hidroksiapatit. Kristal fluorapatite lebih kecil dan lebih kuat dari kristal
hidroksiapatit dan lebih tahan terhadap demineralisasi terkait dengan proses karies
gigi.

Mekanisme fluoride sistemik adalah sebagai berikut:


 Penggunaan fluoride sistemik menghasilkan konsentrasi fluoride
1.000- 2.000 ppm di lapisan luar dari enamel
 Sisa enamel mengandung sekitar 20-100 ppm fluoride
 Sebelum erupsi, enamel yang sudah terbentuk dilapisi oleh plasma
yang mengandung fluoride dan berkontribusi dalam pembuatan
lapisan luar yang kaya akan fluoride
 Setelah erupsi, enamel dilapisi oleh fluoride yang terkandung dalam
saliva dan cairan krevikular, yang berasal dari fluoride yang diserap
secara sistemik (fluoride yang tertelan)
 Lapisan yang kaya akan fluoride dan lapisan dalam dari enamel yang
mengandung 20 – 100 ppm fluoride masih rentan terhadap pH asam.
 Pencegahan karies yang sedang berlangsung dari air fluoride dan
minuman yang mengandung fluoride lainnya dan / atau makanan juga
dapat terjadi sebagai akibat langsung dari efek topikal dengan
beberapa retensi fluoride secara intra-oral pada gigi dan pada dental
biofilm (plak).
Penelanan fluoride berlebihan yang tidak disengaja selama perkembangan
enamel dapat menghasilkan fluorosis dan tergantung pada dosis, usia anak dan durasi
konsumsi fluoride yang berlebihan. Risiko fluorosis dengan penggunaan pasta gigi
dan suplemen fluoride yang teratur telah ditemukan, menggarisbawahi pentingnya
jumlah fluoride yang harus dikonsumsi ketika meresepkan suplemen.

FLUORIDE TOPIKAL
Fluoride topikal tersedia sebagai fluoride in office dan fluoride yang
digunakan di rumah. Fluoride topikal bertindak pada intra-oral dengan cara:
memberikan fluoride dosis tinggi secara berkala (in office) dan memberikan dosis
fluoride yang rendah (penggunaan di rumah).
Fluorida topikal yang tersedia meliputi: Sodium fluoride, Sodium
monofluorophosphate, Asam fosfat berfluoride (atau natrium fluoride tereduksi),
Stannous fluoride, Fluorida dari Glass Ionomer Cement, dan bahan dental lain yang
melepaskan fluoride.
Formulasi tereduksi pertama kali diteliti dengan tujuan meningkatkan jumlah
fluoride yang diserap dan pertukaran ion melalui penggunaan pH rendah. Termasuk
di dalamnya adalah fosfat yang dapat mencegah kerusakan jaringan keras gigi.
Peneliti lain berfokus pada formulasi yang memiliki potensi untuk mengikat fluoride
ke permukaan gigi atau memperpanjang aplikasi untuk meningkatkan pelepasan dan
ketersediaan fluoride.
KARIES DAN MEKANISME KERJA FLUORIDE TOPIKAL

Karies gigi adalah penyakit infeksi multifaktorial yang disebabkan oleh


adanya bakteri kariogenik - terutama streptococci mutans (Streptococcus mutans dan
S. sobrinus) serta lactobacilli. Bakteri ini memetabolisme karbohidrat yang dapat
difermentasi, menghasilkan asam yang mampu mendemineralisasi jaringan keras gigi
di bawah pH 5,5 dalam lingkungan yang mendukung. Selama keadaan asam,
pelarutan lapisan bawah permukaan enamel terjadi pada pH 3.8 - 4.8, disertai dengan
hilangnya ion kalsium dan fosfat dari kristal.
Saat pH intra oral kembali seperti semula sekitar 30 menit setelah keadaan
asam, terjadi remineralisasi dengan kalsium fosfat dan ion fluoride yang terjadi di
lokasi demineralisasi. Perkembangan karies pada dentin terjadi lebih cepat karena
terjadi degradasi fibril kolagen. Hasil dari demineralisasi yang berulang (dan tanpa
adanya remineralisasi) adalah munculnya bintik-bintik putih karena terjadi
demineralisasi di bagian bawah permukaan. Pada pasien yang sedang dilakukan
perawatan ortodontik, bintik-bintik putih ini dapat ditemukan berdekatan dengan
bracket dan dapat disebut sebagai dekalsifikasi ortodontik.
Setelah struktur bawah permukaannya hilang, permukaan enamel menjadi
rusak dan dapat terbentuk kavitas. Perkembangan karies terjadi lebih cepat dalam
dentin karena demineralisasi dentin diikuti oleh degradasi enzimatik dari degradasi
kolagen fibril yang terekspos.
Manfaat anti-karies yang berasal dari fluoride topikal dapat dikaitkan terutama
dengan pencegahan demineralisasi dan peningkatan proses remineralisasi.
Ketersediaan fluoride intra-oral membantu mencegah terjadinya demineralisasi, dan,
jika terjadi demineralisasi dapat membantu proses remineralisasi. Aplikasi fluorida
topikal dengan konsentrasi tinggi menghasilkan pembentukan globules seperti
kalsium fluoride yang dapat larut dalam solusi alkali pada permukaan gigi. Jumlah
globule tersebut dipengaruhi oleh durasi aplikasi dan konsentrasi fluoride topikal
yang digunakan.
Globules ini bertindak sebagai cadangan fluoride dan telah diamati dengan
scanning electron microscopy. Para peneliti meyakini bahwa fosfat yang terkait
dengan globules ini bertanggung jawab untuk stabilitas pH yang normal. Saat
keadaan sudah menjadi asam, globules menjadi pecah dan melepaskan kalsium, fosfat
dan fluoride, menyebabkan konsentrasi ion-ion ini lebih tinggi di permukaan gigi
secara internal. Ion-ion tersebut kemudian bermigrasi ke situs demineralisasi dan
meremineralisasi defek yang sudah terjadi, juga membentuk hidroksiapatit yang
berfluoride.
Hidroksiapatit dari email gigi terutama terdiri dari ion fosfat (PO43-) dan ion
kalsium (Ca2 +). Dalam kondisi normal, ada keseimbangan stabil antara ion kalsium
dan fosfat dalam saliva dan kristal hidroksiapatit yang merupakan 96% bagian dari
enamel gigi. Nilai pH yang turun di bawah tingkat kritis (5,5 untuk enamel, dan 6,2
untuk dentin) dapat menyebabkan pelarutan mineral gigi (hidroksiapatit) dalam
proses yang disebut demineralisasi. Saat kapasitas buffer alami dari saliva membuat
pH menjadi meningkat, mineral bersatu kembali ke dalam gigi melalui proses
remineralisasi.
Saat pH pada permukaan gigi menjadi asam, fosfat dalam cairan oral
bergabung dengan ion hidrogen (H +) untuk membentuk spesies hidrogen fosfat. Di
bawah kondisi ini, fosfat "diambil" dari enamel gigi untuk mengembalikan tingkat
fosfat dalam air saliva sehingga hidroksiapatit menjadi larut. Saat pH kembali normal,
kalsium dan fosfat dalam salivadapat terrekristalisasi ke hidroksiapatit, menyebabkan
terjadinya remineralisasi email.
Karies hanyalah hasil dari serangkaian siklus demineralisasi / remineralisasi di
mana, seiring waktu, kondisi demineralisasi terjadi. Saat terdapat fluoride dalam
cairan oral yaitu saliva, fluorapatit, bukan hidroksiapatit, terbentuk selama proses
remineralisasi. Ion fluoride (F–) menggantikan gugus hidroksil (OH–) dalam
pembentukan kristal apatit. Faktanya, keberadaan fluoride meningkatkan laju
remineralisasi.
Fluorapatite tidak mudah larut seperti hidroksiapatit, bahkan dalam kondisi
asam. Saat hidroksiapatit larut dalam kondisi kariogenik (asam), fluoride yang
tersedia dalam kavitas oral akan memicu terbentuknya fluorapatite. Fluorapatite tidak
mudah larut seperti hidroksiapatit sehingga lebih tahan terhadap demineralisasi
apabila kondisi asam kembali terjadi.
Pada fluoride topikal konsentrasi rendah (seperti yang digunakan dalam pasta
gigi dan obat kumur), fluoride disimpan dalam larutan saliva serta disimpan sebagai
kalsium fluoride yang larut dalam alkali. Dengan demikian, fluoride topikal
menghasilkan retensi fluoride pada permukaan gigi; di saliva dan plak gigi; dan pada
jaringan lunak intra-oral, terutama lidah dan vestibulum posterior bawah.
Sebagian besar efek fluoride topikal adalah karena adanya fluoride yang
tersedia dari pengaruh serapan fluoride selama terapi fluoride (in office atau di
rumah). Fluoride yang terkonsumsi juga berkontribusi terhadap efek fluoride topikal.
Penghilangan plak dengan profilaksis secara profesional sebelum penggunaan
fluoride topikal in-office telah ditemukan masih menghasilkan pembentukan
gumpalan mirip kalsium fluoride di permukaan gigi dan, pada kenyataannya, dapat
meningkatkan retensi fluoride dan keberhasilan terapi fluoride. Penggunaan obat
kumur fluoride secara rutin pada gigi yang terdapat plak telah terbukti menghasilkan
pengendapan fluoride yang larut dalam alkali.
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PENGGUNAAN FLUORIDE

Menurut Donley (2003), meliputi :


Indikasi:
1. pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai tinggi
2. gigi dengan permukaan akar yang terbuka
3. gigi yang sensitif
4. anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down syndrome)
5. pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic

Kontraindikasi:
1. pasien anak dengan resiko karies rendah
2. pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum berfluor
3. ada kavitas besar yang terbuka

Indikasi dan kontra indikasi penggunaan mouthwash yang mengandung


fluoride adalah sebagai berikut :

Indikasi:
1. Anak-anak berisiko karies di atas usia 6 tahun yang sudah bisa berkumur
danmeludah dengan baik
2. Pasien dengan alat ortodonti
3. Orang dewasa berisiko karies yang laju aliran saliva-nya menurun karena
obat-obatan, penyakit atau radioterapi
4. Orang dewasa dengan akar gigi yang terbuka

Kontra indikasi:
1. Anak-anak usia di bawah 6 tahun yang belum bisa berkumur dengan baik
Indikasi fluoride topikal adalah:
1. pasien dengan karies resiko menengah dan tinggi terutama pada anak dibawah
lima tahun
2. bahan desensitasi/mengurangi sensitifitas pada akar gigi yang terbuka
3. pasien yang mempunyai banyak lubang gigi dan cenderung terbentuk white
spot oleh karena hipokalsikasi atau kelainan perkembangan gigi
4. Anak yang lebih dari setahun masih menggunakan susu botol dan pada anak
yang tidak bisa tidur bila tidak minum susu botol
5. Anak yang mempunyai keterbelakangan mental
6. Pasien yang sedang medikasi akibat kadar gula tinggi

Kontra indikasi fluoride topikal:


1. Pasien yang cukup konsumsi air minum yang mengandung fluoride atau diet
sehari-harinya telah tercukupi kebutuhan fluoridenya

PENILAIAN RISIKO KARIES

Form penilaian risiko karies adalah salah satu protokol penatalaksanaan karies
yang dibuat oleh American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) yang diharapkan
dapat membantu dokter gigi dalam membuat keputusan mengenai perawatan
berdasarkan pada risiko karies dan kepatuhan pasien. Hal ini merupakan bagian
penting dalam perawatan klinis kontemporer untuk bayi, anak-anak, dan remaja.
Indikator risiko karies adalah variabel yang diduga dapat menyebabkan karies
secara langsung (misalnya mikroflora) atau telah ditunjukkan berguna dalam
memprediksi terjadinya hal tersebut (misalnya, status sosial ekonomi) dan termasuk
di dalamnya variabel-variabel yang dapat dianggap sebagai faktor protektif.
Tabel 1. Penilaian Risiko karies untuk anak usia 0-3 tahun (untuk
pewawancara yang bukan merupakan dokter gigi)
Tabel 2. Penilaian Risiko karies untuk anak usia 0-5 tahun (untuk dokter gigi)

Tabel 3. Penilaian Risiko karies untuk anak dengan usia di atas 6 tahun (untuk
dokter gigi)

Anda mungkin juga menyukai