Pemberian topical fluor adalah memberikan larutan fluor secara langsung ke enamel gigi
yang sudah dilakukan pembersihan dan pengeringan pada gigi. Caranya yaitu permukaan gigi
diolesi larutan fluor dibiarkan kering 3 menit. Bentuk fluor bisa pasta, larutan, gel dan
sebagainya.
Apliksai fluor secara sistemik yaitu pemberian fluoride yang didapat dari tubuh lewat sistem
penceranaan dan ikut membentuk struktur gigi menjadi lebih kuat. Bentuk fluor bisa didapat
dari saliva yang selalu melumasi area gigi geligi. Aplikasi fluor secara sistemik dapat terjadi
melewati air minum dan pemberian tambahan fluoride dari tablet, dan lain-lain.
Proses yang terjadi aplikasi fluor dapat secara pra erupsi dan pasca erupsi. Untuk proses gigi
jadi rentan karies tentu dilakukan terjadi porses pasca erupsi yang menstabilkan proses
remineralisasi supaya tidak terlalu demineralisasi pada enamel gigi dengan memebentuk
kristal enamel baru yang lebih resisten terhadap karies.
Proses remineralisasi terjadi saat pH sudah netral. Maka fluor berfungsi untuk menetralkan
ph Asam yang dimana masih proses demineralisasi. Saat netral pH nya, akan terbentuk
Kalsium dan fosfat yang cukup. Prinsipnya selama ada ion kalsium dan fosfat, maka
mineralisasi (remineralisasi) akan masih berlanjut.
Awal proses yaitu enamel kristal apatit terdiri ion karbonat dan magnesium yang mudah larut
oleh asam. Fluor dapat beraksi di permukaan gigi enamel yang nantinya bisa membentuk
kalsium fluor dan fluorapatite. Substansi bentukan tersebut akan memberikan efek enamel
menjadi lebih kuat dan rentan terhadap karies. Prinsipnya yaitu membentuk remineralisasi
setelah demineralisasi karena kondisi asam pada enamel gigi. Saat pH turun bahkan kritis
capai 5,5 tentu asam bereaksi dengan fosfat saliva dan plak/kalkulus menjadikan kristal
menjadi larut bisa sebagian atau penuh. Fluoride yang masih ada pun akhirnya bereaksi
dengan kalsium dan hydrogenphospate untuk membentuk Fluor Apatit (FA). Namun FA tetap
bisa larut jika ph Asam sudah 4,5 maka dari itu pada pH 5,5 sudah kritis dan menjadi aksi
fluoride segera menangani asam mencapai pH netral dan bisa proses remineralisasi
membentuk FA mengganti kristal hidroksiapatit.
Proses Demineralisasi
*Karena banyak glukosa,sukrosa, fruktosa, dan gula lain mengandung asam pada plak karena
bakteri tentu lebih kuat melarutkan hydroski apatit, namun jika pH mencapai 4,5
kemungkinan melarutkan Fluorapatit
Proses Remineralisasi
*Karena gula sudah dibersihkan atau asam sudah netral tentu banyak kristal yang larut dari
hidroksiapatit maupaun mungkin juga bisa melarutkan fluorapatite yang dimana Fluroide
bereaksi dengan proses pembersihan bakteri dan menetralkan asam, serta membentuk proses
remineralisasi banyak menghasilkan fluorapatite (lebih kuat daripada karies).
Proses ini dapat terjadi dala kehidupa sehari semisal saat makan tentu terjadi demineralisasi
20-30 menit setelah makan dan kemudian saliva bekerja netralkan asam bersama fluor juga
memproses remineralisasi sebelum asam benar-benar mencapai ph nya yang sangar Kritis
mencapai 4,5. Jika sudah mencapai 4,5 lebih tentu tidak ada kesempatan untuk bisa
remineralisasi karena FA pun sudah larut dalam kondisi asam itu. Sehingga bisa terjadi
karies.
Proses semua terjadi bisa adanya karies atau tidak tergantung dari faktor-faktor yang multiple
dapat meningkatkan proses demineralisasi atau remineralisasi. Faktor utama yang berperan
remineralisasi yaitu Fluoride yang menetralkan asam, mempercepat remineralisasi,
membentuk fluorapatite (lebih resisten terhadap asam), serta fluor juga bersifat bakteriostatik
dan bakteriosida yang dapat mencegah berkembangnya bakteri di gigi.
Referensi :
- Rahayu, Y. C. (2015). Peran Agen Remineralisasi pada lesi karies
dini. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 10(1), 25-30.
- Sirat, N. M. (2014). PENGARUH APLIKASI TOPIKAL DENGAN LARUTAN Na
DAN SnF2 DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI. JURNAL KESEHATAN GIGI
(DENTAL HEALTH JOURNAL), 2(2), 222-232.
- Üstün, N., & Aktören, O. (2019). Analysis of efficacy of the self‐assembling peptide‐
based remineralization agent on artificial enamel lesions. Microscopy research and
technique, 82(7), 1065-1072.
- Lima-Arsati, Y. B. O., Martins, C. C., Rocha, L. A., & Cury, J. A. (2010). Fingernail
may not be a reliable biomarker of fluoride body burden from dentifrice. Brazilian
dental journal, 21(2), 91-97.