Anda di halaman 1dari 4

Muhammad Henri Indrawan 31101700057

Proses mekanisme aplikasi fluor secara sistemik, sehingga gigi


resisten terhadap karies.

Pemberian topical fluor adalah memberikan larutan fluor secara langsung ke enamel gigi
yang sudah dilakukan pembersihan dan pengeringan pada gigi. Caranya yaitu permukaan gigi
diolesi larutan fluor dibiarkan kering 3 menit. Bentuk fluor bisa pasta, larutan, gel dan
sebagainya.

Apliksai fluor secara sistemik yaitu pemberian fluoride yang didapat dari tubuh lewat sistem
penceranaan dan ikut membentuk struktur gigi menjadi lebih kuat. Bentuk fluor bisa didapat
dari saliva yang selalu melumasi area gigi geligi. Aplikasi fluor secara sistemik dapat terjadi
melewati air minum dan pemberian tambahan fluoride dari tablet, dan lain-lain.

Pemberian fluor secara sistemik dapat dilakukan 3 cara :


1. Fluoridasi air minum
Air minum yang bersih higienis tentu baik karena terdapat fluor yang dapat memicu
proses remineralisasi pada gigi untuk mencegah terjadinya karies. Namun ada
takarannya pemberian fluor yaitu antara 1-1,2 ppm karena jika terlalu banyak fluor
dapat terjadi fluorosis yang bisa menyebabkan gigi coklat, permukaan tidak rata
berbintik, dan akhirnya gigi rusak.

2. Fluridasi lewat makanan


Makanan minuman sehari sudah dapat adanya fluor seperti air mineral, minuman
ringan, makanan berkuah, dan lain-lain. Tetap perlu diperhatikan makanan minuman
kandungan fluor yang cukup untuk mencegah fluorosis.

3. Fluoridasi dengan obat


Fluor obat seperti bentuk tablet memiliki kandungan sangat tinggi fluornya. Aplikasi
ini lebih diberikan untuk anak karies tinggi dan konsumsi air minum rendah fluor.
Aplikasi ini bisa diberikan pada bayi dengan dosis yang sesuai anjuran dalam masa
gigi erupsi supaya gigi yang terbentuk tidak mengalami kelainan struktur enamelnya.

Proses yang terjadi aplikasi fluor dapat secara pra erupsi dan pasca erupsi. Untuk proses gigi
jadi rentan karies tentu dilakukan terjadi porses pasca erupsi yang menstabilkan proses
remineralisasi supaya tidak terlalu demineralisasi pada enamel gigi dengan memebentuk
kristal enamel baru yang lebih resisten terhadap karies.

Proses remineralisasi terjadi saat pH sudah netral. Maka fluor berfungsi untuk menetralkan
ph Asam yang dimana masih proses demineralisasi. Saat netral pH nya, akan terbentuk
Kalsium dan fosfat yang cukup. Prinsipnya selama ada ion kalsium dan fosfat, maka
mineralisasi (remineralisasi) akan masih berlanjut.

Awal proses yaitu enamel kristal apatit terdiri ion karbonat dan magnesium yang mudah larut
oleh asam. Fluor dapat beraksi di permukaan gigi enamel yang nantinya bisa membentuk
kalsium fluor dan fluorapatite. Substansi bentukan tersebut akan memberikan efek enamel
menjadi lebih kuat dan rentan terhadap karies. Prinsipnya yaitu membentuk remineralisasi
setelah demineralisasi karena kondisi asam pada enamel gigi. Saat pH turun bahkan kritis
capai 5,5 tentu asam bereaksi dengan fosfat saliva dan plak/kalkulus menjadikan kristal
menjadi larut bisa sebagian atau penuh. Fluoride yang masih ada pun akhirnya bereaksi
dengan kalsium dan hydrogenphospate untuk membentuk Fluor Apatit (FA). Namun FA tetap
bisa larut jika ph Asam sudah 4,5 maka dari itu pada pH 5,5 sudah kritis dan menjadi aksi
fluoride segera menangani asam mencapai pH netral dan bisa proses remineralisasi
membentuk FA mengganti kristal hidroksiapatit.

Proses Demineralisasi

*Karena banyak glukosa,sukrosa, fruktosa, dan gula lain mengandung asam pada plak karena
bakteri tentu lebih kuat melarutkan hydroski apatit, namun jika pH mencapai 4,5
kemungkinan melarutkan Fluorapatit
Proses Remineralisasi

*Karena gula sudah dibersihkan atau asam sudah netral tentu banyak kristal yang larut dari
hidroksiapatit maupaun mungkin juga bisa melarutkan fluorapatite yang dimana Fluroide
bereaksi dengan proses pembersihan bakteri dan menetralkan asam, serta membentuk proses
remineralisasi banyak menghasilkan fluorapatite (lebih kuat daripada karies).

Mekanisme utama fluor yaitu menghambat proses demineralisasi dengan menetralkan


keasaman dibantu efek buffer saliva serta saliva sebagai pembersih bakteri di gigi kemudian
meningkatkan remineralisasi. Kandungan kristal enamel berupa hidroksil dan fluor akan
menggantikan kristal apatit yang terdiri karbonat dan magnesium yang sudah larut. Kristal
baru tentu memiliki resisten asam yang lebih kuat namun tetap ada batas ph Asam mencapai
4,5 akan larut.

Proses ini dapat terjadi dala kehidupa sehari semisal saat makan tentu terjadi demineralisasi
20-30 menit setelah makan dan kemudian saliva bekerja netralkan asam bersama fluor juga
memproses remineralisasi sebelum asam benar-benar mencapai ph nya yang sangar Kritis
mencapai 4,5. Jika sudah mencapai 4,5 lebih tentu tidak ada kesempatan untuk bisa
remineralisasi karena FA pun sudah larut dalam kondisi asam itu. Sehingga bisa terjadi
karies.

Proses semua terjadi bisa adanya karies atau tidak tergantung dari faktor-faktor yang multiple
dapat meningkatkan proses demineralisasi atau remineralisasi. Faktor utama yang berperan
remineralisasi yaitu Fluoride yang menetralkan asam, mempercepat remineralisasi,
membentuk fluorapatite (lebih resisten terhadap asam), serta fluor juga bersifat bakteriostatik
dan bakteriosida yang dapat mencegah berkembangnya bakteri di gigi.
Referensi :
- Rahayu, Y. C. (2015). Peran Agen Remineralisasi pada lesi karies
dini. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 10(1), 25-30.
- Sirat, N. M. (2014). PENGARUH APLIKASI TOPIKAL DENGAN LARUTAN Na
DAN SnF2 DALAM PENCEGAHAN KARIES GIGI. JURNAL KESEHATAN GIGI
(DENTAL HEALTH JOURNAL), 2(2), 222-232.
- Üstün, N., & Aktören, O. (2019). Analysis of efficacy of the self‐assembling peptide‐
based remineralization agent on artificial enamel lesions. Microscopy research and
technique, 82(7), 1065-1072.
- Lima-Arsati, Y. B. O., Martins, C. C., Rocha, L. A., & Cury, J. A. (2010). Fingernail
may not be a reliable biomarker of fluoride body burden from dentifrice. Brazilian
dental journal, 21(2), 91-97.

Anda mungkin juga menyukai