Anda di halaman 1dari 11

RESUME DISKUSI

TAF (Topical Application Flour)

Oleh:
Deno Restuti 40617043

Dosen Pembimbing Diskusi

drg Faisal Rizky

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA
KEDIRI
2020
1. Definisi TAF
Aplikasi topikal fluor merupakan tehnik yang sederhana untuk aplikasi
larutan fluor yang dilakukan oleh praktisi gigi dan dapat diaplikasikan dengan
mudah. Fluoridasi topikal ini sangat dianjurkan pada gigi anak yang baru
erupsi di dalam mulut untuk memperkuat lapisan email gigi.
Aplikasi topikal fluor adalah pengolesan langsung larutan fluor yang
pekat pada email setelah gigi dibersihkan dan dikeringkan dengan semprotan
udara. Permukaan gigi diolesi larutan fluor serta dibiarkan kering selama 3-5
menit.

2. Tujuan Pemberian TAF


Tujuan penggunaan fluor adalah untuk melindungi gigi dari karies, fluor
bekerja dengan cara menghambat metabolisme bakteri plak yang dapat
memfermentasi karbohidrat melalui perubahan hidroksil apatit pada enamel menjadi
fluor apatit yang lebih stabil dan lebih tahan terhadap pelarutan asam.
Efek aplikasi fluor secara topikal dalam menghambat karies gigi yaitu dapat
memacu proses remineralisasi pada permukaan enamel, menghambat sistem enzim
mikrobiologi yang merubah karbohidrat menjadi asam dalam plak gigi dan adanya
efek bakteriostatik yang menghambat kolonisasi bakteri pada permukaan gigi.
Penggunaan flour juga memiliki manfaat dan tujuan praerupsi dan pasca
erupsi gigi.
a. Praerupsi

 Selama pembentukan gigi, fluoride melindungi enamel dari pengurangan


sejumlah matriks yang dibentuk.
 Pembentukan enamel yang lebih baik dengan kristal apatit yang lebih resisten
terhadap asam.
 Pemberian yang optimal, kristal apatit lebih tahan terhadap kelarutan yang
disebabkan oleh asam.
b. Pascaerupsi
 Fluoroapatit menurunkan kelarutan enamel dalam asam.
 Fluoroapatit lebih padat sehingga gigi lebih tahan oleh proses demineralisasi.
 Fluoride menggantikan ion karbonat dalam struktur apatit.
 Adanya fluoride dalam saliva meningkatkan remineralisasi, sehingga
merangsang perbaikan atau penghentian lesi karies awal.
 Fluoride menghambat banyak sistem enzim. Hambatan terhadap enzim yang
terlibat dalam pembentukan asam serta pengangkutan dan penyimpanan
glukosa dalam streptococcus oral dan juga membatasi penyediaan bahan
cadangan untuk pembuatan asam dalam sintesa polisakarida.
 Mencegah demineralisasi. Gigi yang diberi fluoride memiliki penurunan daya
larut enamel dalam asam rongga mulut. Dengan cara mengurangi
permeabilitas enamel, maka mineral yang terkandung dalam gigi tidak cepat
terlarut dalam saliva, melainkan digantikan oleh ion-ion fluoride pada
permukaan enamel.
 Memiliki sifat antibakteri. Pada keadaan pH rendah, fluoride akan berdifusi ke
dalam Hydrofluoride Acid. Hal ini menyebabkan fluoride menghambat
metabolisme karbohidrat oleh bakteri kariogenik sehingga menghalangi
pembentukan asam.
 Mempercepat remineralisasi. Dengan cara mengubah lingkungan permukaan
dari enamel, sehingga transfer ion antara saliva dan enamel dapat berlangsung
efektif. Keadaan ini mengakibatkan proses ionisasi pada permukaan yang
terdemineralisasi menjadi lebih cepat.
3. Indikasi dan Kontraindikasi TAF

Indikasi
 Pasien anak di bawah 5 tahun yang memiliki resiko karies sedang sampai
tinggi
 Gigi dengan permukaan akar yang terbuka
 Gigi yang sensitif
 TAF diaplikasikan pada gigi sulung atau gigi permanen pada anak usia 3, 5, 7,
dan 10 tahun , yaitu pada masa pertumbuhan gigi
 Anak-anak dengan kelainan motorik, sehingga sulit untuk membersihkan gigi
(contoh: Down Syndrome)
 Pasien yang sedang dalam perawatan orthodontic
 Pada pemeberian APF gel diindikasikan untuk anak yang masih kecil, dan
membutuhkan prosedur yang cepat

Kontraindikasi
 Pasien anak dengan risiko karies rendah
 Pasien yang tinggal di kawasan dengan air minum terfluoridasi
 Ada kavitas besar yang terbuka

4. Patogenesis Karies Gigi


Interaksi bakteri streptococcus mutans dengan pelikel pada permukaan gigi →
akumulasi dan kolonisasi S. mutans → metabolism karbohidrat oleh S.
mutans menghasilkan asam laktat (teori hipotesis acidogenesis) → penuruna
pH plak → suasana asam pada permukaan gigi → ion asam bereaksi dengan
fosfat pada saliva dan plak / kalkulus (buffering : H + + PO43- → HPO 4
2-
)→
bila pH kritis HA (5,5) tercapai, mulai terjadi interaksi progresif ion asam
dengan fosfat pada HA (hidroksiapatit) → demineralisasi : melarutkan
permukaan Kristal HA sebagian / penuh. Bila pH dinetralkan (atau
peningkatan pH) dan terdapat ion Ca 2+ dan PO43- dalam jumlah cukup →
remineralisasi yaitu terbentuk kembali HA atau bila terdapat flour, maka akan
membentuk flouroapatit (FA) yang lebih resisten terhadap asam (pH kritis =
4,5). Apabila pH terjadi penurunan lebih lanjut maka akan terjadi
demineralisasi lebih besar dari remineralisasi sehingga menyebabkan kavitas
karies semakin dalam.

5. Mekanisme
a. Mekanisme flour untuk mengurangi populasi plak ada 3 cara yaitu:
- Mengubah metabolism enzim pada bakteri
- Mengurangi tingkat keasaman
- Mengurangi adhesi plak dan felikel pada gigi
b. Mekanisme flour meningkatkan remineralisasi yaitu terbentuknya endapan
calcium fluoride CaF2 (lapisan pelindung terhadap asam) pada permukaan
enamel → pada PH rendah CaF2 larut dalam asam → Ca2+ membentuk brushit
(kalsium fosfat) yang paling stabil pada pH < 4,3. Sedangkan F- sebagian
membentuk HF (menurunkan produksi asam oleh bakteri), sebagian flour
bereaksi dengan brushit membentuk fluoroapatit.
c. Mekanisme flour menghambat demineralisasi yaitu, pada konsentrasi flour
tinggi dapat menghambat metabolism bakteri. Dalam keadaan pH rendah,
fluoride akan berikatan dengan ion hydrogen membentuk HF (hydroflouroric
acid) yang dapat berdifusi masuk kedalam sel bakteri. Disosiasi HF didalam
sel bakteri : H+ → sel menjadi asam. F- → menghambat enzim enolase
(enzim bakteri untuk metabolism karbohidrat) → bakteri tidak dapat
menghasilkan asam laktat dan menghambat bakteri berkembang biak.
d. Flour meningkatkan resistensi terhadap asam yaitu flouroapatit → lebih
resisten terhadap asam (pH kritis < 4,5) dibandingkan dengan hidroksiapatit
(pH kritis < 5,5).
6. Sediaan TAF
 Pasta Gigi Berfluoride
Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium
fluoride dan sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina
fluoride juga kadang digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride
dalam pasta gigi adalah antara 1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride
rendah mengandung kurang dari 1000 ppm (sekitar 400-500 ppm F) dan
biasanya ditujukan untuk anak-anak. Pasta gi vgi dengan fluoride tinggi
mengandung lebih dari 1500 ppm (biasanya berkisar antara 2000-5000 ppm
F) dan tersedia untuk orang dewasa dengan risiko karies tinggi.
 Obat Kumur Berfluoride
Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali
atau dua kali sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm
digunakan seminggu sekali. Obat kumur berfluoride dapat menurunkan risiko
karies 26%.
 Fluoride Varnish
Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish
tersedia baik dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh
profesional/dokter gigi. Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5%
sodium fluoride (25.000 ppm), 0.9% difluorosilane, dan 6% sodium fluoride
ditambah 6% kalsium flouride (56.300 ppm).12
 APF (Acidulated Phosphate Fluor) 1,23% Gel
APF 1,23% gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan
merupakan campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1
M orthophosphoric acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%.
Konsentrasi yang tersedia adalah 1.23% (setara dengan 12.3 mg ion F/g gel
atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5,
sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat dan
orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion. APF gel bersifat
stabil, tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima.13
 Sodium Fluoride (NaF)
Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat
menurunkan risiko karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara
dengan 10 mg F/g atau 10.000 ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral),
sehingga direkomendasikan untuk pasien dengan restorasi porselen dan GIC
untuk menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus dengan erosi
enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel.
NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan diskolorasi
gigi, dan rasanya dapat diterima.
 Stannous Fluoride (SnF2)
Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955.
Kelebihan SnF2 adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-
fluorophosphate complex yang highly insoluble pada permukaan enamel.
Kerugiannya adalah pHnya yang rendah menyebabkan astringent,
menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan tidak stabil. Untuk
mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan gel SnF2
yang terdiri dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan
ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan
dekalsifikasi di sekitar band pada pasien ortodontik.

7. Alat, Bahan dan Tahapan TAF NaF 2% dan APF Gel 1,23%
a. Alat
- Set alat dasar
- Set alat scalling
- Plastic filling instrumen
- Suction
- Brush, rubber cup, dental floss
- Cotton roll, cotton pellet
- Air spray
- Individual tray

b. Bahan
- NaF 2%
- APF Gel 1,23%
- Pumice
- Bahan tumpat sementara

c. Tahapan NaF 2%
- Pasien diposisikan di dental unit dengan posisi tegak, operator berada
didepan kanan pasien (jam 8)
- Melakukan universal precaution
- Melakukan anamnesa → mendapatkan indikasi perawatan TAF
- Melakukan oral profilaksis, melakukan scalling (jika diperlukan),
membersihkan gigi menggunakan pumice dan brush, kemudian pasien
diintruksikan untuk berkumur untuk membersihkan sisa-sisa pumice
dan bersihkan daerah proksimal menggunakan dental floss
- Lakukan penumpatan sementara dengan bahan tumpatan sementara
yaitu caviton, aplikasi caviton ke kavitas menggunakan palstic filling
instrument
- Isolasi daerah kerja yang adekuat agar tidak terkontaminasi dengan
saliva
- Keringkan daerah kerja menggunakan semprotan udara secara
perlahan, instruksikan kepada pasien untuk tetap membuka mulut
sebelum perawatan selesai
- Aplikasi NaF 2% menggunakan cotton pellet yang dijepit
menggunakan pinset atau bisa menggunakan micro brush, biarkan
mengering 3-5 menit
- Lakukan pada sisi yang lain, aplikasi pada sisi yang lain bisa juga
dilakukan pada saat kontrol atau kunjungan selanjutnya
- Lepas tumpatan sementara
- KIE :
. pasien diintruskikan untuk tidak berkumur, makan dan minum selama
30 menit setelah perawatan
. pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu setelah perawatan
. pasien diintruksikan untuk melakukan perawatan TAF 4 kali selama 1
tahun
. pasien diinstruksikan untuk rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap
6 bulan sekali ke dokter gigi

d. Tahapan APF gel 1,23%


- Pasien diposisikan di dental unit dengan posisi tegak, operator berada
didepan kanan pasien (jam 8)
- Melakukan universal precaution
- Melakukan anamnesa → mendapatkan indikasi perawatan TAF
- Melakukan oral profilaksis, melakukan scalling (jika diperlukan),
membersihkan gigi menggunakan pumice dan brush, kemudian pasien
diintruksikan untuk berkumur untuk membersihkan sisa-sisa pumice
dan bersihkan daerah proksimal menggunakan dental floss
- Lakukan penumpatan sementara dengan bahan tumpatan sementara
yaitu caviton, aplikasi caviton ke kavitas menggunakan palstic filling
instrument
- Pemilihan sendok cetak / individual tray
- Isolasi daerah kerja yang adekuat agar tidak terkontaminasi dengan
saliva
- Keringkan daerah kerja menggunakan semprotan udara secara
perlahan, instruksikan kepada pasien untuk tetap membuka mulut
sebelum perawatan selesai
- Aplikasi APF gel 5 ml atau 1/3 pada sendok cetak
- Aplikasi sendok cetak ke dalam rongga mulut pasien, yaitu aplikasi
pada rahang atas terlebih dahulu kemudian aplikasi pada rahang
bawah, setelah itu pasien diinstruksikan untuk menutup mulut ± 4
menit
- Bersihkan sisa-sisa gel menggunakan cotton pellet yang dijepit pinset
dan pada bagian proksimal menggunakan dental floss
- Lepas tumpatan sementara
- KIE :
. pasien diintruskikan untuk tidak berkumur, makan dan minum selama
30 menit setelah perawatan
. pasien diinstruksikan untuk kontrol 1 minggu setelah perawatan
. pasien diintruksikan untuk melakukan perawatan TAF 4 kali selama 1
tahun
. pasien diinstruksikan untuk rutin melakukan pemeriksaan gigi setiap
6 bulan sekali ke dokter gigi
LAMPURAN
Diskusi dilaksanakan pada hari selasa, 19 mei 2020 pukul 09:00
s/d selesai

Anda mungkin juga menyukai