Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

Tulang dibangun oleh proses resorpsi dan aposisi, demikian halnya yang
terjadi pada gigi dimana akar-akar gigi sulung menunjukkan resorpsi fisiologis sebagai
permulaan pergantian. Resorpsi yaitu perusakan jaringan (gigi dan tulang) yang
mengalami demineralisasi oleh osteoklas. Resorpsi bisa terjadi pada tulang alveolar
edentulous, pada akar gigi sulung sebagai permulaan pergantian, juga pada gigi yang
mengalami kelainan patologis.

Semua struktur jaringan keras gigi dapat mengalami resorpsi bahkan pada
proses karies pun dapat terjadi resorpsi yang terlihat pada foto rontgen. Sejauh ini
bentuk yang paling umum didapati adalah resorpsi akar gigi desidui, resorpsi yang
terjadi akibat adanya trauma, tekanan terhadap gigi yang tidak erupsi ataupun pada
tumor. Kadang-kadang bila resorpsi meluas, gigi dapat tanggal tetapi pada bentuk lain
resorpsi dapat diatasi dan gigi dapat dipertahankan sehingga gigi dapat berfungsi.

Praktek kedokteran gigi umum mencakup sebagian besar pemeriksaan,


diagnosa, perencanaan perawatan, perawatan, dan pencegahan penyakit. Dokter gigi
sering menggunakan sinar-x atau peralatan lainnya untuk membantu penegakkan
diagnosis. Perawatan dapat mencakup pencabutan saraf gigi, pencabutan gigi,
penggantian gigi yang tercabut. Dokter gigi juga sering melakukan anestesi untuk
meringankan nyeri. Peran terpenting dari dokter gigi umum adalah tindakan
pencegahan. Jika seorang dokter memeriksa pasiennya secara berkala, maka penyakit
dapat dideteksi lebih awal dan dirawat sebelum menjadi penyakit yang parah dan
serius.

Kedokteran gigi telah lebih dari satu abad menggunakan pemeriksaan


radiografi sebagai sarana untuk memperoleh informasi diagnostik mengenai tulang
yang tidak dapat diperoleh dari pemeriksan klinis dan pemeriksaan lainnya salah
satunya adalah kerusakan tulang alveolar yang merupakan masalah penting dalam
kedokteran gigi terutama dalam penyakit periodontal. Untuk melihat dan mengetahui
perubahan kelainan pada keseluruhan gigi dibutuhkan foto rontgen. Indikator kualitas
tulang yang banyak digunakan dalam penelitian radiografi adalah kepadatan tulang
trabekulasi rahang.

Pada makalah ini tim penulis mencoba membahas lebih lanjut resorpsi pada
gigi dimana resorpsi tersebut sering ditemukan pada pemeriksaan foto rontgen yang
dibuat secara rutin. Resopsi tersebut merupakan resorpsi internal maupun eksternal.
Kerusakan akibat resorpsi ini terlihat pada radiografi dengan kepadatan yang
berkurang, sebagian besar tidak teratur dan menyebar bahkan jika dentin pun sudah
teresorpsi dan telah digantikan oleh unsur yang berkalsifikasi masih dapat terlihat.
Secara radiografi lesi dari resorpsi internal memiliki margin halus, tajam dan dapat
dengan jelas ditentukan. Gigi yang terlibat dapat memperlihatkan suatu bulatan atau
ovoid radiolusen dibagian sentral gigi kecuali perforasi sudah terjadi. Resorpsi akar
eksternal adalah akibat inflamasi lesi periapikal dan tampak lamina dura menghilang
disekitar apeks
BAB II

DEFINISI DAN BENTUK RESORPSI

2.1. Definisi

Resorpsi adalah proses asimilasi bagian struktur yang dibentuk oleh


organisme, dimana terjadi perusakan jaringan gigi yang telah mengalami
demineralisasi oleh osteoklas. Kondisi ini berkaitan dengan proses fisiologis atau
patologis dimana telah terjadi kehilangan jaringan seperti dentin, sementum atau
tulang alveolar. Resorpsi dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen.
Berdasarkan resorpsi patologis menurut etiologinya terbagi atas dua tipe yaitu resorpsi
internal dan resorpsi eksternal. Resorpsi internal ialah resorpsi yang berawal dari
dalam gigi. Resopsi ini merupakan suatu proses idiopatik dimana jaringan pulpa
meresorpsi dinding saluran pulpa akibatnya bisa terjadi perforasi. Resorpsi internal
berawal dari rongga pulpa meluas ke enamel dan terlihat suatu pink spot yang sering
disebut “pink tooth”. Penyebab predisposisi yang jelas terhadap resorpsi internal
belum pasti, namun demikian banyak faktor yang dijumpai pada kondisi tersebut.
³’⁵’⁶’⁹

Resorpsi internal didefinisikan sebagai suatu proses resorpsi yang terjadi pada
permukaan pulpa yang berbatasan dengan dentin. Resorpsi internal yang terjadi lebih
sering didapati pada gigi sulung dibandingkan pada gigi permanen dan dianggap
sebagai bentuk reaksi yang tidak diinginkan. Awal mula terjadinya resorpsi internal
pada gigi geligi sulung sering dihubungkan dengan injuri traumatik, oklusi traumatik
(bruksisma), inflamasi dan infeksi pada pulpa serta terjadi setelah perawatan pulpa
seperti direct pulp capping dan pulpotomi dengan kalsium hidroksida. Karena tidak
ada penyebab spesifik yang dapat dianggap sebagai etiologi awal proses resorpsi ini,
sehingga kemudian diistilahkan sebagai resorpsi internal idiopatik. ⁵’⁸’¹⁰’¹¹
Resorpsi bisa terjadi dengan cepat akan tetapi bisa juga berlangsung perlahan
dan dalam waktu yang lama. Resorpsi akar internal secara klasik diuraikan sebagai
akibat inflamasi kronis jangka panjang pada pulpa. Resorpsi ini dapat bersifat
sementara, sehingga terdapat lacuna pada dinding saluran akar. Sedangkan resorpsi
yang bersifat progresif, odontoblast dirusak dan tidak terdapat predentin. ¹’⁴’⁵

2.2 Bentuk Resorpsi

Bentuk resorpsi internal dibedakan atas dua tipe yakni resorpsi radang dan
resorpsi penggantian. Symptom dini sering tidak ada sehingga tidak diketahui oleh
penderita maupun dokter gigi. Biasanya resorpsi ditemukan pada foto rontgen yang
dibuat secara rutin. ⁹’¹⁴’¹⁷

Resorpsi internal radang adalah perusakan tulang gigi yang berasal dari pulpa,
kebanyakan berpusat pada sentral pulpa. Pada foto rontgen terlihat perluasan
radiolusen dengan bentuk oval atau bulat, kecuali bila telah mencapai kontur akar jelas
dipisahkan oleh tulang gigi dari ruang periodontal. Pada resorpsi penggantian
bentuknya tidak terbatas dan tidak tajam, hal ini terjadi oleh karena osteodentin yang
menyerupai tulang menggantikan tulang gigi yang telah diresorpsi. Pada proses ini
pulpa masih dalam keadaan vital. ⁴’⁸’¹¹

Gambaran yang terbatas dan tajam dipakai juga sebagai kriteria untuk
membedakan resorpsi internal. Resorpsi internal oleh pembentukan osteodentin
memperlihatkan gambaran dengan batas yang kurang tajam. Foto rontgen yang
diambil dari berbagai sudut memperlihatkan pada kerusakan internal yang tidak
terlihat adanya kelainan tulang, kecuali kalau proses menembus ke arah periodontal.
Pada pemeriksaan klinis terlihat mahkota gigi banyak kehilangan dentin sehingga
jaringan pulpa terlihat kemerah - merahan, proses ini dapat juga menembus email ke
rongga mulut maka akan terlihat suatu pulpa polip.

Pada resorpsi internal radang, pulpa koroner menjadi nekrotis dan di tempat
lesi juga tedapat jaringan granulasi. Sedangkan pada resorpsi internal penggantian bila
di dalam tulang sesudah perusakan terjadi pembentukan kembali, kadang-kadang
terbentuk dentin seperti tulang (osteodentin). Osteodentin kemudian akan terkena
proses perusakan, pembentukan kembali dan fase istirahat yang berselang-seling. ¹’⁹’¹¹

Resorpsi internal yang dilaporkan terjadi pada usia 40 atau 50 tahun dan paling
sering pada wanita. Gigi desidui terlibat kira-kira 4% kasus resorpsi internal, resorpsi
tersebut dapat terjadi di bagian gigi manapun. Resorpsi yang mempengaruhi mahkota
atau akar bahkan keduanya. Paling sering terjadi pada pertengahan akar atau pada 1/3
apikal akar. Kemungkian prosesnya agak profresif lambat, meluas satu tahun lebih.
Kemungkinan lain yakni dapat berkembang secara cepat dan akhirnya gigi perforasi
setelah beberapa bulan. Beberapa perkembangan terhadap titik kerusakan dapat
menyebabkan gigi tidak berfungsi sedangkan yang lainnya dapat pula mengalami
perbaikan.

Secara rontgenografi, lesi dari resorpsi internal memiliki margin halus yang
tajam dapat dengan jelas ditentukan pada gigi yang terlibat memperlihatkan suatu
bulatan atau ovoid yang radiolusen di bagian sentral gigi kecuali perforasi terjadi,
dalam hal ini pulpa tidak terlihat lagi pada lesi dan perluasan ini bentuknya tidak
teratur.

http://books.google.co.id/books?
id=mO6Z07lHQO4C&pg=PA455&dq=internal+resorption+radiology&hl=id&ei=YXHGTrj0OdHKrAez6b3BDg&sa=X
&oi=book_result&ct=result&resnum=4&ved=0CDkQ6AEwAw#v=onepage&q=internal%20resorption
%20radiology&f=false

Inflamasi dapat menghasilkan karakteristik perubahan vascular. Infeksi pulpa


sebagai akibat terbukanya karies juga terlihat pada kasus resorpsi internal. Pulpa polip
terkadang juga dapat berhubungan dengan resorpsi internal. Adanya singulum
invaginasi yang dalam atau “dens invaginatus” dan “aberrant” atau saluran akar yang
banyak (supermumerary root canal) pada saluran akar yang berhubungan dengan
periosonsium dapat menyebabkan infeksi pulpa sehingga terjadilah resorpsi internal.
BAB III

RESORPSI INTERNAL

3.1. Proses Resorpsi

Pulpa gigi yang sehat terdiri dari sel mesenkim yang belum berdiferensiasi.
Sel-sel ini mampu menjadi sel yang meresorpsi dentin (odontoklas) setelah terjadinya
iritasi terus-menerus terhadap pulpa gigi oleh suatu rangsangan dari luar. Aktifitas
resorpsi dari odontoklas terbatas hanya pada jaringan yang sudah mengalami
mineralisasi saja, oleh karena predentin yang belum mengalami mineralisasi bertindak
sebagai barier yang melindungi dentin. Kerusakan odontoblas terjadi sebelum
pelepasan predentin. Hal ini mungkin akibat gangguan suplai darah ke pulpa
sehubungan dengan trauma yang terjadi secara mendadak terhadap gigi atau adanya
iritasi terus-menerus terhadap pulpa gigi oleh rangsangan dari luar (atrisi) atau
rangsang dari dalam (inflamasi). ²’⁸

Pada kebanyakan kasus, proses resorpsi internal berkembang secara lambat


walaupun tidak selalu. Resorpsi internal biasanya asimtomatis dan biasanya terdeteksi
sebagai penemuan radiografi yang insidental, kadang-kadang apabila resorpsi terjadi
pada bagian mahkota gigi dapat terlihat adanya “pink spot”

Skaning mikroskop electron memperlihatkan dinding dentin pulpa tidak


memiliki odontoblast dan predentin. Sel-sel inflamasi terutama neutrofil dan sel yang
menyerupai makrofag dapat terlihat melekat pada permukaan dentin yang rusak. Sel-
sel odontoblas yang disebut juga dentinoblast ini ukurannya besar dan tersebar, bagian
inti selnya ditutupi oleh microvilli dan disekitar tubulus dentin sering didapati bakteri.
Pada resorpsi internal yang dimaksud kerusakan pulpa di bagian akar gigi bersifat
progresif, dimana bagian ini membesar sampai terjadi perforasi akar gigi. Selanjutnya
akan melibatkan ligament periodontal, pada tahap ini pengungkapan klinis melalui
radiografi sulit untuk menentukan apakah resorpsi internal atau eksternal. ¹’⁹
Resorpsi internal pada awalnya tidak terlihat secara histologis, namun
kecurigaan ini dapat dilihat melalui gambaran radiografinya. Resorpsi sepertinya
bermula pada bagian lingual saluran akar dan menyebar ke lateral, meninggalkan
sedikitnya setengah ukuran labio-lingual saluran akar sedangkan bagian mesial dan
distal tetap utuh . nekrosis pulpa pada bagian mahkota sepertinya disebabkan oleh
adanya kebocoran kecil (mikroleakage), hal ini dapat diketahui secara klinis dengan
adanya perubahan warna dan perforasi pada pulpa. Keadaan ini didapati bersama
dengan resorpsi internal. ⁵’⁹’¹⁰

3.2 Gambaran Klinis

Gambaran radiografis menunjukkan insiden resorpsi internal yang sangat


rendah pada gigi dicabut. Presentasenya bervariasi dari 0,09% hingga 1,0 %.
Gambaran klini menunjukkan frekuensi kira-kira 0,3 %

Riwayat medis dlakukan untuk mengenali kelainan sistemik sebelumnya atau


sekarang. Jika ada rasa sakit, lokasi dan karakternya ditentukan. Selama inspeksi
visual, kondisi gigi secara keseluruhan juga diamati apakah menunjukkan sedikit
transluse atau ada perubahan warna.

Resorpsi internal adalah proses pada bagian pulpa yang tidak menunjukkan
gejala klinis yang khas atau gejala yang hampir mirip dengan asimptomatik pulpitis
kronis dengan eksaserbasi akut. Bilamana pada resorbsi internal, mahkota gigi banyak
kehilangan dentin sehingga jaringan pulpa terlihat kemerah-merahan menembus email
inilah yang dinamakan “pink spot” yang disebabkan irradiasi jaringan granular
melewati lapisan tipis email. Proses ini juga dapat menembus email ke rongga mulut,
maka akan terlihat suatu pulpa polip, yaitu proliferasi fibroblas dan pembuluh darah
yang berasal dari jaringan pulpa.
Pink spot pada incisivus sentral kiri atas

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf

3.3. Etiologi

Resorbsi akar internal secara klasik diuraikan sebagai akibat inflamasi kronis
jangka panjang pada pulpa. Resorpsi interna juga sering dikenal dan diklasifikasikan
sebagai idiopatik resopsi interna. Resorpsi internal dapat bersifat sementara dimana
terdapat lakuna pada dinding saluran akar atau bersifat progresif dimana odontoblast
dirusak sehingga tidak terdapat predentin.

Banyak peneliti yang mengembangkan dan mendikusikan kasus ini dan


beberapa teori telah dikembangkan untuk mendapatkan kemungkinan penyebab. Awal
mula terjadinya resorpsi internal dihubungkan dengan injuri traumatik, inflamasi.
Selain itu bisa disebabkan hilangnya vitalitas sementum, perubahan vaskular pada
pulpa, saluran akar tambahan, dan penyakit sistemik. Etiologi resorpsi internal
biasanya berbeda maka diagnosis yang akurat merupakan hal yang penting. Diagnosis
yang akurat didasarkan pada kriteria radiografi dan dilengkapi dengan penemuan
klinis dari riwayat dan pemeriksaan yang dilakukan. Proses resorpsi terbentuk karena
penurunan pH menjadi asam contohnya pada kasus pulpitis irreversibel sehingga
dentin dan email larut oleh khelasi. Resorpsi internal yang tidak ditangani dapat
menyebabkan fraktur gigi.

Resorpsi internal bermula dari pulpa yang terjadi disebabkan osteoklas yang
distimulasi untuk aktif disertai kombinasi dekstruksi odontoblast yang disebabkan
inflamasi kronis pada pulpa. Bila ada barier yang mengalami pengapuran sempurna
dari pulpa tanpa mengalami inflamasi, maka tidak ditemui adanya resorpsi internal.
Sebaliknya bila tidak terbentuk barier dan pulpa mengalami inflamasi kronis,
kemungkinan dapat terjadi resorpsi internal.
Pulp caping direct dan indirect serta pupotomi terkadang disertai resorpsi
internal. Insiden inflamasi gigi sulung yang tinggi dapat diketahui sehubungan dengan
peningkatan resorpsi internal terhadap pulpotomi dengan kalsium hidroksida. Kadar
alkali dari kalsium hidroksida dapat menyebabkan inflamasi pulpa yang parah disertai
metaplasia dimana resorpsi internal terjadi di dalam akar gigi sulung tersebut.

Resorpsi internal dengan inflamasi kronis dapat dilihat secara mikroskopis,


akan tetapi diketahui bahwa ada terjadi perubahan idiopatik distropik. Hal ini
menyebabkan transformasi dari non diffrentiated sel dari jaringan pulpa menjadi giant
multiseluler sel yang berperan dalam proses resorpsi. Pada resorpsi internal tipe
idiopatik banyak gigi yang kemungkinan dipengaruhi resorpsi penggatian pada suatu
saat. Bahan radioaktif inhalasi atau injeksi dapat menyebabkan resorpsi internal di
dalam dentin dan kemungkinan itu harus selalu dipertimbangkan.

Perlekatan di dalam pulpa dapat terjadi gejala radang dan karena itu terjadi
resorbsi internal. Penyebabnya yakni kebocoran bahan restorasi seperti semen silikat,
kerusakan akibat preparasi pada gigi dengan penyemprotan air/pendingin yang tidak
cukup, oklusi traumatik, sesudah pulp capping pada gigi geligi sulung dengan preparat
kalsium hidroksida atau pulpotomi dengan glutaraldehid atau formokresol.

Sesudah perawatan ortodontik pada orang dewasa kadang-kadang bisa


mengakibatkan resorpsi internal, hal ini mungkin disebabkan radang pulpa yang
berhubungan dengan proses pemindahan elemen-elemen dengan foramen apikalis
yang menyempit proses resorpsi penggantian terjadi tidak hanya dalam gigi pada
rahang tetapi juga didalam gigi.

Pada kasus trauma gigi, pendarahan interpulpal dapat terbentuk. Membentuk


sumbatan darah yang terorganisasi dan digantikan jaringan granulasi yang menekan
dinding dentin pulpa chamber atau saluran akar.

Pada sejumlah kasus berdasarkan anamnesis tidak dapat ditunjukkan bahwa


kondisi-kondisi yang tersebut diataslah penyebab kerusakan internal. Mungkin
penyebabnya adalah trauma yang tidak dapat diingat kembali atau penyebab lain yang
belum diketahui. Menarik perhatian adalah adanya resorpsi internal pada elemen-
elemen gigi depan dari seorang penderita gagal ginjal, dekat sebelum dilakukan
transplantasi ginjal akan tetapi lesi menghilang sesudah transplantasi. Juga herpes
zoster disebut-sebut sebagai penyebab resorpsi internal.

Keterlibatan 1/3 apikal dari akar distal molar pertama kanan bawah dengan
resorpsi internal yang disebabkan oleh traumatik oklusi juga menyebabkan kondensasi
osteitis dibawah akar. Pada kasus lain dimana gigi kaninus kiri atas yang telah
direstorasi dan mengalami trauma oklusi sejak mahkota dipasang. Setelah dilakukan
pemeriksaan klinis dan radiografi terlihat adanya resorpsi internal pada gigi tersebut.
Radiografi periapikal regio kaninus kiri atas memperlihatkan soket dari gigi kaninus
kiri atas yang tidak mengalami erupsi sempurna yang di ambil secera pembedahan.
Hilangnya lamira dura pada gigi premolar satu kiri atas berhubungan dengan tekanan
resorpsi gigi yang tidak erupsi. Soket yang ada mirip kavitas sebuah kista.

3.4 Diagnosis resorpsi internal

Terdapat diagnosis dasar untuk resorpsi internal, yaitu :

-pengamatan visual dari perubahan warna mahkota gigi

-Foto rontgen

- mikroskopi cahaya

- mikroskopi elektron

Mikroskopi cahaya menunjukkan perbedaan tingkatan dari inflamasi jaringan


pulpa dengan inflitrasi predominan lympocytes, makrofag, beberapa leukosit, dilusi
pembuluh darah,multinuklear dentinoklas pada bagian lakuna permukaan pulpa
dentin.

Mikroskopi elektron menunjukkan dinding dentin pulpa tanpa odontoblas.


Dentinoklas dalam jumlah yang banyak, ukurannya 50 µm dan beberapa jumlah
philodops ke arah permukaan dentin dan menempel pada bagian tersebut.
3.5. Berbagai gambaran radiologi dari resorpsi internal

Resorpsi internal, meskipun bukan suatu hal yang jarang ada tetapi yang pasti
bukan suatu fenomena yang sering timbul. Kerusakan biasanya mengenai satu elemen
gigi. Bentuk resorpsi internal dibedakan atas resorpsi internal radang dan resorpsi
penggantian, akan tetapi bila ditinjau dari etiologinya maka resorpsi internal dibedakan
atas resorpsi internal radang dan resorpsi internal idiopati.

I. Resorbsi internal Radang

Resorpsi internal radang dalam berbagai kasus yang berbeda antara lain :

1.1. Resorbsi internal yang disebabkan oleh trauma

Trauma yang dimaksud ada beberapa bentuk yakni trauma preparasi kavitas,
trauma kecelakaan dan trauma oklusi. Pada saat preparasi mahkota dapat terjadi
trauma akibat peggunaan bur dengan kecepatan tinggi tanpa air pendingin. Demikian
juga pada gigi akan terdapat resorpsi internal pada 1/3 apikal yang disebabkan
traumatik preparasi ektra koronal. Sedangkan ada juga disebabkan oleh trauma
kecelakaan yang apabila mengalami perluasan resorpsi internal dari mahkota hingga
ke 2/3 servikal akar, hal inilah yang menyebabkan tanggalnya gigi tersebut.

1.2. Resorpsi interna setelah dilakukan pulp capping indirect dan rirect serta
pulpotomy

Serangkaian gambaran radiografi menunjukkan bahwa resorpsi internal


terjadi setelah perawatan pulp capping dan pulpotomi. Dalam gambaran radiografi
terlihat bagian tengah akar mengalami resorpsi internal dari gigi setelah pulpotomi.
Dapat dilihat keterkaitan resorpsi interna setelah pulp capping.
Gambaran radiografi menunjukkan daerah radiolusen pada 1/3 mahkota dekat
servikal gigi. Darah tersebut mempunyai diameter hampir selebar akar gigi. Lesi pada
gambaran tersebut mempunyai batas yang relatif halus dan radiodensitas yang tidak
merata. Saluran akar secara jelas dapat dilihat melalui lesi radiolusen itu. Saluran akar
dibagian mahkota, dekat dengan tambalan amalgam mempunyai dinding yang
radiopak, mungkin dilakukan pulp cpping sebelunya tetapi tidak terlihat perubahan
pada periapikal sehingga lesi tersebut didiagnosa sebagai resorpsi internal.
1.3. Resorpsi internal yang terjadi setelah infeksi sebagai akibat meluasnya
lesi karies yang melibatkan pulpa.

Beberapa radiografi juga menunjukan bahwa terjadinya resorpsi internal oleh


karena proses karies. Gambaran meluasnya kamar pulpa kebagian servikal dari kedua
akar mesial dan distal merupakan petunjuk keterlibatan gigi dengan resorpsi internal.
Demikian juga yang terjadi, dimana 2/3 apikal mengalami perluasan dan ini erat
kaitannya dengan resorpsi internal.

Resorpsi internal jarang mengalami lebih dari dua gigi pada satu pasien.
Resorpsi Internal hanya menyerang satu gigi saja. Terlihat dengan jelas gambaran
radiolusen dari struktur gigi. Ada keraguan bahwa mungkin saja resorpsi internal tidak
terjadi kerusakan yang ada merupakan akibat dari resorpsi eksternal dari kerusakan
yang berlanjut dari pulpa setelah sebelum gigi yang mengalami resorpsi terserang
karies (tanda panah)

Gambaran radiografi menunjukan resorpsi internal yang berawal dari bagian


pertengahan mahkota gigi stimulusnya mungkin berasal dari inflamasi pulpa. Resorpsi
terjadi setelah adanya kerusakan yang berlanjut dari pulpa.
II. Resorpsi internal idiopatik

Resorpsi internal dengan etiologi yang tidak diketahui disebut juga dengan
resorpsi idiopatik. Pada sejumlah kasus berdasarkan anamneses tidak dapat
ditunjukkan bahwa suatu kondisi tertentu sebagai penyebab kerusakan internal.
Mungkin penyebabnya adalah trauma yang tidak dapat diingat kembali, mungkin juga
penyebab yang belum diketahui.

Pada gambar radiografi yang memperlihatkan gambaran normal gigi-geligi


dan jaringan sekitarnya kecuali perluasan kamar pulpa. Keopakan yang tidak teratur
terdapat pada kamar pulpa yang meluas pada gigi, pada pemeriksaan kunjungan (7
tahun 7 bulan) tidak terdapat karies, tidak ada rasa sakit atau ketidaknyaman sejak
kunjungan 8 bulan yang lalu. Tidak dijumpai keadaan patologis kecuali atrisi yang
berat.

Resorpsi idiopatik juga dijelaskan pada foto radiografi, dimana proses resorpsi
berhubungan dengan anomaly perkembangan. Sebuah dens invaginatus (dens in dente)
berbentuk mahkota yang berhubungan dengan periodonsium, hal ini dapat
menyebabkan infeksi pulpa sehingga terjadilah resorpsi internal.

3.6. Perawatan resorpsi interna

Diagnosis awal dan terapi resorpsi interna sangat penting. Setelah


mendiagnosis, penting dalam melakukan perawatan endodontik. Hal ini merupakan
satu – satunya jalan untuk menghentikan perkembangan resorpsi. Perawatan yang
berhasil dapat terlihat bila penjalaran resorpsi berhenti setelah penumpatan ruang
endodontik. Perawatan untuk resorpsi internal tanpa perforasi adalah dengan
perawatan saluran akar. Kasus ini memiliki prognosis yang baik dan resorpsi tidak
akan terjadi lagi
Perawatan resorpsi internal terbagi menjadi :

-bukan bedah

-rekalsifikasi,remineralisasi dengan preparasi kalsium hidroksida

-bedah

Pemilihan perawatan yang dilakukan berdasarkan kemampuannya,kondisi


ruang praktek,dan jenis resorpsi.Perlu diperjelas bahwa melakukan terapi dan
pengisian dari resorpsi internal bukanlah sesuatu yang mudah dan membutuhkan
ketrampilan seorang spesialis endodontik.

Perawatan bukan bedah terdiri dari trepanasi gigi,pembuangan jaringan


residual pulpa gigi vital dan menghasilkan jaringan granulasi yang baru.Terapi ini sulit
dilakukan selama excochealtion.Irigasi menggunakan 4 % NaOCl,jaringan granulasi
secara mekanis dan kemikal dibawa keluar dari efek organilitik NaOCl.

Pengisisan defek resorpsi bisa menggunakan termal,yaitu guttapercha.Setelah


pengisisan saluran akar dan resopsi defek selesai,penting untuk meletakkan dasar
semen GIC kemudian pengisian akhir.Foto rontgen harus dilakukan setelah saluran
akara terisi dan kontrol radiografi harus dilakukan setelah 12 dan 24 bulan.Pengisian
yang berlebih tidak akan menimbulkan komplikasi.Ini akan teresorpsi.Akan tetapi bila
terapi tidak dilakukan sesuai waktunya,proses resorpsi akan terus berjalan dan hasil
akhirnya gigi akan fraktur dan gigi tersebut tanggal.
BAB IV

RESORPSI EKSTERNAL

4.1. Mekanisme Resorpsi Jaringan Keras

Jaringan keras tubuh terdiri dari dua komponen utama, yaitu mineral dan
matriks. Rasio dari komponen-komponen ini dibedakan oleh tulang, sementum, dan
dentin, dengan asam dan enzim yang berperan sebagai monitor proses degradasi
jaringan ini. Umumnya, tulang dapat mengalami remodelisasi sebagai proses adaptasi
terhadap adanya perubahan, tetapi resorpsi yang terjadi pada jaringan keras gigi
permanen merupakan tanda akan adanya proses patologis. Baik tulang, sementum,
email, dan dentin dapat diresorpsi oleh clast cells. Osteoklas berbentuk besar,
mempunyai beberapa nukleus, dan sel motilnya berasal dari sel prekursor
hematopoietik sumsum tulang. Sel-sel yang memiliki satu nukleus juga terlibat pada
saat jaringan keras gigi mengalami resorpsi.

Pada kondisi normal jaringan keras gigi dilindungi dari proses resorpsi oleh
permukaan lapisan blast cells. Selama lapisan tersebut berfungsi sempurna, maka
resorpsi dapat dihindari. Regulasi hormonal resorpsi tulang diperantarai oleh
osteoblas. Stimulasi yang dilakukan hormon paratiroid akan membuat osteoblas
membuka permukaan tulang untuk osteoklas. Bagaimanapun, kerja hormon paratiroid
tidak mempengaruhi sementoblas. Hal tersebut menjelaskan mengapa tulang dan
bukan gigi yang mengalami remodelisasi untuk beradaptasi dengan perubahan
fungsional.

Jaringan keras yang habis akan mengakibatkan sel-sel teresorpsi. Perpindahan


organ matriks tulang mengakibatkan sel-sel fagosit mendeteksi adanya komponen
mineral. Jadi, lapisan blast cells yang terdapat pada jaringan keras membentuk suatu
barrier protektif, yang harus dihancurkan atau dilewati terlebih dahulu, untuk memicu
terjadinya aktivitas osteoklas. Pada kondisi klinis, berbagai bentuk kerusakan dapat
mempengaruhi lapisan blast sel tersebut, seperti trauma, scaling dan root planing yang
berat pada perawatan periodonti. Setelah terjadinya luka akibat trauma, osteoklas
bergerak menuju permukaan jaringan keras yang terekspos dan mengeluarkan asam ke
ruang ekstraseluler unutk mendemineralisasi jaringan keras. Efek lebih jauh, bahkan
akan menghasilkan lingkungan asam yang akan mendukung fungsi enzim lisosom
yang bekerja optimal pada pH rendah, untuk mendegradasi matriks jaringan.

Terdapat dua mekanisme yang terlibat dalam proses terjadinya resorpsi


jaringan keras.

1. Mekanisme pemicu
2. Penyebab berlanjutnya proses resorpsi

Mekanisme pemicu pada resorpsi akar adalah terlepasnya permukaan akar dari
lapisan protektif blast cells. Hal ini kemudian diikuti oleh kerusakan yang terjadi pada
lapisan sel-sel sementoblas. Untuk kelanjutan proses resorpsi diperlukan stimulus, seperti
infeksi, tekanan mekanis yang terus – menerus seperti perawatan ortodonti. Oleh karena
itu, perawatan resorpsi akar harus ditujukan kepada eleminasi penyebabnya, contohnya
mengangkat penyebab terjadinya infeksi atau penghentian perawatan ortodonti.

Resorpsi akar dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik umum maupun lokal.
Adanya perubahan keseimbangan antara osteoblas dan osteoklas pada ligamen periodontal
dapat menghasilkan sementum tambahan pada permukaan akar (hipersementosis) atau
menyebabkan hilangnya sementum bersama dengan dentin, yang dinamakan resorpsi
eksternal.

Resorpsi dapat didahului oleh peningkatan suplai darah ke suatu daerah yang
berdekatan dengan permukaan akar. Proses inflamasi mungkin disebabkan oleh infeksi,
kerusakan jaringan pada ligamen periodontal, atau gingivitis hiperplastik pasca trauma
dan epulis. Osteoklas diduga berasal dari derivat monosit darah. Inflamasi meningkatkan
permeabilitas dari pembuluh darah, sehingga memungkinkan pelepasan monosit yang
akan bergerak ke tulang atau permukaan akar yang cedera. Penyebab lain dari resorpsi
meliputi tekanan, bahan kimia, penyakit sistemik dan gangguan endokrin.
4.2. Macam-macam resorpsi akar

Menurut Tronstad, resorpsi akar eksternal dapat dibagi menjadi enam jenis

a. Resorpsi Permukaan

Resorpsi permukaan merupakan temuan patologis yang umum terjadi pada


permukaan akar. Aktivitas osteoklas merupakan respon terhadap injuri pada ligamen
periodontal atau sementum. Resorpsi permukaan biasanya dapat dilihat melalui
Scanning Electron Microscopy (SEM). Permukaan akar menunjukkan resorption
lacunae superfisial. Kondisi ini dapat mengalami perbaikan spontan berupa
pembentukan sementum baru

Resorption lacunae superfisial

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf

b. Resorpsi Akibat Inflamasi

Resorpsi akibat inflamasi diduga terjadi karena infeksi jaringan pulpa. Daerah
yang terinfeksi biasanya berada di sekitar foramen apikal dan canalis lateralis.
Sementum, dentin, dan jaringan periodontal yang berdekatan juga dapat terlibat. Pada
pemeriksaan radiografi terlihat adanya radiolusen pada daerah tersebut (Gambar A).
Saluran akar dan tubulus dentin terinfeksi dan nekrosis, serta respon inflamatori
dengan aktivitas osteoklas terjadi di dentin dan tulang. Pertambahan aktivitas
osteoklas yang berada di dentin pada sebelah kanan menunjukkan pengaruh bakteri
yang berada di tubulus dentin (Gambar B)

Resorpsi inflamasi.

A.foto radiografi resorpsi akar eksternal akibat infeksi pulpa.

B.Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa.

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf

c. Resorpsi Penggantian

Resorpsi penggantian biasanya terjadi pada trauma yang berat. Resorpsi


penggantian sering terjadi setelah replantasi, terutama bila replantasi terlambat
dilakukan. Cedera pada permukaan akar biasanya berat, sehingga penyembuhan
dengan sementum tidak dapat terjadi, yang menyebabkan kontak langsung antara
tulang alveolar dan permukaan akar (Gambar A). Proses ini dapat bersifat reversibel
apabila permukaan akar yang terlibat kurang dari 20%. Karena osteoklas berkontak
langsung dengan dentin, maka resorpsi dapat terus berlangsung tanpa stimulasi hingga
tulang alveolar mengggantikan dentin (Gambar B). Istilah ankylosis dapat digunakan
pada kasus ini karena tulang alveolar melekat langsung ke dentin. Secara radiografis,
ruang ligamen periodontal tidak akan terlihat karena penggabungan tulang dengan
dentin. Pada kasus ini, saluran akar harus diobturasi untuk mencegah resorpsi akar
akibat infeksi pulpa.

Resorpsi penggantian

A. Foto radiografi dari gigi ankylosis akibat resorpsi penggantian.

B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat infeksi pulpa

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf

d. Resorpsi Akibat Tekanan

Tekanan pada akar gigi dapat menyebabkan resorpsi yang merusak jaringan
ikat diantara dua permukaan. Tekanan dapat disebabkan oleh gigi yang erupsi atau
impaksi ,pergerakan ortodonti, trauma karena oklusi, atau jaringan patologis seperti
kista atau neoplasma. Resorpsi akibat tekanan, misalnya akibat perawatan ortodonti
dapat terjadi pada apeks gigi , dengan cedera berasal dari tekanan pada sepertiga apeks
sewaktu menggerakkan gigi. Akibatnya dapat terjadi pemendekkan akar gigi (Gambar
A). Rangsangan terhadap aktivitas osteoklas di apeks akibat tekanan berlebihan
selama perawatan ortodonti dapat menyebabkan terjadinya resorpsi akar (Gambar B).
Osteoklas dapat meluas sampai ke dentin dan mengenai tubulus dentin tanpa adanya
bakteri. Menurut Newman, gigi yang paling sering mengalami resorpsi akibat tekanan
adalah gigi insisivus karena gigi insisivus lebih sering digerakkan. Tekanan yang
diberikan dapat membangkitkan pelepasan sel-sel monosit dan pembentukan osteoklas
sehingga terjadi resorpsi. Apabila penyebab tekanan dihilangkan, maka resorpsi dapat
dihentikan.

Ilustrasi resorpsi akar akibat dorongan dari gigi impaksi

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf
Resorpsi akibat perawatan ortodonti

A. Foto radiografi dari resorpsi akar akibat perawatan ortodonti.

B. Ilustrasi proses terjadinya resorpsi akar akibat perawatan ortodonti

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf

e. Resorpsi Sistemik

Resorpsi sistemik adalah resorpsi yang diakibatkan adanya gangguan sistemik.


Jenis ini dapat terjadi pada sejumlah penyakit dan gangguan endokrin seperti : Paget’s
disease, calcinosis, Gaucher’s disease dan Turner’s syndrome. Selain itu, resorpsi ini
dapat terjadi pada pasien yang menjalani terapi radiasi.8

f. Resorpsi Idiopatik

Etiologi resorpsi akar idiopatik sampai saat ini masih belum diketahui secara
jelas. Pada beberapa kasus dapat terjadi resorpsi akar yang penyebabnya bukan karena
faktor sistemik maupun lokal. Resorpsi ini dapat terjadi pada satu gigi maupun
beberapa gigi. Laju resorpsi bervariasi dari lambat (bertahun-tahun), sampai cepat dan
agresif (beberapa bulan) yang melibatkan sejumlah besar kerusakan jaringan. Letak
dan bentuk defek resorpsi juga bervariasi.

Resorpsi idiopatik dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu resorpsi apikal dan
resorpsi servikal. Resorpsi apikal biasanya lambat dan dapat berhenti secara spontan,
yang mungkin akan mempengaruhi satu atau beberapa gigi, dengan pemendekan akar
secara bertahap, dan apeks gigi tetap bulat. Sedangkan resorpsi servikal terdapat pada
bagian servikal gigi. Defek dapat melebar dan berbentuk lekukan dangkal.Tipe ini
dapat juga disebut sebagai resorpsi perifer, resorpsi tersembunyi, pseudo pink spot,
atau ekstrakanal invasif.

Defek dapat juga dijumpai pada permukaan eksternal gigi yang kemudian
berlanjut ke dentin berupa ramifikasi. Hal ini tidak mempengaruhi dentin dan
predentin pada sekitar pulpa. Resorpsi tipe ini sering dianggap keliru sebagai resorpsi
internal. Resorpsi servikal dapat disebabkan oleh inflamasi kronis ligamen periodontal
atau trauma. Resorpsi servikal paling baik ditangani dengan pembedahan dan
pembuangan jaringan granulasi. Defek tersebut lalu dibentuk untuk direstorasi. Usia
rata - rata pasien yang mengalami resorpsi idiopatik pada wanita adalah berusia 32
tahun, sedangkan laki-laki berusia 44 tahun. Resorpsi idiopatik lebih sering terjadi
pada perempuan daripada laki-laki. Resorpsi akar idiopatik yang terdapat pada
beberapa gigi biasanya asimptomatik. Resorpsi ini biasanya dapat diketahui dari foto
radiografi. Beberapa pasien mengeluhkan tambalan longgar, restorasi lepas,
goyangnya gigi, dan juga nyeri yang berhubungan dengan gigi dan jaringan
sekitarnya, namun nyeri terhadap perkusi dan palpasi bukan merupakan gejala awal.
Penyebab resorpsi ini tidak tunggal, melainkan berkaitan dengan kondisi lain seperti
adanya inflamasi periapikal, tumor atau kista, kekuatan mekanis yang berlebihan atau
reimplantasi gigi.

4.3. Pengaruh resorpsi eksternal pada akar

Resorpsi eksternal akar umumnya diikuti oleh gejala klinis tanpa menyebabkan
kerusakan jaringan periodontal yang dapat disalahartikan dengan kelainan saluran akar
ataupun penyakit periodontal. Walaupun demikian, pada tahap akhirnya resorpsi
eksternal dapat mengganggu sulkus gingiva dan menyebabkan abses periodontal. Lesi
tersebut dapat diindakasikan dengan meningkatnya kedalaman poket dan drainase pus
saat probing. Pada tahap ini terdapat berbagai bentuk, mekanisme, dan tampilan klinis
dari resorpsi eksternal akar.
Foto periapikal resorpsi servikal idiopatik

Sumber : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf
BAB V

RINGKASAN

Resorpsi adalah proses asimilasi bagian struktur yang dibentuk oleh organisme,
dimana terjadi perusakan jaringan gigi yang telah mengalami demineralisasi oleh osteoklas.
Kondisi ini berkaitan dengan proses fisiologis atau patologis dimana telah terjadi kehilangan
jaringan seperi dentin, sementum atau tulang alveolar.

Resorpsi dapat terjadi pada gigi sulung maupun gigi permanen. Berdasarkan resorpsi
patologis menurut etiologinya terbagi atas dua tipe yaitu resorpsi internal dan resorpsi
eksternal,keadaan tersebut bergantung pada bagian permukaan gigi yang teresorpsi

Resorpsi internal ialah resorpsi yang berawal dari dalam gigi. Resorpsi ini merupakan
suatu proses idiopatik dimana jaringan pulpa meresorpsi dinding saluran pulpa akibatnya bisa
terjadi perforasi,resorpsi yang terjadi pada permukaan pulpa yang berbatasan dengan dentin.
Resorpsi internal yang terjadi lebih sering didapati pada gigi sulung di bandingkan pada gigi
permanen dan dianggap sebagai bentuk reaksi yang tidak diinginkan.

Gambaran radiografinya : lesi terlokalisasi,radiolusen, bulat, oval, outline biasanya


telihat tajam atau agak bergerigi.Resorpsi internal jarang terjadi, namun dapat muncul pada
setiap gigi, baik gigi yang telah direstorasi ataupun gigi yang bebas karies. Defeknya bisa
terdapat di mana saja di dalam saluran akar. Bila hal tersebut terjadi pada ruang pulpa,
dinamakan ”pink spot” karena pulpa yang membesar terlihat melalui mahkota.

Resorpsi akar eksternal adalah akibat inflamasi lesi periapikal.lamina dura menghilang
disekitar apeks
DAFTAR PUSTAKA

Kaljac-Staudt,Greta ;Marina Katunari; Marija IviÊ-Kardum2000. Internal Resorption

Therapy and Filling. Acta Stomatol Croat, Vol. 34, br. 4, A S

http://biblioisbook.blogspot.com/ Diakses Jumat 18 November 2011,pkl 20.50.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17805/3/Chapter%20II.pdf Diakses Jumat 18

November 2011,pkl 21.40.

internal resorbtion of tooth : http://books.google.co.id/books?


id=mO6Z07lHQO4C&pg=PA455&dq=internal+resorption+radiology&hl=id&ei=YXHGTrj0OdHKrAez6b3
BDg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=4&ved=0CDkQ6AEwAw#v=onepage&q=internal
%20resorption%20radiology&f=false

Anda mungkin juga menyukai