Anda di halaman 1dari 6

Nama : Dany Maediyanto

Nim : 40617042

1. Macam – macam metode Topikal Apikal Flor (TAF) menurut Knutson


a. Gigi dibersihkan dengan pasta pumice dan rubber cup :
Cara ini dapat dilakukan untuk aplikasi yang pertama
b. Gigi diisolasi dengan gulungan kapas :
Untuk merawat gigi bawah digunakan alat pemegang (Tongue Holder) gulungan
kapas (Cotton Roll).
c. Gigi dikeringkan dengan semprotan udara, terutama daerah interproksimal.
d. Oleskan   2%   larutan   sodium   fluoride   pada   gigi   dengan   kapas   (Cotton  
Pellet)   ataudisemprotkan.
e. Biarkan kering selama 3 menit.
f. Aplikasi sodium fluoride diulangi dengan interval satu minggu hingga empat kali
pemberian sebagai tahap permulaan, kalau tidak, maka gigi yang telah dirawat tadi
akan sia-sia saja sesudah perawatan pertama.

 APF (Acidulated Phosphate Fluor) Gel


APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan
campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M orthophosphoric
acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi yang tersedia adalah
1.23% (setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm). APF gel memiliki pH
yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan penyerapan fluoride ke
enamel lebih cepat dan orthofosfat mencegah pemecahan enamel karena efek ion.
APF gel bersifat stabil, tidak menyebabkan diskolorasi, dan rasa dapat diterima.
 Sodium Fluoride (NaF)
Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan
risiko karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg F/g
atau 10.000 ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral), sehingga direkomendasikan untuk
pasien dengan restorasi porselen dan GIC untuk menghindari kerusakan akibat pH
rendah dari gel, kasus dengan erosi enamel, dentin yang terekspos, karies dentin, dan
hipomineralisasi enamel. NaF bersifat stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak
menyebabkan diskolorasi gigi, dan rasanya dapat diterima.
 Stannous Fluoride (SnF2)

Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan
SnF2 adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex yang
highly insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang rendah
menyebabkan astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti logam, dan
tidak stabil. Untuk mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2 solution 8-10% dan
gel SnF2 yang terdiri dari 0.4% SnF2 dalam base mehylcellulose dan glycerin. Bahan
ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker dan untuk menurunkan dekalsifikasi di m

2. Mekanisme topikal
Fluoride memiliki beberapa mekanisme proteksi karies. Secara topikal,
konsetrasi flour yang rendah di plak dan saliva menghambat demineralisasi enamel
sehat. Pada konsetrasi flour tinggi dapat menghambat metabolisme bakteri. Dalam
keadaan pH rendah, fluoride akan berikatan dengan ion hidrogen membentuk HF
(hydrofluoric acid) yang dapat berdifusi masuk ke sel bakteri dan menghambat
enzime enolase (enzim bakteri untuk metabolisme karborhidrat) sehingga bakteri
tidak bisa menghasilkan asam laktat dan menghambat bakteri berkembang biak.
Mekanisme fluoride dalam menurunkan karies juga dengan meningkatkan
remenaralisasi dari enamel. Terbentuknya endapat calcium fluoride CaF 2 (lapisan
pelindung terhadap asam) pada permukaan enamel. Saat pH rendah maka CaF 2 akan
larut dalam asam, kalsium akan membentuk brushit (kalsium fosfat) yang paling stabil
pada pH < 4,3. Sementara sebagian fluoride membentuk HF (menurunkan produksi
asam oleh bakteri), sebagian fluor bereaksi dengan brushit membentuk fluoroapatit.
Fluoroapatit lebih resisten terhadap asam (pH kritis < 4,5) dibandingkan
hidroksiapatit (pH kritis < 5,5).

3. Mekanisme masing-masing
a. Fluoride Sistemik
Fluoride sistemik adalah fluoride yang diperoleh tubuh melalui pencernaan
dan ikut membentuk struktur gigi. Fluoride sistemik juga memberikan perlindungan
topikal karena fluoride ada di dalam air liur yang terus membasahi gigi.
 Fluoridasi air minum
apabila dalam air minum yang dikonsumsi oleh suatu daerah, atau kota tertentu
dibubuhi zat kimia fluor maka penduduk di situ akan terlindung dari karies gigi.
Pemberian fluor dalam air minum ini jumlahnya bervariasi antara 1-1,2 ppm (part
per million). Selain dapat mencegah karies, fluor juga mempunyai efek samping
yang tidak baik yaitu dengan adanya apa yang disebut ‘mottled enamel’ pada
mottled enamel gigi - gigi kelihatan kecoklat-coklatan, berbintik-bintik
permukaannya dan bila fluor yang masuk dalam tubuh terlalu banyak, dapat
menyebabkan gigi jadi rusak sekali. Konsentrasi optimum fluorida yang
dianjurkan dalam air minum adalah 0,7 -1,2 ppm. Menurut penelitian Murray and
Rugg-gun cit. Linanof bahwa fluoridasi air minum dapat menurunkan karies 40–
50% pada gigi susu ( Angela, 2005).
 Pemberian fluor melalui makanan
Kadang-kadang makanan yang kita makan sudah mengandung fluor yang cukup
tinggi, hingga dengan makanan itu saja sudah mencegah terjadinya karies gigi.
Jadi harus diperhatikan bahwa sumber yang ada sehari-hari seperti di rumah,
contohnya di dalam air mineral, minuman ringan dan makanan sudah cukup
mengandung fluoride. Karena itu makanan fluoride harus diberikan dengan hati-
hati. Makanan tambahan fluoride hanya dianjurkan untuk mereka (terutama anak-
anak) yang tinggal di daerah yang sumber airnya rendah fluor atau tidak
difluoridasi. Fluoride dapat berbahaya jika dikonsumsi secara berlebihan. Apabila
pemakaian fluoride tidak terkontrol dan tidak disiplin, maka tidak akan mencapai
sasaran dan dapat menyebabkan kerusakan gigi. Contohnya adalah fluorosis.
 Suplemen Fluoride
Pemberian fluor dapat juga dilakukan dengan tablet, baik itu dikombinasikan
dengan vitaminvitamin lain maupun dengan tablet tersendiri. Pemberian tablet
fluor disarankan pada anak yang berisiko karies tinggi dengan air minum yang
tidak mempunyai konsentrasi fluor yang optimal (2,2 mg NaF, yang akan
menghasilkan fluor sebesar 1 mg per hari).5 Tablet fluor dapat diberikan sejak
bayi berumur 2 minggu hingga anak 16 tahun. Umur 2 minggu-2 tahun biasanya
diberikan dosis 0,25 mg, 2-3 tahun diberikan 0,5 mg, dan 3-16 tahun sebanyak 1
mg (Donald, et,al., 2004).
b. Fluoride Topikal
 Pasta Gigi Berfluoride
Senyawa utama yang ditemukan dalam pasta gigi berfluoride adalah sodium
fluoride dan sodium monofluorofosfat, walaupun stannous flouride dan amina
fluoride juga kadang digunakan. Standar WHO untuk konsentrasi fluoride dalam
pasta gigi adalah antara 1000-1500 ppm. Pasta gigi dengan fluoride rendah
mengandung kurang dari 1000 ppm (sekitar 400-500 ppm F) dan biasanya
ditujukan untuk anak-anak. Pasta gigi dengan fluoride tinggi mengandung lebih
dari 1500 ppm (biasanya berkisar antara 2000-5000 ppm F) dan tersedia untuk
orang dewasa dengan risiko karies tinggi (Koch, et,al., 2016).
 Obat Kumur Berfluoride
Obat kumur ini biasanya mengandung 100-500 ppm dan digunakan sekali atau
dua kali sehari. Obat kumur yang mengandung fluoride 900 ppm digunakan
seminggu sekali. Obat kumur berfluoride dapat menurunkan risiko karies 26%
(Koch, et,al., 2016).
 Fluoride Varnish
Fluoride varnish dapat menurunkan risiko karies sebesar 40%. Varnish tersedia
baik dalam viskositas tinggi atau rendah, dan hanya dilakukan oleh
profesional/dokter gigi. Formula yang paling banyak ditemukan adalah 5%
sodium fluoride (25.000 ppm), 0.9% difluorosilane, dan 6% sodium fluoride
ditambah 6% kalsium flouride (56.300 ppm) (Koch, et,al., 2016).
 APF (Acidulated Phosphate Fluor) Gel
APF gel merupakan gel fluoride yang paling banyak digunakan dan merupakan
campuran dari sodium fluoride (NaF), hydrofluoric acid, dan 0,1 M
orthophosphoric acid. APF gel dapat menurunkan karies 25-40%. Konsentrasi
yang tersedia adalah 1.23% (setara dengan 12.3 mg ion F/g gel atau 12.300 ppm).
APF gel memiliki pH yang rendah, yaitu sekitar pH 3.5, sehingga menyebabkan
penyerapan fluoride ke enamel lebih cepat dan orthofosfat mencegah pemecahan
enamel karena efek ion. APF gel bersifat stabil, tidak menyebabkan diskolorasi,
dan rasa dapat diterima (Cameron, 39-47).
 Sodium Fluoride (NaF)
Sodium fluoride pertama kali digunakan pada tahun 1940 dan dapat menurunkan
risiko karies sekitar 30%. Tersedia dalam konsentrasi 2% (setara dengan 10 mg
F/g atau 10.000 ppm). NaF 2% memiliki pH 7 (netral), sehingga
direkomendasikan untuk pasien dengan restorasi porselen dan GIC untuk
menghindari kerusakan akibat pH rendah dari gel, kasus dengan erosi enamel,
dentin yang terekspos, karies dentin, dan hipomineralisasi enamel. NaF bersifat
stabil, tidak mengiritasi gingiva, tidak menyebabkan diskolorasi gigi, dan rasanya
dapat diterima (Cameron, 39-47).
 Stannous Fluoride (SnF2)

Percobaan pertama SnF2 dilakukan oleh Howell et al pada tahun 1955. Kelebihan
SnF2 adalah penetrasi cepat fluoride dan formasi tin-fluorophosphate complex
yang highly insoluble pada permukaan enamel. Kerugiannya adalah pHnya yang
rendah menyebabkan astringent, menyebabkan diskolorasi gigi, rasanya seperti
logam, dan tidak stabil. Untuk mengatasi kekurangan SnF2, diciptakan SnF2
solution 8-10% dan gel SnF2 yang terdiri dari 0.4% SnF2 dalam base
mehylcellulose dan glycerin. Bahan ini efektif untuk pasien pasca radiasi kanker
dan untuk menurunkan dekalsifikasi di sekitar band pada pasien ortodontik.
Daftar Pustaka

Ami Angela. Pencegahan primer pada anak yang berisiko karies tinggi. Maj.Ked.Gigi
(Dent J); 2005: 38(3): 130-34.

McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for The Child and Adolescent. 8th ed. St.
Louis, Missouri: Mosby; 2004. p.227.

Koch G, Poulsen S, Espelid I, Haubek D. Pediatric Dentistry: A Clinical Approach. John

Wiley and Sons. 2016. 122.

Cameron A, R Widmer. Handbook of Pediatric Dentisty. Australia: Elsevier. 39-47

Anda mungkin juga menyukai