Dengan ini saya menyatakan skripsi berjudul Aktivitas Ekstrak Etanol Temu
Ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) sebagai Antiproliferasi pada Sel Lestari
Tumor MCM/IPB-B3 dan K562 adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Agustus 2014 ini ialah
tumor, dengan judul Aktivitas Ekstrak Etanol Temu Ireng (Curcuma aeruginosa
Roxb.) sebagai Antiproliferasi pada Sel Lestari Tumor MCM/IPB-B3 dan K562.
Terima kasih penulis ucapkan kepada ayahanda Lenur Komar, ibunda Titin
Kustinah, serta seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya. Ungkapan
terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr Drh Eva Harlina, MSi, APVet dan
Bapak Prof Drh Bambang Pontjo Priosoeryanto, MS, Ph.D, APVet selaku
pembimbing skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Drh Elok
Budi Retnani, MS selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing
dan memberi nasihat positif.
Penghargaan penulis sampaikan kepada teman satu penelitian Ansenora
Bekris dan Faizal Rafiq, teman-teman Ganglion, serta sahabat terbaik penulis
Sefi, Dwi, Asa, Nadia, Nova, Mayah, Sinta, Firman, Danu, Abel, Gerard, Sri,
Ulfah, Benli, dan Faisal.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, namun penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat.
DAFTAR GAMBAR
1 Tanaman temu ireng dan rimpang temu ireng yang berkhasiat obat 3
2 Mekanisme kerja doxorubicin pada sel kanker 4
3 Mekanisme apoptosis melalui jalur ekstrinsik 5
4 Mekanisme apoptosis melalui jalur intrinsik 6
5 Skema hemositometer Neubauer 8
6 Penurunan jumlah sel lestari tumor MCM/IPB-B3 dan K562 9
7 Mekanisme kerja kurkumin pada sel tumor 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil uji statistik sidik ragam ANOVA terhadap aktivitas
penghambatan pertumbuhan sel lestari tumor MCM/IPB-B3 16
2 Hasil uji statistik wilayah berganda Duncan terhadap aktivitas
penghambatan pertumbuhan sel lestari tumor MCM/IPB-B3 16
3 Hasil uji statistik sidik ragam ANOVA terhadap aktivitas
penghambatan pertumbuhan sel lestari tumor K562 16
4 Hasil uji statistik wilayah berganda Duncan terhadap aktivitas
penghambatan pertumbuhan sel lestari tumor K562 16
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tumor merupakan salah satu penyakit yang sering menyerang hewan piara
khususnya anjing. Selain tingkat kejadian yang cukup tinggi (mencapai 22%),
jenis tumor yang menyerang sangat beragam dengan tingkat keparahan penyakit
yang berbeda-beda (Priosoeryanto et al. 2000). Penyakit tumor atau neoplasma
merupakan salah satu masalah dalam dunia medis yang sangat penting untuk
segera ditangani. Penyebab tumor sangat bervariasi dan sangat kompleks sehingga
dalam penanganannya sangat sulit, apalagi biasanya penyakit diketahui sudah
mencapai stadium lanjut (Priosoeryanto et al. 2008).
Pengobatan tumor yang telah dilakukan diantaranya pembedahan,
cryosurgery, radioterapi, kemoterapi, terapi hormonal, imunoterapi, inhibitor
angiogenesis, dan metode lainnya seperti hipertermia (terapi panas) serta
fototerapi (terapi cahaya) (Sari 2008). Cara pengobatan kemoterapi dan radiasi
menurut Priosoeryanto et al. (2000) memiliki beberapa kelemahan antara lain sifat
toksiknya dapat menurunkan fungsi organ-organ tubuh. Oleh karena itu obat
tradisional dapat menjadi pilihan yang baik dalam pengobatan tumor. Hal ini
dikarenakan obat tradisional kurang memiliki efek samping dibandingkan obat-
obatan kimia. Selain itu obat tradisional juga mudah diperoleh dan dapat diramu
sendiri (Nugrahaningtyas et al. 2005). Depkes RI (1981) mendefinisikan obat
tradisional merupakan bahan-bahan obat yang berasal dari tumbuhan, hewan,
maupun bahan-bahan mineral.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam yang
sangat besar, termasuk didalamnya adalah berbagai tanaman obat. Depkes RI
(1981) mengindikasikan bahwa dari sekitar 326 perusahaan di Indonesia yang
bergerak dalam bidang farmasi, kosmetik dan makanan, menggunakan 180 jenis
tanaman. Jumlah total bahan baku yang digunakan kurang lebih sebanyak 6.223
ton. Depkes RI (1981) juga mencatat terdapat 45 jenis obat penting di Amerika
yang berasal dari tanaman, dan 18 jenis diantaranya berasal dari Indonesia. Temu
ireng (Curcuma aeruginosa Roxb.) merupakan salah satu dari sekian banyak
tanaman obat tradisional Indonesia. Temu ireng dipilih menjadi salah satu obat
tradisional untuk alternatif pengobatan tumor karena berkhasiat sebagai
antiradang, antibakteri, pembersih darah, antikoagulan, tonikum, pelindung hati
(hepatoprotektor), antibiotik, dan antineoplastik (antikanker).
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tumor
Sel lestari tumor adalah sel yang berasal dari tumor atau jaringan yang
sudah dibiakkan secara berkala, ditumbuhkembangkan dan dipelihara serta
disimpan dalam nitrogen cair. Keistimewaan dari sel lestari adalah sifatnya yang
immortal karena dapat hidup pada kondisi media yang minimal (Suindra 2005).
Sel MCM/IPB-B3 merupakan sel lestari tumor hasil rekayasa dari sel
MCM-B2 yang telah dihilangkan enzim thymidine kinasenya, yaitu enzim yang
berhubungan dengan regulasi, katalitik dan struktur gen, dan berfungsi sebagai
3
pasokan metabolik. Sel MCM-B2 diisolasi dari benign mixed tumor kelenjar
mamari anjing pemburu betina berumur 10 tahun, dengan cara pembedahan,
dengan massa tumor berukuran 3 cm x 5 cm. Beberapa penemuan menunjukkan
adanya kemungkinan bahwa sel lestari tumor ini berasal dari sel induk (stem cell)
atau sel atipikal. Sel lestari ini digunakan sebagai model untuk mempelajari
diferensiasi dan proliferasi sel pada tumor mamari anjing (Priosoeryanto et al.
1995). Secara mikroskopis kultur sel menunjukkan koloni monolayer. Di dalam
matriks gel kolagen, sel tumbuh membentuk koloni tiga dimensi berukuran besar
dengan pola bercabang. Nukleus besar, organel-organel intrasitoplasmik dan
filamen-filamen intermediet yang bervariasi diantara sel terlihat dengan
pemeriksaan sitoplasmik. Sel tumor ini memiliki jumlah kromosom abnormal.
Secara histologis, hasil transplantasi tumor dari sel kultur serupa dengan
karsinoma anaplastik.
Sel K562 adalah sel lestari yang berasal dari darah seorang wanita penderita
leukemia kronis, yang berusia 53 tahun pada tahun 1970, dan bersifat suspensi.
Leukemia (kanker darah) merupakan penyakit kanker yang ditandai oleh
pertambahan sel darah putih atau leukosit, dengan bentuk yang tidak normal,
proses berlangsung cepat dan tidak terkendali (Pinilih 2006).
Kedua jenis sel lestari dipelihara dan ditumbuhkembangkan dalam medium
BME/F-12 yang berisi 10% Fetal Calf Serum (FCS), 100 IU penisilin dan 100 µg
streptomisin dalam inkubator CO2 bersuhu 37 oC. Biakan sel lestari kemudian
disimpan dalam nitrogen cair hingga siap digunakan untuk pengujian aktivitas
antiproliferasi secara in vitro.
Gambar 1 Tanaman temu ireng (kiri) dan rimpang temu ireng yang berkhasiat
obat (kanan) (Dalimartha 2003)
4
Doxorubicin
Gambar 2 Mekanisme kerja doxorubicin pada sel kanker (Kim et al. 2009)
Doxorubicin bekerja dengan cara merusak DNA. DNA yang telah rusak
tersebut menginduksi mitokondria untuk melepaskan sitokrom c yang akan
mengaktifkan kaspase, sehingga berefek apoptosis. P-glycoprotein menghambat
kerja doxorubicin dengan cara drug efflux. BCL-2 dan BCL-XL adalah protein
yang menghambat pelepasan sitokrom C, sedangkan XIAP adalah protein yang
menghambat kaspase (Gambar 2).
5
Kematian Sel
METODE
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah tissue culture plate 24
well, mikroplate ELISA 96 well, pipet, mikropipet, tabung ependorf 1.5 ml,
inkubator 37 oC (5% CO2), bunsen, laminar air flow, vortex, hemositometer
Neubauer, cover slip, dan mikroskop cahaya.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sel lestari tumor
MCM/IPB-B3 dan K562, ekstrak etanol temu ireng yang diperoleh dari Pusat
Studi Biofarmaka, Dulbecco’s Modified Eagle’s Medium (DMEM), Fetal Bovine
Serum (FBS), gentamisin, fungizon, doxorubicin, dimetilsulfoksida (DMSO), dan
trypan blue.
Metode Penelitian
2. Penanaman sel
Suspensi sel lestari tumor MCM/IPB-B3 dan K562 dicairkan terlebih
dahulu (thawing). Setelah cair, suspensi sel dihomogenkan dengan vortex.
Penanaman sel dilakukan pada tissue culture plate 24 well yang berisi
medium penumbuh dengan empat konsentrasi ekstrak (12.5 ppm, 25 ppm,
37.5 ppm, dan 50 ppm), tidak ditambah ekstrak sebagai kontrol negatif, dan
ditambah 10 µl doxorubicin sebagai kontrol positif. Sebanyak 50 µl suspensi
sel lestari ditambahkan ke setiap lubang. Volume total cairan dalam satu
lubang adalah 1 ml. Pengulangan dilakukan sebanyak tiga kali. Suspensi sel
tumor ditumbuhkan dengan menginkubasikannya dalam inkubator 37 oC (5%
CO2).
mati. Garis kiri dan atas pada kotak dihitung untuk kotak yang bersangkutan,
sedangkan garis kanan dan bawah pada kotak dihitung untuk kotak
berikutnya, seperti ditunjukkan pada Gambar 5.
Jumlah sel/ml = jumlah sel yang dihitung x faktor volume x faktor pengencer
4. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis sidik ragam
ANOVA dan dilanjutkan dengan uji wilayah berganda Duncan untuk melihat
perbedaan antar kelompok perlakuan.
Gambar 6 Penurunan jumlah sel lestari tumor MCM/IPB-B3 dan K562 pada
berbagai konsentrasi ekstrak temu ireng
Keterangan: Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan
nyata (p<0.05); K(-): Kontrol negatif, tidak diberi ekstrak; P1: diberi ekstrak 12.5
ppm; P2: diberi ekstrak 25 ppm; P3: diberi ekstrak 37.5 ppm; P4: diberi ekstrak 50
ppm; K(+): Kontrol positif, diberi doxorubicin
Penambahan ekstrak etanol temu ireng pada dua jenis sel lestari tumor
MCM/IPB-B3 dan K562 secara umum memperlihatkan penghambatan
pertumbuhan, walaupun aktivitas tersebut bervariasi tergantung dosis ekstrak.
Tabel 1 menunjukkan bahwa aktivitas penghambatan (antiproliferasi) ekstrak
terhadap sel lestari tumor MCM/IPB-B3 dan K562 semakin meningkat seiring
dengan peningkatan konsentrasi ekstrak yang diberikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sel lestari tumor MCM/IPB-B3,
pemberian ekstrak etanol temu ireng memberikan efek antiproliferasi yang
berbeda nyata (p<0.05) dibandingkan K (-). Aktivitas penghambatan ekstrak
konsentrasi 25 ppm tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan 12.5 ppm, begitupun
konsentrasi 50 ppm tidak berbeda nyata (p>0.05) dengan 37.5 ppm. Seluruh
aktivitas antiproliferasi ekstrak berbeda nyata (p<0.05) dengan kelompok K(+).
Pemberian ekstrak etanol temu ireng mulai menghambat proliferasi sel
tumor K562 secara nyata (p<0.05) pada dosis 25 ppm. Aktivitas antiproliferasi
ekstrak semakin meningkat dan berbeda nyata (p<0.05) pada konsentrasi 25 ppm,
37.5 ppm, dan 50 ppm. Namun, aktivitas antiproliferasi konsentrasi 50 ppm tidak
berbeda nyata (p>0.05) dibandingkan dengan K (+). Aktivitas antiproliferasi
tertinggi diperoleh pada konsentrasi 50 ppm, yaitu 63.33% pada sel lestari tumor
MCM/IPB-B3, dan 74.59% pada sel lestari K562.
Adanya perbedaan aktivitas antiproliferasi ekstrak terhadap kedua jenis sel
tumor diduga karena tiap sel memiliki respon yang berbeda terhadap ekstrak, yang
dikaitkan dengan mekanisme metabolisme dan struktur sel tersebut (Ananta
2000). Menurut Pinilih (2006), sel K562 dalam pertumbuhannya tidak
memerlukan support untuk menempel pada dasar media. Selain itu sel K562
bersifat establish (mapan), sehingga penambahan ekstrak sebesar 12.5 ppm,
belum mengganggu aktivitasnya.
MCM/IPB-B3 merupakan sel lestari hasil rekayasa dari sel lestari MCM-
B2, yang diduga berasal dari sel induk (stem cell) atau sel atipikal. Menurut
11
Saputra (2006), salah satu sifat sel induk yaitu mempunyai kapasitas proliferasi
yang tinggi sehingga dapat diperoleh sel dalam jumlah besar dari sumber yang
terbatas. Hilangnya thymidine kinase pada MCM/IPB-B3 menurunkan pasokan
metabolik yang dapat menyebabkan percepatan kematian sel. Kemungkinan lain
adalah jumlah reseptor senyawa temu ireng pada sel lestari tumor berbeda-beda.
Diduga sel lestari tumor K562 memiliki jumlah reseptor yang lebih banyak
dibandingkan MCM/IPB-B3.
Komponen utama yang berkhasiat dalam rimpang temu ireng adalah
kurkuminoid dan minyak atsiri (Setiyono 2014). Menurut Nugrahaningtyas et al.
(2005), flavonoid dalam temu ireng juga memiliki beberapa khasiat, salah satunya
sebagai antitumor. Kurkumin mempunyai aktivitas farmakologi yang sangat luas
antara lain sebagai antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker (Khairinal 2012).
Senyawa kurkumin dapat menghambat proliferasi beberapa jenis sel tumor
termasuk diantaranya B-cell dan T-cell Leukemia, colon carcinoma, dan
epidermoid carcinoma cell line (Bharti el al. 2003). Kurkumin juga dapat
menghambat proliferasi sel kanker payudara secara in vitro melalui program
apoptosis.
Apoptosis merupakan program bunuh diri sel. Program ini memiliki peranan
penting untuk menjaga homeostasis perkembangbiakan sel. Salah satu peran
pentingnya adalah untuk membatasi proliferasi sel yang tidak diperlukan, yang
mungkin dapat menyebabkan kanker. Pada sel-sel kanker program apoptosis ini
telah mengalami gangguan sehingga sel akan mengalami metastasis (penyebaran
kanker) lebih lanjut tanpa terkendali (Peter et al. 1997)
Gambar 7 Mekanisme kerja kurkumin pada sel tumor (Wu et al. 2010)
BCL-XL dan BCL-2 dihambat (Wu et al. 2010). Mekanisme tersebut terjadi pada
membran mitokondria, yang menyebabkan peningkatan sitokrom c. Peningkatan
sitkrom c akan menginduksi kaspase-9, dan kemudian mengaktifkan kaspase-3
sehingga menyebabkan apoptosis.
Choudri et al. (2002) mengemukakan bahwa apoptosis pada sel lestari
tumor kelenjar mamari MCF-7 yang diinduksi oleh kurkumin melalui induksi
p53-Bax. Protein p53 merupakan protein tumor supresor dan regulator, yang
diaktivasi oleh adanya kerusakan DNA atau stres tertentu pada sel. Protein ini
dapat memacu apoptosis melalui peningkatan ekspresi Bax, suatu gen yang
berperan dalam proses apoptosis. Namun peningkatan ekspresi Bax belum cukup
untuk memacu proses apoptosis sehingga masih diperlukan pemacu lainnya. Bax
bersama-sama dengan protein lainnya yaitu Bad, akan mengaktifkan sitokrom c
yang dilepas dari mitokondria, dan selanjutnya akan terjadi aktivasi berantai
terhadap kaspase 9, kaspase 3 sampai akhirnya terjadi apoptosis (Nurrochmad
2004).
Penelitian lain menunjukkan bahwa apoptosis oleh kurkumin disebabkan
adanya peningkatan permeabilitas membran mitokondria, sehingga berakibat
pembengkakan sel, hilangnya potensial membran, dan terhambatnya sintesis ATP.
Hal ini diperantarai oleh pembukaan lubang transisi membran mitokondria (Morin
et al. 2001).
Minyak atsiri telah lama dikenal sebagai sumber terapi yang penting, yaitu
sebagai senyawa antibakteri dan antikanker (Setyawan 2003). Minyak atsiri
merupakan suatu campuran senyawa mudah menguap yang kebanyakan tergolong
terpenoid (Setyawan 2003). Menurut Laidlaw dan Swendseid (1991), terpenoid
merupakan salah satu komponen kemopreventif tumor yang dapat menghambat
inisiasi dan perkembangan tumor.
Temu ireng mengandung kadar minyak atsiri sebesar 0,5-1% (Setyawan
2003), yang terdiri atas turmerone dan zingiberene (Setiyono 2014). Turmerone
mempunyai fungsi sebagai antiinflamasi, hepatoprotektor, antimikroba,
penyembuh luka luar, antitumor, dan antivirus (Hapsari 2006).
Flavonoid berasal dari bahasa latin yakni flavus yang berarti kuning dan
termasuk senyawa polyphenolic yang menyebabkan pigmen berwarna merah,
biru, ungu, dan lain sebagainya pada tanaman. Flavonoid berkhasiat sebagai
antialergi, antiinflamasi, antimikrobial, dan antikanker. Seperti halnya kurkumin,
mekanisme kerja flavonoid terhadap sel tumor adalah dengan memacu apoptosis.
Sel tumor diinduksi oleh kurkumin melalui induksi protein p53.
Ekstrak etanol temu ireng memiliki aktivitas antiproliferasi pada sel lestari
tumor MCM/IPB-B3 dan K562, namun efektivitasnya belum sebaik doxorubicin.
Jika dibandingkan dengan doxorubicin, kurkumin sebagai komponen aktif temu
ireng telah dibuktikan aman secara farmakologis. Percobaan klinis pada manusia
tidak menunjukkan adanya toksisitas pada pemberian konsentrasi lebih dari 10
g/hari (Cheng et al. 2001). Doxorubicin memiliki beberapa efek samping
diantaranya menyebabkan kardiotoksik sehingga beresiko tinggi bila digunakan
dalam konsentrasi yang tinggi (Meiyanto et al. 2008).
13
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aliza KD, Sutriana A, Rahmi E, Budiman NH. 2011. Pengaruh pemberian ikan
yang diasinkan dalam menginduksi tumorigenesis rongga hidung pada
tikus Sprague Dawley. Jurnal Kedokteran Hewan 5(1):38-42.
Bharti AC, Donato N, Singh S, Aggarwal BB. 2003. Curcumin
(diferloymethane) down-regulates the constitutive action of nuclear factor-
KB and IKBa kinase in human multiple myeloma cell, leading to
suppression of proliferation and induction of apoptosis. Blood 101
(3):1053-1062.
[CCRC] Cancer Chemoprevention Research Center. 2012. Peran Mitokondria
dalam Apoptosis. [Internet]. [diunduh 2015 Juni 26]. Tersedia pada:
http//ccrc.farmasi.ugm.ac.id.
Cheng AL et al. 2001. Phase clinical trial of curcumin, a chemopreventive agent,
in patients with high-risk or pre malignant lesions. Anticancer Res
21:2895-2900.
Choudri T, Pal S, Agwarwal ML, Das T, Sa G. 2002. Curcumin induces
apoptosis in human breast cancer cells through p53-dependent Bax
induction. FEBS Lett 512(113):334-340.
Dalimartha S. 2003. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Jilid 3. Jakarta (ID):
Puspa Swara.
[DEPKES] Departemen Kesehatan RI. 1981. Pemanfaatan Tanaman Obat. Edisi
kedua. Jakarta (ID): Departemen Kesehatan RI.
Hapsari N. 2006. Uji Banding Efektivitas Kunyit (Curcuma longalinn) 100%
dengan Ketokonazol 2% secara In Vitro terhadap Pertumbuhan Candida
albicans pada Kandidiasis Vaginalis. [Karya Tulis Ilmiah]. Semarang (ID):
Universitas Diponegoro.
14
Putri DK. 2009. Efek ekstrak rimpang temu ireng (Curcuma aeruginosa)
terhadap derajat karusakan hati ayam petelur yang diinfeksi cacing
(Ascaridia galli) [Artikel Ilmiah]. Surabaya (ID): Universitas Airlangga.
Saputra V. 2006. Dasar-dasar stem cell dan potensi aplikasinya dalam ilmu
kedokteran. Cermin Dunia Kedokteran 153:21-25.
Sari R. 2008. Aktifitas Antiproliferasi Ekstrak Etanol Temulawak (Curcuma
xanthorrhiza Roxb.) pada Sel Lestari Tumor MCA-B1 dan MCM-B2
secara In Vitro. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Setiyono KA, Bermawie. 2014. Gambaran histopatologis dan klinis ayam herbal
setelah diuji tantang dengan virus avian influenza H5N1. Jurnal
Kedokteran Hewan 8(1):30-34.
Setyawan AD. 2003. Keanekaragaman kandungan minyak atsiri rimpang temu-
temuan (Curcuma). Biofarmasi 1(2): 44-49.
Suindra. 2005. Efektivitas ekstrak kloroform biji blustru (Luffa cylindrica)
terhadap aktivitas penghambatan sel lestari tumor MCM B2 dan HeLa
secara in vitro. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Wu SH et al. 2010. Curcumin induces apoptosis in human non-smaal cell lung
cancer NCI-H460 cells through ER stress and caspase cascade and
mitochondria-dependent pathways. Anticancer Research 30: 2125-2134.
Zachary JF dan McGavin. 2012. Pathologic Basis of Veterinary Disease.
Missouri (US): Elsevier.
16
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan bedaan nyata
(p<0.05)
Keterangan : Huruf superscript yang berbeda pada kolom yang sama menyatakan bedaan nyata
(p<0.05)
17
RIWAYAT HIDUP