Anda di halaman 1dari 16

RESUME KASUS KLINIK

BIDANG ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK

REQUIREMENT: TOPICAL APPLICATION FLUOR

NAMA DPJP:

drg. Agus Surachman, Sp.BM

NAMA MAHASISWA/NIM:

Wizni A’dila A’ziza / G4B023002

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI
PURWOKERTO
2023
A. Definisi
Karies gigi adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi, menyerang
hampir 60 hingga 90% populasi dunia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang
disebabkan oleh perubahan komposisi biofilm bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara proses demineralisasi dan remineralisasi dan diwujudkan dengan terbentuknya lesi
karies pada gigi sulung dan permanen. Diperkirakan sekitar seperempat anak-anak dan lebih
dari setengah remaja mengalami lesi karies gigi pada gigi permanen mereka. Permukaan
oklusal gigi posterior paling rentan terhadap perkembangan karies karena adanya lubang dan
fisura dengan morfologi kompleks yang menjadikannya habitat sempurna untuk
perkembangan karies. (Naaman dkk., 2017; Ahovuo dkk., 2017).
Penelitian fluorida gigi dimulai pada tahun 1901. Penggunaan fluorida telah terbukti
menjadi tindakan kesehatan masyarakat yang efektif untuk pencegahan karies gigi. Setelah
satu abad pengembangan, aplikasi fluorida secara sistemik dan topikal (lokal) telah banyak
digunakan dalam strategi pencegahan karies di negara-negara di seluruh dunia (Cheng dkk.
2023).
Fluorida yang diberikan secara sistemik (seperti air berfluoride, susu atau garam,
suplemen fluorida dalam bentuk tablet, tetes atau tablet hisap) dapat dimasukkan ke dalam
struktur pembentuk gigi selama perkembangan gigi. Sebagai reservoir fluorida dalam air liur,
fluorida sistemik juga dapat memberikan perlindungan topikal pada gigi yang sedang erupsi.
Aplikasi fluorida topikal (seperti pasta gigi berfluoride, obat kumur, pernis, gel, busa,
perangkat fluorida pelepasan lambat) mengurangi demineralisasi email, mendorong
remineralisasi, dan menghambat metabolisme bakteri pada plak gigi. Aplikasi topikal natrium
atau kalium fluorida pada permukaan gigi dapat digunakan untuk mengurangi karies gigi pada
anak-anak. Saat ini, fluorida topikal diterapkan secara profesional oleh dokter gigi telah lama
menjadi proses medis rutin untuk pencegahan karies gigi (Cheng dkk., 2023).
Topical application floride merupakan salah satu perawatan preventif yang dilakukan
untuk mencegah karies gigi. Pengaplikasiannya bisa melalui tray atau brush. TAF merupakan
metode pengolesan langsung larutan fluor pada permukaan enamel gigi yang dilakukan untuk
memperkuat lapisan email dan menghambat demineralisasi dengan tujuan untuk mencegah
terjadinya karies atau menghambat pertumbuhan initial karies pada gigi sulung maupun
permanen. Pemberian fluor secara topical dapat dilakukan dengan berbagai pilihan bahan
(Agustina, dkk., 2020).
AAPD mendorong paparan floride optimum untuk setiap anak, mendorong air
berflorida sebagai pencegahan karies yang paling bermanfaat dan efektif dari segi biaya.
Suplementasi floride harus dipertimbangkan pada anak dengan resiko karies sedang hingga
tinggi ketika paparan floride tidak optimal (AAPD, 2018).
Fluorida memainkan peranan penting dalam pencegahan karies gigi dan juga
digunakan sebagai terapi untuk inaktivasi lesi karies yang baru jadi. Efek fluorida terutama
dicapai bila dioleskan secara topikal, yang semakin ditingkatkan bila disertai dengan
kebersihan mulut yang baik (Nassar dan Brizuela, 2023).

B. Mekanisme
Fluorida memberikan tindakan anti-kariogeniknya ketika diberikan secara topikal
melalui tiga mekanisme: 1) menghambat demineralisasi gigi, 2) meningkatkan remineralisasi
gigi, dan 3) menghambat bakteri plak. Fluorida dalam air minum dan produk yang
mengandung fluorida seperti pasta gigi, obat kumur, dan pernis bekerja melalui mekanisme
ini. Ketika fluorida diberikan secara sistemik dalam bentuk suplemen (tetes, tablet, dan tablet
hisap), efeknya terhadap perlindungan karies menjadi minimal. Berikut adalah, macam-macam
mekanisme kerja fluorida.
1. Meningkatkan crystalinity: floride mampu meningkatkan ukuran kristal dan memproduksi
lebih sedikitcrystal lattice. Ini terjadi melalui konversi kalsium amorfa posfat menjadi
kristalin hidroksiapatit.
Selama proses normal remineralisasi, asam yang dihasilkan oleh bakteri dinetralkan
oleh aksi buffering air liur, menghentikan demineralisasi email di bawah permukaan. Selain
itu, kalsium dan fosfat menjadi jenuh dalam air liur, memaksa mineral kembali ke struktur
gigi.
Fluorida meningkatkan remineralisasi gigi dengan mempercepat pertumbuhan
kristal fluorapatit pada kristal sub-permukaan yang mengalami demineralisasi sebagian
pada lesi karies. Fluorida menyerap ke permukaan ini dan menarik ion kalsium. Akibatnya,
permukaan baru ini menarik lebih banyak fluorida, sehingga menghasilkan permukaan
seperti fluorapatit.
2. Menghambat demineralisasi
Fluorida yang dimasukkan ke dalam struktur kristal email pada tahap
perkembangan gigi tidak memiliki efek yang cukup terhadap kelarutan asam email.
Namun, fluorida yang ada dalam biofilm karena paparan topikal secara teratur dan kristal
apatit berkarbonasi di sekitarnya (kristal email) secara efektif menghambat demineralisasi
gigi.
Pada saat bakteri memproduksi asam, fluorida dalam cairan plak turun bersama
asam ke dalam sub-permukaan email, menyerap ke dalam struktur kristalnya, dan
melindunginya dari dislusi. Fluorapatit Ca10(PO4)6F2 merupakan mineral email yang jauh
lebih tahan terhadap pelarutan asam dibandingkan mineral gigi lainnya (apatit berkarbonasi
dan hidroksiapatit). Fluorapatit dihasilkan dari penggantian ion OH dalam hidroksiapatit
dengan ion fluorida.
3. Enzyme inhibition: floride memiiliki efek menghambat enolase dan ini juga menghambat
transport glukosa. Enolase merupakan metalloenzim yang membutuhkan kation divalen
untuk aktivitasya. Floride yang meningkatkan reaktivitasnya membentuk komplek dengan
kation ini sehingga mencegah enzim. Ini juga menghambat nonmetalloenzim seperti
pospatase yang mengarahkan pada penurunan produksi asam.
Ion fluorida (F-) tidak dapat melewati dinding bakteri, tetapi pada nilai pH rendah
(ketika bakteri menghasilkan asam), ion fluorida (F-) bergerak melalui dinding sel bakteri
kariogenik dalam bentuk HF. Begitu berada di dalam sel, HF berdisosiasi lagi menjadi ion
H+ dan F-, mengasamkan lingkungan bakteri dan masing-masing menghambat enzim,
enolase, dan aktivitasnya. Proses ini bersifat kumulatif.
4. Acid solubility: fluoroapatit dan fluoridated lebih rendah solubilitasnya dari hidroksiapatit
sehingga memiliki stabilitas yang lebih besar
5. Supressing the flora: stannous floride merupakan supresor poten untuk pertumbuhan
bakteri karena bisa mengoksidasi thiol group yang ada pada bakteri sehingga menghambat
metabolisme bakteri
6. Antibacterial action: konsentrasi floride diatas 2 ppm pada solution secara progresif
menurunkan transport upatake glukosa pada sel streptococci dan menurunkan sintesis ATP.
7. Lowering free surface energy: floride disertakan dalam enamel dengan menggantikan ion
hydroxyl untuk mengurangi energi permukaan secara langsung dengan demikian secara
tidak langsung mengurangi deposisi pelikel dan pembentukan plak berikutnya.
8. Desorpstion of protein and bacteria: kristal hidroksiapatit amfoter dengan reseptor site
baik positif maupun negatif. Asam amino grup berikatan dengan kalsium site dan basa
posfat. Floride menghambat ikatan asam amino pada hidroksiapatit.
9. Alteration in tooth morphology: gigi dengan komunitas floridasi menunjukkan cusp gigi
yang lebih bulat, fisur yang dangkal berkaitan dengan selektif inhibisi pada ameloblast.
(Marwah,2014; Nassar dan Brizuela, 2023).

C. Indikasi
Indikasi perawatan topical application fluor adalah sebagai berikut:
1. Anak pada usia 3, 7, 10, 13, tahun yang baru erupsi gigi sulung atau permanennya dan
belum terkena karies
2. Pengalaman karies yang melibatkan struktut halus dan gigi insisiv rahang bawah. Lesi
aktif dan area yang mengalami demineralisasi. Radiografi menggambarkan adanya
karies
3. Terdapat plak yang terlihat pada anak anak yang masih muda di sekitar incisiv rahang
atas
4. Pit dan fissur yang dalam, gigi dengan hypomineralisasi.
5. Individu yang baru terkena karies awal
6. Tidak atau sedikit terpapar floride
7. Tinggal di lingkungan yang kariogenik sehingga rentan terkena karies. Status
sosioekonomi rendah
8. Riwayat keluarga dengan pengalaman karies yang tinggi.
9. Frekuensi diet makanan yang bisa terfermentasi lebih dari 4 kali perhari
10. Memiliki gangguan pada kelenjar saliva baik karena suatu penyakit, konsumsi obat
tertentu, ataupun radioterapi
11. Memiliki riwayat hipersensitivitas dental karena kasus periodontal yang sudah
melibatkan akar gigi
12. Individu berkebutuhan khusus
13. Tidak melakukan perawatan dental secara periodik atau hanya ke klinik jika ada
keadaan darurat
14. Indikasi perwatan fissure sealent pada gigi permanen molar, akan tetapi tidak bisa
dilakukan sealent (Albadri dan Steven, 2021).

D. Kontraindikasi
Kontraindikasi dari perawatan topical application fluor adalah sebagai berikut:
1. Hipersensitiv terhadap bahan TAF
2. Terpapar kadar floridasi yang tinggi
3. Anak di bawah 6 tahun yang belum bisa meludah dengan baik kontraindikasi terhadap
sediaan floride obat kumur
4. Low caries risk pada komunitas dengan floridasi yang baik
5. Pasien dengan lesi pada jaringan lunak di sekitar gigi
6. Gigi dengan kavitas besar
(Mazyad dkk., 2017)

E. Macam-macam bahan TAF


Bahan yang digunakan untuk TAF diantaranya, yaitu:
1. Natrium Fluoride (NaF)
Konsentrasi NaF 2% diperoleh dengan
melarutkan bubuk 2 mg NaF dalam 100 mg larutan.
Aplikasi topikal dengan NaF 2% terdiri atas satu seri
perawatan, 4 kali kunjungan dengan interval atau jangka
waktu antara kunjungan pertama, kedua, ketiga, dan
keemppat adalah 2-7 hari. Penggunaan bahan ini
direkomendasikan untuk perawatan gigi pada anak-anak
dengan usia 3,7,10 dan 13 tahun. Bahan ini paling sering
digunakan.
Berikut adalah kelebihan NaF
a. Rasanya cukup enak, tidak pahit, meskipun ada rasa asin
b. Tidak menimbulkan pewarnaan ekstrinsik
c. Tidak mengiritasi jaringan gingiva
d. Mendidik pasien melakukan disiplin kunjungan selama satu seri kunjungan. Dimana
aplikasi kedua, ketiga, dan keempat dilakukan dengan interval waku satu minggu dan
perawatan ini direkomendasikan dilakukan kembali pada usia 3, 7, 11, dan 13 tahun.
Berikut adalah kekurangan dari NaF
a. Tidak tahan lama jika disimpan dalam botol tembus cahaya karena sinar matahari
akan merangsang reaksi kimia dengan ion fluor yang bebas
b. Pasien harus melakukan 4 kunjungan dalam waktu singkat
c. Interval hingga 4 tahun sntar seri terlalu lama untuk perlindungan kariostatik secara
maksimal
2. Acidulated-Phosphat Fluoride (APF)
Larutan fluor APF terdiri atas
larutan fluor 1,2% di dalam asam fosfat 0,1
mg yang mengandung 12300 ppm fluoride
(1,23% APF). Larutan ini terdiri dari
campuran natrium fluoride, asam fluoride,
dan asam ortofosfat. Aplikasi TAF dengan
APF terdiri atas 2 kali kunjungan dalam satu
tahum, semakin sering aplikasi dilakukan maka hasilnya akan lebih efektif untuk mencegah
karies. Bahan APF juga direkomendasikan untuk kasus karies rampan, penggunaannya
dilakukan oleh dokter gigi menggunakan sediaan berbentuk gel dan menggunakan trau
khusus, sediaan gel mengandung selulosa dan thixotopic gel agar dapat mengalir dan
berpenetrasi ke gigi. Bahan APF memiliki kelebihan stabil jika disimpan dalam botol
polietilen, namun memiliki kekurangan dapat menyebabkan pewarnaan ekstrinsik pada
gigi geligi.
3. Stannous Fluoride (SnF2)
Aplikasi larutan fluor menggunakan larutan SnF2 dengan konsentrasi 8 10%. Gel
memiliki kandungan matilselulosa dan glicerin. Bahan SnF2 dapat digunakan dirumah
untuk remineralisasi white spot dan enamel hipomineralisasi. Te Teknik aplikasi topikal
SnF2 diberikan sekali setiap 4 6 bulan dimulai pada usia 3 tahun, dan efektif juga untuk
orang dewasa.
Berikut adalah kelebihan dari SnF2:
a. Larutan sangat aktif sehingga akan cepat kehilangan
kekuatannya
b. Pemakaian SnF2 pada orang dewasa lebih efektif daripada
NaF
c. Tetap memberikan efek walaupun pada daerah tempat
kadar fluoride dalam air minum cukup besar
d. Penggunaan SnF2 8% sekali setiap tahun dapat melindungi
gigi dari karies.
Berikut adalah kekurangan dari SnF2
a. Bau dan rasanya tidak enak (pahit atau seperti metal)
b. Dapat menimbulkan pigmentasi pada gigi
c. Dapat mengiritasi gingiva
d. Mudah teroksidasi sehingga tidak efektif lagi
e. Dapat mengiritasi gingiva
f. Tidak stabil dalam bentuk larutan
g. Menimbulkan stain pada email yang mengalami hipomineralisasi atau demineralisasi
4. Fluoride Foam
Fluoride foam atau mousse, tersedia dalam dua jenis
bahan, yaitu NaF dan APF. Sediaan ini hanya tersedia di
beberapa negara. Fluoride foam memiliki kemampuan
infiltrasi yang dalam, tidak mengiritasi, serta dapat dijadikan
alternatif bagi pasien yang sensitif terhadap fluor yang
bersifat asam karena foam ini bersifat netral (Mullane dkk,
2016). Tooth mousse dikenal memiliki kandungan casein
phosphopeptide amorphous calcium phosphate atau CPP ACP yang diketahui mampu
mencegah demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi email gigi (Busman dkk,
Aplikasi topikal CPP ACP menimbulkan reaksi kimia, yaitu CPP ACP bereaksi dengan
glikoprotein saliva yang melapisi permukaan gigi (dikenal sebagai pelikel saliva). Kalsium
dan fosfat dalam bentuk amorphous (ACP) yang tidak terikat kuat pada pelikel saliva akan
larut ke lingkungan sekitar gigi (saliva dan plak). CPP ACP juga bereaksi secara kimia
dengan kristal hidroksiapatit enamel dan dentin, mengikat gugus hidroksil dan membentuk
kalsium fosfat hidroksiapatit yang tahan terhadap demineralisasi asam Tooth mousse
adalah suatu agen pelapis topical gigi yang memiliki kelebihan sebagai berikut:
a. Dapat berperan sebagai agen desensitisasi,
b. Diformulasikan dengan berbagai rasa yang enak untuk anak-anak.
c. Lebih nyaman dalam penggunaan karena tidak ada tumpahan yang keluar dari tray
sehingga meminimalisisr gagging (Busman dkk, 2014).
5. Fluoride Varnish
Varnish merupakan fluor yang
yang tersuspensi dalam alkohol dan resin
base. Komposisi varnish tergantung pada
merk yang tersediatersedia, merk colgate
duraphat mengandung 22,600 ppm (5%)
NaF 5% dan fluor protector ivoclar
vivadent mengangung 0,1% Fluorsilane
dalam etil asetat (65%). Fluoride varnish
mengeras apabila terjadi kontak dengan
saliva dan tetap berkontak dengan gigi selama beberapa jam atau beberapa hari, fluoride
varnish tidak boleh disikat selama minimal 12 jam setelah aplikasi (Manapalli, 2016).
Pemberian varnish fluor diberikan setiap empat atau enam bulan sekali pada anak yang
mempunyai resiko karies tinggi. Varnish merupakan cara yang pengaplikasian topikal
fluorida yang paling nyaman dan aman karena dapat meminimalisir tertelannya fluorida
pada anak dibawah 6 tahun dan menjadi satu satunya rekomendasi untuk anak di usia ini.
Varnish fluorida mengandung jumlah fluorida yang lebih kecil dibandingkan dengan gel
Fluorida, dan oleh karena itu, penggunaannya mengurangi risiko tertelan secara tidak
sengaja pada anak-anak di bawah 6 tahun. Secara umum pengaplikasian membutuhkan 0,2
hingga 0,5ml dengan penggunaan partikel fluorida sekitar 5 hingga 11 mg.
Fluoride varnish memiliki kelebihansebagai berikut:
a. Memiliki kontak yang lebih baik dengan email dibandingkan dengan sedian larutan
atau gel
b. Dapat mengering dengan cepat setelah pengaplikasian
c. Mudah menjangkau daerah gigi yang sulit seperti bagian servikal gigi (Host dkk, 2016).
Indikasi penggunaan fluoride varnish adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak hadicapped.
b. Lesi karies yang baru muncul
c. Pasien yang sedang dalam perawatan dengan general anaesthesia sehingga dapat
diaplikasikan fluride varnish setelah semua perawatan selesai.
d. Anak-anak yang belum bisa memakai fluoride gel atau foam.

F. Prognosis
Penerapan pernis fluorida (FV) dan gel fluorida secara profesional dua kali atau lebih
per tahun pada anak-anak menunjukkan hasil yang sukses dalam pencegahan karies pada anak-
anak berisiko tinggi karies dari segala usia tanpa memandang kadar fluorida dalam air minum.
Penerapan pernis fluorida dua kali setahun mengurangi kejadian karies sebesar 37% pada gigi
sulung dan 43% pada gigi permanen (Nassar dan Brizuela, 2023).
American Dental Association (ADA) merekomendasikan 2,26% pernis natrium
fluorida (22.600 ppm fluorida) untuk anak di bawah enam tahun dan 1,23% gel fosfat fluorida
yang diasamkan (12.300 ppm fluorida) untuk anak di atas enam tahun. Untuk resep yang
digunakan di rumah, ADA merekomendasikan konsentrasi hanya 0,05% gel natrium fluorida
(5.000 ppm fluorida) untuk anak di atas enam tahun atau 0,15% gel stannous fluorida (1.000
ppm fluorida) (Nassar dan Brizuela, 2023).

G. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan untuk perawatan topical application fluor adalah sebagai berikut:
1. Diagnostic set
2. Tray
3. Nierbeken
4. Rubber cup bur
5. Topical fluoride
6. Cotton roll
7. pumice
H. Prosedur kerja
Prosedur kerja perawatan topical application fluor adalah sebagai berikut:
1. Persiapan operator serta alat bahan
2. Persilakan pasien memasuki ruang integrasi dan duduk di dental unit
3. Pasien diinstruksikan untuk berkumur dan mengenakan alas dada
4. Melakukan pemeriksaan subjetif meliputi anamnesis dan memastikan identitas pasien yaitu
nama, tanggal lahir, dan alamat pasien
5. Melakukan pemeriksaan objektif yaitu pemeriksaan ekstraoral dan intraoral, serta
pengisian rekam medis
6. Melakukan informed consent
7. Pengaplikasian TAF dengan teknik langsung
a. Melakukan oral profilaksis dengan membersihkan gigi menggunakan sikat gigi atau
menggunakan rubber cusp prophylaxis dan bristle bursh dan menggunakan pasta
profilaksis
b. Permukaan yang telah dibersihkan, dikeringkan dengan tiupan udara yang dibantu
dengan cotton roll
c. Isolasi gigi dengan cotton roll
d. Mengaplikasikan fluoride (larutan/ gel/ varnish) pada permukaan seluruh permukaan
gigi yaitu bagian interproksimal, bukal, dan palatal/ lingual gigi pasien. Bagian
proksimal dapat diaplikasilan dengan bantuan dental floss.
1) Aplikasi NaF per kuadran gigi dan tunggu 4 menit untuk setiap kuadran
2) Aplikasi SnF2 pada aplikator dan reaplikasi pada setiap gigi 15-30 detik sehingga
gigi tetap lembab selama 4 menit
e. Biarkan gigi terbasahi oleh fluoride selama 3-4 menit atau sesuai aturan pabrik
f. Operator melepaskan isolasi gigi cotton roll
g. Menginstruksikan pasien untuk tidak kumur, minum, atau pun makan selama 60 menit
atau sesuai aturan pabrik
8. Pengaplikasian TAF dengan teknik tidak langsung
a. Melakukan oral profilaksis dengan membersihkan gigi menggunakan sikat gigi atau
menggunakan rubber cups prophylaxis dan dilanjutkan bristle brush
b. Persiapkan sendok cetak sesuai ukuran, tempatkan gel secukupnya hingga menutupi
dasar sendok (2-3 ml)
c. Mengeringkan gigi dapat dengan tiupan udara dari three way syringe.
d. Masukkan sendok cetak selama 4 menit dan gunakan saliva ejector
e. Keluarkan sendok, bersihkan kelebihan gel pada permukaan gigi, instruksikan pasien
untuk meludah tetapi tidak berkumur
f. Menginstruksikan pasien untuk tidak kumur, minum, ataupun makan selama 60 menit
atau sesuai aturan pabrik.
9. Prosedur pengaplikasian varnish
a. Melakukan profilaksis oral secara menyeluruh menggunakan sikat gigi atau
menggunakan rubber cups prophylaxis
b. Mengeringkan gigi dapat dengan tiupan udara dari three way syringe.
c. Varnish 0,3-0,5 mL dioleskan ke seluruh permukaan gigi menggunakan dispossable
brush. Aplikasikan pada rahang bawah terlebih dahulu untuk menghindari akumulasi
saliva. Cotton roll tidak digunakan karena varnish akan menempel
d. Pasien diinstruksikan untuk tidak menutup mulut dan membiarkan mulut terbuka
lebar selama 4 menit agar varnish mengering
e. Pasien juga diminta untuk tidak makan dan minum selama satu jam setelah aplikasi,
dan tidak menyikat gigi minimal 12 jam setelah aplikasi atau sesuai aturan pabrik.
10. Menyampaikan KIE dan DHE (Marwah, 2019).

I. KIE dan DHE


1. Memberikan instruksi pada pasien dan orang tua pasien untuk tidak minum, makan,
ataupun berkumur selama 60 menit (atau sesuai aturan pabrik) setelah aplikasi TAF. Anak
boleh meludh namun tidak boleh berkumur terlebih dahulu.
2. Memberikan instruksi pada pasien untuk tidak menyikat gigi minimal 12 jam setelah
aplikasi dan melakukan sikat gigi keesokan harinya atau sesuai aturan pabrik.
3. Instruksikan kepada pasien untuk menjaga kebersihan rongga mulut dengan minimal
menyikat gigi 2x sehari selama 2-3 menit yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum
tidur dengan pasta gigi berfluoride dan menggunakan sikat gigi berbulu halus.
4. Edukasi pasien mengenai cara sikat gigi yang baik dan benar melalui model gigi dan ajari
juga cara membersihkan sela-sela gigi menggunakan benang gigi atau inderental brush
5. Memberikan edukasi untuk menghindari makanan yang lengket dan keras, tinggi gula,
minuman bersoda, serta meningkatkan konsumsi makanan yang bergizi dan baik untuk
kesehatan gigi dan mulut.
6. Instruksikan kepada pasien untuk mengatur pola makan seperti mengnsumsi manakan
bergizi, tinggi protein, dan mengurangi makanan yang mengandung gula dan lengket.
7. Instruksikan kepada pasien dan orang tua untuk melakukan pemeriksaan secara rutin ke
dokter gigi setiap 6 bulan sekali.
8. Menginformasikan kepada pasien bahwa aplikasi TAF dapat diulang 6 bulan setelah
kunjungan pertama atau 3-4x dalam setahun sesuai aturan pabrik.

I. Komplikasi
1. Toksisitas
1,23% floride tau sekiar 12.300 ppm bisa diaplikasi oleh profesional sedangkan 1000
ppm untuk penggunaan di rumah. Ada resiko toksisitas pada penggunaan gel tinggi floride dan
berikut adalah rekomendasi keamanan yang harus dipatuhi: tidak boleh lebih dari 2 mL per
tray, pasien duduk dengan tegak dengan inklinasi kepala ke depan, menggunakan saliva ejector,
instruksikan pasien untuk meludah selama 30 detik setelah prosedur, tidak diperuntukkan bagi
anak dibawah 6 tahun (Welburry dkk., 2018).
2. Fluorosis
Asupan suplemen fluorida pada anak usia dini dan kadar fluorida yang lebih besar dari
0,7 ppm dalam air minum dikaitkan dengan risiko fluorosis gigi ringan hingga berat yang
disertai dengan masalah estetika. Menelan pasta gigi dalam jumlah lebih dari ukuran kacang
polong dapat menyebabkan fluorosis ringan pada anak di bawah enam tahun (Nassar dan
Brizuela, 2023).
Anak-anak di bawah usia empat tahun berisiko mengalami fluorosis gigi pada gigi seri
permanen dan gigi geraham pertama karena pengapuran dan pematangan gigi terjadi pada usia
tersebut. Gigi premolar permanen dan molar kedua mengalami kalsifikasi dan maturasi pada
usia empat hingga enam tahun; oleh karena itu, mereka berisiko terkena fluorosis gigi. Setelah
usia enam tahun, risiko fluorosis gigi berkurang secara signifikan (Nassar dan Brizuela, 2023).
Untuk menghindari risiko fluorosis pada anak-anak dan tetap mendapatkan manfaat
pencegahan karies dari fluorida untuk semua kelompok umur, produk yang mengandung
fluorida harus digunakan dengan tepat (Nassar dan Brizuela, 2023).

J. Kesimpulan
Karies gigi adalah salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi, menyerang
hampir 60 hingga 90% populasi dunia. Karies gigi merupakan penyakit multifaktorial yang
disebabkan oleh perubahan komposisi biofilm bakteri sehingga terjadi ketidakseimbangan
antara proses demineralisasi dan remineralisasi dan diwujudkan dengan terbentuknya lesi
karies pada gigi sulung dan permanen. Fluorida berperan penting dalam pencegahan karies
gigi dan juga digunakan sebagai terapi untuk inaktivasi lesi karies yang baru jadi. Efek
fluorida terutama dicapai bila dioleskan secara topikal, yang semakin ditingkatkan bila
disertai dengan kebersihan mulut yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Agustina, G., Putri ,., Praptiwi, Y., dan Supriyanto, I., 2020 Gambaran pengetahuan tentang topical
aplikasi fluor (TAF) pada orang tua anak usia sekolah dasar. Jurnal Kesehatan
Siliwangi. Vol 1(1): 14-22.
Ahovuo-Saloranta A, Forss H, Walsh T, Nordblad A, Mäkelä M, Worthington HV., 2017. Pit and
fissure sealants for preventing dental decay in permanent teeth. Cochrane Database
Syst Rev. 7(7): 1.
Albadri, S. dan Stevens C. L. 2021. Paediatric Dentistry for the General Dental Practitioner.
Switzerland. British Dental Association.
American Academy of Pediatric Dentistry. 2018. Periodicty of examination, preventive dental
caries, antivipatory guidance/ counseling, and oral treatment for infants, chindren,
and adolescent. The reference Manual of Pediatric Dentistry. Chicago, III.:
American Academy of Pediatric De ntistry: 2020-232-42.
Busman., Arma. U., Nofriadi, 2014, Hubungan aplikasi casein phosphopepide amorphous calcium
phosphate (CPP-ACP) terhadap remineralisasi gigi, Journal B-Dent, Vol 1(1):18-
23.
Cheng F. C., Wang L. H., Wang Y. L., Chiang C. P., 2023. Overview of dental professionally
topical fluoride application in public health measure in Taiwan in 2021. J Dent Sci.
18(2):857-864.
Manapallil, J. 2016. Basic Dental Materials. 4thed. JaypeeBrothersMedical Publisher. New Delhi.
Marwah, N. 2019. Textbook of Pediatric Dentistry. 4th Edition. Jaypee Brothers. Medical
Publishers. New Delhi.
Mazyad, O.T., El-marakby, A.M., Sorour, Y.R., Abo-ghannam, M.D., Salem, M.M., Salamah,
M.A., Hawrani, A.M., Showaill, A. A. 2017. Topical Application of Fluoride and
Mullane, D.M., Baez, R.J., Jones, S., Lennon, M.A., Petersen, P.E., Rugg-Gunn, A.E., Whelton,
H., Whitford, G. M. 2016. Fluoride and Oral Health. Community Dent. Health 33,
69–99.It’s Anti Cariogenic Effect. Int. J. Adv. Res., 5(12), 1483–1488.
Naaman R, El-Housseiny AA, Alamoudi N., 2017. The use of pit and fissure sealants-a literature
review. Dent J (Basel). 5(4):34.
Nassar Y, Brizuela M., 2023. The Role of Fluoride on Caries Prevention. StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK587342/
Welbury, R., Duggal, M. S., Hosey, M. T., 2018. Paediatric Dentistry. Edisi 5. United Kingdom.
Oxford University Press.

Anda mungkin juga menyukai