Anda di halaman 1dari 22

STATUS PERIODONSIA

DISKUSI KASUS SIMPEL

Andita Nurseptiani Lukman


160112160034

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2017
STATUS PERIODONSIA
DISKUSI KASUS SIMPLE

Mahasiswa : Andita Nurseptiani Lukman


NPM : 160112160034

STATUS PASIEN
Nama Pasien : Deivh Naufal Z. Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Mahasiswa Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Antapani Lama Gg Jambu No. RM : 2015-01099
No. 31
Agama : Islam
Menikah / Belum : Belum menikah
Tgl. Pemeriksaan : 9 Juni 2017

KELUHAN UTAMA
Pasien laki-laki berusia 21 tahun datang ke RSGM dengan keluhan terdapat gusi gigi belakang
atas sisi kiri dan kanan berdarah saat menyikat gigi sejak satu bulan yang lalu. Pasien biasanya
menyikat gigi sebanyak dua kali sehari pada pagi dan malam hari. Pasien terakhir dibersihkan
karang gigi sekitar 2 tahun lalu. Pasien juga pernah dilakukan perawatan night guard pada 2
tahun lalu karena pasien sering mengerutukkan gigi pada malam hari. Pasien ingin giginya
dibersihkan.

PENGAMATAN DATA PERIODONTIK


1. Riwayat perawatan gigi yang lalu
a. Tanggal terakhir : 6 Maret 2015
b. Jenis perawatan terakhir : Skeling dan night guard
c. Frekuensi perawatan rutin :-

2. Alasan hilangnya gigi :


a. Berlubang (karies) :-
b. Trauma :-
c. Gangguan / tidak erupsi :-
d. Terlepas sendiri (goyang) :-
e. Alasan tidak diganti :-

3. Pengetahuan tentang penyakit periodontal yang diderita


a. Permulaan terasa ada kelainan : gusi berdarah sejak satu bulan lalu
b. Daerah yang terganggu : gusi gigi posterior rahang atas kiri dan
kanan
c. Derajat keparahan kelainan dihubungkan dengan
 Jenis makanan tertentu :-
 Siklus menstruasi :-
 Frekuensi dan teknik menyikat gigi : dua kali sehari pagi sesudah
sarapan dan malam sebelum tidur, teknik menyikat gigi membulat di
seluruh gigi
d. Keluhan pada
 Gusi (sensitif,membengkak) : membengkak
 Perdarahan gusi (spontan / trauma) : trauma saat menyikat gigi
 ANUG :-
 Kebiasaan buruk (oral) : bruksism
 Impaksi makanan :-

4. Perawatan periodontal yang lalu


a. Tanggal terakhir : 6 Maret 2015
b. Jenis perawatan : Skeling
c. Dirawat oleh ahli / bukan : Koass dokter gigi

5. Pemeliharaan oral hygiene


a. Frekuensi menyikat gigi : dua kali sehari pagi sesudah makan dan malam
sebelum tidur
b. Jenis sikat yang dipakai : tangkai lurus, berbulu medium, datar
Metode : membulat di seluruh gigi
Pasta gigi : berfluoride
c. Alat bantu lain :-

6. Riwayat pemeriksaan medis


a. Tanggal terakhir :-
b. Jenis perawatan :-
c. Dirawat oleh :-

7. Pemeriksaan khusus (Tidak dilakukan)

Darah Penderita Normal Satuan Kesimpulan


Hb - - - -

Leukosit - - - -

Eritrosit - - - -

LED Jam ke-1/Jam ke-2 - - - -

Jumlah Trombosit - - - -

Masa perdarahan / BT - - - -

Masa pembekuan / CT - - - -

Glukosa puasa - - - -

Glukosa 2 jam PP - - - -

Golongan darah -

8. Evaluasi kelainan / kondisi sistemik dan pengetahuan tentang kesehatan gigi


Pasien dalam keadaan sehat dan tidak mempunyai penyakit sistemik, tapi mempunyai
kebiasaan buruk bruksism. Pengetahuan tentang teknik menyikat gigi masih kurang baik.

9. Pemeriksaan Ekstra Oral dan Intra Oral


A. Keadaan Ekstraoral :
 Muka : Simetris
 Mata : pupil isokhor, konjungtiva non-anemis, sklera non-ikterik
 Leher : kelenjar limfe submental, submandibular, dan servikal tidak
teraba, tidak terasa, dan tidak sakit
 Bibir : TAK , normal, kompeten
 TMJ : Kliking TMJ kanan

B. Keadaan Intraoral :
 Mukosa : TAK
 Gingiva :
- Bentuk : oedem di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Warna : merah di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Konsistensi : lunak di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Pitting test : (+) di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Stippling : (+) di seluruh regio
- Permukaan : licin di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Resesi :-
- Interdental papil : membulat di regio 17-23,26,27,36,37,33-43,46,47
- Stillman’s cleft :-
- Mc.Call’s festoon : (+) 17,16,15, 25, 26, 27
 Frenulum : rahang atas normal, rahang bawah normal
 Eksudat sulkus : (-)
 Perkusi : (-)
 Mobility : grade 1 pada regio 41, 42, 43

10. Oklusi
a. Kontak prematur : gigi 33 - 43
b. Faset permukaan
 Atrisi : gigi 12, 13, 22, 23, 33-43
 Abrasi :-
 Erosi :-
o Geligi tidak beraturan : gigi berjejal pada gigi anterior rahang atas (13-23) dan
rahang bawah (33-43)

11. Gambaran Radiografik


a. Bentuk resorbsi tulang alveolar :
o Vertikal : 17,16, 15, 14, 46, 47
o Horizontal : 26, 43
o Kawah :-
b. Luas resorbsi : terlokalisasi
c. Banyaknya resorbsi :
o Hebat :-
o Sedang :-
o Sedikit : 17,16,15,14, 26, 43, 46, 47
d. Keterlibatan daerah furkasi :-
e. Perbandingan abnormal mahkota dengan akar :
1:1 :
1:2 : 17,16,15,14, 26, 43, 46, 47
2:1 :
3:1 :
4:1 :
f. Karies :-
g. Kelainan periapikal :-
h. Lain-lain :-
i. Prognosis menyeluruh: Baik

12. Evaluasi Oral Hygiene


a. Nilai Plak : buruk (81,25%)
b. Kalkulus : supragingival; subgingival; banyak; menyeluruh

13. Model Studi : Rahang Atas dan Rahang Bawah

14. Evaluasi pra perawatan :


a. Diagnosis : Gingivitis marginalis kronis generalisata disertai periodontitis kronis
gigi 17,16,15,14,26,46,47 dan trauma oklusi pada 41, 42, 43
b. Etiologi : plak, kalkulus, gigi berjejal, bruksism
c. Sikap pasien : kooperatif
d. Prognosa : good

15. Tahapan Perawatan Gigi (menyeluruh) :


1) Fase pendahuluan :
a. Menerangkan kepada pasien tentang penyakit atau keluhan yang dideritanya
b. Menerangkan tahap perawatan yang harus dilakukan
c. Menerangkan pilihan perawatan yang dapat dilakukan

2) Fase initial:
a. Skoring plak
b. OHI dan perawatan kesehatan gigi dan mulut di rumah
c. Profilaksis
d. Skeling RA dan RB
e. Kontrol perawatan (1 minggu dan 1 bulan)
f. Pro Perawatan Orthodontik rahang atas dan rahang bawah
3) Fase bedah :-
4) Fase restoratif :-
5) Fase pemeliharaan :
a. OHI dan perawatan kesehatan gigi dan mulut di rumah
b. Kontrol tiap 6 bulan sekali

Pembimbing Diskusi

(drg. Prajna Metta, Sp.Perio )

Nilai Plak
Kunjungan I Kunjungan II Kunjungan III Kunjungan IV
Tanggal : 09/06/2017 Tanggal : 27/07/2017 Tanggal : 24/08/2017 Tanggal :
Persentase : 81,25% Persentase : 50,8% Persentase : 32,14% Persentase :
Kunjungan V Kunjungan VI Kunjungan VII Kunjungan VIII
Tanggal Tanggal Tanggal Tanggal
Persentase Persentase Persentase Persentase

Catatan Keadaan Intra Oral


Rahang Atas
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Kunjungan I UE 433 324 213 223 223 212 122 222 223 112 112 223 433 433 UE
Facial
Kunjungan III UE 333 323 222 121 222 212 212 222 213 212 112 221 323 323 UE
Kunjungan I UE 321 222 211 111 211 111 111 111 111 112 111 213 222 222 UE
Palatal
Kunjungan III UE 212 212 112 111 111 111 111 111 111 112 111 211 212 222 UE
Kunjungan I - - - - - - - - - - - - - - - -
Mobility
Kunjungan III - - - - - - - - - - - - - - - -
Gigi 18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28
Kunjungan I - - - - - - - - - - - - - - - -
Resesi
Kunjungan III - - - - - - - - - - - - - - - -
Kunjungan I - + + + + - - - - - - - - + + -
BOP
Kunjungan III - - + - + - - - - - - - - + - -

Rahang Bawah
Gigi 48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38
Kunjungan I UE 334 322 113 112 113 221 111 111 112 122 121 212 323 323 UE
Facial
Kunjungan III UE 333 213 212 112 112 221 111 111 112 211 111 111 213 332 UE
Kunjungan I UE 333 334 333 322 311 111 211 211 111 111 211 212 323 323 UE
Lingual
Kunjungan III UE 323 323 222 221 311 111 111 111 111 111 211 212 223 323 UE
Kunjungan I - - - - - I I I - - - - - - - -
Mobility
Kunjungan III - - - - - I I I - - - - - - - -
Kunjungan I - - - - - - - - - - - - - - - -
Resesi
Kunjungan III - - - - - - - - - - - - - - - -
Kunjungan I - + + - - + + + + + + - - + + -
BOP
Kunjungan III - - + - - + + + - - - - - + - -

Pembimbing Diskusi

(drg. Prajna Metta, Sp.Perio)

Gingivitis dan Peridontitis

Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi sebagai
penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.
Sebelum memahami kerusakan jaringan periodontal, sebaiknya dimulai dengan gingival yang
sehat dan tulang pendukung yang normal. Gingiva yang sehat dapat menyesuaikan diri dengan
keadaan gigi. Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bacteria
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingiva yang
nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah zat yang secara
langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan penyakit periodontal. Peradangan
pada gingiva dan perkembangannya pada bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni
mikroorganisme berkembang.

Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan periodontitis.
Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah proses inflamasi dan
mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kerusakan tulang, keadaan
ini dikenal dengan Gingivitis. Apabila penyakit gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin
maka proses penyakit akan terus berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen
periodontal atau sementum, keadaan ini disebut dengan Periodontitis

1. Gingivitis
Gingivitis adalah inflamasi (peradangan) pada gingiva.Gingivitis biasanya disebabkan
oleh buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau karang gigi di bagian gigi yang
berbatasan dengan tepi gingiva. Plak dan kalkulus mengandung banyak bakteri yang akan
menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan
bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Gingivitis biasanya disebabkan oleh
buruknya kebersihan mulut sehingga terbentuk plak atau kalkulus di bagian gigi yang
berbatasan dengan tepi gusi. Plak dan karang gigi mengandung banyak bakteri yang akan
menyebabkan infeksi pada gusi. Bila kebersihan mulut tidak diperbaiki, gingivitis akan
bertambah parah dan berkembang menjadi periodontitis. Tanda klinis dari gingivitis yaitu
terjadi pendarahan spontan atau apabila menyikat gigi pada gusi, gusi terlihat kemerahan,
terdapat pembengkakan atau oedema pada gusi dan bisa juga terjadi ulserasi pada gingiva.

Gejala klinis awal gingivitis adalah terjadinya pendarahan bila dilakukan probing. Hal
ini terjadi karena penetrasi ujung probe pada epitel junction yang mengalami disintegrasi.
Gejala lanjut dari gingivitis menetap terjadi bleeding on probing, eritema dan terjadi edema.
Gingivitis kronis tidak menyebabkan nyeri, nyeri hanya terjadi pada gingivitis kronis.

Perawatan gingivitis dilakukan dengan cara mengendalikan plak yaitu menghilangkan


penyebabnya dengan skeling disertai pemeliharaan kebersihan mulut dan pemberian obat
kumur jika diperlukan.

2. Periodontitis
a. Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis adalah suatu bentuk penyakit periodontal yang
mengakibatkan peradangan dalam jaringan pendukung gigi, kehilangan perlekatan dan
tulang yang progresif dan ditandai oleh pembentukan poket dan atau resesi gingiva. Ini
adalah bentuk periodontitis paling umum, yang lazimnya pada orang dewasa, namun
dapat terjadi pada semua usia. Kehilangan perlekatan biasanya terjadi secara perlahan,
tetapi periode perkembangan yang cepat juga dapat terjadi.
Berdasarkan keparahannya diklasifikasikan menjadi 3 kategori, yaitu
periodontitis kronis ringan yaitu kehilangan perlekatan tidak lebih dari 2 mm,
periodontitis kronis sedang, yaitu kehilangan perlekatan 3-4 mm, periodontitis kronis
berat yaitu kehilangan perlekatan lebih atau sama dengan 5 mm.
Periodontitis kronis biasa terjadi pada usia 30-40 tahun. Seluruh gigi bisa
terkena, penyebaran penyakit tidak teratur, sebagian besar terkena pada regio molar
dan berikutnya pada bagian anterior.
Perawatan yang dilakukan secara lokal dengan menghilangkan plak dan
kalkulus secara mekanik melalui skeling, root planning, penggerindaan gigi lawan bila
ada kontak premature, kuretase, serta instruksi pemeliharaan kebersihan mulut.
b. Periodontitis agresif
Periodontitis Agresif merupakan kelainan jaringan periodontal yang lanjut dan
cepat, yang terjadi pada usia pubertas dan dewasa muda sehat, diklasifikasikan menjadi
2 jenis yaitu periodontitis agresif lokalisata dan periodontitis agresif generalisata.
Terapi periodontitis agresif dapat dpat berupa terapi bedah, non-bedah, atau
kombinasi keduanya yang disertai dengan antimikroba. Sejak penelitian menyatakan
bahwa bakteri A. Actinomycetemcomitans berperan penting sebagai etiologi
periodontitis agresif. Dengan kombinasi menggunakan pemakaian antimikroba ini
bertujuan untuk menghilangkan kelainan, mengurangi keganasan, mencegah
komplikasi, dan rekurensi penyakit.
Terapi non bedah dengan tindakan skeling dan penghalusan akar saja tidak
dapat mengeliminir bakteri A. Actinomycetemcomitans secara menyeluruh dari poket
periodontal. Terapi berupa aplikasi topical povidon-iodin pada poket periodontoal
penderita periodontitis agresif dan dkombinasi dengan pemberian tetrasiklin secara
sistemik terbukti cukup efektif pada terapi periodontitis agresif. Setelah pemberian
tetrasiklin sebanyak 4 x 250 mg/hari selama 2 minggu, ternyata dapat mengurangi
bakteri A. Actinomycetemcomitans secara signifikan.
Perawatan bedah resektif termasuk penambahan material bonegraft dan
membrane periodontal, memperlihatkan hasil yang memuaskan terutama pada kelainan
dengan poket > 7mm. terapi periodontitis dengan perawatan bedah modifikasi
Wildman flap dan pengambilan jaringan granulasi, serta plak control yang teratur.
Setelah pembedahan tidak digunakan pack periodontal tetapi penderita dianjurkan
untuk kumur-kumur menggunakann chlorheksidine 0,2% 2 x perhari selama 2
minggu. Pemberian tetrasiklin perolar dilakukan setelah tindakan bedah dengan dosis 4
x 250 mg/hari selama 2 minggu. Hasilnya menunjukan bertambahnya perlekatan
jaringan secara klinis dan pertumbuhan tulang baru pada daerah kerusakan tulang
angular. Kombinasi bonegraft dengan pemberian tetrasiklin 4 x 250 mg/hari selama 10
hari memberikan hasil pertumbuhan tulang pada daerah furkasi setelah 1 tahun
perawatan. Keberhasilan perawtan periodontitis agresif tanpa pemberian antibiotic juga
banyak dilaporkan pada perawatan 20 penderita periodontitis agresif, berupa tindakan
skelling dan penghalusan akar serta bedah flap dan anjuran pemeliharaan kebersihan
mulut secara professional tanpa pemberian antibiotic. Setelah 6-12 tahun, tidak
dijumpai adanya poket periodontal dengan kedalaman 7 mm atau lebih dan penurunan
kedalaman poket 4-6 mm dari 237 area menjadi 46 area.

STATUS PERIODONSIA
DISKUSI KASUS NIGHTGUARD
Ayu Handayani
160112150054

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2016

NIGHT GUARD

Aktivitas parafungsional merupakan suatu keadaan aktifnya otot-otot secara fisiologis


sehingga menghasilkan kebiasaan-kebiasaan tanpa tujuan fungsional dan biasanya berpotensi
menyebabkan kerusakan. Contoh kebiasaan parafungsional adalah bruxism (grinding &
clenching), menghisap ibu jari, dan posisi rahang yang tidak benar.
Bruxism merupakan salah satu aktivitas parafungsional oklusal, yaitu pergerakan
oromandibular secara involunter berupa tooth grinding atau clenching yang terjadi pada saat
tidur (sleep bruxism) atau tidak (awake bruxism). Hal ini ditandai dengan :

1. Terjadinya kerusakan jaringan keras gigi (tooth wear) berupa atrisi, abfraksi, dan pit
oklusal, sehingga menyebabkan hipersensitivitas pada gigi (dapat berlanjut hingga
terjadinya kelainan pulpa)

2. Kerusakan jaringan periodontal, kegoyangan gigi, terbentuknya bony ridges, iritasi pada
mukosa bukal, dan adanya penampakan scalloped tongue

3. Perubahan dimensi vertikal oklusi

4. Nyeri pada otot-otot sistem pengunyahan, hipertrofi otot masseter dua sisi (pada bruxers
kronis), hingga terjadinya sakit kepala / temporal headache (terutama saat bangun tidur)

5. Kelainan pada sendi Temporomandibula (TMJ), seperti pembukaan mulut terbatas,


kliking, krepitasi, dan locking pada rahang.

6. Dapat merusak protesa cekat ataupun restorasi lainnya di dalam mulut.

Adapun beberapa etiologi atau faktor penyebab terjadinya bruxism adalah stres
emosional atau psikologis, ketidakharmonisan oklusi (adanya gigi hilang yang tidak diganti
atau restorasi berlebih / overhang atau jenis restorasi keramik / porselen), dan adanya kelainan
pada sendi TMJ.

Nightguard (Occlusal Splint) didefinisikan sebagai suatu splint akrilik, baik pada rahang
atas atau bawah, yang membantu kondilus rahang untuk mencapai posisi paling anterior
superior dalam fossanya (keadaan relasi sentrik), sehingga otot-otot masseter berada dalam
keadaan relaksasi. Alat ini juga dinamakan splint relasi sentrik dan orthotik.

Nightguard berfungsi dalam menanggulangi pola aktivitas otot yang abnormal,


melindungi gigi dari kerusakan, melindungi otot-otot pengunyahan, serta dapat memperbaiki
ketidakharmonisan oklusi.

Pertimbangan Night guard


Rahang Atas Rahang Bawah
Jumlah gigi atrisi 2 6
Oral Hygiene Baik baik
Ada/tidaknya Crowding + (3 gigi) + (8 gigi)
Ada/tidaknya missing teeth - -
Ada/tidaknya gigi goyang - -
Tes Perkusi dan Tekan - -
Pilihan Night Guard √

Desain pembuatan night guard rahang atas (Michigan Splint):


1. Dimulai dari distal gigi 17 sampai distal gigi 27.
2. Ketebalan tidak melebihi Free Way Space : DV posisi istirahat – DV posisi sentris.
3. Perluasan facial hingga 1/3 incisal; bukal hingga 1/3 oklusal; palatal dari rugae
palatina kedua sampai ke gigi M1 RA.
4. Permukaan incisal dan oklusal datar dan halus pada gigi incisive, caninus, dan molar,
sedangkan permukaan oklusal pada gigi premolar mengikuti bentuk anatomi gigi.
5. Menggunakan artikulator agar kontak rata.

RENCANA PERAWATAN NIGHT GUARD

Michigan Splint (RA)


Menyetujui,
Pembimbing Diskusi

(Dr. drg. Ira Komara,Sp.Perio)


RENCANA PERAWATAN NIGHT GUARD

Konvensional (RB)
Menyetujui,
Pembimbing Diskusi

(Dr. drg. Ira Komara, Sp.Perio)


Desain pembuatan night guard rahang bawah (Konvensional) :

1. Dimulai dari distal 37 sampai distal 47

2. Ketebalan tidak melebihi 2 mm (free way space)

3. Perluasan ke facial hingga 1/3 incisal / oklusal

4. Perluasan ke lingual hingga 1/3 incisal /oklusal

5. Permukaan incisal dan oklusal gigi I, P merupakan bidang halus, rata, dan semua gigi
RA berkontak dengan night guard

6. Menggunakan artikulator

Cara pemeriksaan :
1. Oklusi : DV sebelum dan sesudah memakai night guard tidak boleh melebihi free way
space (harus sama).
2. Stabilisasi : apabila night guard ditekan satu sisi dengan ujung tumpul, bagian
sebelahnya tidak mengangkat.
3. Adaptasi : semua bagian permukaan night guard mengenai permukaan insisal/oklusal
gigi (merata).
4. Retensi : bila ditarik dengan tekanan ringan, night guard tidak lepas.
5. Semua gigi RA/RB berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada sangkutan
(interference) pada saat gerakan ke lateral kanan-kiri dan ke anterior-posterior.

Tahap Uji Coba Lilin:


1. Adaptasi
2. Free way space (FWS) = Dimensi vertical pada saat istirahat (VDR) - dimensi vertical
pada saat oklusi sentrik (VDO)
Dimensi vertical pasien pada saat istirahat = 65 mm
Dimensi vertical pasien pada saat oklusi sentrik = 62 mm
FWS = VDR – VDO
FWS = 65 mm – 62 mm
FWS = 3 mm
3. Oklusi
Semua gigi RB harus berkontak dengan night guard.
Tahap Polishing:
1. Mengurangi daerah premature kontak dengan batu gerinda hijau.
2. Mengkilap dan licin.

Tahap Insersi:
1. Adaptasi
Semua bagian/permukaan night guard mengenai permukaan incisal/oklusal gigi
(merata).
2. Stabilisasi
Apabila night guard ditekan satu sisi dengan ujung tumpul, bagian sebelahnya tidak
mengangkat.
3. Retensi
Apabila ditarik dengan tekanan ringan, night guard tidak lepas pada saat posisi sentrik
dan eksentrik.
4. Oklusi
DV sebelum dan sesudah memakai night guard, tidak melebihi freeway space, tidak
terdapat premature kontak.
5. Semua gigi RB berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada sangkutan
(interference) pada saat gerakan ke lateral kanan-kiri dan ke anterior-posterior.

Tahap Kontrol Night Guard:


1. Tahap insersi
2. OHI (plak skor dengan disclosing solution)
3. Pemeriksaan jaringan sekitar
4. Keluhan, jika berkurang: penggunaan night guard dikurangi intensitasnya.
TAHAPAN PEKERJAAN PEMBUATAN NIGHT GUARD

Mahasiswa : Ayu Handayani


NPM : 160112150054

No. Tanggal Pekerjaan Tanda tangan

1. Diskusi Kasus Simpel

2. Diskusi Night guard

3. Pola lilin

4. Uji coba pola lilin

5. Pemolesan

6. Insersi

7. Kontrol 1 minggu

8. Kontrol 1 bulan

Anda mungkin juga menyukai