Disusun Oleh :
Nona Viona
160112150088
3.7 Nightguard.............................................................................................. 19
BAB IV PEMBAHASAN.................................................................................. 21
2
BAB I
PENDAHULUAN
parafungsional adalah bruxism (grinding & clenching), menghisap ibu jari, dan
yang terjadi pada saat tidur (sleep bruxism) atau tidak (awake bruxism). Hal ini
ditandai dengan :
1. Terjadinya kerusakan jaringan keras gigi (tooth wear) berupa atrisi, abfraksi,
4. Nyeri pada otot-otot sistem pengunyahan, hipertrofi otot masseter dua sisi
3
5. Kelainan pada sendi Temporomandibula (TMJ), seperti pembukaan mulut
yang tidak diganti atau restorasi berlebih / overhang atau jenis restorasi keramik /
pada rahang atas atau bawah, yang membantu kondilus rahang untuk mencapai
posisi paling anterior superior dalam fossanya (keadaan relasi sentrik), sehingga
otot-otot masseter berada dalam keadaan relaksasi. Alat ini juga dinamakan splint
Makalah ini dibuat dengan tujuan sebagai laporan bruxism pada seorang
pasien laki-laki, usia 24 tahun yang datang ke Bagian Periodonsia Rumah Sakit
Gigi dan Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjadjaran pada bulan
April 2016.
4
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
Agama : Islam
KELUHAN UTAMA
Pasien laki-laki usia 24 tahun datang dengan keluhan sendi sering bersuara klik
memiliki kebiasaan menggerot gigi ketika tidur, keluarga dan teman dekatnya
menyadari kebiasaan buruk tersebut karena pasien kadang terbangun saat tidur
karena suara dan rasa linu pada giginya. Pasien belum pernah memeriksakan
5
PENGAMATAN DATA PERIODONTIK
b. Trauma :-
f. : -
RA
Siklus menstruasi :-
d. Keluhan pada
6
Perdarahan gusi (spontan / trauma) : Berdarah saat
menyikat gigi
ANUG : -
Impaksi makanan :-
a. Tanggal terakhir :-
b. Jenis perawatan :-
c. Dirawat oleh :-
7
7. Evaluasi kelainan / kondisi sistemik dan pengetahuan tentang kesehatan
gigi
Keadaan Ekstraoral :
ikterik
Keadaan Intraoral :
Gingiva :
- Pitting test :+
- Stippling :+
8
- Interdental papil : membulat diseluruh regio
- Stillmans cleft :-
- Mc.Calls festoon : bukal 13, 14, 16, 17, 34, 35, 44, 45
Frenulum : normal
Eksudat sulkus :-
Perkusi :-
9. Oklusi
a. Kontak prematur : 12, 14, 16, 23, 24, 25, 26, 33, 34, 35, 37, 48
b. Faset permukaan
Atrisi : 11, 14, 21, 22, 23, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 35, 41,
43, 45
Abrasi :-
Erosi :-
kanan RA
9
o Horizontal : 13-12, 11-21, 22-23, 24-25, 33-32, 32-31, 31-41,
41-43
o Kawah :-
b. Banyaknya resorbsi :
o Hebat :-
o Sedang :-
41, 41-43
e. Karies :-
f. Kelainan periapikal :-
g. Lain-lain :-
dan 4
10
13. Evaluasi pra perawatan :
Kronis Lokalisata Gigi 12, 11, 21, 22, 35, 34, 33, 32,
maloklusi
o Prognosa : baik
1) Fase pendahuluan :
akan dilakukan
2) Fase initial :
3) Fase bedah :-
5) Fase pemeliharaan :
11
Kontrol
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 Definisi
Istilah bruxism berasal dari kata yunani yaitu brychein, yang berarti to gnash
gerakan yang ditandai dengan grinding atau clenching gigi geligi waktu tidur.
yang merupakan suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang atau tidak
beraturan (spasmodik), non fungsional grinding atau clenching (Basic, 2004 and
seluruh dunia. Di Amerika Serikat diduga sebanyak 45 juta orang memiliki tanda
dan gejala dari bruxism (sewaktu tidur) dan 20% dari penduduk mengalami
bruxism sewaktu bangun2. Prevalensi bruxism berkisar antara 14% - 20% pada
anak-anak, 5% - 8% pada orang dewasa dan menurun menjadi 3% pada orang usia
bruxism dapat dialami oleh baik laki-laki maupun perempuan4. Kebanyakan dari
13
mereka tidak memperhatikan kondisi bruxism ini. Biasanya anggota keluarga
3.2 Etiologi
yaitu periferal (morfologis) dan sentral (patofisiologis dan psikologis). Saat ini,
14
3.4 Peran faktor sentral (pathophysiologis dan psychologis)
simpatetik (Kato, 2001). Hampir 80% bruxism terjadi dalam kelompok, sewaktu
ritme jantung dan tonus otot pembukaan mulut (1 detik sebelumnya) Lihat gambar
sentral dibawah rangsangan autonom dan otak. Bukti mendukung peran syaraf
sentral dan sistem syaraf autonom pada awal aktivitas oromandibular bruxism
( 4 s before)
15
Increase in cardiac rhythm
(1 s before)
(0.8 s before)
stres dan faktor psikososial berperan penting pada penyebab bruxism. Menurut
keausan gigi adalah satu cara untuk menilai bruxism dalam hubungannya dengan
kecemasan dan stres (Janal, 2007). Besarnya keausan gigi dipengaruhi oleh
kepadatan email atau kualitas saliva dan efektivitas lubrikasinya (Lavigne, 2003).
Dokter gigi diklinik perlu perhatian untuk mengenal kelainan psikis dan
diperlukan.
16
3.5 Dampak
Adapun dampak yang dapat terjadi akibat bruxism adalah (Basic, 2004) :
Terjadi gesekan non fisiologis yang sangat cepat pada satu atau lebih
gigi. Grinding terjadi pada tepi insisal gigi anterior yang mana terlihat
diikuti dengan kerusakan dentin dan diikuti dengan nyeri pada pulpa.
Dampak keausan dari bruxism paling sering terjadi pada gigi anterior.
periodontal.
17
5. Gangguan TMJ.
mandibularnya.
Pada saat megatupkan gigi geligi rahang atas dan rahang bawah dengan
terapi hipnosis.
artikulasi temporomandibular.
18
4. Suatu bite splint disebut pula sebagai bite plane, deprogrammer,
dan insisal gigi-gigi di rahang atas atau bawah. Tipe utama dari splints,
splint, plane splint, bite splint according to Shore, Sved splint, Gelb
3.7 Nightguard
pada rahang atas atau bawah, yang membantu kondilus rahang untuk mencapai
posisi paling anterior superior dalam fossanya (keadaan relasi sentrik), sehingga
otot-otot masseter berada dalam keadaan relaksasi. Alat ini juga dinamakan splint
aktivitas otot yang abnormal, melindungi gigi dari kerusakan, melindungi otot-
posisi sentris.
19
3. Perluasan facial hingga 1/3 incisal; bukal hingga 1/3 oklusal
4. Permukaan incisal dan oklusal datar dan halus dari gigi insisif sampai gigi
molar kedua.
nightguard
2. Stabilisasi : nightguard tidak terangkat pada salah satu sisi jika sisi
berlawanannya ditekan
incisal/oklusal gigi
5. Semua gigi RA berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada
anterior-posterior.
20
BAB IV
PEMBAHASAN
klik jika membuka dan menutup mulu. Pasien awalnya mengetahui dari temannya
bahwa pasien sering menggerotkan gigi ketika tidur. Akhir-akhir ini pasien
menyadari sendiri keluhan tersebut karena sempat terbangun beberapa kali ketika
tidur karena suara gerotan dan giginya terasa linu akibat gerakan menggerot
tersebut. Keluhan tersebut dirasakan oleh pasien sejak kurang lebih 2 tahun lalu.
Pasien mengaku tidak ada situasi khusus yang dapat menyebabkan keluhannya
bertambah, karena pasien mengaku tidak pernah ada dalam keadaan stres ketika
buruk ketika tertidur yang dikenal dengan istilah bruxism. Bruxism merupakan
involunter berupa tooth grinding atau clenching yang terjadi pada saat tidur (sleep
pada rongga mulut seperti jaringan periodontal, gigi geligi, dan sendi TMJ.
Kelainan yang terjadi pada gigi geligi berupa adanya atrisi pada 15 gigi pasien
yaitu gigi 11, 14, 21, 22, 23, 24, 25, 31, 32, 33, 34, 35, 41, 43, 45 yang disertai
dengan kelainan periodontal berupa kegoyangan grade 1 pada gigi 21, 22, 31, 32,
21
33, 41, 43. Akibat dari atrisi gigi ini menyebabkan terbukanya dentin pada gigi
pasien yang dapat memicu terjadinya sensasi linu ketika pasien menggertakkan
giginya. Kebiasaan buruk ini juga dapat menyebabkan kelainan pada sendi TMJ
dari pasien. Hal ini dapat diketahui dari keluhan pasien berupa terdapat suara klik
(kliking) pada sendi TMJ kiri dan kanan. Kelainan TMJ ini dapat terjadi
diakibatkan pasien menggertakkan gigi ketika tidur yang membuat otot-otot dari
pada rahang atas atau bawah, yang membantu kondilus rahang untuk mencapai
posisi paling anterior superior dalam fossanya (keadaan relasi sentrik), sehingga
otot-otot masseter berada dalam keadaan relaksasi. Alat ini juga dinamakan splint
22
15 palatoversi 41-43 diastem
13 labioversi 43 rotasi
12 palatoversi
11 distolabioversi
23 mesiolabioversi
Pilihan Nightguard
gigi di rahang atas dan serta bentuk lengkung gigi pada rahang atas kurang baik.
23
RENCANA PERAWATAN NIGHT GUARD
Rahang Atas
24
Menyetujui,
Pembimbing Diskusi
(drg Agus)
25
RENCANA PERAWATAN NIGHT GUARD
Konvensional (RB)
26
Menyetujui,
Pembimbing Diskusi
(drg Agus)
27
Desain pembuatan night guard rahang bawah (Konvensional) :
1. Dimulai dari distal 37 sampai distal 45
5. Permukaan incisal dan oklusal gigi I, P merupakan bidang halus, rata, dan
semua gigi RA berkontak dengan night guard
6. Menggunakan artikulator
Cara pemeriksaan :
1. Oklusi : DV sebelum dan sesudah memakai night guard tidak boleh melebihi
free way space (harus sama).
2. Stabilisasi : apabila night guard ditekan satu sisi dengan ujung tumpul, bagian
sebelahnya tidak mengangkat.
3. Adaptasi : semua bagian permukaan night guard mengenai permukaan
insisal/oklusal gigi (merata).
4. Retensi : bila ditarik dengan tekanan ringan, night guard tidak lepas.
5. Semua gigi RA/RB berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada
sangkutan (interference) pada saat gerakan ke lateral kanan-kiri dan ke
anterior-posterior.
28
3. Oklusi
Semua gigi RB harus berkontak dengan night guard.
Tahap Polishing:
1. Mengurangi daerah premature kontak dengan batu gerinda hijau.
2. Mengkilap dan licin.
Tahap Insersi:
1. Adaptasi
Semua bagian/permukaan night guard mengenai permukaan
incisal/oklusal gigi (merata).
2. Stabilisasi
Apabila night guard ditekan satu sisi dengan ujung tumpul, bagian
sebelahnya tidak mengangkat.
3. Retensi
Apabila ditarik dengan tekanan ringan, night guard tidak lepas pada saat
posisi sentrik dan eksentrik.
4. Oklusi
DV sebelum dan sesudah memakai night guard, tidak melebihi freeway
space, tidak terdapat premature kontak.
5. Semua gigi RB berkontak dengan permukaan night guard dan tidak ada
sangkutan (interference) pada saat gerakan ke lateral kanan-kiri dan ke
anterior-posterior.
29
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
pada saat tidur berupa menggertakkan gigi yang dalam kedokteran gigi dikenal
dari gigi yang merupakan suatu kebiasaan yang tanpa disadari dan berulang atau
tidak beraturan (spasmodik), non fungsional grinding atau clenching (Basic, 2004
and Wijaya et al., 2012). Pasien yang memiliki kebiasaan buruk dapat
menyebabkan kelainan pada gigi geligi berupa atrisi berupa atrisi, abfraksi, dan
pengunyahan, hipertrofi otot masseter dua sisi (pada bruxers kronis), dan
aktivitas otot yang abnormal, melindungi gigi dari kerusakan, melindungi otot-
5.2 Saran
30
1. Pada saar pembuatan nightguard harus dilakukan dengan benar sehingga
31
DAFTAR PUSTAKA
Janal MN, Raphael KG, Klausner JJ, Teaford MF. The role of tooth-grinding in
the maintenance of myofacial face pain: a test of alternative models. Pain
Med. 2007;8:468-496.
Kato T, Rompre P, Montplaisir JY, Sessle BJ, lavigne GJ. Sleep bruxism an
oromotor activity secondary to microaurosal. J Dent Res. 2001;80(10):1940.
Lavigne GJ, Huynh N, Kato T, Okura K, Yao D, et al. Genesis of sleep bruxism:
otor and autonomic-cardiac interaction. Arch Oral Biol. 2007;52:361-381.
Luther F. TMD and occlusion part II. Damned if we dont? Functional occlusal
problems: TMD epidemiology in a wilder context. Br Dent J
2007;13:202(1):1-6.
32
Malki G.A, Khalid H.Z, Marcello M. The Journal Prevalence Of Bruxism In
Children Receiving Treathment For Attrition Deficid Hyperactivity
Disorder:a Pilot Study. Of Clinical Pediatric Dentitry.;2004:29(1).
Pierce LJ, Gale EN. Acomparison of different treatments for nocturnal bruxism. J
Dent Res. 1988;67:597-601.
Wijaya Y, S.H Laura, W.O Roselani. Occlusal Grinding Patern During Sleep
Bruxism and Temporomandibular Disorder. Journal Of Dentistry
Indonesian; 2012: 20(2); 25-31.
33