Disusun Oleh :
Bella Valdinia 12100116114
Dea Putri Audina 12100116281
Iqra Aliflamra 12100116159
Tina Yunita 12100116180
Zsasha Nissa DN 12100116152
Preceptor :
Identitas Pasien
Nama : Nn. SS
Usia : 20 tahun
Pekerjaan : Mahasiswi
Alamat : Ciparay
I. Keluhan utama
Terdapat bunyi klik dan nyeri pada rahang
II. Anamnesis Khusus:
Pasien datang ke poliklinik gigi dengan keluhan terdapat adanya suara klik pada
rahangnya, keluhan dirasakan sejak 6 bulan yang lalu awalnya keluhan tidak sering
muncul namun semakin lama keluhan semakin terasa sering muncul dan mengganggu
pasien.
Keluhan juga disertai dengan adanya rasa nyeri di daerah rahang ketika selesai
makan yang muncul sejak 1 minggu yang lalu, keluhan juga disertai dengan adanya
rasa nyeri dan pegal yang menjalar ke daerah leher dan telinga sejak. Keluhan juga
disertai dengan adanya bengkak di gusi sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan juga disertai dengan adanya bentuk tidak simetris ketika membuka mulut
yang dirasakan sejak 6 bulan yang lalu.
Riwayat trauma pada daerah wajah disangkal oleh pasien, riwayat sering
menguap secara berlebihan disangkal oleh pasien, riwayat membuka mulut dengan
lebar disangkal oleh pasien, riwayat sedang mengalami stress psikologis disangkal
oleh pasien, riwayat nyeri kepala hebat juga disangkal oleh pasien. Pasien
mengatakan rutin menggosok gigi 2 kali sehari ketika pagi dan malam
pasien mengatakan sering mengunyah makanan hanya pada 1 sisi sebelah kanan
sejak 4 tahun yang lalu karena terdapat adanya lubang pada gigi kiri bawahnya,
namun setelah gigi tersebut dicabut kebiasaan mengunyah pada 1 sisi menetap, pasien
juga mengatakan pernah mengalami keluhan yang sama seperti yang dialami saat ini
pada 3 tahun yang lalu, kemudian pasien dianjurkan untuk memasang kawat behel di
spesialis orthodonti. setelah pasien dipasang kawat behel keluhan bunyi klik pada
rahang menghilang dan tidak pernah muncul, namun keluhan tersebut muncul
kembali ketika pasien melepas kawatnya. Pasien mengatakan sering makan makanan
dengan konsistensi keras. Pasien juga sering menggertakan giginya secara tidak sadar.
Pemeriksaan
a. General Survey
Keadaan umum : tampak sakit ringan
Kesadaran : komposmentis
Tanda vital :
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 22x/menit
Suhu : 36.7 C
b. Ekstra Oral
Wajah : Simetris
Profil jaringan lunak : cembung normal
Kelenjar getah bening : tidak terdapat pembesaran
Temporomandibular joint : kliking +
Open/close jaw : deviasi ke kanan
c. Intra Oral
Oral higiene Plak dan kalkulus 17, 16, 26, 27, 37, 47
Kesimpulan : Baik
Bibir Normo tonus
d. Gigi geligi
e. Status Lokalis
Gigi Tidak dilakukan pemeriksaan
VI. Terapi
PRO FOTO RONTGEN PANORAMIK
Jaw rest
Terapi panas - dingin
Analgesik
R/ As. Mafenamat Tab 500 mg No.X
3 dd 1 pc. prn
VII. Konseling
Edukasi tentang penyakit yang diderita oleh pasien dan rencana
penanganan yang akan dialih rawatkan ke dokter gigi spesialis bedah
mulut
Menganjurkan kepada pasien untuk menghindari kebiasaan buruk yang
dapat memperberat penyakitnya seperti makan makanan yang keras,
mengunyah pada 1 sisi
Edukasi tentang pentingnya kontrol ke dokter gigi setiap minimal 6 bulan
sekali.
VIII. Prognosis
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Temporo Mendibular Joint (TMJ) atau Sendi temporo mandibular adalah suatu
sendi synovial yang menghubungkan rahang bawah (mandibula) dengan tulang
temporal yang terletak didepan telinga dan merupakan salah satu sendi yang paling
aktif pada tubuh manusia. Hubungan sendi ini bersifat fleksibel. Sendi
temporomandibula merupakan suatu sendi atau perlekatan yang bilateral dan dapat
bergerak.
Komponen TMJ
1. Kondilus Mandibula
2. Fossa kondilaris/mandibula/glenoid/artikularis temporalis
3. Eminensia artikularis ossis temporalis
4. Diskius artikularis
5. Ligamentum sendi
A. Artikulasi tulang
Sendi temporomandibula terdiri dari persendian yang dibentuk oleh tulang,
yang terdiri dari fosa glenoidalis dan prosesus kondilaris mandibula. Prosesus
kondilaris ini berbentuk elips yang tidak rata apabila dilihat dari potongan
melintang. Sedangkan permukaan artikular dari persendian dilapisi oleh
jaringan fibrokartilago yang lebih banyak dibanding kartilago hialin.
B. Diskus Artikularis
Bentuk penampangnya bulat lonjong,memanjang anterior posterior. Dari arah
lateral, discus tampak cembung kearah cranial, sehingga sesuai dengan bentuk
fossa mandibularis dan cekung kearah kaudal sesuai dengan bentuk kondilus
mandibula. Discus tersusun dari jaringan fibro kartilago, mengandung banyak
proteoglikan sehingga mempunyai daya tahan tinggi terhadap tekanan.diskus
artikularis tidak mengandung pembuluh darah dan saraf. Pada bagian posterior
discus meleket pada jaringan ikat jarang yang memiliki vaskularisasi dan
inervasi yang tinggi, yaitu jaringan retrodistal. Diskus tersusun dari tiga
bagian, yaitu pita posterior dengan ketebalan 3 mm, zona intermediat yang
tipis, dan pita anterior dengan ketebalan 2 mm.
Diskus artikulasi membagi ruang sendi menjadi dua bagian yaitu:
1. Ruang sendi bagian kranial/superior : dibatasi oleh fossa mandibula dan
permukaan superior dari diskus artikularis.
2. Ruang sendi bagian kaudal/inferior : dibatasi oleh kondilus mandibularis
dan permukaan inferior dan diskus.
C. Kapsula
Kapsula merupakan ligamen tipis yang memanjang dari bagian temporal fosa
glenoidalis di bagian atas, bergabung dengan tepi meniskus, dan mencapai
bawah leher prosesus kondilaris untuk mengelilingi seluruh sendi.
TMJ dikelilingi oleh ligamentum kapsul sendi. Fungsinya adalah mengelilingi
sendi sehingga dapat mempertahankan cairan synovial. Ligamentum ini juga
berperan dalam menahan beban dari arah medial, lateral atau inferior yang
dapat memisahkan atau menyebabkan dislokasi dari permukaan artikularis.
D. Ligamen
Ligamen berfungsi melindungi struktur sendi terdiri dari jaringan ikat kolagen
yang yang tidak dapat meregang. Ligamen-ligamen yang terdapat pada sendi
temporomandibula yaitu:
1. Ligamentum kolateral/ diskal
Ligamentum ini terdiri dari ligamentum kolateral medial, dan ligamenrtum
kolateral lateral.
2. Ligamentum kapsul sendi
Fungsinya untuk mengelilingi sendi sehingga dapat mempertahankan
cairan synovial
3. Ligamentum temporomandibularis
Ligamentum ini terdiri daribagian oblik luar yang berfungsi dalam
menahan pengeluaran yang berlebihan dari kandilus, dan bagian horizontal
yang berperan membatasi gerakan ke posterior dari kondilus dan discus
4. ligamentum sphenomandibularis
Merupakan ligament tambahan pada TMJ. Memiliki peran penting dalam
pergerakan mandibula
5. Ligamentum stylomandibularis
Ligamentum ini berperan dalam membatasi pergerakan protrusi yang
berlebihan dari mandibula
E. Kondilus Mandibularis
Cembung segala arah namun lebih lebar pada lateromedial dibanding anteroposterior
DEFINISI :
EPIDEMIOLOGI :
Sekitar 60 -70% populasi umum mempunyai setidaknya gejala TMD akan tetapi
hanya seperempatnya yang menyadari keluhan tersebut.
Kejadian TMD usia tertinggi terjadi pada usia 20 40 tahun. TMD lebih sering mengenai
perempuan dibanding laki - laki dengan perbandingan 4 : 1.
ETIOLOGI :
FAKTOR RESIKO :
A. Faktor Ekstrinsik
a. Traumatic arthritis
b. Fracture
d. Myositis, myospasm
e. Tendonitis
Klasifikasi
Disfungsi dan nyeri miofasial
Disk Displacement Disorder
Anterior Disk Displacement dengan Reduksi
Anterior Disk Displacement tanpa Reduksi
Penyakit sendi degeneratif
Kondisi arthritik sistemik
Dislokasi rekuren kronis
Ankilosis
Infeksi neoplasia
Infeksi Neoplasia
Tumor pada TMJ dapat menghasilkan fossa dan kondil yang abnormal bahkan
menyebabkan ankilosis intrakapsular. Infeksi pada daerah TMJ jarang terjadi
Patogenesis dan Patofisiologi
Dislokasi
Dislokasi dari TMJ seringkali timbul dan disebabkan oleh hipermobilitas dari
mandibula. Subluxation (dislokasi parsial dari sendi) menyebabkan pemindahan dari
kondilus, biasanya tidak membutuhkan pengelolaan medis. Kondisi yang lebih serius timbul
ketika kondilus mandibula bertranslasi ke anterior di depan articular eminence dan
terkunci pada posisi itu. Dislokasi dapat terjadi secara unilateral atau
bilateral dan dapat timbul secara spontan ketika mulut membuka secara lebar, seperti pada
saat menguap, makan, atau pada saat prosedur perawatan gigi. Dislokasi dari
kondilus mandibula yang bertahan lebih dari beberapa detik biasanya akan menyebabkan
sakit dan biasanya juga menibulkan kejang otot parah. Dislokasi dapat diatasi sesegera
mungkin. Pengurangannya dilakukan dengan membuat tekanan ke bawah pada gigi
posterior dan tekanan ke atas pada dagu, disertai dengan displacement/pemindahan pada
posterior mandibula. Pengurangan ini biasanya juga tidak sulit. Bagaimanapun, kejang otot
dapat menghambat pengurangan tersebut,
Internal derangement
1. dengan reduksi
Closed lock
Merupakan akibat dari pergeseran diskus ke anterior yang terus bertahan. Bila pita
posterior dari diskus yang mengalami deformasi tertahan di anterior processus condylaris,
akan terbentuk barier mekanis untuk pergeseran processus condylaris yang normal. Jarak
antar insisal jarang melebihi 25mm, tidak terjadi translasi, dan fenomena clicking hilang.
Closed lock dapat terjadi sebentar-sebentar dengan disela oleh clicking dan locking, atau
bias juga bersifat permanen. Pada kondisi persisten, jarak antara insisal secara bertahap akan
meningkat akibat peregangan dari perlekatan posterior discus yang disertai dengan
osteoarthritis pada processus condylaris dan eminentia articularis. Terdapat juga keadaan
dimana closed lock bersifat akut yang mana Keadaan closed lock yang akut biasanya
diakibatkan oleh trauma yang menyebabkan processus condylaris terdorong ke posterior
dengan akibat terjadi cedera pada perlekatan posterior. Rasa sakit atau tidak enak yang
ditimbulkannya dapatsangat parah, dan keadaan ini kadang disebut sebagai discitis. Discitis
ini lebih menggambarkan keradangan pada perlekatan discus daripada keadaan discus yang
avascular/aneural
Tanda dan gejala klinis tentang TMD dapat dikelompokkan menjadi 3 kategori menurut
struktur yang terpengaruhi, yaitu: otot, TMJ dan gigi geligi.
Gangguan fungsional pada otot pengunyah mungkin merupakan keluhan TMD yang paling
umum. Umumnya gangguan fungsional pada otot dikelompokkan dalam kategori besar yang
disebut masticatory muscle disorder , berupa dua gejala utama yang dapat diamati yaitu rasa
sakit dan disfungsi.
Keluhan yang paling umum dari pasien masticatory muscle disorder adalah rasa sakit pada
otot, yang berkisar dari ketidaknyamanan ringan hingga berat. Rasa sakit yang dirasakan pada
jaringan otot disebut myalgia. Myalgia dapat diakibatkan oleh meningkatnya penggunaan
otot. Gejala sering berkaitan dengan perasaan lelah otot dan ketegangan otot, yang dikaitkan
dengan vasokontriksi arteri nutrien yang relevan dan akumulasi produk-produk limbah
metabolik dalam jaringan otot (muscle). Di daerah iscemik otot melepaskan zat algogenic
(bradykinin, prostaglandin) yang menyebabkan sakit pada otot.
Disfungsi adalah gejala klinis umum yang berkaitan dengan masticatory muscle disorder
biasanya disfungsi dianggap sebagai berkurangnya kisaran gerakan mandibula. Jika jaringan
otot digunakan secara berlebihan, maka kontraksi akan meningkatkan rasa sakit. Oleh karena
itu, untuk mempertahankan kenyamanan pasien membatasi gerakan dalam kisaran yang tidak
meningkatkan rasa sakit. Secara klinis ini disebut sebagai ketidakmampuan untuk membuka
lebar. Pada beberapa penyakit myalgia, pasien masih dapat membuka lebar secara perlahan,
rasa sakit masih terjadi dan mungkin menjadi semakin memburuk.
Keseluruhan masticatory muscle disorder secara klinis memberikan gambaran yang tidak
sama, perawatan pada masing- masing jenis juga berbeda. Kebanyakan gangguan otot ini
terjadi dan berkembang dalam waktu relatif pendek. Jika kondisi- kondisi itu tidak diatasi,
bisa banyak terjadi gangguan sakit kronis. Masticatory muscle disorder kronis menjadi lebih
rumit, dan perawatannya berbeda dibanding yang akut. Oleh karena itu, penting untuk
mampu mengidentifikasi gangguan otot akut dan gangguan otot kronis sehingga dapat
dilakukan terapi dengan tepat. Fibromyalgia adalah salah satu contoh gangguan myalgic
cronics yang terjadi sebagai masalah penyakit muskuloskeletal sistemik, ini perlu diketahui
oleh dokter gigi dan ditangani dengan baik melalui rujukan ke staf medis yang ahli.
Gangguan fungsional TMJ mungkin merupakan temuan yang paling banyak ketika
melakukan pemeriksaan pasien atas disfungsi otot pengunyahan. Kebanyakan gangguan
fungsional TMJ tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga pasien membiarkannya. Dua gejala
utama masalah TMJ adalah nyeri dan disfungsi.
Timbulnya bunyi pada sendi merupakan disfungsi TMJ yang dapat dibagi atas dua jenis,
yaitu rubbing sound, dan clicking souond. Pada kebanyakan kasus suara kliking pada TMJ
70-80 % disebabkan oleh disk displacement dengan berbagai tingkatan dan arah, tetapi
sebagian besar pada arah anteromedial. Fenomena ini dapat digambarkan sebagai suatu
interferensi terhadap gerak translatori kondilus dan meniscus (diskus) selama gerakan
menutup dan membuka mandibula. Lingir superior pada kondilus memungkinkan terjadinya
interfensi antara kondilus dan meniscus sewaktu keduanya bergerak. Normalnya aktifitas otot
adalah sedemikian sehingga meniscus yang fleksibel bergerak mulus antara kondilus dan
eminentia. Jika posisi awal kondilus berubah (misal akibat perubahan pola oklusi), arah
gerakannya bisa berubah dan zona posterior yang lebih tebal sementara terjebak antara
kondilus dan eminentia. Respon neuromuskular biasanya menghasilkan gerak adaptasi yang
dibutuhkan untuk menyempurnakan gerak membuka mulut. Penyimpangan gerak untuk
menghindari kliking akan terjadi dan muncul rentetan lebih lanjut dari kliking dan gerak
adaptasi, pada kelompok yang mengalami kliking terdapat penyimpangan pola gerakan
dibanding pada kelompok sehat. Tidak adanya serabut nyeri pada meniskus, membuat kliking
jarang sekali menimbulkan nyeri, tetapi jika resistensi meningkat (misalnya viskositas cairan
sinovial), melanjutkan gerak membuka bisa mengakibatkan robeknya serabut otot
(pterigoideus lateralis), sehingga timbul nyeri dan kekakuan sebagai gejala yang
menyertainya.
Kliking umumnya terjadi selama gerak membuka mulut, tetapi juga bisa terjadi sesaat
sebelum menutup mulut ketika diskus bergerak kebelakang pada arah yang sudah berubah.
Kliking dapat dihilangkan dengan membuka atau menutup mandibula pada sumbu retrusi
atau dengan meletakkan bidang gigit (bite plane) berkontak dengan gigi incisivus bawah tepat
sebelum gerak menutup.
Perubahan pola oklusi adalah salah satu penyebab terjadinya kliking. Penyebab lainnya
adalah gerak mandibula yang berlebihan dan mendadak yang mengakibatkan pergerseran
diskus atau clenching pada gigi yang berkepanjangan sehingga pembukaan berubah akibat
kelelahan otot. Kliking juga bisa terjadi secara intermiten pada remaja akibat gerak adaptasi
waktu pertumbuhan sedang berlangsung, keadaan ini bisa dihindari dengan menutup dan
membuka pada sumbu retrusi.
Watt mengklasifikasikan bunyi sendi menjadi kliking dan krepitus, kemudian keduanya
dikelompokkan menjadi lunak dan keras tergantung kualitasnya. Selanjutnya juga
diklasifikasikan menjadi initial, intermediate dan terminal, tergantung posisi rahang pada saat
terjadinya kliking. Kliking keras mungkin mengindikasikan adanya kelainan sendi yang biasa
diikuti dengan krepitus keras yang menunjukkan adanya cacat spesifik pada permukaan
sendi. Berdasarkan penyebab terjadinya kliking menurut dapat dibedakan/ diklasifikasikan
menjadi
1) Kelompok 1 :
b) Hipermobilitas diskus.
2) Kelompok 2 :
b) Hipertropi cartilage
4) Kelompok 4 :
b) Hipermobilitas kondilus
Seperti halnya otot dan sendi, gigi geligi juga dapat menunjukkan tanda dan gejala gangguan
fungsional. Salah satunya adalah kerusakan pada struktur pendukung gigi geligi. Tanda yang
timbul berupa mobilitas gigi yang terlihat secara klinis sebagai gerakan tidak biasa dari gigi
terhadap soketnya. Hali ini dapat disebabkan oleh hilangnya tulang pendukung dan tekanan
oklusal yang tidak wajar.
Hingga saat ini tanda yang paling umum berhubungan dengan gangguan fungsional gigi
adalah tooth wear. Ditandai dengan area mendatar yang mengkilat pada gigi yang tidak sesuai
dengan bentuk alami oklusal gigi. Area ini disebut wear facet. Meskipun wear facet sering
ditemukan pada pasien, tetapi jarang dilaporkan. Tooth wear merupakan bentuk predominan
dari aktivitas parafungsional, dapat ditentukan dengan observasi lokasi terbanyak wear facet.
Jika tooth wear dihubungkan dengan aktivitas parafungsional, maka secara logika akan
ditemukan pada permukaan gigi fungsional (seperti cusp lingual maxilla, cusp buccal
mandibula). Melalui pemeriksaan pada pasien ditemukan bahwa kebanyakan tooth wear
berasal dari kontak eksentrik gigi yang dihasilkan oleh tipe bruxing.1
d. Lainnya
DIAGNOSIS TMJ
Diagnosis dapat ditegakkan secara berurutan berdasarkan:
a. Anamnesis
Meliputi personal data, keluhan utama, riwayat penyakit, riwayat kesehatan dan riwayat
kesehatan gigi dan mulutnya. Tidak menutup kemungkinan bahwa gejala dari kelainan
temporomandibular dapat berasal dari gigi dan jaringan periodontal, maka harus
dilakukan pemeriksaan secara seksama pada gigi dan jaringan periodontal. Selain itu,
perlu ditanyakantentang perawatan gigi yang pernah didapatkan, riwayat penggunaan
gigi palsu dan gigi kawat. Keluhan utama, diantaranya :
Pasien akan merasakan nyeri pada darah TMJ, rahang atau wajah
Nyeri dirasakan pada saat membuka mulut
Keluhan adanya clicking sounds pada saat menggerakan rahang
Kesulitan untuk membuka mulut secara sempurna
Sakit kepala
Nyeri pada daerah leher dan pungggung
b. Pemeriksaan klinis
1. Inspeksi
Untuk melihat adanya kelainan sendi temporomandibular perlu diperhatikan gigi,
sendi rahang dan otot pada wajah serta kepala dan wajah. Apakah pasien
menggerakan mulutnya dengan nyaman selama berbicara atau pasien seperti
menjaga gerakan dari rahang bawahnya. Terkadang pasien memperlihatkan
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik selama interview seperti bruxism.
2. Palpasi
Masticatory muscle examination: Pemeriksaan dengan cara palpasi sisi kanan
dan kiri pada dilakukan pada sendi dan otot pada wajah dan daerah kepala.
Muscular Resistance Testing: Tes ini penting dalam membantu mencari
lokasi nyeri dan tes terbagi atas 5, yaitu :
Resistive opening (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada ruang
inferior m.pterigoideus lateral)
Resistive closing (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
temporalis, m. masseter, dan m. pterigoideus medial)
Resistive lateral movement (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada
m. pterigoideus lateral dan medial yang kontralateral)
Resistive protrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada m.
pterigoideus lateral)
Resistive retrusion (sensitive untuk mendeteksi rasa nyeri pada bagian
posterior m. temporalis)
Pemeriksaan tulang belakang dan cervical : Dornan dkk memperkirakan
bahwa pasien dengan masalah TMJ juga memperlihatkan gejala pada cervikal.
Pada kecelakaan kendaraan bermotor kenyataannya menunjukkan kelainan
pada cervikal maupun TMJ.
3. Auskultasi
Bunyi sendi TMJ terdiri dari clicking dan krepitus. Clicking adalah bunyi
singkat yang terjadi pada saat membuka atau menutup mulut, bahkan keduanya.
Krepitus adalah bersifat difus, yang biasanya berupa suara yang dirasakan
menyeluruh pada saat membuka atau menutup mulut bahkan keduanya. Krepitus
menandakan perubahan dari kontur tulang seperti pada osteoartrosis. Clicking
dapat terjadi pada awal, pertengahan, dan akhir membuka dan menutup mulut. Bunyi
click yang terjadi pada akhir membuka mulut menandakan adanya suatu
pergeseran yang berat. TMJ clicking sulit didengar karena bunyinya halus, maka
dapat didengar dengan menggunakan stetoskop.
4. Range of motion
DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding dari gangguan sendi tempromandibula adalah nyeri intraoral,
gangguan nyeri intrakranial (tumor, aneurisma, abses dan lain-lain), sakit kepala primer, sakit
kepala sekunder, gangguan nyeri neuropatik, nyeri yang berhubungan dengan organ,
gangguan nyeri servikal dan gangguan mental.
PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi
Analgetik
Anti inflamasi (nsaid, steroid)
Antidepresan
Muscle relaxant
Anastesi lokal
Anti ansietas
Non Farmakoterapi
Komunikasi dengan pasien. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
pengobatan. Dijelaskan kpd pasien masalah yg sedang dihadapinya, termasuk
kebiasaan-kebiasaan buruk yang ada.
Istirahat rahang:
o hindari makanan yg membutuhkan pembukaan mulut lebar.
o Hindari pengunyahan berat, permen karet, dan kebiasaan buruk lainnya.
o Membatasi jarak antar insisal ketika membuka mulut.
Self care dan Perubahan Kebiasaan Pasien
Menghentikan kebiasaan penggunaan rahang yang tidak berguna seperti
menggertakan gigi, berpangku tangan pada rahang dan lain lain.
Fisioterapi:
o Kompres panas atau dingin
o Terapi fisik : senam otot mulut, leher, bahu 2x/hari
Terapi fisik
Pembukaan dan penutupan rahang secara pasif
Terapi mekanis
Penggunaan splint, penyesuaian oklusal, restorasi prostetik dan perawatan ortodentik.
Terapi perilaku dan teknik relaksasi
Menggabungkan terapi perilaku dan teknik relaksasi efektif dalam mengatasi nyeri
kronik. Teknik relaksasi secara umum menurunkan aktifitas simpatis untuk
menurunkan tonus otot.
Trigger point therapy
Mendinginkan kulit kemudian meregangkan otot yang terasa nyeri.
Koreksi kelainan gigitan
Mengkoreksi gigitan yang abnormal (ortodonti)
Operasi
Merupakan jalan terakhir saat terapi medis gagal
Evaluasi psikologis & Konsultasi
Dalam penatalaksaan TMD di lakukan secara bedah dan non bedah, sesuai dengan
indikasi.
Jaw Rest (Istirahat Rahang): Sangat menguntungkan jika membiarkan gigi-gigi
terpisah sebanyak mungkin. Adalah juga sangat penting mengenali jika kertak gigi
(grinding) terjadi dan menggunakan metode-metode untuk mengakhiri aktivitas-
aktivitas ini. Pasien dianjurkan untuk menghindari mengunyah permen karet atau
makan makanan yang keras, kenyal (chewy) dan garing (crunchy), seperti sayuran
mentah, permen-permen atau kacang-kacangan. Makanan-makanan yang memerlukan
pembukaan mulut yang lebar, seperti hamburger, tidak dianjurkan.
Terapi Panas dan Dingin: Terapi ini membantu mengurangi tegangan dan spasme
otot-otot. Bagaimanapun, segera setelah suatu luka pada sendi rahang, perawatan
dengan penggunaan dingin adalah yang terbaik. Bungkusan dingin (cold packs) dapat
membantu meringankan sakit.
Terapi Occlusal: Pada umumnya suatu alat acrylic yang dibuat sesuai pesanan
dipasang pada gigi-gigi, ditetapkan untuk malam hari namun mungkin diperlukan
sepanjang hari. Ia bertindak untuk mengimbangi gigitan dan mengurangi atau
mengeliminasi kertakan gigi (grinding) atau bruxism.
Pencegahan
Komplikasi pada TMJ merupakan kondisi sekunder, simptom, atau gangguan lain yang
disebabkan oleh TMJ sindrom.
Komplikasi dari TMJ dapat berupa:
sakit kepala
sakit pada rahang
bunyi clik-clik pada rahang.
arthritis
facial pain
Arthritis TMJ
Infectious arthritis, traumatic arthritis, osteoarthritis, RA, dan secondary degenerative
arthritis dapat menyebabkan TMJ.
Infectious arthritis
Infeksi pada TMJ dapat disebabkan dari ekstensi langsung dari infeksi yang berdekatan atau
melalui sistem hematogen. Area ini akan inflamasi dan gerakan dari rahang akan terbatas. X-
ray dapat negatif pada stage awal tetapi lama-kelamaan dapat menggambarkan gambaran
destruksi tulang. Jika dicurigai arthritis supuratif, maka dapat dilakukan aspirasi pada sendi
untuk konfirmasi diagnosis dan untuk mengidentifikasi organisme penyebab. Diagnosis harus
cepat untuk mencegah kerusakan sendi permanent.
Terapi berupa antibiotik, perbaiki status hidrasi, anti nyeri, dan batasi pergerakan sendi.
Penicilin parenteral merupakan obat pilihan utama sampai spesifik bakteri ditemukan. Jika
infeksi sudah teratasi, jaw-opening exercises dapat membantu mencegah scarring dan
keterbatasan gerak.
Traumatic arthritis
Jarang. acute injury (contoh: intubasi endotrakeal) dapat menyebabkan arthritis pada TMJ.
Dapat terjadi nyeri, tenderness,dan keterbatasan gerak. Diagnosis berdasarkan anamnesis.
Hasil x-ray negatif, kecuali ketika terjadi intra-articular edema atauhemoragik yang meluas
pada ruang sendi. Terapi berupa NSAIDs, diet makan lunak dan restriksi dari pergerakan
sendi.
Osteoarthritis
TMJ dapat terkena, terutama pada usia > 50 tahun. Biasanya pasien mengeluh kaku,grating,
dan mild pain.pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan krepitasi. Sendi yang terkena pada
umumnya bilateral. X-rays dan CT scan dapat menunjukkan flattening and lipping pada
condyle. Terapi berupa simptomatik.
Rheumatoid arthritis
Dapat mengenai TMJ > 17% pada dewasa dan pada anak dengan RA, tetapi biasanya TMJ
merupakan sendi terakhir yang terkena. Nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak merupakan
yang paling serig ditemkan. Pada anak, destruksi condyle mengakibatkan gangguan
pertumbuhan mandibular dan deformitas wajah. Dapat juga terjadi ankilosis. X-rays biasanya
negatif pada stage awal, tetapi lama kelamaan menunjukkan destruksi tulang., yang
mengakibatkan anterior open-bite deformity.
Terapi sama dengan RA pada sendi lain. Pada keadaan akut, dapat diberikan NSAIDs
membatasi gerakan sendi. Night guard atau splint terkadang menbantu. Bedah diperlukan
apabila terjadi ankilosis. 18
Secondary degenerative arthritis
Arthritis tipe ini mengenai usia 20-40 setelah trauma atau dengan persistent myofascial pain
syndrome. Gejala biasanya terbatas saat membuka mulut, unilateral pain, dan krepitus.
Diagnosis berdasarkan x-rays, yang biasanya menunjukkan condylar flattening, lipping,
spurring, or erosion.
Prognosis
TMJ disorder berespon terhadap perawatan yang sederhana, pada kebanyakan kasus
prognosis baik
Daftar Pustaka
1.Celic, Robert; Jerolimov, Vjekoslav; Zlataric, Dubravka Knezovic dan Klaic, Boris.
Measurement of Mandibular Movements in Patients with Temporomandibular Disorders and
in Asymptomatic Subjects. Original scientific paper. Coll Antropol. 2003: (27 Suppl 2).
3.Dipoyono, HM. Gambaran Umum Problema TMJ. Seminar All About TMJ. 2010. FKG
UGM. Yogyakarta
4.Das UM, Keerthi R, Ashwin DP, Venkata RS, Reddy D, Shiggaon N. Ankylosis of
temporomandibular joint in children. J Indian Soc Pedod Prevent Dent 2009:27(2):116-20.
5. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery.2nd Ed. New Delhi: Jaypee
Brothers Medical Publisher (P) Ltd, 2008 : 226,229-33,237-39.