Anda di halaman 1dari 5

Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.

: 9 - 24

HUKUM MEDIA, DULU, KINI DAN ESOK


Sinung Utami Hasri Hapsari *)

Abstract
Mass media is the instrument for looking out our surrounding, it reflects the society culture wherein the media
presents. The media must be influenced by the political system, it could be seen on the reportage of social reality.
The development of technology brings a new era in human life especially in media activities. New media activities
like citizen journalism, blog journalism, was not regulated in the media law. The Indonesian media law should
anticipate and facilitate the technology development to make the life of media become more democratic.

Keywords : Mass media, Social reality, technology, media law

Pendahuluan manifestasi dari freedom of speech dan freedom


Media massa merupakan komponen of expression.
penting dalam proses komunikasi massa. Adanya media massa dalam kehidupan
Menurut Jalaluddin Rakhmat (1990 : 135) manusia tentunya mempunyai maksud dan
media massa adalah media yang digunakan untuk tujuan yang dibutuhkan oleh manusia.
menyalurkan komunikasi kepada masyarakat Montesquieu dalam Mc Quail (2000)
seperti pers, radio, televisi, film dan sebagainya. menggambarkan fungsi media massa sebagai
Sebagai sarana komunikasi untuk penyebaran pilar keempat dalam suatu negara demokrasi di
informasi dan gagasan kepada publik, media mana dengan perumpamaan sebuah meja, media
massa mempunyai peranan penting dalam massa sebagai kaki meja bersama-sama tiga kaki
kehidupan manusia di berbagai bidang seperti meja yang lain harus menopang meja demokrasi
bidang politik, ekonomi, budaya sosial dan agar tidak runtuh.
sebagainya. Dalam Undang-Undang Nomor 40
Media senantiasa menjadi pusat tahun 1999 tentang Pers, dikemukakan fungsi
perhatian dalam membahas komunikasi massa. pers nasional ( di mana media massa menjadi
Dennis Mc Quail (2000) menyebut media, bagian di dalamnya) yaitu
misalnya merupakan jendela yang 1. Sebagai media informasi,
memungkinkan kita dapat melihat apa yang ada Memberi dan menyediakan informasi
diluar lingkungan langsung kita, sebagai tentang peristiwa yang terjadi di masyarakat
penterjemah yang dapat membantu kita 2. Sebagai Media pendidikan
memahami pengalaman baik langsung maupun Memberi pengetahuan untuk menambah
secara simbolik , sebagai landasan atau wawasan masyarakat
pembawa informasi bagi para audiens dalam 3. Sebagai Media Hiburan
menentukan sikap, sebagai rambu-rambu yang Memuat hal-hal yang bersifat hiburan untu
yang memberikan instruksi dan arahan, mengimbangi berita-berita berat (hard news)
penyaring bagian-bagian dari pengalaman, dan artikel-artikel yang berbobot.
sekaligus menitikberatkan pada bagian yang lain, 4. Sebagai media kontrol sosial, di mana di
sebagai cermin yang memantulkan bayangan kita dalamnya meliputi
kembali pada kita sendiri dan sebagai penghalang  Social Participation yaitu keikutsertaan
yang merintangi kebenaran itu sendiri. Melalui masyarakat dalam pemerintahan
media, pesan-pesan dapat disebarluaskan ke  Social Responsibility yaitu
berbagai penjuru, dapat mempengaruhi, pertanggungjawaban pemerintah
sekaligus mencerminkan budaya masyarakat terhadap rakyat
dimana media tersebut hadir. Cara pandang  Social Support yaitu dukungan rakyat
media dalam menyajikan realitas sangat terhadap pemerintah
dipengaruhi oleh sistem politik yang  Social Control yaitu kontrol
berlaku pada masanya. Hal ini dapat terlihat masyarakat terhadap tindakan-tindakan
dari hasil liputan media dalam mengangkat suatu pemerintah
realitas sosial. 5. Sebagai Lembaga Ekonomi
Pembahasan mengenai media massa Suatu perusahaan yang bergerak di
selalu dikaitkan dengan pers. Media massa bidang pers dapat memanfaatkan keadaan
merupakan bagian dari pers itu sendiri. sekitarnya sebagai nilai jual sehingga pers
Mengutip pendapat Oemar Seno Adji, pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh
dalam arti luas memasukkan di dalamnya semua keuntungan maksimal dari hasil produksinya
media komunikasi massa yang memancarkan untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu
fikiran dan perasaan seseorang baik secara sendiri.
tertulis maupun lisan. Hal ini merupakan Bila dilihat dari posisinya sebagai
lembaga sosial , media massa berinteraksi
*) Mahasiswa Magister Pascasarjana Ilmu Komunikasi Undip
Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Pandanaran
Telp. 024 70283468, rariprianto@yahoo.com
Hukum Media : Dulu, Kini dan Esok (Sinung)
dengan lembaga sosial yang lainnya. Ia umum pengekangan lebih menonjol daripada
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lembaga kebebasannya.
yang lainnya. Maka dalam keadaan seperti ini Isi atau materi hukum media yang
media mempunyai regulasi. Regulasi yang pernah berlaku di Indonesia bisa dibedakan
dimaksud terhadap media massa dapat dalam beberapa materi sebagai berikut
berbentuk peraturan pemerintah , keputusan (http://gudangilmu-
pemerintah,dan Undang-undang(UU), inilah yang blooddy.blogspot.com/2010/04/sejarah-media-
kemudian disebut hukum media massa. Hukum dan-sejarah-hukum-media.html) :
media adalah hukum yang mengatur tentang 1. Hukum yang member kewenangan
ketentuan-ketentuan media massa sebagai alat penguasa untuk melakukan sensor
komunikasi massa. Hukum media meliputi preventif. Sensor preventif adalah
hukum media cetak, hukum media penyiaran, sensor yang dilakukan sebelum sebuah
film, hukum cyber, dan hukum pers. Ketentuan media diterbitkan.
yang diatur adalah tentang masalah isi media, 2. Hukum media yang memberi
prosedur penggunaan media, kepemilikan media kewenangan kepada penguasa untuk
dan sebagainya. menutup dan membredel sebuah
Hukum media massa mempunyai tujuan media.
yang dapat dikelompokkan yakni 3. Hukum media yang member
1. Pertama untuk mengendalikan media kewenangan kepada penguasa untuk
massa. Dalam konteks ini peranan mengeluarkan dan mencabut izin dan
hukum media massa yakni merupakan sebaliknya juga mewajibkan media
instrumen untuk membatasi media untuk mendapatkan izin sebelum
massa agar tidak melencenga dari menerbitakan medianya.
keinginan,misalnya pemerintah. Pada 4. Hukum media yang berisi jaminan
titik inilah hukum media massa disebut kebebasan pers atau kebebasan media
memiliki karakter politik.
2. Kedua untuk mengatur media massa Dilihat dari sifat peraturannya, sejarah
agar perperilaku wajar sesuai dengan hukum media dapat dibagi dalam tiga periode
keinginan masyarakat,agar tidak (Wiryawan :2007)
merugikan masyarakat .Dalam konteks
ini berarti media massa memiliki Pertama, periode sensor
karakter sosial. preventif.
Masa Penjajahan Belanda
Regulasi media massa juga melibatkan Sejarah hukum media di Indonesia dimulai sejak
kebijakan media massa dimana kebijakan ini keluarnya peraturan hukum yang bersifat sensor
merupakan upaya untuk mengatur keberadaan preventif media yang pertama di Indonesia pada
media massa dan industrinya. Kebijakan media zaman Hindia Belanda, yaitu berlakunya
massa merupakan kebijakan komunikasi. Ini Reglement op de Drukwerken in
berarti kebijakan media massa merupakan Nederlandsch-Indie tahun 1856 yang
kebijakan Publik. Kebijakan media massa mewajibkan semua karya cetak sebelum
merupakan kumpulan prinsip dan norma yang diterbitkan harus dikirim lebih dahulu kepada
mengatur sistem media massa Indonesia. Oleh Algemeene Secretarie, bila aturan ini tidak
karena itu kebijakan media massa ini tidak dapat dipatuhi maka karya cetak akan disita bahkan
dipisahkan dari perkembangan sosial, politik dan bisa disertai penyegelan.
ekonomi sebuah negara. Kedudukan media
massa dalam politik menempati posisi yang Masa Penjajahan Jepang
penting. Keberadaan media massa menjadi Sensor Preventif pada masa pendudukan Jepang
barometer suatu sistem politik. tercermin pada undang-Undang No. 16 yang
menyatakan semua jenis barang cetakan harus
Pembahasan mempunyai surat ijin terbit. Pelanggaran
PERJALANAN HUKUM MEDIA MASSA diancam dengan hukuman satu tahun penjara.
DI INDONESIA
Sejarah perjalanan media massa di Kedua, periode
Indonesia memperlihatkan adanya pasang surut
peran media massa Secara umum, sejarah
perizinan/pemberedelan.
hukum media di Indonesia dalam kurun waktu Pada periode ini, hukum yang yang
sekitar 1,5 abad sejak zaman Hindia Belanda berlaku adalah hukum yang mewajibkan media
hingga era reformasi di abad ke-21 diwarnai untuk memperoleh izin terlebih dahulu sebelum
dengan ketentuan hukum yang mengekang menerbitkan medianya. Bila tidak memiliki izin
kebebasan media, khususnya kebebasan pers. atau melanggar ketentuan hukum (misalnya
Meskipun terdapat pasang surut, namun secara melanggar ketertiban umum, menghina pejabat
negara, daan sebagainya) penguasa berwenang
menutup media.
2
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 9 - 24

Masa Penjajahan Belanda Ketiga, periode kebebasan pers.


Sensor represif dengan nama hukum Pada awal pemerintahan Orde Baru
Presbreidel Ordonnantie, pertama kali mengalami masa kebebasan dengan
diberlakukan pemerintah Hindia Belanda pada dikeluarkannya TAP MPRS RI No
tanggal 7 September 1931. XXXII/MPRS/1966 tentang Pembinaan Pers
memberi pengakuan kebebasan hak setiap
Masa Demokrasi Liberal (1957-1966) warga negara untuk mengeluarkan pendapat dan
Pada Akhir masa Demokrasi Liberal pikiran melalui pers. Tap MPRS ini menjadi
dan Orde Lama (1957-1966) Kepala Staf dasar perumusan UU No 11/1966 yang
Angkatan darat selaku Penguasa Militer menyatakan bahwa Kebebasan Pers Indonesia
mengeluarkan Peraturan KSAD adalah kebebasan untuk menyatakan serta
No.PKM/001/0/1956 berisi larangan kecaman- menegakan kebenaran daan keadilan, bukan
kecaman terhadap Presiden, Wakil Presiden, kebebasan dalam arti liberalisme. Akan tetapi
Pejabat Pemerintah, pegawai negeri dan akibat peristiwa Malari, sistem politik Orde
penghinaan terhadap golongan masyarakat yang Baru yang demokratis bergeser ke sistem
dapat menerbitkan keonaran. Pada bulan otoriter yang berimbas juga pada hukum media
September 1957, sepuluh Surat kabar dan tiga massa.
kantor berita serentak ditutup karena dianggap
menyiarkan berita yang tidak berasal dari juru Masa Reformasi (1998- sekarang)
bicara resmi sebuah Musyawarah Nasional. Perubahan gambaran politik yang tajam
Peraturan PEPERTI No.10 Tahun 1960 tentang pada tahun 1998 yang tercermin dalam TAP
Ijin Penerbitan Surat Kabar dan Majalah MPR RI No. XVII Tahun 1998 tentang Hak
ditandatangani Presiden Soekarno selaku Asasi Manusia mengatur jaminan dan
Penguasa Perang Tertinggi menyatakan larangan perlindungan dalam hal berkomunikasi,
menerbitkan surat kabar atau majalah tanpa ijin. memperoleh dan menyampaikan informasi
Bagi yang melanggar, dapat dirampas atau melalui media massa.
dimusnahkan. Ketika Manifesto Politik menjadi Penyebab terjadinya perubahan
haluan negara muncul Tap MPR No gambaran politik terkait dengan krisis moneter
II/MPR/1960 tentang Penerangan Massa yang melanda indonesia sejak tahun 1997 yang
merupakan Landasan Pelaksanaan Manipolisasi berdampak serius dalam segala aspek kehidupan
Pers Nasional dalam Sistem Demokrasi masyarakat di tanah air. Runtuhnya
Terpimpin. Ketentuan ini mengharuskan setiap pemerintahan Rezim Soeharto dan digantikan
perusahaan media massa cetak menjadi alat dengan pemerintahan BJ Habibie membawa
kepentingan pemerintah dan ketentuan dampak yang positif di dalam perkembangan
mengatur kewajiban untuk memiliki Surat Ijin Hukum Media Massa di Indonesia
terbit (SIT) Peran Pers pasca reformasi 1998 makin
menguat. Pers tidak lagi terkungkung oleh
Masa Orde Baru SIUPP sehingga mampu menjalankan tugasnya
Pada masa Orde Baru, sensor represif sebagai agen perubahan dan kontrol sosial, juga
dimulai dengan terbitnya TAP MPR RI No. sebagai kekuatan keempat dala demokrasi.
IV/MPR/1978 menggambarkan pergeseran Euforia kebebasan berpendapat dan kebebasan
sistem politik Orde Baru yang demokratis ke berorganisasi,ditanggapi dengan banyaknya
sistem otoriter. diterbitkan suratkabar atau media,serta
Munculnya UU No 21/1982 sebagai didirikannya partai-partai politik. Fenomena
penegasan TAP MPR tersebut bersifat euphoria kebebasan politik berdampak pada
mengekang media massa dengan diharuskannya kualitas pelaksanaan kebebasan pers. Dalam
setiap penerbitan pers mempunyai SIUPP ( realitasnya keberhasilan gerakan Reformasi
Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers) menggantikan membawa pengaruh pada kekuasaan pemerintah
SIT. Permenpen No 1/1984 yang merupakan jauh berkurang (Hamad,2004:65).
peraturan pelaksana UU No 21/1982 Terbitnya Undang-Undang Pers pada
mempertegas SIUPP. tanggal 23 September 1999 dirasakan membawa
Secara praktis, pers kita selama Orde dampak positif bagi perusahaan pers. Dalam
Baru mengambil posisi sebagai slave, budak ketentuan ini dengan tegas diatur mengenai
pemerintah. Kemitraan hanya tumbuh di antara penghapusan penyensoran, pelarangan
yang setingkat, yang equal. Dalam hubungan penyiaran dan masalah pembreidelan
yang supra- dan subordinasi, pers hanya menjadi Dr.Ibnu Hamad (2004: 66),pengamat
kuda tunggangan pemerintah. Apalagi Pedang media, mengidentifikasi fenomena pertumbuhan
Damocles siap memancung leher pers industri media dalam era Reformasi di
Indonesia, kapan saja dan karena apa saja. Indonesia dalam 3 pemikiran: pertama, memberi
basis yang kuat bagi lahirnya pers industri
dengan menggeser gejala pers idealis; kedua,
mengundang para pemodal untuk masuk ke

3
Hukum Media : Dulu, Kini dan Esok (Sinung)
dunia pers yang belum tentu menjadi bisnis mendengar dan atau menyaksikan suatu
utama mereka; ketiga, memunculkan kelompok- peristiwa yang terjadi di tempat lain yang
kelompok usaha penerbitan pers. Fenomena berjauhan degan secara real time. Kini, internet
media pada era Reformasi adalah pers yang memberikan tawaran yang lebih dari dua
telah menjadi industri ditengah kebebasan teknologi di atas: kebaharuaan informasi bahkan
politik yang baru diperolehnya.Keterbukaan partisipasi dalam pembuatan serta penyampaian
yang sangat luar biasa dalam bidang politik saat berita dan informasi, menciptakan tipe
itu hanyalah menguatkan kecenderungan tersendiri dalam jurnalisme, apa yang disebut
kapitalisasi pers. sebagai online journalism.
Andi Muis menilai masalah pokok Undang-undang Pers sebagai regulasi
system pers Indonesia saat ini adalah masalah utama bidang media berita dengan sendirinya
keseimbangan antara kebebasan dan tercabar relevansinya dalam menyesuaikan diri
pembatasannya atau tanggungjawabnya dengan perubahan jaman.
(1999:75). Bagaimana keseimbangan itu dapat Definisi pers dalam UU Pers meliputi
terjadi? Daniel Dhakidae menilai, tanggungjawab segala hal yang mencakup kegiatan mencari,
adalah garis batas kebebasan.Dan yang memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah,
sebaliknya tidak kurang benarnya yakni dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk
kebebasan adalah garis batas tulisan, suara dan gambar, serta data dan grafik
tanggungjawab.Tanpa kebebasan tidak mungkin maupun dalam bentuk lainnya dengan
menuntut tanggungjawab,dan tanpa menggunakan media cetak, media elektronik,
tanggungjawab tidak mungkin menuntut dan segala jenis saluran yang tersedia. Definisi
kebebasan. Keduanya tidak bisa dipisahkan ini sekaligus menjadi titik mula untuk
(dalam Akhmadi,1997:29 mempertanyakan, apakah kegiatan media berita
Praktik kebebasan pers betul-betul yang terbaru sebagai akibat dampak dari
dinikmati pers dan dirasakan manfaatnya oleh perkembangan teknologi informasi sekaligus
masyarakat melalui kebebasan menyampaikan pula terakomodasi dalam berbagai klausul UU
informasi tersebut. Praktik kebebasan pers pada No 40 Tahun 1999??
akhirnya harus dapat dikelola sendiri oleh UU Pers mendefiniskan wartawan
masyarakat pers sehingga tidak menjerumuskan sebagai orang yang secara teratur melakukan
media itu dan tidak merugikan masyarakat luas. kerja jurnalistik Namun demikian, definisi yang
Tidak ada kebebasan pers yang tanpa batas seperti itu bukannya tanpa masalah. Pada era
pra internet, memang demikianlah adanya
Bagaimana Hukum Media di seorang pencari berita yang dikenal dengan
Indonesia Esok ? sebutan wartawan itu. Ia melakukan kegiatan
Perkembangan di dalam bidang jurnalistik yang meliputi mencari, mengolah, dan
teknologi informasi tak pelak menimbulkan menyampaikan informasi. Namun inovasi
berbagai perubahan dalam segenap aspek teknologi membuat definisi tersebut dapat
kehidupan umat manusia termasuk dalam media. dipertanyakan relevansinya.
Internet memungkinkan terciptanya interaksi Sebagaimana telah disebutkan di atas,
yang lebih intens antara media berita dan teknologi informasi memungkinkan setiap orang
pembaca. Hal ini membuat tak saja para untuk melakukan kerja sebagaimana didefiniskan
pembaca mampu memberikan feedback atas sebagai kerja wartawan sekaligus menjalankan
suatu pemberitaan secara realtime, para bisnis media. Seorang yang mempunyai situs
pembaca pula dapat terlibat dalam proses internet yang dikelolanya sendiri, yang mencari,
pembuatan berita. Inilah yang disebut sebagai mengolah dan menyampaikan informasi
citizen journalism, dimana setiap warga dunia, melaluinya adalah juga melakukan kerja
ketika ia terhubung dengan piranti komputer jurnalistik. Fenomena seperti ini tidak lagi
dan terhubung dengan jaringan internet akan berada di alam ide dan wacana belaka,
mampu menjalankan fungsi sebagai penulis melainkan telah dipraktikkan secara massive.
berita. Bukan perusahaan pers atau wartawan Dengan sebuah blog orang maupun sekelompok
pengisi berita saja yang menentukan konten orang dapat mengelola sendiri suatu situs
suatu media, melainkan pula para user yang internet dan menjadikannya sebagai wahana
terdiri dari pengguna dari belahan negara komunikasi massa, menjadikannya sebagai media
manapun tanpa memandang asal-usul. berita (news media). Singkat kata, blog pula
Kira- kira satu dasawarsa ini, dunia menjalankan fungsi seperti yang diemban media
media terutama media berita ada teknologi tradisional pada umumnya yakni mencari dan
cetak jarak jauh. Dengan teknologi ini, media menyampaikan informasi. Kerapkali bahkan apa
massa mendistribusi tugas cetak penerbitan ke yang ditulis dan disampaikan melalui blog lebih
titik-titik yang tersebar jauh dari kantor pusat lengkap daripada media tradisional, apa yang
media hingga surat kabar bisa sampai ke tangan disebut sebagai partcipatory journalism. Dalam
pembaca dengan lebih awal. Sementara itu beberapa hal, blog pula adalah journalisme
teknologi satelit membuat orang mampu

4
Riptek Vol. 6, No.I, Tahun 2012, Hal.: 9 - 24

Dari paparan di atas maka kita dapat pers besar yang mensyaratkan akumulasi kapital
simpulkan bahwa perubahan teknologi informasi yang besar. Semakin murahya teknologi juga
nyatalah menjadi hal yang amat berpengaruh membuat media berita menjadi dapat dimiliki
dalam kehidupan media berita kita. Batas-batas dan dilakukan oleh semua.
dan definisi sebagaimana tertuang dalam Perundangan pers Indonesia
perundangan maupun peraturan hukum seharusnya mengantisipasi dan memfasilitasi
mengenai pers menjadi semakin tidak relevan perkembangan teknologi, sehingga kehidupan
dan tak berkesesuaian lagi dengan realita di pers menjadi lebih demokratis. Sudah saatnya
masa kini. UU Pers masih menyibukkan diri pemerintah dan DPR memahami hal ini dan
dengan mengatur media berita dan segala untuk kemudian melakukan perubahan terhadap
aspeknya, namun dalam paradigma lama yang UU Pers. Perubahan yang dilakukan tidak
tak lagi sesuai dengan kebutuhan dan praktik ditujukan untuk membatasi namun lebih kepada
media kekinian. memfasilitasi pers nasional agar tetap dapat
Oleh karenanya sesungguhnyalah berfungsi maksimal sebagai kontrol sosial di
perubahan dalam UU Pers menjadi sesuatu yang tengah perubahan teknologi. Justru di sini yang
harus dilakukan. Perubahan ini penting untuk perlu ditekankan adalah bahwa perubahan
menjangkau berbagai hal yang kini berada di ditujukan pada perlindungan hukum yang lebih
dalam ranah abu-abu (grey areas). Untuk itu, kuat terhadap insan pers.
perlu berbagai terobosan untuk mengatasi
berbagai perubahan yang berada dalam ruang Daftar Pustaka
vakum tanpa pengaturan oleh hukum.
Perubahan undang-undang misalnya Bachsan Mustafa, sistem hukum Komunikasi
perlu memberikan batasan yang lebih tegas lagi Massa Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti,
kepada apa yang hendak didefinisikan sebagai Bandung, 1999
wartawan. Hal ini penting untuk menghindari
adanya orang yang menjadi korban manakala Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita
melakukan kegiatan jurnalistik namun tak Politik. Jakarta: Granit. 2004
dianggap sebagai wartawan dan oleh karenanya
tak dilindungi oleh hukum. Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik Dalam
Selain itu, penting pula mengadakan Media Massa- Sebuah Studi
pelbagai perubahan lainnya dalam UU pers
sekalipun tak bersangkut paut dengan dampak Hari Wiryawan, Dasar-Dasar Hukum
perkembangan teknologi terkini terhadap Media,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007
kelangsungan media. Perubahan dimaksud http://gudangilmu-
adalah langkah yang dirasakan telah mendesak blooddy.blogspot.com/2010/04/sejarah-
dilakukan untuk mengakhiri keberpihakan UU media-dan-sejarah-hukum-media.html
Pers pada pengusaha daripada kepada diunduh pada 12-10-2011
wartawan. Posisi wartawan dalam konteks
keberadaannya sebagai buruh dari perusahaan Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi, Remaja
amat sangat kentara tak diuntungkan. Rosdakarya, bandung, 2000

Kesimpulan Muis,A, Jurnalistik Hukum dan Komunikasi


Perkembangan yang begitu pesat dalam Massa,Jakarta, Dharu Anutama, 1999
bidang media serta aktifitas jurnalistik warga
yang dipicu oleh perkembangan di bidang Oemar Seno Adji, Mass Media dan Hukum,
teknologi informasi nyatalah tidak cukup Erlangga Jakarta 1973
terakomodir dalam hukum pers yang kini
berlaku di Indonesia. Aktivitas-aktivitas seperti Undang-Undang No 40 Tahun 1999 tentang Pers
citizen journalism, blog journalism yang telah
nyata dijalankan oleh media berita seolah
merupakan ranah abu-abu yang tak jelas
pengaturannya, karena hukum pers yang ada
belum disesuaikan dengan perkembangan.
Adalah penting untuk menyadari bahwa
perkembangan yang pesat terutama di bidang
teknologi informasi telah membawa manusia
kepada babak baru peradaban dimana manusia
kian mampu mengolah informasi yang
didapatnya. Di sini, monopoli informasi
termasuk dalam mengolah, menyampaikan
informasi tidak lagi dimiliki oleh perusahaan

Anda mungkin juga menyukai