Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pers adalah dalam pengertian luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk
pers elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya
terbatas pada pers cetak, yakni surat kabar, majalah, dan buletein kantor berita.
Media adalah media realitas dalam dirinya sendiri. Kemampuan untuk menjadi pemain
dalam industri media, Mediapun memiliki fungsi ideologis, dan melakukan manuver
politik sesuai dengan fungsi ideologinya. Ini akan mencakup masalah siapa,
kepentingan apa, dan perspektif mana yang akan memperoleh akses ke media mereka.
Di luar fungsi ideologis yang dijalankan, bagaimanpun juga, media pertama-tama
perlu terlebih dahulu di lihat sebagai institusi ekonomi, dan karenanya manuver politik
yang dijalankan melalui politik pemberitaannya juga dikemas sebagai komoditi
informasi yang berusaha menyiasati tuntutan serta peluang pasar.
Hal lain yang penting diamati dalam pemberitaan pers saat ini, terutama sekali
adalah masalah sejauh mana mereka telah berfungsi menciptakan dirinya sebagai
bagian dari public sphere. Ini bisa dikaji melalui pengamatan tentang sejauh mana
kemampuan untuk memiliki media semakin terpusat di kaum-kaum itu-itu saja, sejauh
apa media di tangan mereka itu telah bersedia memberikan akses berimbang ke setiap
unsur publik terkait. Dalam proses tersebut pers menempati posisi sentral, khususnya
dalam era peradaban di mana praktis semua manusia menjadi bagian dari kesepakatan
untuk bersatu dalam kesatuan-kesatuan politik besar, seperti negara
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dalam penulisan makalah ini, maka penyusun merumuskan hal-hal sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan pers?
2. Apa karakteristik dan fungsi pers?
3. Apa arti penting pers dalam sistem komunikasi?
4. Bagaimana sistem pers di Indonesia?
5. Bagaimana kedudukan pers dalam sistem hukum?

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENGERTIAN PERS


Pers berasal dari kata pers (Belanda), press (Inggris), dan presse (Prancis), berarti
tekan atau cetak. Secara terminologis, pers berarti media massa cetak, disingkat media
cetak. Pers merupakan lembaga social atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan
subsistem dari sistem pemerintahan dinegara tempat ia beroperasi, bersam-sama dengan
subsistem lainnya. Pers adalah sebuah sistem yang terbuka dan probabilistic. Artinya,
pers tidak bebas dari pengaruh lingkungan dan di sisi lain, pers juga memberikan
pengaruh yang tidak dapat diduga kepada lingkungannya.
Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni pers dalam
pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian luas meliputi
segala penerbitan, bahkan termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan televisi siaran.
Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada pers cetak, yakni surat kabar,
majalah, dan buletein kantor berita.
Meskipun pers mempunyai dua pengertian seperti diterangkan di atas, pada
umumnya orang menganggap pers itu pers cetak: surat kabar dam majalah. Anggapan
umum seperti itu disebabkan oleh ciri khas yang terdapat pada media itu, dan tidak
dijumpai pada media lain.
Ciri-ciri komunikasi massa adalah sebagai berikut: komunikasi dengan
menggunakan pers: proses berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesan
bersifat umum, medianya menimbulkan keserempakan, dan komunikannya bersifat
heterogen (Effendy, 1994).
2.2. KARAKTERISTIK DAN FUNGSI PERS
1. Karakteristik Pers
Pers Indonesia sebagai lembaga sosial serta sebagai alat komunikasi massa.
Dalam Undang-Undang No.11 Tahun 1966 Tentang KetentuanKetentuan Pokok
Pers, tanggal 12 Desember 1966, dirumuskan bahwa pers adalah lembaga
kemasyarakatan, alat revolusi yang mempunyai karya sebagai salah satu media
komunikasi massa yang bersifat umum, berupa penerbitan yang teratur waktu
terbitnya, diperlengkapi atau tidak diperlengkapi dengan alat-alat sendiri berupa
percetakan, alat-alat foto, klise, mesin-mesin stensil atau alat-alat teknik lainnya.
Kemudian dalam Undang-Undang No.21 Tahun 1982 Tentang KetentuanKetentuan Pokok Pers, frasa alat revolusi diganti menjadi alat perjuangan
nasional. Namun pengertian tentang pers mengalami perubahan substansial dalam
Undang-Undang No.40 Tahun 1999 Tentang Pers, yang menyebutkan, Pers
adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan
kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,

mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar
serta data dan grafik, maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik dan segala jenis saluran yang tersedia.
Berdasarkan ketiga Undang-Undang tersebut, terdapat

pergerasan

pengertian Pers dalam arti yang lebih luas, terutama perubahan dari pers sebagai
alat revolusi, menjadi alat perjuangan nasional, dan berubah lagi menjadi wahana
komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik, sehingga pers tidak
lagi berarti hanya sebagai media cetak, tetapi juga dapat menjangkau media
elektronik (radio dan televisi) dan segala jenis saluran yang tersedia (internet).
Dengan demikian pers memiliki empat makna yaitu :
a. Pers sebagai lembaga kemasyarakatan
Dalam sistem pers Indonesia dirumuskan bahwa pers adalah lembaga
kemasyarakatan atau lembaga sosial (social institution) yang memiliki sifatsifat kelembagaan (institutional character), karena menyelenggarakan dan
melayani informasi dengan cepat dan teratur secara melembaga. Informasi
yang disalurkan dan disebarluaskan oleh pers pada khalayak (audience)
heterogen dan anonim itu di olah dalam sebuah organisasi uang dapat
melibatkan pembiayaan yang besar (Wright, 1985:6 dan 27). Karena itu pers
kemudian berkembang sebagai industri jasa yang bersifat otonom dan
profesional serta mendatangkan keuntungan finansial.
Perkembangan pers sebagai industri memberikan makna bahwa pers
melayani kepentingan bisnis, sebagaimana yang telah lama terjadi dinegara
kapitalis demikaian juga pers dapat melayani kepentingan para pejuang
kemerdekaan seperti yang pernah terjadi di Indonesia pada masa sebelum dan
awal kemerdekaan.
b. Pers sebagai alat revolusi atau alat perjuangan nasional

c. Media komunikasi massa


Pers sebagai media komunikasi massa Dalam massa itu terdapat publik,
maka pers juga disebut sebagai media publik. Sebagai pers atau media publik
yang tertua dan sekaligus sebagai media cetak yang bersifat visual, pers
memiliki kelemahan dan keunggulan sekaligus. Kelemahan yang melekat
pada pers yang meliputi surat kabar dan majalah adalah hanya dapat dibaca

dan tidak meiliki aspek bunyi suara manusia, sehingga kurang persuasif dan
aspek hiburannya sangat lemah. Dengan demikian dalam menggugah dan
menyentuh emosi serta sentimen khalayak, surat kabar dan majalah hanya
bersifat sederhana dan tidak terlalu mengikat publik.
Dan memiliki keunggulan lain sebagai alat komunikasi massa yang
mewakili media dari golongan the printed writing (yang berbentuk tulisan)
atau media dari golongan the visual media (yang hanya dapat ditangkap oleh
mata), yaitu dapat dibaca kapan saja dan dimana saja. Surat kabar dan majalah
juga relatif lebih mampu membawakan materi yang panjang dan masalah
yang kompleks.
d. Media yang melaksanakan kegiatan jurnalistik
Pers sebagai kegiatan jurnalistik Pada awalnya kegiatan jurnalistik itu
dilaksanakan dalam surat kabar (news paper). Kini kegiatan jrunalistik itu
tidak hanya menggunakan media cetak seperti surat kabar, tetapi juga
dilaksanakan dengan menggunakan media elektronik seperti film dalam
bentuk film berita dan seperti radio dan televisi dalam bentuk siaran berita
atau reportase. Kegiatan jurnalistik itu dapat juga dilaksanakan melalui
saluran lainnya seperti media sosial atau internet, seperti jurnalistik dotcom
(dotcom jurnalism). Perkembangan itu berkaitan dengan kemajuan teknologi
komunikasi dan demokrasi, terutama dalam upaya penerapan kebebasan
informasi (freedom of information) yang mencakup kebebasan pers (freedom
of the perss).
2. Fungsi Pers
Fungsi yang diharapkan dari pers adalah:
a. Fungsi menyiarkan informasi.
Informasi tersebut berupa gagasan mengenai apa yang dilakukan orang lain,
apa yang dikatakn orang lain, dan lain sebagainya.
b. Fungsi mendidik
Fungsi ini dapat bersifat iplisit dalam bentuk berita ataupun eksplisit dalam
bentuk artikel atau tajuk rencana.
c. Fungsi memengaruhi
Fungsi yang menyebabkan surat kabar mempunyai peranan penting dalm
kehidupan masyarakat. Media yang terutama memiliki fungsi ini adalah media
yang independen, bebas menyatakan pendapat, bebas melakukan control
social, bukan surat kabar organ pemerintah yang membawakan surat
pemerintah.
2.3. ARTI PENTING PERS DALAM SISTEM KOMUNIKASI

Sistem pers adalah subsistem dari sistem komunikasi. Ia mempunyai karakteristik


tersendiri disbanding dengan sistem lain, misalnya sistem informasi manajemen, sistem
dalam komunikasi organisasi dan lain-lain. Unsur yang paling penting dalam sistem
pers adalah media massa (cetak dan elektronik). Media massa menjalankan fungsi
untuk mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Melalui media masyarakat dapat
menyetujui atau menolak kebijakan pemerintah. Marshaal Mc Luhan menyebutnya
sebagai the extension of man (media adalah ekstensi manusia). Dengan kata lain media
adalah perpanjangan dan perluasan dari kemampuan jasmani dan rohani manusia (F.
Rachmadi, 1990).
Mengutip pendapat Wilbur schramm (1973), tidak bisa dipungkiri pula bagi
masyarakat, pers bisa dianggap sebagai pengamat, forum dan guru (watcher, forum dan
teacher). Artinya, setiap hari pers memberikan laporan, ulasan mengenai kejadian,
menyediakan tempat (forum) bagi masyarakat untuk mengeluarkan pendapat secara
tertulis dan turut mewariskan nilai-nilai ke masyarakat dari generasi ke generasi.
Pers memiliki dua sisi kedudukan. Pertama, sebagai medium komunikasi yang
tertua dibanding medium yang lain. Kedua, pers sebagai lembaga kemasyarakatan atau
isntitusi social merupakan bagian integral dari masyarakat dan bukan merupakan unsur
asing atau terpisah (Rachmadi, 1990).
Sebagai media yang merupakan unsur dalam sistem komunikasi, pers di
Indonesia memiliki beberapa arti penting, yakni:
1. Menjadi salah satu unsur sistem komunikasi.
2. Tujuan pers juga menjadi tujuan sistem komunikasi itu sendiri.
3. Pers adalah unsur pengolah data, peristiwa, idea tau gabungan ketiganya menjdai
sebuah keluaran atau output ke dalam sistem komunikasi.
2.4. SISTEM PERS DI INDONESIA
Setiap Negara memiliki sistem pers sendiri-sendiri dikarenakann perbedaan
dalam tujuan, fungsi, dan latar belakang social politik yang menyertainya. Nilai, filsafat
dan ideologi suatu Negara juga telah berperan besar dalam mempengaruhi sebuah pers.
Ini berarti bahwa sistem yang dikembangkan juga berbeda, termasuk didalamnya
adalah sistem persnya. Erat kaitannya dengan itu, pola hubungan segi tiga antara
pemerintah, pers dan masyarakat juag berbeda.
Fred Siebert, Wilbur Schramm, dan Theodore Peterson dalam bukunya Fourth
Theories Of The Press (1963) mengamati setidak-tidaknya ada empat kelompok besar
teori (sistem) pers, yakni sistem pers otoriter (authoritarian), sistem pers liberal
(libertarian), sistem pers komunis (Marxist) dan sistem pers tanggungjawab social
(social responsibility) (Rachmadi, 1990).

Disamping itu agar kita menjadi lebih tahu dimana posisi sistem pers indonesia.
Ada empat kelompok besar teori (sistem) pers indonesia , yakni :
1. Teori atau Sistem Pers Otoriter,
Teori ini dikenal sebagai sistem tertua, yang lahir pada abad 15-16 pada
masa pemerintahan absolut. Pers dalam sistem ini berfungsi sebagi penunjang
negara (kerajaan) untuk memajukan rakyat. Pemerintah menguasai sekaligus
mengawasi media. Berbagai kejadian yang akan diberitakan di kontrol pemerintah
karena kekuasaan raja sangat mutlak. Negara (Raja) adalah pusat segala kegiatan.
Oleh karena itu individu tidak penting, yang lebih penting adalah negara sebagai
tujuan akhir individu. Mussolini (Italia) dan Adolf Hilter (Jerman) adalah dua
penguasa yang menguasai sistem pers otoriter.
2. Sistem Pers Liberal
Sistem Pers ini berkembang pada abad 17-18 sebagai munculnya revolusi
industri dan adanya penuntutan kebebasan pemikiran di negara barat yang sering
disebut aufklarung (pencerahan).
Esensi dasar sistem ini memandang manusia mempunyaia hak asasi dan
meyakini bahwa manusia akan bisa mengembangkan pemikirannya secara baik
jika diberi kebebasan.
Manusia dilahirkan sebagai makhluk bebas yang dikendalikan akal dan bisa
mengatur sekelilingnya untuk tujuan yang mulia. Kebebasan adalah tujuan mulia
untuk mewujudkan esensi dasar, sedangkan kontrol pemerintah dipandang sebagai
manifestasi kebebasan berfikir.
Pers harus diberi tempat yang sebebas-bebasnya untuk membantu mencari
kebenaran. Kebenaran akan diperoleh jika pers diberi kebebasan sehingga
kebebasan pers menjadi tolok ukur dihormatinya hak bebas yang dimiliki
manusia.
3. Sistem Pers Komunis
Pers ini berkembang karena munculnya Uni Sovyet yang berpaham
komunis pada awal abad ke-20. Sistem ini dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx
tentang perubahan sosial yang diawali dengan dialektetika Hegel.
Pers dalam sistem ini merupakan alat pemerintah atau partai dan menjadi
bagian integral dari negara. Pers menjadi alat atau organ partai yang berkuasa
(PKUS). Dengan demikian segala sesuatunya ditentukan oleh negara.
Kritik diizinkan sejauh tidak bertentangan dengan ideologi partai, media
massa melakukan yang terbaik untuk partai yang ditentukan oleh pimpinan PKUS.
Fungsi pers adalah indoktrinasi massa, pendidiakn atau bimbingan massa yang
dilancarkan partai.
4. Sistem Pers Tanggung Jawab Sosial
6

Sistem pers ini muncul pada awal abad ke 20 pula sebagai proses terhadap
kebebasan mutlak dari libertarian yang mengakibatkan pemrosotan moral
masyarakat. Dasar pemikiran sistem ini adalah sebebas-bebasnya pers harus bisa
bertanggungjawab kepada masyarakat tentang apa yang diaktualisasikan.
Sistem ini muncul di AS dan setelah dinikmati pers dinilai harus diadakan
pembatasan atas dasar moral dan etika. Penekanan pada tanggungjawab sosial
dianggap penting untuk menghadapi kemungkinan terganggunya ketertiban
umum. Sistem ini lebih menekankan kepada kepentingan umum dari pada
kepentingan pribadi.
Sistem pers Indonesia adalah sistem pers Pancasila. Apa yang diberitakan oleh
pers harus bisa dipertanggungjawabkan pada masyarakat. Adapun tanggung jawab itu
ada satu dasar ideologi yang diyakini, yakni Pancasila. Sistem Pers Indonesia
mendekati teori tanggung jawab social, akan tetapi sistem pers Indonesia tidak identik
dengan teori tanggung jawab social. Sistem pers Indonesia memiliki kekhasan karena
ideologi dan falsafah Negara Indonesia yakni Pancasila dan budaya masyarakat
Indonesia yang khas pula.
Sistem pers Indonesia disebut sebagai Pers Pancasila, sebagaimana yang selalu
dikatakan oleh Menteri Penerangan RI pada saat itu beserta jajarannya, yang juga
disepakati oleh insane pers Indonesia.
Media massa Indonesia sebagai suatu sistem, terkait dengan aspek-aspek lainnya
yang tertuang dalam Keputusan Dewan Pers No. 79/XVI/1974 yang intinya
mengemukakan bahwa kebebasan pers (media massa) Indonesia yang berlandaskan
pada hal-hal:
1. Idiil: Pancasila
2. Konstitusional: Undang-Undang Dasar 1945 dan Ketetapan-Ketetapan MPR.
3. Strategis: Garis-Garis Besar Haluan Negara.
4. Yuridis: Undang-Undang Pokok Pers No. 21 Tahun 1982.
5. Kemasyarakatan: Tata nilai social yang berlaku pada masyarakat Indonesia.
6. Etis: Norma-norma kode etik professional.
Pers Indonesia mempunyai kewajiban diantaranya yaitu:
1. Mempertahankan, membela mendukung dan melaksanakan Pancasila dan UUD
1945 secara murni dan konsekuen.
2. Memperjuangkan pelaksanaan Amanat Penderitaan Rakyat yang berlandaskan
demokrasi Pancasila.
3. Memperjuangkan kebenaran dan keadilan atas dasar kebebasan pers.

4. Membina persatuan dan menentang imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme,


feodalisme, liberalisme, komunisme, dan fasisme/ dictator.
5. Menjadi penyalur pendapat umum yang konstruktif dan progresif-revolusioner
(UU Pokok Pers No. 21 Tahun 1982 pasal 2)
Kebebasan Pers Indonesia dijamin oleh pasal 28 UUD 1945 yang intinya
mengemukakan bahwa setiap warga Negara Indonesia bebas mengeluarkan pendapat,
baik lisan maupun tulisan. Dengan demikan setiap warga Negara mempunyai hak
penerbitan Pers asal sesuai dengan hakikat Demokrasi Pancasila (UU Pokok Pancasila
No. 21 tahun 1982). Kebebasan Pers Indonesia adalah kebebasan yang bertanggung
jawab yang berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila.

2.5. KEDUDUKAN PERS DALAM SISTEM HUKUM


Pers dan sistem hukum mempunyai keterkaitan yang erat yaitu : Sistem hukum
memberi peluang pers bertindak dalam rambu-rambu yang sudah disepakati sehingga
pers berada dalam titik ideal. Karena tanpa hukum, pers akan berkembang menjadi
liberal. Bermacam aktualisasi berita, opini, foto, dan lain-lain tidak dimunculkan untuk
tujuan-tujaun terselubung. Misalnya jika tidak ada rambu hukum pers akan
memperkeruh susana.
Namun demikian hukum juga dapat digunakan sebagai alat legitimasi pemerintah
untuk mengawasi pers yang diatur dalam SIUPP bahwa UU pokok pernah mengatur
dan menjamin kebebasan dalam penyiaran pemberitaan.
Namun SIUPP permanen No. 01/Per/Menpen/1984 menjadi alat pembatasan
kebebasan. Anehnya lagi, SIUPP yang kedudukan hukumnya lebih rendah dibanding
UU justru dijadikan sebagai alat legitimasi.

BAB III
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Pers merupakan lembaga social atau lembaga kemasyarakatan yang merupakan
subsistem dari sistem pemerintahan dinegara tempat ia beroperasi, bersam-sama dengan
subsistem lainnya. Dalam perkembangannya pers mempunyai dua pengertian, yakni
pers dalam pengertian luas dan pers dalam pengertian sempit. Pers dalam pengertian
luas meliputi segala penerbitan, bahkan termasuk pers elektrolit, radio siaran, dan
televisi siaran. Sedangkan pers dalam arti sempit hanya terbatas pada pers cetak, yakni
surat kabar, majalah, dan buletein kantor berita.
Karakteristik yang ada dalam pers antara lain: sebagai lembaga sosial, sebagai
media komunikasi massa, dan sebagai kegiatan jurnalistik. Adapun fungsi pers adalah:
fungsi memberikan informasi, mendidik, dan memengaruhi. Sistem Pers di Indonesia
menggunakan sistem Pers Pancasila.
Sistem pers ini mendekati dengan teori tanggung jawab sosial, akan tetapi tidak
identik dengan teori tersebut. Karena Sistem Pers Pancasila ini menggunakan ideoligi
negara yaitu Pancasila yang memiliki khas tersendiri.

DAFTARPUSTAKA
Ardianto,

Elvinaro.dkk.2009.Komunikasi

Massa

Suatu

Pengantar.Bandung:Simbiosa

Rekatama media
Arifin, Anwar.2011.Sistem Komunikasi Indonesia.Bandung:Remaja Rosdakarya
Nurudin.2007.Sistem Komunikasi Indonesia.Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Soyomukti, Nurani.2012.Pengantar Ilmu Komunikasi.Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
http://Ski/Komunikasisistempersindonesia.html

Anda mungkin juga menyukai