Anda di halaman 1dari 12

DEMOKRASI DALAM RUANG PUBLIK:

Sebuah Pemikiran Ulang untuk Media Massa di Indonesia

Ristiana Kadarsih

A. PENDAHULUAN secara konseptual juga berbeda


Konsep tentang ruang publik dengan ekonomi resmi, yaitu
(publik sphere) pada awalnya bukannya tempat untuk hubungan
dikemukakan oleh Jurgen Habermas, pasar seperti penjualan dan
seorang filsuf Mazhab Frankfurt yang pembelian, tetapi merupakan tempat
berasal dari Jerman. Menurut untuk hubungan-hubungan yang
Habermas ruang publik adalah ruang berbeda-beda dan menjadi tempat
di mana warganegara bisa berunding untuk melakukan perdebatan dan
mengenai hubungan bersama permusyawaratan.
mereka sehingga merupakan sebuah Menurut Habermas, dalam
arena institusi untuk berinteraksi pada ruang publik "private persons"
hal-hal yang berbeda.' Arena ini bergabung untuk mendiskusikan hal-
secara konseptual berbeda dengan hal yang menjadi perhatian publik
negara, yaitu tempat untuk atau kepentingan bersama. Ruang
melakukan produksi dan sirkulasi publik ini ditujukan sebagai mediasi
diskursus yang bisa secara prinsip antara masyarakat dan negara
merupakan hal yang sangat penting dengan memegang tanggung jawab
bagi negara. Selain itu, ruang publik negara pada masyarakat melalui

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januati-Juni 2008 1


Rjsfiana Kaciunib: Dtmokrasi dahim Rftang Publik

publisitas. Tanggung jawab negara hanya akan membahas ruang publik


mensyaratkan bahwa informasi- di media massa yang sejak abad ke
informasi mengenai fungsi negara delapan belas digunakan sebagai
dibuat agar bisa diakses sehingga wahana pertukaran pengalaman,
aktifitas-aktifitas negara menjadi informasi dan pengetahuan di antara
subyek untuk dikritisi dan warganegara. Dengan demikian,
mendorong opini publik. Pada tahap berbicara mengenai ruang publik di
ini, ruang publik dirancang untuk media massa berarti membicarakan
sebuah mekanisme institusi untuk otoritas individu atau warganegara
merasionalisasikan dominasi politik sebagai pengguna dan pemanfaat
dengan memberikan tanggungjawab media yang memiliki otonomi,
negara pada warganegara. sehingga dalam ruang publik tersebut
Sedangkan publisitas diartikan setiap anggota masyarakat dari
sebagai penyampaian hal-hal yang berbagai latar belakang yang berbeda
termasuk dalam "kepentingan sebagai warganegara yang posisinya
umum" pada negara melalui bentuk- setara (memiliki hak dan kebebasan
bentuk yang secara sah menjamin yang sama) melakukan diskursus
kebebasan berbicara, kebebasan pers tanpa mengalami kendala struktural.
dan kebebasan berserikat. Pada tahap Media massa dalam konteks ini
ini, ruang publik dirancang untuk memiliki fungsi memasok dan
jenis interaksi diskursif yang spesifik. menyebarluaskan informasi yang
Di sini ruang publik dikonotasikan diperlukan untuk penentuan sikap,
sebagai tempat untuk diskusi dan memfasilitasi pembentukan opini
mengenai hal-hal rasional yang tak publik dengan menempatkan dirinya
terbatas mengenai hal-hal yang sebagai wadah independen di mana
bersifat umum. Hasil dari diskusi isu-isu permasalahan umum dapat
merupakan opini publik yang diperdebatkan.*
menjadi konsensus mengenai Oleh karena itu media massa
kebaikan bersama.^ harus memiliki kemandirian serta
Singkatnya, public sphere bebas dari pengaruh dan dominasi
berarti sebuah ruang yang menjadi kelompok-kelompok yang ada
mediasi antara masyarakat dan dalam publik, kepentingan negara
negara di mana publik mengatur dan serta tekanan pasar. Public sphere
mengorganisirnya sendiri sebagai sebaiknya menjamin terjadinya
pemilik opini publik.^ Tulisan ini diskursus nasional untuk mencapai

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008


Ristiana Kada/:ri/.i: Demokrtisi daliim Rjiatlg Publik

konsensus publik yang sah. Apalagi Indonesia, di mana sejak jaman


ketika media menjalankan fungsi kolonial sampai pasca orde baru,
idioligisnya yang menentukan media memainkan peranan yang
kepentingan apa, masalah siapa, signifikan dalam pergeseran-
perspektif mana yang akan diakses ke pergeseran sosial, politik, dan
dalam media mereka (ruang publik ekonomi yang terjadi. Menurut
media). Habermas, pemanfaatan Public
Permasalahan inilah yang harus sphere di bidang politik secara
benar-benar dicermati dalam optimal ditandai dengan adanya
pemberitaan media massa saat ini kondisi demokratis dalam skala yang
untuk menciptakan fungsi public luas yang ditandai dengan
sphere yang ideal. Hal ini bisa dikaji berfungsinya public sphere, yaitu
melalui pcngamatan tentang sejauh ruang yang mempertemukan
mana kemampuan media massa kehidupan politis dan sosial, di luar
terlepas dari dominasi-dominasi alat-alat/lembaga-lembaga negara
golongan-golongan tertentu dan yang formal, yang terdiri atas
sejauh mana media memberikan warganegara yang terlibat dalam
akses berimbang pada publik yang debat-debat publik yang penting.'
terkait tanpa memberikan Pada masa rezim orde baru, media
keistimewaan pada kelompok massa didominasi oleh negara yang
tertentu. Hal lain yang perlu dikaji memiliki legalitas untuk mengontrol
adalah,s mengkaji sejauh mana media serta memonopoli lisensi
diskursus publik yang ditampilkan pemberitaan dan di sisi lain para
melalui pencarian rekonsiliasi, atau pemilik modal di sektor media
konsensus, terbebas dari distorsi, memiliki kekuasaan terhadap para
irrasionalitas, primordialisme dan pekerjanya. Di Indonesia pada masa
sebagainya, ataupun distorsi kepemimpinan Soeharto sudah
rasionalitas permainan politik dan menjadi rahasia umum, dunia media
ekonomi. terpasung oleh berbagai peraturan -
peraturan yang disahkan oleh negara.
B. PENGARUH EKONOM1-POLITIK Peraturan-peraturan tersebut
TERHADAP /S/ MfiD/A MASSA D/ dimunculkan untuk kepentingan
lNDONESlA penguasa dalam melancarkan kinerja
Media massa memiliki faktor mereka yang kebanyakan lebih
yang sangat determinan dalam menguntungan pribadi daripada
sejarah panjang perjalanan bangsa negara. Kehidupan media tidak

JURNAL DAKWAH, Vol. lX No. l,Januari-Juni 2008


Risliantl Ktidursib: Dfmokrasi Ritang Publik

hanya terpasung tapi juga penuh praduga tak bersalah (Pasal 5 ayat 1).
rekayasa bahkan mereka tak segan- Jika, polisi atau jaksa memaksakan
segan mengatakan dusta dengan diri menggunakan UU No 40 tahun
mengatasnamakan perbuatan pribadi 1999 dalam delik penghinaan, terang
sebagai keputusan bersama. saja wartawan yang menjadi tersangka
Kemudian pada masa pasca akan bebas (sebab di situ tidak
orde baru ini kehidupan media lebih termuat hukum pidana).
banyak mendapatkan angin Dengan kondisi UU di
kebebasan, tapi apakah benar Indonesia yang terkadang kurang
kebebasan media pasca orde baru ini mendalam dan tumpang tindih
tidak menimbulkan permasalahan menjadikan pemilik modal
baru?. Ada kecenderungan bahwa menggunakan media sebagai
kebebasan yang ada sekarang adalah instrumen kekuasaan mereka.
kebebasan yang sebebas-bebasnya. Pemilik modal mengontrol dan
Media tidak mengenal batasan mengendalikan isi media sesuai
apapun, mereka menganggap bebas dengan tujuan mereka. Dalam
memberitakan apapun yang pantas pendekatan ini, pola dan jenis
untuk dicetak. Yang sering terjadi pemberitaan ditentukan oleh
kemudian adalah pembeberan kekuatan-kekuatan ekonomi yang
kebobrokan tanpa disertai sebuah secara dominan menguasai
penyelesaian dan penuntasan yang pemberitaan. Faktor seperti pemilik
bisa diakses oleh semua kalangan di media, modal, dan pendapatan
mana hal ini akan mengakibatkan media dianggap lebih menentukan
adanya tindakan anarkis. Tindakan bagaimana wujud isi media. Faktor-
kekerasan seolah-olah dipersilahkan. faktor inilah yang menentukan
Mereka mempunyai prinsip print it peristiwa apa saja yang bisa atau tidak
cmd be damned. Media yang bisa ditampilkan dalam pemberitaan,
menganut fakafah tersebut tidak akan serta ke arah mana kecenderungan
gentar pada sebuah hukuman karena pemberitaan sebuah media hendak
ketika media sudah memberikan diarahkan. Pemberitaan yang ada
klarifikasi maka selesailah persoalan cenderung mencari sensasi, di mana
yang ada. Dalam UU Pers versi Orde ini berkaitan dengan sistem
Reformasi ini, wartawan Indonesia pendanaan. Terkadang kita harus
hanya bisa melakukan tiga kesalahan, mengakui media massa Indonesia
yaitu kesalahan melanggar norma sering keluar dari koridor
agama, norma susila, dan asas perofesionalisme dan etikajurnalistik.

JURNAL DAKWAH, Vol. lX No. l,Januari-Juni 2008


Rist/ar/a Kadtmib: Dewok,rasi dalam Wjwng Plll>lik

Kemerdekaan media masih berjalan tidak termuat dalam UU pers maka


dalam tatanan artifisial; karena dimasukkannya hukum pidana itu
kebebasan itu banyak diterjemahkan dalam undang-undang hukum
sebagai kebebasan untuk memberita- pidana. Dapat dilihat pasal-pasal yang
kan apa saja dengan gaya apa saja: terkait dalam kriminalisasi kitab
sensasional, bombastis, provokatif, undang-undang hukum pidana yang
dan menyerang. Kebebasan pada diajukan pemerintah ke DPR makin
kenyataannya sedang di persimpang- tajam, dulu hanya 35 pasal
an jalan. Dunia media mengklaim bertambah menjadi 50 pasal.
kebebasan untuk tidak dituntut oleh Ancaman hukum penjaranyapun
pengadilan kriminal: kebebasan berlipat sampai 20 tahun lamanya.*
untuk mencari, memperoleh dan Padahal di banyak Negara seperti
menyebarluaskan gagasan dan Republik Afrika Tengah, Amerika
informasi tanpa hambatan dari pihak Serikat, Jepang, Sri Lanka, Kroasia,
mana pun.' Yang kemudian Uganda, dan Timor Timur, mulai
memunculkan sikap reckless menghapuskan pasal-pasal hukum
disregard yaitu sikap mengenteng- mengenai pencemaran nama baik,
kan etika dan hukum dari wartawan. penghinaan, dan berita tidak pasti
Wartawan berpendapat ketika terjadi karena pasal seperti itu dianggap tidak
kesalahan silahkan pihak yang jelas, kabur, dan tidak dapat
dirugikan menggunakan hak jawab dibuktikan, pasal hukum tersebut
atau melaporkan ke Dewan Pers.Tapi hanya dikenai denda proporsional
apakah permasalahan yang yang disesuaikan dengan
kemudian ditimbulkan akan dapat kemampuan perusahaan agarjangan
selesai segampang itu? Tentu saja sampai mengalami kebangkrutan.
tidak karena efek dari kesalahan Kehidupan media, dari
penulisan dalam media masa dapat pembahasan di atas dapat dilihat
menimbulkan cacat sosial dalam memiliki mekanisme yang rumit yang
pergaulan bagi pihak yang dirugikan. melibatkan faktor internal media
Persoalan di atas yang akhirnya (rutinitas organisasi media) sekaligus
menjadikan pemerintah sering faktor di luar diri media. Media pada
menggunakan hukum lain ketika dasarnya mempunyai mekanisme
merasa terpojok dengan kekuatan untuk menentukan pola dan aturan
media dalam mengguncang organisasi, tetapi berbagai pola yang
kenyamanan pimpinan yaitu dengan dipakai untuk memaknai peristiwa
hukum pidana. Ketika hukum pidana tersebut tidak dapat dilepaskan dari

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008


ih: Dtftiokrasi dalam Ruaeig Publik

kekuatan-kekuatan ekonomi-politik bertindak sebagai watchdog yang


di luar diri media. Oleh karena itu selalu bertindak kritis terhadap setiap
kualitas kebebasan yang ada sangat momen dalam masyarakat.
rendah dan minimal'is disebabkan Bukannya ingin membela pihak
sangat dominannya institusi tertentu media tetapi sepertinya kita memang
dalam memutuskan kebijakan. harus bertindak lebih bijak dalam
Banyak kepentingan yang berbicara menyikapi kesalahan-kesalahan
di sini. media. Media bukanlah tidak dapat
Lebih-lebih di negara Indonesia berbuatkesalahan namun hendaklah
ada kecenderungan institusi tertentu kesalahan tersebut ditempatkan pada
menutup terhadap dialog tentang konteksnya mengingat; pertama:
kebebasan sehingga kebebasan tidak kemerdekaan media di Indonesia ini
pernah dapat diuji dalam sebuah belumlah lama umurnya Seperti
perdebatan publik secara terbuka, halnya ketika manusia terlahir ia harus
yang mengakibatkan rendahnya belajar terlebih dahulu, dan tugas
keterlibatan publik yang tentu saja orang-orang di sekelilingnyalah
menghasilkan kebijakan yang untuk membantunya tumbuh dan
rendah derajat kepublikannya. berkembang. Demikian pula
Kebebasan yang ada adalah kehidupan media kita, menjadi tugas
kebebasan terbatas, ditambah lagi kitalah (lembaga pers, masyarakat
untuk mendapatkan kebebasan itu luas, da elit politik) untuk
harus melalui dialog dan perjuangan mendewasakannya. Kedua: kita mesti
dengan pihak-pihak lain artinya melihat dari segi manfaat yang kita
kebebasan seperti kebebasan peroleh selain kelemahannya.'
berekspresi dan mendapatkan Ketika media memiliki kebebasan
informasi adalah kebebasan yang akan terwujutlah sebuah keseimbang-
harus melewati proses panjang, an yang menghasilkan demokratisasi
didialogkan, dinegosiasikan dan baru serta sebagai alat kontrol yang efektif
boleh dipersuasikan dfruang publik. terhadap kinerja penguasa. Dengan
Memang memberikan kebebas- demikianjika memang media berbuat
an pada media membuka peluang kesalahan tegurlah secara proporsio-
bagi munculnya gesekan antara nal dengan niat membangun tanpa
media dengan pihak penguasa. Tetapi tendensi apapun apalagi berniat
hal ini tidaklah dapat disalahkan membatasi ruang gerak media.
karena media juga dapat dikatakan Pentingnya kebebasan ruang publik
ini didukung oleh Presiden AS ke-3

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008


RisfiatM Kadarsib: Demokra$i dalam Rjtatig Publik

{1801-1809), "...jika saya harus sajian media. Untuk mendasari


memilih antara pemerintahan tanpa terciptanya ruang publik yang
suratkabar, atau suratkabar tanpa demokratis perlu kiranya hal-hal di
pemerintahan, maka saya tidak akan bawah ini untuk dipertimbangkan.
berpikir panjang untuk memilih yang
terakhir." Tidak diragukan lagi perlu /. Akses Terbuka:
dibentuk ruang publik yang responsif, Keselmbangan Partisipasl
demokratis dan bermakna.'" dan Kesamaan Sosial
Ruang publik yang responsif, Gagasan penekanan ruang
demokratis dan bermakna dapat kita publik untuk terbuka dan dapat
wujudkan antara lain dengan diakses untuk semua menjadi pusat
mempertimbangkan beberapa aspek makna dari aturan publisitas. Akses
di bawah ini. harus disediakan untuk semua kelas,
ras dan etnis. Pengklasifikasian dapat
C. PEMlKlRAN KEMBAU KONSEP menimbulkan ketidaksetaraan akses
RUANG PUBL1K MEDlA MASSA D1 terbuka. Sedangkan ketidakseim-
lNDONESlA bangan partisipasi dengan alasan
Hubungan antara media dan permusyawaratan dapat menjadi
masyarakat itu, idealnya sejajar. topeng untuk dominasi. Para ahli
Media merupakan refleksi dari hak teori seperti Jane Mansbridge
untuk mengeluarkan pendapat, menyatakan bahwa transformasi dari
sedangkan masyarakat merupakan "Saya" menjadi "Kita" terbawa
refleksi dari hak untuk memperoleh meIalui permusyawa-ratan politik
informasi. Selama ini yang terjadi bisa dengan mudah menutupi
adalah mengemukanya hubungan bentuk-bentukkontroltersembunyi."
subordinat antara media dan Mansbridge mencatat bahwa banyak
masyarakat. Akibat ketaksejajaran dari pandangan feminis di mana
hubungan ini muncul mekanisme permusyawaratan bisa menjadi
yang timpang, yang beranjak pada penutup/topeng bagi perluasan
asumsi munculnya sesuatu yang tak dominasi melampaui jenis kelamin ke
benar ketika terjadi interaksi antara berbagai jenis ketidakseimbangan
media dan masyarakat. Intinya, hubungan lainnya, seperti apa yang
masyarakat dalam kedudukannya didasarkan pada kelas atau etnis.'^
sebagai penerima informasi maupun Dengan keterbukaan, kesama-
subjek yang menjadi bahan informasi an, kelompok sosial yang terbelakang
merasa adanya ketidakbenaran dalam tidak lagi kekurangan akses yang

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. 1, Januari-Juni 2008


Risliana Kadarsib: Demokrasi dalam Rjiang Pnb[ik

sama pada material yang berarti kelompok dominan.


kesamaan dan keseimbangan Sejauh ini saya telah
partisipasi dalam ruang publik." menyatakan bahwa meskipun dalam
masyarakat yang terstratifikasi,
2. MuM PubIik: Kesamaan, dan
keseimbangan partisipasi ideal tidak
Keberagaman
sepenuhnya dapat direalisasikan,
Pertama-tama kita pertimbang- namun masyarakat yang terstratifikasi
kan kasus dalam masyarakat yang mengakomodasi tampilan di antara
terstratifikasi, di mana kerangka kerja keberagaman pertandingan publik
institusional menciptakan ketidaksa- dalam mempromosikan keseimbang-
maan kelompok sosial dalam an partisipasi ideal lebih baik
hubungan struktural dalam dominan daripada yang dilakukan publik
dan subordinasi. Dalam masyarakat tunggal, komprehensifdan dominan.
seperti itu, keseimbangan partisipasi la dapat lebih dekat diperkirakan
penuh dalam perdebatan publik dan dengan pengaturan yang mengijin-
permusyawaratan tidak dapat terjadi, kan kontes di antara pluralitas dalam
sehingga tidak mungkin untuk pertarungan publik daripada ruang
mengisolasi penyimpangan arena- publik tunggal maupun kompre-
arena khusus dari pengaruh hensif.
ketidaksetaraan sosial di mana Kemudian saya mempertim-
ketidaksetaraan sosial tetap melaku- bangkan kebaikan relatif dari multi
kan proses permusyawaratan dalam publik terhadap publik tunggal dalam
ruang publik yang cenderung untuk masyarakat multikultural, egaliter.
keuntungan kelompok dominan dan Masyarakat egaliter merupakan
kerugian kelas subordinat. Pengaruh masyarakat yang tidak terstratifikasi,
ini akan lebih buruk ketika hanya ada di mana kerangka kerja dasarnya
ruang publik tunggal dan menciptakan kesamaan kelompok
komprehensif. Dalam kasus itu, sosial. Masyarakat egaliter merupa-
anggota-anggota dari kelompok kan masyarakat tanpa kelas dan tanpa
subordinat tidak akan mempunyai pembandingan jenis kelamin
arena untuk bermusyawarah di antara maupun ras pekerja. Meskipun
mereka sendiri mengenai kebutuhan demikian mereka tidak memerlukan
mereka, tujuan dan strategi. Mereka kesamaan secarabudaya. Sebaliknya,
tidak akan mempunyai tempat untuk disediakan masyarakat seperti itu
menjalankan proses komunikasi yang yang mengijinkan kebebasan
tidak di bawah supervisi dari

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008


Risiiana Kadarsil.i: Demokrasi thilam R#ang Publik

berekspresi dan berserikat, mereka 3. Ruang Publik: Perhatlan


kemungkinan disituasikan oleh Bersama, dan Kepenttngan
kelompok sosial dengan nilai-nilai Pribadi"
identitas dan gaya budaya yang Ruang publik ideal akan
beragam, sehingga disebut terbentuk ketika publisitas sebagai
multikultural. bagian dari kebaikan bersama atau
Kehidupan publik dalam berbagi kepentingan. Ini adalah
masyarakat egaliter, masyarakat pengertian di mana ketika karakteristik
multikultural tidak bisa terdiri secara ruang publik Habermas sebagai
eksklusif ruang publik tunggal, dan arena di mana topik diskusi dibatasi
komprehensif. Secara umum pada kebaikan bersama. Dalam
keseimbangan partisipasi yang ideal proses tersebut, para partisipan
lebih baik dicapai dengan multi ditransformasikan dari koleksi
publik daripada publik tunggal. pencarian diri sendiri, individu
Dalam masyarakat multi publik tidak pribadi ke dalam semangat publik
hanya menjadi arena pembentukan secara kolektif, mampu untuk
pendapat hasil permusyawaratan, bertindak bersama dalam
tetapi juga merupakan arena untuk kepentingan bersama. Dalam
pembentukan dan menetapkan pandangan ini, kepentingan individu
identitas sosial. Ini berarti bahwa tidak punya tempat yang layak dalam
partisipasi tidak hanya sederhana politik ruang publik.
sebagai hal yang bisa ditetapkan
4. Masyarakat S/plf dan Negara
secara seimbang yang bersifat netral
sehubungan dengan bentuk ekspresi. Pemisahan yang tajam dalam
Partisipasi berarti bisa berbicara masyarakat sipil dan negara perlu
dengan suara mereka sendiri untuk sebuah kerja ruang publik.
sehingga secara simultan memba- Pertumbuhan masyarakat sipil tidak
ngun dan mengekspresikan identitas hanya bergantung pada kekuatan
budaya seseorang melalui idiom dan negara. Masyarakat sipil akan
gaya yang membentuk identitas membantu masyarakat dalam
sosial. Jadi untuk membentuk ruang mengontrol kebijakan publik.
publik yang ideal diperlukan sebuah Lembaga ini akan berperan aktif
masyarakat multi publik. dalam ruang publik untuk
mewujudkan ci'ui/ society yang ideal.
Lembaga ini independen yang
memiliki idealisme untuk

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Jum 2008


ia>it! Kadarsi[i: ])ewokrasi dalam Rjjang Publik

memberdayakan masyarakat, yang sedang memegang


sehingga pemisahan ini diperlukan kekuasaan dapat diawasi secara
sebagai akses kontrol terhadap sajian publik.
media. 5) Media sebagai saluran advokasi
Sedangkan menurut Mc Nair bagi beragam pandangan politik.
dalam Budi Irawanto fungsi ideal Jika hal tersebut di atas dapat
yang harus dijalankan oleh media diwujudkan niscaya ruang publik
komunikasi dalam mendukung akan terlindungi dari intervensi
demokratisasi adalah: ataupun pasar sehingga akses ke
1) Menginformasikan pada warga kawasan public sphere akan terbuka
negara apa yang tengah terjadi di lebar bagi semua masyarakat dan
sekitar mereka. Artinya media tidak ada pengistimewaan untuk
massa di sini tidak boleh pihak-pihak tertentu.
menyembunyikan sesuatu dari
masyarakat. D. PENUTUP

2) Mengedukasi makna dan Setelah masa pengekangan


signifikasi sebuah fakta. Ini yang panjang terjadi di media massa
ditunjukkan dengan keharusan lndonesia, akhimya pasca orba terjadi
seorang jurnalis untuk menjaga perubahan yang sangat mencolok.
obyektivikasi mengingat Pada kehidupan pers Indonesia.
perannya sebagai edukator. Ketika masa orba pers dapat
3) Memberikan platform bagi dikatakan memihak pada
diskusi publik mengenai politik, kepentingan pemerintah, tetapi
memfasilitasi terbentuknya opini dengan angin segar kebebasan yang
publik, dan mengembalikan dihembuskan oleh masa reformasi
opini itu ke publik kapanpun. pers menjadi bebas memilih. Pers
Media massa hendaknya dapat memihak kepentingan
manapun yang dirasakan cocok oleh
memberikan ruang bagi
masyarakat manapun secara mereka. Pers dapat memihak
seimbang. pemodal, partai tertentu, masyarakat
atau pemerintah. Keberpihakan
4) Pers harus bisa menjalankan mereka ini tidak akan terlepas dari
fungsinya sebagai anjing penjaga ideologi yang mereka anut. Namun
(watchdog). Dengan demikian demikian hendaknya media jangan
opini publik akan benar-benar hanya mementingkan keuntungan
memiliki makna jika siapapun

10 JURNAL DAKWAH, Vol. lX No. l,Januari-Juni 2008


Ristiana Kadarsib: Demokran dalam Rjiang Piiblik

perusahaan, pribadi orang yang ' Manfaat pemberitaan yaitu;


pertama: mengangkat isu (informasi) di bawah
duduk di media tersebut, atau
permukaan/couert menjadi terbuka (ouert),
kelompok dominan sehingga kedua: memantapkan mekanisme
masyarakat tidak dapat menerima pemberitaan dari bawah ke atas (bottom-up),
informasi secara benar dari media. ketiga: menjaga masyarakat dari
Pemberitaan media massa perlu pemanfaatan kepentingan tertentu, keempat:
sebagai penjaga gawang demokrasi, kelima:
dilandasi semangat mendorong dan
membangun kesadaran publik terhadap
membawa publik media menuju kepentingan sosial, memperkuat bargaining
kultur komunikasi yang bersifat masyarakat terhadap pemerintah.
demokratis, terbebas dari ^ Responsif dalam arti ruang publik
primordialisme, etnosentrisme, dan harus dapat digunakan untuk berbagai
berbagai fanatisme sempit. kegiatan dan kepentingan luas. Demokratis
berarti ruangpublik seharusnya dapat
digunakan oleh masyarakat umum dari
berbagai latar belakang social,ekonomi dan
budaya. Terakhir bermakna dapat diartikan
ruang publik harus memiliki tautan antara
* Craigh Calhoun, Habermas and the manusia, ruang, dunia luas serta dengan
Public Sphere, MIT Press, 1993, hlm.llO- konteks sosial.
111. " Kelompok bawahan kadang-kadang
2 /bid.,hlm.ll2-113. tidak bisa menemukan suara atau kata yang
tepat untuk mengekspresikan pemikiran
s /faid.,hlm.290. mereka dan ketika mereka menemukannya,
* DedyN.Hidayat,R)/itifcMediadan mereka tidak didengarkan. Mereka
PertarunQon Wacana, LKiS, 2001. ditenangkan, didorong untuk
mempertahankan keinginan mereka diakui
^ /bid., hlm. x-xi. sebagian dan mendengarkan untuk
* Craig Calhoun, op. dt., hlm. 164. mengatakan "Ya" pada sesuatu yang telah
mereka katakan "Tidak".
' btilah "Kebebasan Fters" sebenamya
dikonsepkan melalui suatu konklusi dari ^ Craig Calhoun, op. cit., hlm. 119.
ketentuan Pasal 4 Ayat (2) dan (3) UU No " Partisipasi berarti bisa berbicara
40/1999 beserta penjelasannya, yang pada dengan suara mereka sendiri sehingga secara
intinya menyatakan pers bebas dari tindakan simultan membangun dan mengekspresikan
pencegahan, pelarangan dan atau penekanan identitas budaya seseorang melaui idiom dan
dalam upaya mencari, memperoleh dan gaya.
menyebarIuaskan gagasan dan informasi.
^ Ada beberapa pengertian mengenai
* "Kebebasan Pers Makin Dibatasi", pribadi dan publik di sini, "publik" yaitu (1)
Kompos. berhubungan dengan negara (2) dapat diakses

JURNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008 11


RJtfrana Kadars/b: Demokrasi dalam Rlmng Puhlik

untuksetiaporang(3)perhatianuntuksetiap miHk pribadi dalam pasar ekonomi (2)


orang (4) menyinggung pada kebaikan berhubungan dengan kedekatan domestik
bersatna atau berbagi kepentingan ataukehidupanpcrsonaltermasukkehidupan
sedangkan pribadi (1) berhubungan dengan seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Sudibyo, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS,


2003.
A. Muis, Titian Ja/an Demofcrasi, Jakarta: Kompas, 2000.
Ashadi Siregar, Bahan Ajar Teori-teori Media, Yogyakarta: Program Studi
Kajian Budaya dan Media Sekolah Pasca Satjana UGM.
Ashadi Siregar, Permasalahan Media Penyiaran Publik dalam Konteks
Otonomi Daerah, Seminar Menyambut TV dan Radio Publik, Hotel
Radison Yogya Plaza, Yogyakarta, 23-24 Juli 2001.
Craigh Calhoun, Habermos and the Public Sphere, Rethingking the Publik
Sphere: A Contribution to the Critique of Actually Existing Democracy,
MITPress,1993.
Dedy N.Hidayat, Politik Media dan ftertarungan Wacana, Yogyakarta: LKiS,
2001.
Faisal Baasir, Etika fbIitik, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003.
James Lull, Media Komunifcosi Kebudayaan, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
1998.
M. Amin Rais, Demokrasi dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES, 1984.
Rahayu, 7VLoka/ dan Otonomi Daerah, Yogyakarta: Fisipol UGM.
Robert Chesney, Kong/omerasi Media Massa dan Ancaman terhadap
Demokrasi, Jakarta: Aliansi Jurnalis Independen, 1998.

12 ]URNAL DAKWAH, Vol. IX No. l,Januari-Juni 2008

Anda mungkin juga menyukai