Ristiana Kadarsih
hanya terpasung tapi juga penuh praduga tak bersalah (Pasal 5 ayat 1).
rekayasa bahkan mereka tak segan- Jika, polisi atau jaksa memaksakan
segan mengatakan dusta dengan diri menggunakan UU No 40 tahun
mengatasnamakan perbuatan pribadi 1999 dalam delik penghinaan, terang
sebagai keputusan bersama. saja wartawan yang menjadi tersangka
Kemudian pada masa pasca akan bebas (sebab di situ tidak
orde baru ini kehidupan media lebih termuat hukum pidana).
banyak mendapatkan angin Dengan kondisi UU di
kebebasan, tapi apakah benar Indonesia yang terkadang kurang
kebebasan media pasca orde baru ini mendalam dan tumpang tindih
tidak menimbulkan permasalahan menjadikan pemilik modal
baru?. Ada kecenderungan bahwa menggunakan media sebagai
kebebasan yang ada sekarang adalah instrumen kekuasaan mereka.
kebebasan yang sebebas-bebasnya. Pemilik modal mengontrol dan
Media tidak mengenal batasan mengendalikan isi media sesuai
apapun, mereka menganggap bebas dengan tujuan mereka. Dalam
memberitakan apapun yang pantas pendekatan ini, pola dan jenis
untuk dicetak. Yang sering terjadi pemberitaan ditentukan oleh
kemudian adalah pembeberan kekuatan-kekuatan ekonomi yang
kebobrokan tanpa disertai sebuah secara dominan menguasai
penyelesaian dan penuntasan yang pemberitaan. Faktor seperti pemilik
bisa diakses oleh semua kalangan di media, modal, dan pendapatan
mana hal ini akan mengakibatkan media dianggap lebih menentukan
adanya tindakan anarkis. Tindakan bagaimana wujud isi media. Faktor-
kekerasan seolah-olah dipersilahkan. faktor inilah yang menentukan
Mereka mempunyai prinsip print it peristiwa apa saja yang bisa atau tidak
cmd be damned. Media yang bisa ditampilkan dalam pemberitaan,
menganut fakafah tersebut tidak akan serta ke arah mana kecenderungan
gentar pada sebuah hukuman karena pemberitaan sebuah media hendak
ketika media sudah memberikan diarahkan. Pemberitaan yang ada
klarifikasi maka selesailah persoalan cenderung mencari sensasi, di mana
yang ada. Dalam UU Pers versi Orde ini berkaitan dengan sistem
Reformasi ini, wartawan Indonesia pendanaan. Terkadang kita harus
hanya bisa melakukan tiga kesalahan, mengakui media massa Indonesia
yaitu kesalahan melanggar norma sering keluar dari koridor
agama, norma susila, dan asas perofesionalisme dan etikajurnalistik.
DAFTAR PUSTAKA