Anda di halaman 1dari 7

BAB 1 (PENDAHULUAN)

Sangat sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa seperti Surat Kabar, Majalah,
Buku Radio, TV, dan Film. Media massa memiliki arti yang bermacam-macam bagi masyarakat
dan memiliki banyak fungsi, tergantung pada jenis system politik dan ekonomi dimana media itu
berfungsi, tingkat perembangan masyarakat, dan minat serta kebutuhan individu tertentu. Dalam
bab ini, kita akan mempelajari beberapa pandangan tentang makna dan kewajiban media dalam
berbagai ragam masyarakat dan mengamati bagaimana sebenarnya media berfungsi.
Teori media komunikasi yang utuh memerlukan pemahaman peran komunikasi massa dalam
masyarakat. Salah satu tujuan teori komunikasi adalah untuk secara akurat memperkirakan
pengaruh media massa. Kekuatan politik, social, dan ekonomi berpengaruh langsung terhadap isi
media. Kepemilikan dan pengendalian media memengaruhi isi media,da nisi media menentukan
pengaruh media.

BAB 2 (PEMBAHASAN)

EMPAT TEORI PERS


Salah satu pengelompokan sistem pers yang terkenal di dunia disajikan dalam buku Four
Theories if the Pers. Penulisnya membagi pers di dunia dalam 4 kategori yaitu otoriter, liberal,
tanggung jawab sosial, dan totaliter-Soviet. Kesemuanya merupakan “Teori Normative” yang
berasal dari pengamatan, bukan dari hasil uji dan pembuatan hipotesis dengan menggunakan
metode ilmu sosial.

Teori Otoriter
Di Barat, penemuan alat cetak pers dan pelat huruf yang mudah dipindah terjadi saat dunia
dibawah kekuasaan otoriter sistem kerajaan dengan kekuasaan absolutnya. Tidaklah
mengejutkan bahwa dasar atau teori pers pertam teori otoriter adalah pers yang mendukung dan
menjadi kepanjangan tangan kebijakan yang sedang berkuasa dan melayani negara. Melalui
penerapan hak khusus, lisensi, sensor langsung, dan peraturan yang diterapkan sendiri dalam
tubuh serikat pemilik mesin cetak, indivdu dijauhkan dari kemungkinan mengkritik pemerintah
yang berkuasa.
Saat ini penyensoran, baik oleh pemerintah maupun swasta, masih hidup dan berkembang di
berbagai belahan dunia, termasuk yang menyatakan menganut demokrasi.
Teori Liberal
Teori liberal pers berkembang sebagai dampak dari Masa Pencerahan dan teori umum tentang
rasionalisasi serta hak-hak alamiah dan berusaha melawan pandangan yang otoriter. Dari tulisan
Milton, Locke, dan Mill dapat dimunculkan pemahaman bahwa pers harus mendukung fungsi
membantu menemukan kebenaran dan mengawasi pemerintah sekaligus sebagai media yang
memberikan informasi, menghibur, dan mencari keuntungan.
Dibawah teori liberal, pers bersifat swasta, dan siapa pun yang mempunyai uang yang cukup
dapat menerbitkan media. Media dikontrol dalam du acara. Dengan beragamnya pendapat,
“proses pembuktian kebenaran” dalam “pasar bebas gagasan” akan memungkinkan individu
membedakan mana yang benar atau salah. Demikian pula dengan sistem hokum yang memiliki
ketentua untuk menindak tindakan fitnah, tindakan tidak senonoh, ketidaksopanan, dan hasutan
dalam masa peperangan.
Teori liberal pers berkembang di Inggris selama abad 18 tetapi tidak diperbolehkan dijalankan di
koloni Inggris di Amerika Utara sampai putusnya hubungan dengan negara induk tersebut.
Setelah tahun 1776, teori ini diimplementasikan di seluruh wilayah yang lepas dari pemerintahan
colonial dan secara resmi diadopsi dengan adanya Amandemen Pertama pada Piagam Hak Asasi
Manusia baru yang ditambahkan ke dalam Undang-Undang Dasar.

Teori Tanggung Jawab Sosial

Di abad kedua puluh di amerika serikat, ada gagasan yang berkembang bahwa media, satu
satunya industri yang dilindungi piagam Hak Asasi Manusia, harus memenuhi tanggung jawab
sosial. Teori tanggung jawab sosial, yang merupakan evolusi gagasan praktisi media, undang-
undang media, dan hasil kerja komisi kebebasan pers (komisi hutcin), berpendapat bahwa selain
bertujuan untuk memberi informasi, menghibur, mencari untung (seperti halnya teori liberal),
juga bertujuan untuk membawa konflik kedalam arena diskusi.
Teori tanggung jawab sosial mengatakan bahwa setiap orang yang memiliki sesuatu yang
penting untuk dikemukakan harus diberikan hak dalam forum, dan jika media dianggap tidak
memenuhi kewajibannya, maka ada pihak yang memaksanya. Di bawah teori ini, media
dikontrol oleh pendapat masyarakat, tindakan konsumen, kode etik professional, dan, dalam hal
penyiaran, dikontrol oleh badan pengatur mengingat keterbatasan teknis pada jumlah saluran
frekuensi yang tersedia.
Teori Totaliter-Soviet
Sementara itu, teori otoriter pers di banyak negara berubah menjadi teori Totaliter-Soviet. Soviet
berpandangan bahwa tujuan utama media adalah membantu keberhasilan dan kelangsungan
sistem soviet. Media dikontrol oleh tindakan ekonomi dan politik dari pemerintah dan badan
pengawas dan hanya anggota partai yang loyal dan anggota partai ortodoks saja yang bisa
menggunakan media secara regular. Media dalam sistem soviet dimiliki dan dikontrol oleh
negara dan ada hanya sebagai kepanjangan tangan negara.
Fungsi dan peranan media massa di pemerintahan baru pada Uni Soviet terdahulu dan eropa
barat mungkin dapat digambarkan sebagai perubahan yang berkesinambungan. Cina, Korea
Utara, Vietnam, dan Kuba adalah beberapa negara yang masih mengikuti model Soviet dalam
memenuhi keinginan pemerintah.

MEDIA SURAT KABAR SEBAGAI AGEN KEKUASAAN


J. Herbert Altschull, dalam buku edisi pertamanya, Agents of Power (1984), membantah bahwa
kategori dalam four Theories of the Press, yang diformulasikan selama perang dingin, tidak lagi
relevan. Dia menyatakan bahwa analisis tersebut menggunakan pendekatan “kami-melawan-
mereka” yang menggambarkan peperangan pada masa itu. Altschull mengatakan, “salah satu
jesulitan di hadapan kita yang paling mengkhawatirkan dalam upaya menghindari ancaman dari
konfrontasi dunia adalah penggunaan label dan Bahasa konflik.
Sebagian besar bedasarkan pada pengalaman pribadi, Altschull menyimpulkan bahwa saat ini
ada 3 macam model pers. Model Pasar (atau kapitalis), model Komunis (sosialis), dan model
Maju (atau agak akuratnya, negara berkembang).
Perbandingan Altschull terhadap artikel tentang kepercayaan, tujuan, dan pandangan terhadap
kebebasan pers dalam 3 model, dan mendapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Dalam semua sistem pers, media berita mewakili pihak yang menjalankan kekuasaan
politik dan ekonomi. Surat kabar, majalah, dan outlet penyiaran bukanlah actor
independen, meski mereka mempunyai potensi untuk menjalankan kekuasaan
independen.
2. Isi berita selalu menunjukan kepentingan dari orang yang membiayai pers.
3. Semua sistem pers didasarkan pada kepercayaan ekspresi bebas, walaupun ekspresi bebas
tersebut didefinisikan dengan cara berbeda.
4. Semua sistem pers menyokong doktrin tanggung jawab sosial, menyatakan bahwa
mereka melayani kebutuhan dan minat masyarakat.
5. Masing-masing model menganggap bahwa pers model lain menyimpang.
6. Sekolah-sekolah jurnalis mengedarkan ideology dan sistem nilai masyarakat di mana
mereka berada dan secara tidak sadar membantu kekuatan masyarakat dalam mencapai
control pada media berita.
7. Dalam praktisnya, pers selalu berbeda dengan teori.
FUNGSI MEDIA
Harold Lasswell dan Charles Wright merupakan sebagian dari pakar yang benar-benar serius
mempertimbangkan fungsi dan peran media massa dalam masyrakat. Wright membagi media
komunikasi berdasarkan sifat dasar pemirsa, sifat dasar pengalaman komunikasi dan sifat dasar
pemberi informasi. Lasswell pakar komunikasi dan professor hokum di Yale, mencatat ada 3
fungsi media massa: pengamatan lingkungan, korelasi bagian-bagian dalam masyarakat untuk
merespons lingkungan, dan penyampaian warisan masyarakat dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Selain ketiga fungsi ini, Wright menambahkan fungsi keempat, yaitu hiburan.
PENGAWASAN (SURVEILLANCE)
Pengawasan atau Surveillance, fungsi pertama, memberi informasi dan menyediakan berita.
Dalam bentuk fungsi ini, media sering kali memperingatkan kita dalam bahaya yang mungkin
terjadi seperti kondisi cuaca yang ekstrem atau berbahaya atau ancaman militer.
KORELASI(CORRELATION)
Korelasi, fungsi yang kedua, adalah seleksi dan interpretasi informasi tentang lingkungan. Media
sering kali memasukkan kritik dan cara bagaimana seseorang harus bereaksi terhadap kejadian
tertentu. Karena itu korelasi merupakan bagian media yang berisi editorial dan propaganda.
PENYAMPAIAN WARISAN SOSIAL(TRANSMISSION OF THE SOCIAL HERITAGE)
Penyampaian warisan sosial merupakan suatu fungsi di mana medua menyampaikan informasi,
nilai, dan norma dari satu generasi ke generasi berikutnya atau dari anggota masyarakat kaum
pendatang. Dengan cara ini, mereka bertujuan untuk meninggkatkan kesatuan masyarakat
dengan cara memperluas dasar pengalaman umum mereka.
HIBURAN(ENTERTAINMENT)
Sebagian besar isi media mungkin dimaksudkan sebagai hiburan, bahkan disurat kabar
sekalipun, mengingat banyak kolom, fitur, dan bagian selingan. Media hiburan dimaksudkan
untuk memberi waktu istirahat dari masalah setiap hari dan mengisi waktu luang.

NILAI DAN IDEOLOGI PENOPANG MASYARAKAT


Harold Laswell menunjukan bahwa di setiap masyarakat, nilai-nilai yang terbentuk dan
disebarkan membenuk ideology yang menopang jaringan secara keseluruhan. Dia mencatat
bahwa konflik ideology dalam dunia politik “para pejabat cenderung menganggap satu sama lain
sebagai musuh”.
Segmen yang lebih besar dari media massa di AS sekarang berjuang untuk menggaet
pembaca/pemirsa dari kalangan yang lebih tinggi (yang berpendidikan dan berpendapatan lebih
tinggi dan memiliki pekerjaan yang lebih bergengsi) agar dapat menarik konsumen produk
pemasang iklan dari “kelas tinggi”.
Karena media semakin banyak menyajikan berita yang “berskala atas”, reporter, editor, operator
kamera, dan pembawa berita juga semakin sering menarik diri, atau berusaha melakukannya,
lepas dari kelas menengah atas, dan mensejajarkan dirinya dengan kelompok yang mereka
beritakan.
Dulu pejabat jaringan televisi dengan keras membantah bahwa sponsor memiliki suara dalam
menentukan jenis dan isi program yang disiarkan. Mungkin prosedurnya telah berubah, atau
industri sudah lebih terbuka dalam membahas cara kerjanya.

GAMBARAN MENTAL KITA TERHADAP DUNIA


Kolumnis politik yang terkenal walter lippman, menulis di opini public (1922) klasiknya,
mendiskusikan tentang ketidakcocokan antara dunia dan kenyataan yang kita rasakan dan kita
lakukan. Dia menunjukan bahwa sebagian besar dari apa yang kita tahu tentang lingkungan
dimana kita tinggal, dating kepada kita secara tidak langsung, tetapi “apapun yang kita percaya
menjadi gambaran nyata, kita memperlakukannya sebagai lingkungan itu sendiri”.
Lippmann menunjukkan bahwa walaupun sulit untuk menerapkan gagasan ini kepada diri kita
sendiri, namun akan lebih muda bila diterapkan kepada orang lain dan usia yang berbeda dan
kepada gambaran menggelikan dunia tentang dimana mereka ber-sungguh-sungguh.

SELERA UMUM DAN TINDAKAN SOSIAL


Dalam suatu artikel yang berjudul “Mass Commnication, Popular Taste, and Organized Social
Action”. Dua orang pengamat komunikasi dan sosiologi yang terkenal dan terhormat. Satu hal
yang menjadi perhatian pokok mereka adalah penggunaan media massa dengan kelompok-
kelompok yang berkuasa untuk melatih kontrol sosial. Mereka menyatakan bahwa bisnis yang
terorganisasi “yang memiliki tempat” yang paling spektakuler” diantara kelompok-kelompok
pimpinan yang berkuasa telah menggantikan lebih banyak yang mengontrol massa publik
melalui suatu sarana propaganda yang disebut sebagai public relations.
Media massa mungkin menyajikan aplikasi norma sosial sebagai akibat ”penyingkapan” kondisi
yang menyimpang daari moral publik. Publisitas memaksa anggota-anggota dari suatu kelompok
untuk mengakui penyimpangan-penyimpangan telah terjadi dan menentukan sikapnya.
Seseorang dipaksa untuk memilih antara menolak norma, apa pun kepercayaan pribadinya.
Lazarsfeld dan merton mengatakan, “publisitas menutup jarak antara ‘perilaku pribadi’
dan’moral publik’”. Media massa menegaskan kembali norma sosial dengan cara mengekspos
penyimpangan mereka tersebut secara terang-terangan.

KONFORMISME SOSIAL
Di sebagian masyarakat Barat, media didukung dunia bisnis tingkat korporat sesuai sistem sosial
dan ekonomi yang ada. Selanjutnya, media itu pun akan mendukung sistem tersebut. Lazarsfeld
dan Merton menekankan bahwa dukungan ini muncul tidak hanya dalam bentuk iklan, tetapi
juga dalam isi media yang biasanya sepaham dengan struktur masyarakat yang ada.
Penulis berpendapat bahwa hal ini tidak hanya bersumber dari apa yang disampaikan tetapi, lebih
penting lagi, dari apa yang tidak disampaikan, karena media “gagal mempertanyakan struktur
yang ada”. Penulis mengatakan bahwa media yang disponsori secara komersial tidak mungkin
memiliki penilaian kritis masyarakat yang kuat dan “menghambat perkembangan cara pandang
kritis sejati”.
George F. Kennan, mantan Duta besaar Amerika untuk Uni Soviet, menuduh bahwa media
menyebabkan berlarutnya Perang Dingin karena kurangnya analisis kritis media sebagai dampak
pengaruh iklan.

KOMUNIKASI MASSA DAN INTEGRASI SOSIAL BUDAYA


dalam artikel yang kedua, Warren Breed mengamati bagaimana media berfungsi menjaga status
quo dia bependapat bahwa dalam suasan konfil nilai, media massa terkadang mengorbankan
pelaporan yang akurat tentang kejadian-kejadian penting demi menghormati konvensi, kepatutan
publik, dan keteraturan. Breed berpandangan bahwa surat kabar pada umumnya berbicara positif
mengenai kota asalnya dan para pemimpinnya. Kebanyakan contoh yang dia kedepankan
berhubungan dengan perlindungan atas nilai-nilai yang dominan dan kepentingan masyarakat
Amerika.
Area keramat lain yang disebutkan Breed adalah agama, keluarga, patriotism, masyarakat,
kedokteran, dan hukum dan pengadilan.
Agama
Mengenai agama, Breed mengatakan perlu dicatat bahwa agama memiliki signifikansi ganda
bagi integrase sosial. Agama tidak hanya merupakan nilai, tetapi juga menjustifikasi dan
merasionalkan sentiment-sentimen lain yang menghadirkan keterautan dalam masyarakat
Keluarga
Breed berpendapat bahwa media memotret keluarga sebagai seusatu peranata yang tampaknya
masyarakat akan punah. Mungkin benar bahwa dalam tahun-tahun terakhir media memberikan
ruang dan waktu untuk gaya hidup alternatif, tetapi secara umum tampaknya akan sulit untuk
mementahkan pendapat Breed itu.

Patriotisme
Breed mengemukakan bahwa Patriotisme adalah nilai lain yang dilindungi oleh media. Dia
mengatakan saat orang individu dituduh tidak royal, diskusi tentang orang tersebut di media akan
diperiksa dengan cermat. Dia tak bisa di dramatisir sebagai individu atau pemimpin hanya
sebagai orang “kontrovesial” yang dicurigai.
Masyarakat
Breed mengatakan kemajuan, pertumbuhan dan prestasi suatu kota disanjung, dan kegagalannya
disembunyikannya. Breed mencontohkan sikap “kamar dagang” terhadap media.
Kedokteran
Dokter jarang disorot negatif oleh pers, dan perlakuan terhadap dokter dimedia lain seperti serial
TV sering kali posotif, “kata breed”. Yang lebih jarang lagi adalah berita yang menunjukan
“dokter yang bertindak egois dan tidak professional”. Bidang ini menjadi topik lain seiring
dengan besarnya perubahan cakupanmedia sejak breed menyampaikan pendapatnya itu empat
dekade lalu. Dengan membubungnya biaya kesehatan, meningkatnya kesadaran masalah
kesehatan dan banyaknya tuntutan hukum akibat malpraktik, liputan media terhadap profesi
medis semakin meluas dan mendalam dibandingkan sebelumnya.
Hukum dan keadilan
Breed berpendapat bahwa media berfungsi untuk melindungi “kekuasaan” dan “kelas”. Dia
menyatakan bahwa para kriktikus selama berabad-abad telah mencatat ketimpangan kekuasaan
para elite dan pengabaian tindakan mereka oleh media”. Banyak yang berpendapatbahwa
keadaannya telah banyak berubah sejak breed memunculkan argument ini empat dekade yang
lalu, terutama disaat media nasional meliput figure-figur yang dikenal luas. Pada saat hakim
kepala New York State dituduh melakukan pemerasan dan kemudian divonis 15 bulan penjara.

Anda mungkin juga menyukai