Anda di halaman 1dari 6

Nama : Ahlakul Karimah

NIM : 2008016024

Kelas/ Mata Kuliah : A FH 2020/ Hukum Perniagaan Internasional

RESUME WEBINAR

“WEBINAR ASEAN, HAM, DAN KEBEBASAN BEREKSPRESI”

Kamis, 16 Juni 2022

Prof. Dr. Drs. Henri Subiakto, S.H., M.Si.

(Staf Ahli Kementerian dan Informatika Periode 2007-2022)

Indonesia sebegaimana diketahui memiliki ecommerce yang sangat bagus, dan memiliki
jaringan internet yang mempuni dalam memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Oleh karena itu
lah, internet menjadi suatu media untuk menyampaikan ekspresi dalam media sosial melalui
akun-akun internet pengguna. Selanjutnya di Asean negara Indonesia termasuk negara yang
menganut kebebesan berekpresi, tetapi jika dilihat di negara Filipina negara ini termasuk negara
nomor 3 (tiga) yang berbahaya bagi wartawan karena banyaknya kasus pembunuhan di negara
tersebut.

Tidak hanya itu di negara Singapura demokrasi/ kebebasan dianggap sangat istimewa
karena di negara ini adanya peraturan mengenai tidak boleh diganggunya orang di muka publik,
tidak boleh membuang sampah sembarangan, dan tidak boleh membuat sumur sembarangan
dalam artian harus meminta izin kepada negara.

Kebebasan di Indonesia dimaknai sebagai suatu bagian dari hidup dan kebebasan di
dalam masyarakat Indonesia tidak hanya di kehidupan nyata melainkan juga di media sosial.
Sebagaimana yang diketahui bahwa pengguna internet (media sosial) masyarakat Indonesia
mencapai 70% dan ternyata hal ini digunakan untuk hal-hal yang positif maupun negative.
Semakin majunya zaman teknologi bisa mengubah sejarah, jika dikaitkan dengan teori
Charles Darwin yang memaknai bahwa lingkungan bisa dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya.
Artinya bahwa di Indonesia masyarakatnya sangat pesat dalam menggunakan teknologi dan
teknologi sebagai bagian dari hidup itu sendiri dan bisa juga dengan adanya teknologi seseorang
masuk penjara karena hal yang di sebut sebagai kebebasan berekspresi. Jika kita memaknai
kebebasan berekspresi sebagai suatu hal yang memang seharusnya bebas itu salah karena dalam
memaknai hal tersebut ada yang bebas dan juga ada batas-batasannya, sebagaimana yang
diamanatkan di dalam konstitusi di dalam Pasal 28E ayat (1) dan ayat (2) UUD Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa Setiap orang bebas memeluk agama dan
beribadat menurut agamanya, memilih pendidikan dan pengajaran, memilih pekerjaan, memilih
kewarganegaraan, dan sebagainya. Pemaknaan kebebasan berekspresi juga di dalam Pasal 28E
ayat (3) UUD NRI 1945 menyebutkan Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat,
berkumpul, dan mengeluarkan pendapat. Selanjutnya adanya level kebebasan berekspresi di
suatu negara yang terdiri dari:

 Level Ideal : artinya apa yang dipikirkan kalangan akademis, aktivis, berdasar literatur,
bench marking ataupun berdasar dalam landasan filsafat teori.
 Level Normatif : artinya apa yang sudah diatur dalam hukum dan peraturan perundang-
undangan yang existing.
 Level Implementasi : artinya apa yang terjadi di kehidupan nyata, atau prakteknya. Ini
tergantung pemahaman SDM di lapangan dalam melaksanakan UU. Di level ini sering
bermasalah.
 Level Persepsi : artinya apa yang dipikirkan atau dibayangkan menurut persepsi orang
yang banyak. Ini terkait dengan pemberitaan. Level ini juga banyak bermasalah.

Selanjutnya di dalam Pasal 28J ayat (2) UUD NRI 1945 menyebutkan bahwa dalam menjalankan
hak dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang. Sejalan dengan lahirnya UU ITE yangmana merupakan satu ketentuan yang
mengatur hak berpendapat sebagaimana yang dimaksud di atas mengatur mengenai pemaknaan
agar kebebasan berekspresi bisa dipahami dengan jelas dan tidak hanya itu selain adanya UU
ITE adanya dibuat UU Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik. Dua UU ini
lahir untuk menumbuhkan semangat demokrasi masyarakat Indonesia, dan kedua UU ini
dibidani oleh Komisi I DPR RI dan Kementerian Kominfo. Kedua UU ini dilahirkan secara
bersamaan dari lembaga yang sama , kecil kemungkinan saling bertentangan. UU Keterbukaan
informasi public dikenal sebagai UU yang memperkuat demokrasi sebagaimana yang disebutkan
dalam Pancasila dan UUD NRI 1945. Tidak hanya UU KIP yang memiliki tujuan, UU ITE juga
memiliki tujuan awal yangmana menjaga ruang digital, agar bersih, sehat dan merdeka, serta
dimanfaatkan secara produkti. Perlu di pahami di dalam UU ITE terdapat 2 (dua) Larangan jenis
perbuatan pidana, seperti :
1. Larangan berbuat jahat dengan sasaran IT (Computer Crime)
2. Larangan berbuat jahat dengan menggunakan IT (Computer Related Crime)

Irwinsyah Mukhlis
(Kemenlu RI)

Norma internasional berkaitan dengan Freedom Of Opinion And Expression sebagaimana


negara Indonesia telah meratifikasi deklarasi PBB yangmana terdapat dalam Pasal 19 UDHR &
ICCPR yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat &
berekspresi, termasuk kebebasan berpendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima, dan
memberikan informasi dan gagasan melalui media apapun dam tanpa memandang batas.
Selanjutnya dalam penjelasan Para 8A UN Res/ DHR on FOE, untuk mempromosikan,
melindungi, menghormati, dan memastikan penikmatan penuh ha katas kebebasan berpendapat
& berekspresi, daring maupun luring, dan untuk mengambil semua tindakan yang diperlukan
untuk mengakhiri, dan mencegah, pelanggaran dan penyalahgunaan hak.

Meksi didukung <50 negara di dunia, resolusi terkini FOE lebih dapat diterima oleh
negara-negara Uni Eropa. Hal ini bertentangan dengan posisi AS, Rusia, RRT dan negara-negara
di Asia yang mayoritas menekankan pada pembatasan FOE (tidak absolut), terutama bila FOE
bertentangan dengan national security, national harmony, dan kemaslahatan masyarakat seperti
kesehatan public dan sebagainya.
ICCPR di negara ASEAN sudah diratifikasi dalam undang-undang, kecuali 4 (empat)
negara Asean yang tidak meratifikasinya dan ternyata negara-negara di ASEAN, menjamin
adanya kebebasan berekspresi dan dengan berbagai batas-batasannya. Hal yang terpenting
partisipasi aktif negara Indonesia dalam mendorong kebebasan berekspresi dan berpendapat
melalui:
 ASEAN Intergovernmental Commission on Human Rights (AICHR) pada akhir 2019
diselenggarakan AICHR Regional Consultation on Freedom on Expression , Opinion and
Information (FOEI) in ASEAN di Bali
 Beberapa rekomendasi yang ditawarkan a.I. reviu kebijakan, inisiatif dan mekanisme
ASEAN terhadap FEOI, termasuk di bidang cyber security.

Yuyun Wahyuningkrum
(Wakil Indonesia untuk ASEAN Intergovernmental Commission Human Rights (AICHR))

ASEAN INTERGOVERNMENTAL COMMISSION ON HUMAN RIGHTS (AICHR) atau


yang disebut dengan KOMISI HAM ANTAR PEMERINTAH ASEAN. Didirikan pada 23
Oktober 2009, dengan Pasal 14 Piagam ASEAN. Bekerja berdasarkan Kerangka Acuan (TOR)
AICHR: 14 Mandat dan Deklarasi HAM ASEAN. Beranggotakan sebanyak 10 wakil dari 10
negara anggota ASEAN. Tujuan dari didirikannya AICHR, ialah sebagai berikut:
1. Untuk memajukan dan melindungi HAM dan kebebasan dasar rakyat ASEAN;
2. Untuk berkontribusi pada realisasi tujuan Piagam ASEAN;
3. Memajukan HAM dalam konteks regional;
4. Untuk melengkapi upaya nasional dan internasional ddalam pemajuan dan perlindungan
HAM;
5. Untuk menegakkan standar HAM internasional.
Perlu diketahui bahwa AICHR melapor ke ASEAN Ministers Meeting (AMM) setiap
tahunnya, dan AICHR bersidang sedikitnya 2 (dua) kali dalam setahun. Metode kerja dari
AICHR ialah consensus, konsultasi, berevolusi, serta menghindari turut campur dan AICHR
adalah badan antar pemerintah, dan juga kerja-kerja dari AICHR dibantu oleh Sekretariat
ASEAN.

Fungsi dan mandate AICHR, ialah:


a) Membuat standard mengenai HAM di kawasan ASEAN;
b) Kerjasama dan dukungan kebijakan untuk badan sektoral ASEAN;
c) Perlindungan HAM di ASEAN;
d) Menyusun strategi HAM;
e) Penelitian dan pengembangan kapasitas;
f) Dialog dan pelibatan pemangku kepentingan HAM di ASEAN.

Definisi ujaran kebencian dari UN Strategy and Plan of Action on Hate Speech (2019), sebagai
berikut:
 (BENTUK): “segala jenis komunikasi dalam ucapan, tulisan, atau perilaku.
 (KARAKTER, UJARAN ) yang menyerang atau menggunakan bahasa yang
merendahkan atau diskriminasif
 (TARGET) dengan mengacu pada seseorang atau suatu kelompok
 (ALASAN/MOTIVASI) atas dasar siapa mereka (target), dengan kata lain, berdasarkan
agama, suku, kebangsaan, ras, warna kulit, keturunan, jenis kelamin, atau faktor identitas
lainnya.

Dr. Mahendra Putra Kurnia, S.H., M.H.


(Dekan Fakultas Hukum, Universitas Mulawarman)

Sebagaimana dalam the circle yang memuat bahwa AHRD (Kebebasan Berekspresi,
terdiri dari :
 Prinsip kedaulatan dan non intervensi
 Kemajuan teknologi dan informasi
 Aturan masing-masing negara
 Kondisi sosial, politik, hukum dan demokrasi masing-masing negara.

Kebebasan berekspresi dalam pasal 23 civil and political rights ialah menyebutkan bahwa setiap
orang mempunyai hak untuk menyatakan pendapat dan berekspresi termasuk kebebasan untuk
mempertahankan pendapat tanpa gangguan dan untuk mencari, menerima, dan memberikan
informasi, baik secara lisan, tulisan, atau melalui cara lain yang dipilih oleh orang tersebut.

Kemajuan teknologi informasi dalam era resvolusi indusrei 4.0 ialah :


 Kemajuan teknologi informasi sebagai pemicunya technologi terapan yang berkembang
sangat pesat dalam digital economy artificial intelligence big data robotic fenomena
distruptive innovation kecepatannya sangat memberikan kemudahan dalam mengakses
sesuatu informasi.
 Semakin simple semakin bagus , dari 75% pekerjaan melibatkan kemampuan sains,
teknologi, teknik dan matematika, internet of things, dalam pembelajaran sepanjang hayat
(Zimmerman, 2018)
 Revolusi berbasis Cyber Physical System, gabungan antara domain digital, fisik, dan
biologi, (Klaus Schwab, 2017)
 Budaya baru (Perubahan pola pikir dan perilaku manusia ke arah digital.

Dari kemajuan teknologi informasi tersebut ada dampak positif dan negatifnya, seperti :
a) Dampak Positif
 Kecepatan informasi
 Percepatan pelayanan publik oleh pemerintah
 Dunia tanpa batas
 Kehidupan manusia menjadi terbantu dengan munculnya berbagai teknologi yang
memudahkan aktivitas manusia
 Transaksi ekonomi semakin cepat
 Banyaknya profesi-profesi beru yang berbasis teknologi
b) Dampak Negatif
 Ketergantungan atau kecanduan internet yang berlebihan
 Perubahan perilaku dari “komunal” menjadi “individulaisme”
 Pergeseran nilai-nilai tradisional yang tidak lagi menjadi bagian penting dalam
kehidupan karena tergerus oleh modernisasi
 Degradasi etika dan moral karena dianggap “kuno” perbuatan etis dan tidak etis
menjadi abu-abu
 Hukum ketinggalan dari perkembangan teknologi sehingga tidak mampu
menjangkau kejahatan-kejahatan model baru, terutama kejahatan ciber crime.

Anda mungkin juga menyukai