Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sadewo Maulana

NIM : 20210502167

Mengapa mahasiswa Fikom harus belajar Hukum dan Regulasi Komunikasi?

Apa yang dimaksud dengan hukum?


 Bentuknya bisa tertulis dan bisa tidak tertulis Apa pengertian hukum dan
konteks komunikasi? dimana ada hukum maka disitu ada masyarakat (dalam
bahasa Latin: “Ubi ius ubi
 Dalam konteks komunikasi: Tidak ada hukum seandainya tidak ada proses
Muis : hubungan antara komunikasi dengan hukum menghasilkan dua
pengertian, yaitu komunikasi dan hukum komunikasi.

Apa yang dimaksud dengan etika?


 Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu, Ethikos (moral) dan Ethos
(karakter).
 Sebagai upaya manusia menilai dan memutuskan suatu perbuatan atau
sikap mana

Apa yang dimaksud dengan komunikasi?


 Proses seseorang atau beberapa orang, organisasi dalam menggunakan
informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
 Harus dimengerti satu dengan yang lain

 Ditetapkan siapa yang menilai dan menjatuhkan sanksi Apa perbedaan dan
persamaan antara hukum dengan kode etik?
 Dari segi sifat : Hukum : Bersifat publik, memaksa, termasuk terhadap fisik,
dan dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga sedangkan Kod etik : Bersifat
moral, mengatur, tidak fisik, dan tidak dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga
 Dari segi jangkauan : Hukum : mengikat semua warga Negara, sedangkan
Kode etik : ruang lingkup terbatas.
 Dari segi prosedur : Hukum : harus dibuat oleh organ Negara, prosudural
ketat, dilaksanakan dan di awasi oleh Negara, sedangkan Kode etik : Di buat
oleh organisasi tertentu, diawasi dan dlaksanakan oleh Dewan Kehormatan.
 Dari segi tujuan : Hukum : untuk menjaga dan memelihara ketertiban dan
memelihara Ketertiban dan keamanan, sedangkan Kode etik : menegakkan
martabat profesi
 Keduanya sama-sama mengatur tentang perbuatan manusia supaya
tercipta ketertiban dan keharmonisan dalam masyarakat serta meningkatkan
profesionalisme seseorang dalam melakukan tugas yang diembannya. Jenis-
jenis sanksi atas pelanggaran kode etik :

Siapa yang berhak memberikan sanksi atas pelanggaran kode etik?


 Majelis kode etik UU yang terkait dengan pers/komunikasi : 1. UU No.
40 Tahun 1999 tentang Pers 2. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Pblik (KIP) 4. UU No.
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) 6. UU No. 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen 7. UU No.
5 Tahun 1999 tentang Larangan praktek Monopoli dan Persainagn Usaha 8.
UU No. 12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta tentang Paten, dll. Hukum
Komunikasi : ETIK KOMUNIKASI : Dari segi TUJUAN : mendapat informasi
yang benar/dapat dipertanggungjawabkan secara hukum dan moral.
Dari segi AKSI : supaya tercipta keharmonisan dalam masyarakat 3. Dari
segi SARANA : memahami cara berkomunikasi yang baik dan benar.
Mengetahui apa yang dikomunikasikan (penyesuaian dll) Menyadari dimana
kita berkomunikasi (situasi, adat, pesta dll) Menyadari waktu terjadi
komunikasi (sesuaikan waktu dll) 5. Mengetahui alasan mengapa kita
berkomunikasi (pengarahan, tujuan dll) Mengetahu bagaimana kita
berkomunikasi (cara dll) BEBERAPA HAL YANG MEMPENGARUHI
KARAKTER MANUSIA : diskusi urusan politik, hukum dll Sajikan berita yang
benar,komprehensif dan cerdas berdasarkan etika Selalu akurat dan tidak
berbohong Hargai ukuran masyarakat yang sederhana dan modern 9.
Mendidik masyarakat dan buka akses ke semua sumber informasi.

 merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan Dalam kehidupan yang demokratis itu Defenisi kemerdekaan
pers menurut menurut UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, diatur dalam
pasal 2. Pers nasional dalam menjalankan fungsi, hak, kewajiban dan
peranannya

(Bab II, Pasal 2 hingga pasal 6), pers nasional ditiuntut terbuka dikontrol
masyarakat dan Pers nasional melayani hak jawab dan Undang-undang No.
40 Tahun 1999 tentang Pers : : Ketentuan Umum (14 butir), Penjelasan
tentang : Pers Perusahaan pers (Pasal 9 s/d pasal 13) Tidak boleh memuat
iklan yang merendahkan martabat suatu agama, yang mengganggu
kerukunan umat beragama, yang bertentangan dengan rasa kesusilaan,
berbau miniman keras, narkoba dan peragaan wijud rokok atau cara
penggunaannya. Wartawan (Pasal 1 butir (4),Pasal 7, pasal 8 dan pasal 10)
Secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik Memiliki dan menaati Kode
Etik Jurnalistik Berhak atas kesejahteraan dan pembagian laba bersih dll
Organisasi pers (Pasal 7) Pers asing (Pasal 1 (7), Pasal 16) Hak Tolak (Pasal
4:4,Tolak sebut nara sumber dan tolak memberi keterangan ke penyidik) Hak
jawab (Pasal 8:2) Hak Koreksi (Pasal 8 :3) Kode Etik Jurnaslitik : Asas,
Fungsi, Hak, Kewajiban dan Peranan Pers ( 5 pasal, 15 ayat)
.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB III PEMBAHASAN

Media massa di Indonesia terdiri dari beberapa kategori, antara lain media
cetak dan elektronik. Dalam perkembangannya, media massa tak hanya
memberikan konsumsi informasi kepada khalayak atau massa, tetapi juga
pendidikan dan hiburan. Sebagai pengemban misi politik untuk melemahkan
semangat gerakan kebangsaan, mempengaruhi, dan memecah belah
pemimpin pergerakan, serta merenggangkan hubungan rakyat dengan para
pemimpin pergerakan kebangsaan. [2] Dalam konteks Indonesia, pada masa
Orde Baru, media massa dipasung seperti kerbau yang dicocok hidungnya.

Secara umum, perubahan peran media massa Indonesia yang terjadi dari
era Orde Baru ke era Reformasi ini ditandai oleh beberapa hal: Pada Orde
Baru, pers kita ditekan oleh pemerintah yang otoriter, meski ada unsur
tanggung jawab sosial, pembangunan, religius, dan sekaligus liberal. UU
Penyiaraan muncul setelah munculnya stasiun-stasiun TV swasta, begitu juga
KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), sehingga meskipun UU itu terasa semakin
penting dan peran KPI semakin besar, tetap saja ada kesan bahwa media TV
lebih berkuasa daripada pemerintah yang mengeluarkan UU Penyiaran
tersebut dan KPI, terlalu banyak acara TV yang tidak mendidik dan remeh.
Misalnya, media bisa menggalang bantuan untuk para korban bencana
seperti dalam bencana tsunami di Aceh dan Mentawai serta bencana letusan
gunung berapi. Era Informasi memang ditandai dengan demokratisasi yang
berkembang di berbagai negara, terutama di negara-negara berkembang,
termasuk Indonesia.

1. Hukum Media Massa di Indonesia Media massa merupakan salah satu


lembaga penting dalam ikut mencerdasakan serta membangun kehidupan
bangsa, dan hanya dapat terlaksana bila media massa memahami
tanggungjawab profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranan
sebagai penyebar infpormasi yang obyektif, menyalurkan aspirasi rakyat,
memperluas komunikasi dan partisipasi masyarakat, terlebih lagi melakukan
control sosial terhadap fenomena yang timbul berupa gejala-gejala yang
dikhawatirkan dapat memberi suatu dampak yang negatif. UU yang mengatur
media massa, antara lain UU Pers No. 40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran No.
32 Tahun 2002. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa
yang melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh,
memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam
bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik
maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media
elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan


usaha pers meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor
berita, serta perusahaan media lainnya yang secara khusus
menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan informasi.

3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media
elektronik, atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh
informasi. ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN PERANAN PERS
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang
berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum. Pers
nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan,
dan kontrol sosial.
Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara. Untuk
menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, Pers
nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta
asas praduga tak bersalah. mengembangkan pendapat umum berdasarkan
informasi yang tepat, akurat dan benar; Siaran adalah pesan atau rangkaian
pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan gambar atau yang
berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun tidak, yang
dapat diterima melalui perangkat penerima siaran. Penyiaran adalah
kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat
diterima secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat
penerima siaran.
Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan
gagasan dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka,
berupa program yang teratur dan berkesinambungan.

4. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang


menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara
umum, baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan
berkesinambungan. BAB II Penyiaran diselenggarakan berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum, keamanan,
keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung
jawab.

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi


nasional, terbinanya watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa,
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam
rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan sejahtera,
serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia. (1) Penyiaran sebagai
kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media informasi,
pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan diawasi
. BAB III KESIMPULAN

Hukum media massa hendaklah dilihat dalam dua aspek, yaitu pertama,
menjamin awak media massa melaksanakan semua kegiatan profesionalisme
mereka; dan kedua, melindungi masyarakat dari dampak negatif media
massa. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa hukum media massa sekarang
hendaklah berada dalam kedua kerangka tersebut. Apa pun nama UUnya, ia
haruslah menjamin hak media melakukan kegiatan profesionalisme dan
melindungi masyarakat dari dampak negatif media massa.

Anda mungkin juga menyukai