(KOM201)
Erman Anom
Perbedaan :
Dari segi sifat : Hukum : Bersifat publik, memaksa, termasuk terhadap fisik, dan
dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga sedangkan Kod etik : Bersifat moral, mengatur,
tidak fisik, dan tidak dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga
Dari segi jangkauan : Hukum : mengikat semua warga Negara, sedangkan Kode etik :
ruang lingkup terbatas.
Persamaan :
Peringatan biasa
peringatan keras
skorsing
Pemecatan
Hukum Komunikasi :
ETIK KOMUNIKASI :
1. Tegas
2. Santai
3. Gembira
4. Sensitip
1. Pendidikan
2. Lingkungan
3. Budaya
4. Pergaulan hidup
FUNGSI MEDIA
1. Sarana mengkritik penguasa
2. Kontrol oleh masyarakat
3. wadah pembentuk perilaku dan bukan perangsang kekerasan/provokator
4. Ruang public
5. Audit gratis
6. Angkat aspirasi public
7. diskusi urusan politik, hukum dll
8. Pertukaran gagasan
9. Penyerap aspirasi politik
Kemerdekaan pers :
perwujudan kedaulatan rakyat
merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang demokratis. Dalam kehidupan yang demokratis itu
pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin,
sistem penyelenggaraan Negara yang transparan berfungsi,
serta keadilan dan kebenaran terwujud.
Defenisi kemerdekaan pers menurut menurut UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers, diatur
dalam pasal 2.
Pers nasional dalam menjalankan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya (Bab II, Pasal
2 hingga pasal 6), pers nasional ditiuntut
profesional,
terbuka dikontrol masyarakat dan
menghormati hak asasi setiap orang.
Pers nasional melayani hak jawab dan
koreksi baik dari
pemantau media maupun dari
Dewan Pers.
Pembahasan UU Pers :
Bab III :
Masalah kewartawanan atau profesi wartawan dalam UU No.40 Tahun 1999 tentang
Pers hanya memberi ruang satu bab (Bab III) dan 2 (dua) pasal, yaitu :
Sampai saat ini masih banyak perusahaan pers yang tidak patuh pada UU No.40 Tahun
1999 tentang Pers.
Perusahaan pers tidak berbentuk badan hukum Indonesia (Pasal 9 ayat 2)
Tidak memberikan/kurang memperhatikan kesejahteraan wartawan dan karyawan pers
dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk
kesejahteraan lainnya (Pasal 10)
Tidak mencantumkan nama, alamat dan siapa penanggungjawab secara terbuka,
khusus pada penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan (Pasal 12) .
Masih ada berita yang merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu
kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan
masyarakat (Pasal 13 huruf a)
Iklan berupa peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok (Pasal 13 huruf c)
Padahal dalam pasal 12 penjelasan pasal 12 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers telah
dijelaskan siapa yang bertanggungjawab atas berita yang dianggap bermasalah secara hukum
itu (karya jurnalisitik), yaitu Penanggung jawab. Penanggung jawab yang dimaksud disini
adalah
meliputi bidang usaha dan
Selanjutnya dalam penjelasan pasal 18 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 dijelaskan : Dalam hal
pelanggaran pidana yang dilakukakan perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili
oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 12.
Dalam perkembangannya, ada juga media cetak yang memiliki lebih dari satu
penanggungjawab. Artinya setiap halaman ada penanggun jawabnya. Di media elektronik ada
juga yang disebut direktur utama, direktur, direktur penyiaran, kepala, kepala cabang, kabag
penhyiaran dll. Ada kalanya bila terjadi masalah hukum karya jurnalistik dalam media
elektronik baik itu radio, dunia masa maupun televisi, sering menjebak para hakim
menggunakan UU perseroan terbatas tanpa menghiraukan UU No.40 Tahun 1999 tentang
Pers.
Dewan pers menurut pasal 15 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 tentang pers mempunyai 7
(tujuh) fungsi antara lain :
Dalam hal munculnya masalah hukum dalam pemberitaan pers, sampai hari ini masih aparat
penegak hukum mulai dari penyidik, penuntut umum dan hakim yang kurang memahami atau
sengaja tidak memahami pertangungjawaban secara hukum soal kasus pers seperti yang diatur
dalam UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers.
Bila ada masyarakat yang merasa dirugikan atas pemberitaan pers, ada yang menempuh
dengan cara menyampaikan hak jawab, hak koreksi dan ada juga yang melaporkan ke polisi.
Yang anehnya polisi yang menerima laporan setelah melakukan permintaan keterangan
terhapap pelapor dan para saksi, polisi lalu memanggil wartawan yang membuat berita
tersebut.
Ketentuan pidana seperti yang diatur dalam pasal 18 ayat 1 hingga ayat 3 UU No.40 Tahun
1999 tentang pers masih menjadi perdebatan antara insane pers dengan korban pers. Di satu
pihak insane pers menganngap dirinya cukup membayar denda saja sedangkan korban pers
menginginkan supaya pelaku pemberitaan pers itu dipenjarakan. Dari fakta ini semuanya
kembali kepada aparat penegak hukum yang selalu berpedoman pada ketentuan yang ada.
Aparat penegak hukum harus dapat membedakan mana karya jurnalsitik, mana karya sastra
dan mana karya yang bukan jurnaslitik atau tergolong pidana murni.
Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini, hal itu telah secara tegas diatur dalam
Bab IX, Pasal 19 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers
Peran serta masyarakat (pasal 17) dalam melakukan kegiatan mengembangkan kemerdekaan
pers hingga kini belum maksimal. Pengaturan lebih rinci tentang peran masyarakat dalam UU
ada baiknya diperjelas baik hak dan kewajibannya.
Ketentuan pidana seperti yang diatur dalam pasal 18 ayat 1 hingga ayat 3 UU No.40 Tahun
1999 tentang pers masih menjadi perdebatan antara insane pers dengan korban pers. Di satu
pihak insane pers menganngap dirinya cukup membayar denda saja sedangkan korban pers
menginginkan supaya pelaku pemberitaan pers itu dipenjarakan. Dari fakta ini semuanya
kembali kepada aparat penegak hukum yang selalu berpedoman pada ketentuan yang ada.
Aparat penegak hukum harus dapat membedakan mana karya jurnalsitik, mana karya sastra
dan mana karya yang bukan jurnaslitik atau tergolong pidana murni.
Bahan Ajar 4
Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak perlahan-lahan
mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan
media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa. Sayangnya
perkembangan media saat ini di Indonesia tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan
pendidikan manusianya.
Kemerdekaan pers yang belum lama dinikmati oleh masyarakat pers di Indonesia, ternyata
sudah mendapatkan kritikan yang tajam dimana-mana. Begitu banyak media massa baru
diluncurkan dalam jangka waktu yang sangat singkat. Banyak media yang dituduh hanya
memfokuskan pada hal-hal yang sensasional dan tidak mengindahkan kode etik jurnalistik
yang mendasar. Jurnalisme yang tidak bertanggungjawab dipersalahkan sebagai salah satu
penyebab banyaknya konflik di Indonesia. Masyarakat dan politisi kini sepakat menuntut
bahwa media harus lebih bertanggungjawab.
Sebuah hukum membantu media untuk memfokuskan diri pada tanggungjawab ini. Hukum
itu memuat aturan-aturan yang sudah diuji coba dan telah dikembangkan untuk memastikan
tingkat ketepatan, keseimbangan dan keadilan yang tertinggi. Hukum tersebut membantu
media untuk menjaga kredibilitasnya.[1]
3. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk menemukan konsep hukum media massa di Indonesia.
Serta diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis dan pembaca.
Bahan Ajar 5
Media massa di Indonesia terdiri dari beberapa kategori, antara lain media cetak dan
elektronik. Dalam perkembangannya, media massa tak hanya memberikan konsumsi
informasi kepada khalayak atau massa, tetapi juga pendidikan dan hiburan. Saat ini, media
massa berbasis elektronik telah menjamur di berbagai kalangan.
Pada massa sebelum kemerdekaan, media massa dijadikan sebagai alat propaganda
pemerintahan. Sebagai pengemban misi politik untuk melemahkan semangat gerakan
kebangsaan, mempengaruhi, dan memecah belah pemimpin pergerakan, serta merenggangkan
hubungan rakyat dengan para pemimpin pergerakan kebangsaan.[2]
Dalam konteks Indonesia, pada masa Orde Baru, media massa dipasung seperti kerbau yang
dicocok hidungnya. Namun sejak Orde Baru tumbang, pengelola media menemukan era
keterbukaan yang tidak pernah ada sebelumnya. Secara umum, perubahan peran media massa
Indonesia yang terjadi dari era Orde Baru ke era Reformasi ini ditandai oleh beberapa hal:
Masa transisi yang hingga kini belum tuntas. Pada Orde Baru, pers kita ditekan oleh
pemerintah yang otoriter, meski ada unsur tanggung jawab sosial, pembangunan, religius, dan
sekaligus liberal.
Media massa kita kini powerful, saking bebasnya sering melampaui batas (gosip, melanggar
privasi, dsb). UU Penyiaraan muncul setelah munculnya stasiun-stasiun TV swasta, begitu
juga KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), sehingga meskipun UU itu terasa semakin penting
dan peran KPI semakin besar, tetap saja ada kesan bahwa media TV lebih berkuasa daripada
pemerintah yang mengeluarkan UU Penyiaran tersebut dan KPI, terlalu banyak acara TV
yang tidak mendidik dan remeh.
Harus kita akui bahwa era Reformasi juga membawa dampak positif kepada masyarakat,
selain dampak negatifnya. Misalnya, media bisa menggalang bantuan untuk para korban
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 /
26
bencana seperti dalam bencana tsunami di Aceh dan Mentawai serta bencana letusan gunung
berapi. Lebih penting lagi, media massa sering melaporkan langsung unjuk rasa masyarakat,
termasuk mahasiswa, untuk menuntut perbaikan atau menuntut pejabat berwenang untuk
mundur, meskipun tuntutan itu tidak selalu direspon positif.
Era Informasi memang ditandai dengan demokratisasi yang berkembang di berbagai negara,
terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam konteks inilah, studi-studi
kritis mengenai bagaimana peran media dalam masyarakat sedang berkembang menjadi
penting. Dengan ideologi nothing to lose media nonkomersial tampaknya lebih berani
berpihak kepada rakyat daripada media komersial.[3]
Media massa merupakan salah satu lembaga penting dalam ikut mencerdasakan serta
membangun kehidupan bangsa, dan hanya dapat terlaksana bila media massa memahami
tanggungjawab profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranan sebagai penyebar
infpormasi yang obyektif, menyalurkan aspirasi rakyat, memperluas komunikasi dan
partisipasi masyarakat, terlebih lagi melakukan control sosial terhadap fenomena yang timbul
berupa gejala-gejala yang dikhawatirkan dapat memberi suatu dampak yang negatif. Ketika
media massa masuk dalam ranah sosial maka media massa perlu diatur untuk menjamin
kontribusinya terhadap kebaikan publik. Struktur hukum dan kebijakan adalah aturan main
yang harus disepakati supaya media dan masyarakat mendapatkan ranah jaminan hukum yang
pasti.
Bahan Ajar 6
UU yang mengatur media massa, antara lain UU Pers No.40 Tahun 1999
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
PERANAN PERS
Pasal 2
Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.
Pasal 3
1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.
Pasal 4
Pasal 5
menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga
tak bersalah.
1. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;
2. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan
kepentingan umum;
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
1. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan
gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun
tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
2. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau
sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima
secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
3. Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan
dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang
teratur dan berkesinambungan.
4. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum,
baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
5. dst, tercantum di lampiran
BAB II
Pasal 2
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 14 /
26
Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.
Pasal 3
Pasal 4
(1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.
(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga
mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.
Pasal 5
Bahan Ajar 7
Bahan Ajar 8
Bahan Ajar 10
Bahan Ajar 11
Bahan Ajar 12
UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan praktek Monopoli dan Persainagn Usaha
Sehat
Bahan Ajar 13
Berdasarkan UU Pers No.40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002, dapat
diperoleh beberapa konsep hukum media massa, antara lain:
Dalam posisinya sebagai lembaga sosial, media massa berinteraksi dengan lembaga sosial
lain. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi lembaga lain. Dalam keadaan beginilah ia memiliki
regulasi. Regulasi ini bisa saja berbentuk peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, dan
undang-undang (UU). Regulasi yang berupa UU inilah yang kemudian disebut hukum media
massa.
Bila dilihat lebih jauh, sebenarnya tujuan hukum media massa bisa dikelompokkan menjadi,
pertama, untuk mengendalikan media massa. Dalam konteks ini, hukum media massa
merupakan instrumen untuk membatasi media massa agar tidak melenceng dari keinginan,
misalnya pemerintah. Pada titik inilah hukum media massa disebut memiliki karakter politik.
Kedua, untuk mengatur media massa agar berperilaku wajar sesuai dengan keinginan
masyarakat. Agar media massa tidak merugikan masyarakat. Dalam konteks inilah hukum
media massa disebut memiliki karakter sosial.
Hukum media massa biasanya dijabarkan melalui pasal-pasal yang terdapat dalam UU. Pasal
tersebut biasanya berkaitan dengan keberadaan organisasi media massa. Kendati begitu,
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 16 /
26
organisasi media massa tidak bisa dikenakan tindakan hukum. Sebab, hanya person yang bisa
dikenakan tindakan hukum. Dengan kata lain, kalau ada organisasi media massa yang
dianggap melanggar pasal-pasal dalam UU, maka yang bisa dikenakan tindakan hukum
adalah individu yang menjadi penanggungjawab media massa tersebut.
Sebagai individu, wartawan bisa dikenakan tindakan hukum bila dia melanggar beberapa
pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan begitu,
hukum kita memperlihatkan bahwa ada tindakan profesional awak media massa yang bisa
digolongkan sebagai pelanggaran hukum. Kalau seorang wartawan sudah dianggap melanggar
hukum, maka dia bisa dikenai ancaman pidana.
Sebelum berharap terlalu banyak pada media massa, cobalah bersikap realists. Betul, bahwa
institusi media massa sebagai faktor yang mempengaruhi khalayaknya. Akan tetapi dengan
cara pandang lain juga bisa dilihat media massa sebagai cermin dari masyarakat, sebab dia
tidak berada di ruang hampa. Bahkan keberadaannya ditentukan oleh kualitas masyarakat
yang melingkupinya.[6]
Hukum media massa hendaklah dilihat dalam dua aspek, yaitu pertama, menjamin awak
media massa melaksanakan semua kegiatan profesionalisme mereka; dan kedua, melindungi
masyarakat dari dampak negatif media massa. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa hukum
media massa sekarang hendaklah berada dalam kedua kerangka tersebut. Apa pun nama
UUnya, ia haruslah menjamin hak media melakukan kegiatan profesionalisme dan
melindungi masyarakat dari dampak negatif media massa.
Bahan ajar 14
Hukum&Regulasi Komunikasi
1. Terangkan oleh saudara pengertian dan unsur unsur Delik Pers dan
unsur apa yang paling menentukan agar dapat disebut sebagai Delik
Pers!
Jawaban : Delik Pers adalah pernyataan pikiran atau perasaan yang dapat dijatuhi
pidana dimana untuk penyelesaian membutuhkan publikasi melalui barang cetakan.
Unsur unsur Delik Pers :
Hak kebendaan berwujud adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata
dan diraba oleh panca indra. Penyerahan kebendaan bergerak yang berwujud
cukup dilakukan dengan penyerahan yang nyata dari tangan ke tangan. Jika
benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tangannya harus
dilakukan dengan balik nama.
Hak kebendaan tak berwujud adalah segala macam hak seperti : hak cipta, hak
merek dagang, dan lain-lain. Berdasarkan KUHPerdata mengenal barang-
barang yang tidak berwujud yang merupakan bagian dari harta kekayaan
seseorang, yang juga bernilai ekonomi.
6. Apakah hak cipta itu dapat dipindah tangankan atau dipindah alihkan?
kalau dapat bagaimana caranya?
Jawaban :
7. Apakah perlu ada pemisahan pers untuk orang dewasa dan anak anak
dari segi bisnis perusahaan pers?
Jawaban : Perlu ada pemisahan pers yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan
yang bertujuan melindungi kepentingan anak-anak dan orang dewasa terhadap
kegiatan pers yang bisa merusak moral.
8. Apakah ada kemerdekaan pers dalam negara yang otoriter?
Jawaban : Tidak ada kemerdekaan pers dalam Negara otoriter karena fungsi pers
ialah menyokong tujuan revolusi dan semua surat kabar menjadi kabar juru bicara
resmi pemerintah, hanya pers yang mendukung revolusi yang dibolehkan hidup.
15. Apakah iklan itu dapat bersifat pidana, jika iya sebutkan unsur
unsurnya!
Jawaban : Sesuai dengan pasal 7 dari peraturan Mentri Kesehatan No. 96 tahun 1997
yang mengatakan tentang iklan obat-obatan dan kosmetik, setiap iklan harus
mencantumkan etiket, jika iklan tersebut mencantumkan unsur-usurnya maka iklan
tersebut tidak bersifat pidana.
16. Apakah penerbit maupun pencetak dapat melepaskan diri dari
tuntutan hukum pidana. Berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Menurut pasal 61, penerbitan bisa dilepaskan dari tanggung jawab
terhadap tulisan yang bersifat pidana di dalam penerbitannya dengan syarat :
Kalau persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka ada pasal penampunya yaitu pasal
483, maka penerbitlah yang bertanggung jawab atas tulisan/iklan yang bersifat
pidana melalui pers itu. Pencetak juga bisa melepaskan diri dari tuntutan pidana asal
memenuhi syarat-syarat seperti pada penerbit. Dasar hukumnya pasal 62 KUHP.
Pencetak tidak perlu menyebutkan siapa pembuatnya, cukup siapa yang menyuruh
cetak barang itu. Perkataan menyuruh di sini adalah yang memberi perintah.
17. Mengapa dalam bidang penyiaran radio maupun TV tidak boleh
menggunakan modal asing?
Jawaban : Karena dalam bidang penyiaran merupakan sumber informasi rakyat atau
bisa disebut dari rakyat untuk rakyat sehingg jika ada campur tangan modal asing
maka ditakutkan penyiaran radio atau tv tersebut akan bertentangan dengan hukum
penyiaran diindonesia dan apa yang disiarkan bisa jadi tidak sesuai dengan
keinginan rakyat.
18. Apa sebab harus ada sanksi hukum dalam bidang penyiaran?
Jawaban : Sanksi diperlukan agar lembaga penyiaran tidak semena-mena
menyiarkan informasi yang tidak baik untuk public atau memprovokasi public
sehingga memicu aksi anarkis.
19. Sebutkan keunggulan dan kelemahan dalam penyiaran?
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 21 /
26
Jawaban :
Kelebihan penyiaran :
– Penayangan seketika
– Efek demonstrasi
– Kontrol Mudah
Kekurangan penyiaran :
– Relatif mahal
Jawaban : Dalam menyikapi adanya keberatan masyarakat terhadap pemberitaan maka pers
harus mengkoreksi pemberitaan tersebut sesuai dengan UU Republik Indonesia No 40 Tahun
1999, Bab I Pasal 1 ayat 12 Tentang Pers yang berbunyi “Hak Koreksi adalah hak setiap
orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers,
baik tentang dirinya maupun tentang orang lain”. Apabila informasi yang disampaikan pers
tidak benar maka masyarakat dapat memberikan sanggahan terhadap pemberiataan yang
merugikan tersebut sesuai dengan Pasal UU Republik Indonesia No 40 Tahun 1999, Bab I
Pasal 1 ayat 11 Tentang Pers yang berbunyi “Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang
merugikan nama baiknya” dan Bab II Pasal 5 ayat 2 yang bebunyi “Pers wajib melayani Hak
Jawab.
DAFTAR PUSTAKA
Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio
Komunitas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya
Ashadi Siregar. 2000. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2. Media Pers Dan
Negara: Keluar Dari Hegemoni.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada
[1] ________, Pedoman Jurnalistik Radio Seri 1 (Jakarta: Internews Indonesia, 2000), hlm.
1-2
[3] Eni Maryani, Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas (
Bandung: PT Remaja Rosda Karya: 2011),hlm.iii-vi
[6] Ashadi Siregar, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2, Media Pers Dan Negara:
Keluar Dari Hegemoni (November: 2000), hlm.2
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 24 /
26
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 25 /
26