Anda di halaman 1dari 26

HUKUM DAN REGULASI KOMUNIKASI

(KOM201)

Erman Anom

Universitas Esa Unggul


2020

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 0 / 26
Bahan Ajar 1

Mengapa mahasiswa Fikom harus belajar Hukum dan Regulasi Komunikasi?

Apa yang dimaksud dengan hukum?


 Sebagai perangkat peraturan
 Dibuat oleh penguasa
 Bentuknya bisa tertulis dan bisa tidak tertulis
 Bersifat memaksa
 Ada sanksi bagi pelanggarnya
 Ditujukan bagi aspek perilaku manusia
 Bertujuan menciptakan keamanan, ketertiban dan keadilan.

Apa pengertian hukum dan konteks komunikasi?


 Dimana ada hukum maka disitu ada masyarakat (dalam bahasa Latin: “Ubi ius ubi
societas” atau sebaliknya
 Dalam konteks komunikasi: Tidak ada hukum seandainya tidak ada proses
penyampaian pesan antar manusia (“Ubi communication ubi ius.”
 Menurut A. Muis : hubungan antara komunikasi dengan hukum menghasilkan dua
pengertian, yaitu komunikasi dan hukum komunikasi.

Apa yang dimaksud dengan etika?


 Etika berasal dari bahasa Yunani, yaitu, Ethikos (moral) dan Ethos (karakter).
 Sebagai upaya manusia menilai dan memutuskan suatu perbuatan atau sikap mana
yang baik dan buruk atau mana yang salah dan mana yang benar.
 Sebagai kata hati

Apa yang dimaksud dengan komunikasi?


 Proses seseorang atau beberapa orang, organisasi dalam menggunakan informasi agar
terhubung dengan lingkungan dan orang lain.
 Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, verbal, non verbal sepertio gerak-gerik
badan, menunjukkan sikap tertentu (senyum/ menggelengkan kepala)
 Harus dimengerti satu dengan yang lain

Bagaimana pengaturan etika pada umumnya?


 Dibuat oleh lembaga profesi
 Jelas pemberian sanksi
 Ditetapkan siapa yang menilai dan menjatuhkan sanksi

Apa perbedaan dan persamaan antara hukum dengan kode etik?

Perbedaan :

 Dari segi sifat : Hukum : Bersifat publik, memaksa, termasuk terhadap fisik, dan
dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga sedangkan Kod etik : Bersifat moral, mengatur,
tidak fisik, dan tidak dapat dilaksanakan oleh pihak ketiga
 Dari segi jangkauan : Hukum : mengikat semua warga Negara, sedangkan Kode etik :
ruang lingkup terbatas.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 1 / 26
 Dari segi prosedur : Hukum : harus dibuat oleh organ Negara, prosudural ketat,
dilaksanakan dan di awasi oleh Negara, sedangkan Kode etik : Di buat oleh organisasi
tertentu, diawasi dan dlaksanakan oleh Dewan Kehormatan.
 Dari segi tujuan : Hukum : untuk menjaga dan memelihara ketertiban dan memelihara
Ketertiban dan keamanan, sedangkan Kode etik : menegakkan martabat profesi

Persamaan :

 Keduanya sama-sama mengatur tentang perbuatan manusia supaya tercipta ketertiban


dan keharmonisan dalam masyarakat serta meningkatkan profesionalisme seseorang
dalam melakukan tugas yang diembannya.
 Mengabdi untuk kepentingan bangsa dan Negara, memperhatikan keselamatan dan
keamanan bangsa dan memperhatikan persatuan dan kesatuan bangsa.

Jenis-jenis sanksi atas pelanggaran kode etik :

 Peringatan biasa
 peringatan keras
 skorsing
 Pemecatan

Siapa yang berhak memberikan sanksi atas pelanggaran kode etik?


 Badan Kehormatan
 Dewan Kehormatan
 Majelis kode etik
 Propam
 Lembaga pengawasan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 2 / 26
Bahan Ajar 2

UU yang terkait dengan pers/komunikasi :

1. UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers


2. UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pblik (KIP)
3. UU No.32 Tahun 2002 tentang Penyiaran
4. UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)
5. UU No.25 Tahunn 2009 tentang Pelayanan Publik
6. UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
7. UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan praktek Monopoli dan Persainagn Usaha
Sehat
8. UU No.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta
9. UU No.13 Tahun 1997tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1989
tentang Paten, dll.

Hukum Komunikasi :

1. Sikap rasa hormat,


2. saling menghargai,
3. jujur dan tulus
4. Mendegar,
5. memahami,
6. mengerti menempati diri pada situasi kondisi yang dihadapi
7. Yang disampaikan dapat diterima, dimengerti
8. Keterbukaan dan transparansi
9. Rendah hati, mengakui kesalahan, tidak sombong

ETIK KOMUNIKASI :

1. Dari segi TUJUAN : mendapat informasi yang benar/dapat dipertanggungjawabkan


secara hukum dan moral.
2. Dari segi AKSI : supaya tercipta keharmonisan dalam masyarakat
3. Dari segi SARANA : memahami cara berkomunikasi yang baik dan benar.

Dasar-dasar Etika Komunikasi : 5W + 1 H


1. Menyadari kepada siapa kita berkomunikasi (nada suara, gerakan tubuh, pandangan
mata dll)
2. Mengetahui apa yang dikomunikasikan (penyesuaian dll)
3. Menyadari dimana kita berkomunikasi (situasi, adat, pesta dll)
4. Menyadari waktu terjadi komunikasi (sesuaikan waktu dll)
5. Mengetahui alasan mengapa kita berkomunikasi (pengarahan, tujuan dll)
6. Mengetahu bagaimana kita berkomunikasi (cara dll)

JENIS-JENIS KARAKTER MANUSIA :

1. Tegas
2. Santai
3. Gembira
4. Sensitip

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 3 / 26
BEBERAPA HAL YANG MEMPENGARUHI KARAKTER MANUSIA :

1. Pendidikan
2. Lingkungan
3. Budaya
4. Pergaulan hidup

FUNGSI MEDIA
1. Sarana mengkritik penguasa
2. Kontrol oleh masyarakat
3. wadah pembentuk perilaku dan bukan perangsang kekerasan/provokator
4. Ruang public
5. Audit gratis
6. Angkat aspirasi public
7. diskusi urusan politik, hukum dll
8. Pertukaran gagasan
9. Penyerap aspirasi politik

TANGGUNG JAWAB MEDIA


1. Sajikan berita yang benar,komprehensif dan cerdas berdasarkan etika
2. Selalu akurat dan tidak berbohong
3. Fakta dengan fakta
4. Pendapat murni pendapat
5. Hargai ukuran masyarakat yang sederhana dan modern
6. Bukan hanya menjadi sumber informasi tetapi memberikan solusi
7. Paham karakter di masyarakat
8. Tidak dramatisir
9. Mendidik masyarakat dan buka akses ke semua sumber informasi.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 4 / 26
Bahan Ajar 3

Kemerdekaan pers :
 perwujudan kedaulatan rakyat
 merupakan unsur yang sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang demokratis. Dalam kehidupan yang demokratis itu
 pertanggungjawaban kepada rakyat terjamin,
 sistem penyelenggaraan Negara yang transparan berfungsi,
 serta keadilan dan kebenaran terwujud.

Defenisi kemerdekaan pers menurut menurut UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers, diatur
dalam pasal 2.

Pers nasional dalam menjalankan fungsi, hak, kewajiban dan peranannya (Bab II, Pasal
2 hingga pasal 6), pers nasional ditiuntut
 profesional,
 terbuka dikontrol masyarakat dan
 menghormati hak asasi setiap orang.
 Pers nasional melayani hak jawab dan
 koreksi baik dari
 pemantau media maupun dari
 Dewan Pers.

Undang-undang No.40 Tahun 1999 tentang Pers :

Bab I : Ketentuan Umum (14 butir), Penjelasan tentang :


1. Pers
2. Perusahaan pers (Pasal 9 s/d pasal 13)
 Hak warga Negara
 Berbadan hukum
 Modal asing harus melalui pasar modal
 Wajib umumkan nama, alamat dan penanggung jawab secara terbuka melalui media
yang bersangkutan dan khusus penerbitan ditambah nama dan alamat percetakan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 5 / 26
 Tidak boleh memuat iklan yang merendahkan martabat suatu agama, yang
mengganggu kerukunan umat beragama, yang bertentangan dengan rasa kesusilaan,
berbau miniman keras, narkoba dan peragaan wijud rokok atau cara penggunaannya.
3. Kantor Berita
4. Wartawan (Pasal 1 butir (4),Pasal 7, pasal 8 dan pasal 10)
 Secara teratur melaksanakan kegiatan jurnalistik
 Bebas memilih organisasi
 Memiliki dan menaati Kode Etik Jurnalistik
 Mendapat perlindungan hukum
 Berhak atas kesejahteraan dan pembagian laba bersih dll
5. Organisasi pers (Pasal 7)
6. Pers nasional (Pasal 1 (6), Pasal 3)
7. Pers asing (Pasal 1 (7), Pasal 16)
8. Penyensoran (Pasal 4:2)
9. Pembredelan
10. Hak Tolak (Pasal 4:4,Tolak sebut nara sumber dan tolak memberi keterangan ke
penyidik)
11. Hak jawab (Pasal 8:2)
12. Hak Koreksi (Pasal 8 :3)
13. Kewajiban koreksi (pasal 5:3)
14. Kode Etik Jurnaslitik
Bab II : Asas, Fungsi, Hak, Kewajiban dan Peranan Pers ( 5 pasal, 15 ayat)

Bab III : Wartawan

Bab IV : Perusahaan pers ( 6 pasal, 9 ayat)

Bab V : Dewan Pers (1 pasal, 17 ayat)


Ab VI : Pers asing (1 pasal)

Bab VII : Peran serta masyarakat (1 pasal, 3 ayat)

Ab VIII : Ketentuan pidana (1 pasal, 3 ayat)Bab IX : Ketentuan peralihan ( 1 pasal, 2 ayat)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 6 / 26
Bab X : Ketentuan penutup ( 2 pasal, 3 ayat)

Pembahasan UU Pers :

Bab I s/d Bab II

Bab III :
Masalah kewartawanan atau profesi wartawan dalam UU No.40 Tahun 1999 tentang
Pers hanya memberi ruang satu bab (Bab III) dan 2 (dua) pasal, yaitu :

 Wartawan bebas memilih organisasi wartawan (Pasal 7 ayat 1)


 Wartawan memiliki dan mentaati kode etik jurnalistik (Pasal 7 ayat 2)
 Dalam melaksanakan profesinya wartawan mendapat perlindungan hukum (Pasal 8)
 Mendapat kesejahteraan perusahaan pers dalam bentuk kepemilikan saham dan
pembagian laba bersih serta kesejahteraan lainnya (Pasal 10)

Sampai saat ini masih banyak perusahaan pers yang tidak patuh pada UU No.40 Tahun
1999 tentang Pers.
 Perusahaan pers tidak berbentuk badan hukum Indonesia (Pasal 9 ayat 2)
 Tidak memberikan/kurang memperhatikan kesejahteraan wartawan dan karyawan pers
dalam bentuk kepemilikan saham dan atau pembagian laba bersih serta bentuk
kesejahteraan lainnya (Pasal 10)
 Tidak mencantumkan nama, alamat dan siapa penanggungjawab secara terbuka,
khusus pada penerbitan pers ditambah nama dan alamat percetakan (Pasal 12) .
 Masih ada berita yang merendahkan martabat suatu agama dan atau mengganggu
kerukunan hidup antar umat beragama, serta bertentangan dengan rasa kesusilaan
masyarakat (Pasal 13 huruf a)
 Iklan berupa peragaan wujud rokok dan atau penggunaan rokok (Pasal 13 huruf c)

Padahal dalam pasal 12 penjelasan pasal 12 UU No.40 Tahun 1999 tentang pers telah
dijelaskan siapa yang bertanggungjawab atas berita yang dianggap bermasalah secara hukum
itu (karya jurnalisitik), yaitu Penanggung jawab. Penanggung jawab yang dimaksud disini
adalah
 meliputi bidang usaha dan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 7 / 26
 bidang redaksi.

Selanjutnya dalam penjelasan pasal 18 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 dijelaskan : Dalam hal
pelanggaran pidana yang dilakukakan perusahaan pers, maka perusahaan tersebut diwakili
oleh penanggung jawab sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 12.

Dengan demikian tindakan kepolisian memanggil wartawan yang menuklis berita


“bermasalah secara hukum ” itu adalah tidak tepat karena setelah berita itu dimuat dimedia
atau disiarkan adalah sudah merupakan tanggungjawab penanggung jawab di bidang itu.

Dalam perkembangannya, ada juga media cetak yang memiliki lebih dari satu
penanggungjawab. Artinya setiap halaman ada penanggun jawabnya. Di media elektronik ada
juga yang disebut direktur utama, direktur, direktur penyiaran, kepala, kepala cabang, kabag
penhyiaran dll. Ada kalanya bila terjadi masalah hukum karya jurnalistik dalam media
elektronik baik itu radio, dunia masa maupun televisi, sering menjebak para hakim
menggunakan UU perseroan terbatas tanpa menghiraukan UU No.40 Tahun 1999 tentang
Pers.

Bab IV : Perusahaan Pers

Bab V : Dewan Pers

Dewan pers menurut pasal 15 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 tentang pers mempunyai 7
(tujuh) fungsi antara lain :

 melindungi kemerdekaan pers dari campur tangan pihak lain,


 melakukan pengkajian untuk mengembangkan kehidupan pers,
 menetapkan dan mengawasi pelaksanaan Kode Etik Jurnalistik,
 memberikan pertimbangan dan mengupayakan penyelesaian pengaduan masyarakat
atas kasus-kasus yang berhubungan dengan pemberitaan pers,
 mengembangkan komunikasi antara pers, masyarakat dan pemerintah, memfasilitasi
organisasi pers dalam menyusun peraturan-peraturan di bidang pers dan
 meningkatkan kualitas profesi kewartawanan dan mendata perusahaan pers.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 8 / 26
Bab VI : Pers Asing

Bab VII : Peran serta masyarakat

Bab VIII : Ketentuan Pidana

Dalam hal munculnya masalah hukum dalam pemberitaan pers, sampai hari ini masih aparat
penegak hukum mulai dari penyidik, penuntut umum dan hakim yang kurang memahami atau
sengaja tidak memahami pertangungjawaban secara hukum soal kasus pers seperti yang diatur
dalam UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers.

Bila ada masyarakat yang merasa dirugikan atas pemberitaan pers, ada yang menempuh
dengan cara menyampaikan hak jawab, hak koreksi dan ada juga yang melaporkan ke polisi.
Yang anehnya polisi yang menerima laporan setelah melakukan permintaan keterangan
terhapap pelapor dan para saksi, polisi lalu memanggil wartawan yang membuat berita
tersebut.

Ketentuan pidana seperti yang diatur dalam pasal 18 ayat 1 hingga ayat 3 UU No.40 Tahun
1999 tentang pers masih menjadi perdebatan antara insane pers dengan korban pers. Di satu
pihak insane pers menganngap dirinya cukup membayar denda saja sedangkan korban pers
menginginkan supaya pelaku pemberitaan pers itu dipenjarakan. Dari fakta ini semuanya
kembali kepada aparat penegak hukum yang selalu berpedoman pada ketentuan yang ada.

Aparat penegak hukum harus dapat membedakan mana karya jurnalsitik, mana karya sastra
dan mana karya yang bukan jurnaslitik atau tergolong pidana murni.

Bab IX : Ketentuan Peralihan

Perusahaan pers yang sudah ada sebelum diundangkannya undang-undang ini, wajib
menyesuaikan diri dengan ketentuan undang-undang ini dalam waktu selambat-lambatnya 1
(satu) tahun sejak diundangkannya undang-undang ini, hal itu telah secara tegas diatur dalam
Bab IX, Pasal 19 ayat (2) UU No.40 Tahun 1999 tentang Pers

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 9 / 26
Bab X : Ketentuan Penutup

Peran serta masyarakat (pasal 17) dalam melakukan kegiatan mengembangkan kemerdekaan
pers hingga kini belum maksimal. Pengaturan lebih rinci tentang peran masyarakat dalam UU
ada baiknya diperjelas baik hak dan kewajibannya.

Ketentuan pidana seperti yang diatur dalam pasal 18 ayat 1 hingga ayat 3 UU No.40 Tahun
1999 tentang pers masih menjadi perdebatan antara insane pers dengan korban pers. Di satu
pihak insane pers menganngap dirinya cukup membayar denda saja sedangkan korban pers
menginginkan supaya pelaku pemberitaan pers itu dipenjarakan. Dari fakta ini semuanya
kembali kepada aparat penegak hukum yang selalu berpedoman pada ketentuan yang ada.
Aparat penegak hukum harus dapat membedakan mana karya jurnalsitik, mana karya sastra
dan mana karya yang bukan jurnaslitik atau tergolong pidana murni.

Bahan Ajar 4

Konsep Hukum Media Massa di Indonesia

1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan media di Indonesia saat ini sudah semakin maju. Dunia cetak perlahan-lahan
mulai beralih ke dunia digital dan elektronik. Semakin banyaknya perusahaan-perusahaan
media memperlihatkan kemajuan yang sangat pesat di dunia media massa. Sayangnya
perkembangan media saat ini di Indonesia tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan
pendidikan manusianya.

Kemerdekaan pers yang belum lama dinikmati oleh masyarakat pers di Indonesia, ternyata
sudah mendapatkan kritikan yang tajam dimana-mana. Begitu banyak media massa baru
diluncurkan dalam jangka waktu yang sangat singkat. Banyak media yang dituduh hanya
memfokuskan pada hal-hal yang sensasional dan tidak mengindahkan kode etik jurnalistik
yang mendasar. Jurnalisme yang tidak bertanggungjawab dipersalahkan sebagai salah satu
penyebab banyaknya konflik di Indonesia. Masyarakat dan politisi kini sepakat menuntut
bahwa media harus lebih bertanggungjawab.

Sebuah hukum membantu media untuk memfokuskan diri pada tanggungjawab ini. Hukum
itu memuat aturan-aturan yang sudah diuji coba dan telah dikembangkan untuk memastikan
tingkat ketepatan, keseimbangan dan keadilan yang tertinggi. Hukum tersebut membantu
media untuk menjaga kredibilitasnya.[1]

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 10 /
26
2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana perkembangan media massa di Indonesia?


2. Apa hukum media massa di Indonesia di Indonesia?
3. Bagaimana konsep hukum media massa di Indonesia?

3. Tujuan

Penulisan makalah ini bertujuan untuk menemukan konsep hukum media massa di Indonesia.
Serta diharapkan dapat menambah wawasan keilmuan bagi penulis dan pembaca.

Bahan Ajar 5

1. Teori Media Massa


2. Hukum Media Massa

Media Massa di Indonesia

Media massa di Indonesia terdiri dari beberapa kategori, antara lain media cetak dan
elektronik. Dalam perkembangannya, media massa tak hanya memberikan konsumsi
informasi kepada khalayak atau massa, tetapi juga pendidikan dan hiburan. Saat ini, media
massa berbasis elektronik telah menjamur di berbagai kalangan.

Pada massa sebelum kemerdekaan, media massa dijadikan sebagai alat propaganda
pemerintahan. Sebagai pengemban misi politik untuk melemahkan semangat gerakan
kebangsaan, mempengaruhi, dan memecah belah pemimpin pergerakan, serta merenggangkan
hubungan rakyat dengan para pemimpin pergerakan kebangsaan.[2]

Dalam konteks Indonesia, pada masa Orde Baru, media massa dipasung seperti kerbau yang
dicocok hidungnya. Namun sejak Orde Baru tumbang, pengelola media menemukan era
keterbukaan yang tidak pernah ada sebelumnya. Secara umum, perubahan peran media massa
Indonesia yang terjadi dari era Orde Baru ke era Reformasi ini ditandai oleh beberapa hal:

Masa transisi yang hingga kini belum tuntas. Pada Orde Baru, pers kita ditekan oleh
pemerintah yang otoriter, meski ada unsur tanggung jawab sosial, pembangunan, religius, dan
sekaligus liberal.

Media massa kita kini powerful, saking bebasnya sering melampaui batas (gosip, melanggar
privasi, dsb). UU Penyiaraan muncul setelah munculnya stasiun-stasiun TV swasta, begitu
juga KPI (Komisi Penyiaran Indonesia), sehingga meskipun UU itu terasa semakin penting
dan peran KPI semakin besar, tetap saja ada kesan bahwa media TV lebih berkuasa daripada
pemerintah yang mengeluarkan UU Penyiaran tersebut dan KPI, terlalu banyak acara TV
yang tidak mendidik dan remeh.

Harus kita akui bahwa era Reformasi juga membawa dampak positif kepada masyarakat,
selain dampak negatifnya. Misalnya, media bisa menggalang bantuan untuk para korban
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 11 /
26
bencana seperti dalam bencana tsunami di Aceh dan Mentawai serta bencana letusan gunung
berapi. Lebih penting lagi, media massa sering melaporkan langsung unjuk rasa masyarakat,
termasuk mahasiswa, untuk menuntut perbaikan atau menuntut pejabat berwenang untuk
mundur, meskipun tuntutan itu tidak selalu direspon positif.

Era Informasi memang ditandai dengan demokratisasi yang berkembang di berbagai negara,
terutama di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dalam konteks inilah, studi-studi
kritis mengenai bagaimana peran media dalam masyarakat sedang berkembang menjadi
penting. Dengan ideologi nothing to lose media nonkomersial tampaknya lebih berani
berpihak kepada rakyat daripada media komersial.[3]

Hukum Media Massa di Indonesia

Media massa merupakan salah satu lembaga penting dalam ikut mencerdasakan serta
membangun kehidupan bangsa, dan hanya dapat terlaksana bila media massa memahami
tanggungjawab profesinya serta norma hukum guna meningkatkan peranan sebagai penyebar
infpormasi yang obyektif, menyalurkan aspirasi rakyat, memperluas komunikasi dan
partisipasi masyarakat, terlebih lagi melakukan control sosial terhadap fenomena yang timbul
berupa gejala-gejala yang dikhawatirkan dapat memberi suatu dampak yang negatif. Ketika
media massa masuk dalam ranah sosial maka media massa perlu diatur untuk menjamin
kontribusinya terhadap kebaikan publik. Struktur hukum dan kebijakan adalah aturan main
yang harus disepakati supaya media dan masyarakat mendapatkan ranah jaminan hukum yang
pasti.

Bahan Ajar 6

UU yang mengatur media massa, antara lain UU Pers No.40 Tahun 1999

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan :

1. Pers adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang

melaksanakan kegiatan jurnalistik meliputi mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan,


mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan
gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media
cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 12 /
26
2. Perusahaan pers adalah badan hukum Indonesia yang menyelenggarakan usaha pers
meliputi perusahaan media cetak, media elektronik, dan kantor berita, serta perusahaan
media lainnya yang secara khusus menyelenggarakan, menyiarkan, atau menyalurkan
informasi.
3. Kantor berita adalah perusahaan pers yang melayani media cetak, media elektronik,
atau media lainnya serta masyarakat umum dalam memperoleh informasi.
4. dst.-tercantum di lampiran

BAB II

ASAS, FUNGSI, HAK, KEWAJIBAN DAN

PERANAN PERS

Pasal 2

Kemerdekaan pers adalah salah satu wujud kedaulatan rakyat yang berasaskan prinsip-prinsip
demokrasi, keadilan, dan supremasi hukum.

Pasal 3

1. Pers nasional mempunyai fungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan, dan
kontrol sosial.
2. Disamping fungsi-fungsi tersebut ayat (1), pers nasional dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi.

Pasal 4

1. Kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi warga negara.


2. Terhadap pers nasional tidak dikenakan penyensoran, pembredelan atau pelarangan
penyiaran.
3. Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.
4. Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan
mempunyai Hak Tolak.

Pasal 5

1. Pers nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan

menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas praduga

tak bersalah.

2. Pers wajib melayani Hak Jawab.


3. Pers wajib melayani Hak Tolak.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 13 /
26
Pasal 6

Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut :

1. memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui;


2. menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum,
dan

Hak Asasi Manusia, serta menghormat kebhinekaan;

1. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar;
2. melakukan pengawasan, kritik, koreksi, dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan

kepentingan umum;

1. memperjuangkan keadilan dan kebenaran.[4]

UU Penyiaran No.32 Tahun 2002

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1. Siaran adalah pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara dan
gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif maupun
tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran.
2. Penyiaran adalah kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau
sarana transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan menggunakan spektrum
frekuensi radio melalui udara, kabel, dan/atau media lainnya untuk dapat diterima
secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima siaran.
3. Penyiaran radio adalah media komunikasi massa dengar, yang menyalurkan gagasan
dan informasi dalam bentuk suara secara umum dan terbuka, berupa program yang
teratur dan berkesinambungan.
4. Penyiaran televisi adalah media komunikasi massa dengar pandang, yang
menyalurkan gagasan dan informasi dalam bentuk suara dan gambar secara umum,
baik terbuka maupun tertutup, berupa program yang teratur dan berkesinambungan.
5. dst, tercantum di lampiran

BAB II

ASAS, TUJUAN, FUNGSI, DAN ARAH

Pasal 2
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 14 /
26
Penyiaran diselenggarakan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian hukum,
keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian, kebebasan, dan tanggung jawab.

Pasal 3

Penyiaran diselenggarakan dengan tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya


watak dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan bangsa,
memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka membangun masyarakat yang mandiri,
demokratis, adil dan sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Pasal 4

(1) Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi sebagai media
informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial.

(2) Dalam menjalankan fungsi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), penyiaran juga
mempunyai fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Pasal 5

Penyiaran diarahkan untuk :

1. menjunjung tinggi pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai agama serta jati diri bangsa;
3. meningkatkan kualitas sumber daya manusia;
4. menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa;
5. meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin nasional;
6. menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran aktif masyarakat dalam
pembangunan nasional dan daerah serta melestarikan lingkungan hidup;
7. mencegah monopoli kepemilikan dan mendukung persaingan yang sehat di bidang
penyiaran;
8. mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat, mewujudkan pemerataan,
dan memperkuat daya saing bangsa dalam era globalisasi;
9. memberikan informasi yang benar, seimbang, dan bertanggung jawab;
10. memajukan kebudayaan nasional. [5]

Bahan Ajar 7

UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Pblik (KIP)

Bahan Ajar 8

UU No.11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 15 /
26
Bahan Ajar 9

UU No.25 Tahunn 2009 tentang Pelayanan Publik

Bahan Ajar 10

UU No.12 Tahun 1997 tentang Hak Cipta

Bahan Ajar 11

UU No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Bahan Ajar 12

UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan praktek Monopoli dan Persainagn Usaha
Sehat

Bahan Ajar 13

Konsep Hukum Media Massa

Berdasarkan UU Pers No.40 Tahun 1999 dan UU Penyiaran No.32 Tahun 2002, dapat
diperoleh beberapa konsep hukum media massa, antara lain:

Dalam posisinya sebagai lembaga sosial, media massa berinteraksi dengan lembaga sosial
lain. Ia mempengaruhi dan dipengaruhi lembaga lain. Dalam keadaan beginilah ia memiliki
regulasi. Regulasi ini bisa saja berbentuk peraturan pemerintah, keputusan pemerintah, dan
undang-undang (UU). Regulasi yang berupa UU inilah yang kemudian disebut hukum media
massa.

Bila dilihat lebih jauh, sebenarnya tujuan hukum media massa bisa dikelompokkan menjadi,
pertama, untuk mengendalikan media massa. Dalam konteks ini, hukum media massa
merupakan instrumen untuk membatasi media massa agar tidak melenceng dari keinginan,
misalnya pemerintah. Pada titik inilah hukum media massa disebut memiliki karakter politik.

Kedua, untuk mengatur media massa agar berperilaku wajar sesuai dengan keinginan
masyarakat. Agar media massa tidak merugikan masyarakat. Dalam konteks inilah hukum
media massa disebut memiliki karakter sosial.

Hukum media massa biasanya dijabarkan melalui pasal-pasal yang terdapat dalam UU. Pasal
tersebut biasanya berkaitan dengan keberadaan organisasi media massa. Kendati begitu,
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 16 /
26
organisasi media massa tidak bisa dikenakan tindakan hukum. Sebab, hanya person yang bisa
dikenakan tindakan hukum. Dengan kata lain, kalau ada organisasi media massa yang
dianggap melanggar pasal-pasal dalam UU, maka yang bisa dikenakan tindakan hukum
adalah individu yang menjadi penanggungjawab media massa tersebut.

Sebagai individu, wartawan bisa dikenakan tindakan hukum bila dia melanggar beberapa
pasal yang terdapat dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP). Dengan begitu,
hukum kita memperlihatkan bahwa ada tindakan profesional awak media massa yang bisa
digolongkan sebagai pelanggaran hukum. Kalau seorang wartawan sudah dianggap melanggar
hukum, maka dia bisa dikenai ancaman pidana.

Sebelum berharap terlalu banyak pada media massa, cobalah bersikap realists. Betul, bahwa
institusi media massa sebagai faktor yang mempengaruhi khalayaknya. Akan tetapi dengan
cara pandang lain juga bisa dilihat media massa sebagai cermin dari masyarakat, sebab dia
tidak berada di ruang hampa. Bahkan keberadaannya ditentukan oleh kualitas masyarakat
yang melingkupinya.[6]

Hukum media massa hendaklah dilihat dalam dua aspek, yaitu pertama, menjamin awak
media massa melaksanakan semua kegiatan profesionalisme mereka; dan kedua, melindungi
masyarakat dari dampak negatif media massa. Ini memperlihatkan kepada kita bahwa hukum
media massa sekarang hendaklah berada dalam kedua kerangka tersebut. Apa pun nama
UUnya, ia haruslah menjamin hak media melakukan kegiatan profesionalisme dan
melindungi masyarakat dari dampak negatif media massa.

Bahan ajar 14

Hukum&Regulasi Komunikasi

1. Terangkan oleh saudara pengertian dan unsur unsur Delik Pers dan
unsur apa yang paling menentukan agar dapat disebut sebagai Delik
Pers!
Jawaban : Delik Pers adalah pernyataan pikiran atau perasaan yang dapat dijatuhi
pidana dimana untuk penyelesaian membutuhkan publikasi melalui barang cetakan.
Unsur unsur Delik Pers :

 Ada pernyataan pikiran atau perasaan


 Bersifat pidana
 Melalui barang cetakan
 Publikasi
 Dengan maksud di ketahui oleh umum

2. Buatkan 3 contoh kasus aktual tentang Delik Pers!


Jawaban : Contoh Kasus delik pers ,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 17 /
26
 Fadli PNS di Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gowa didakwa
melakukan pencemaran nama baik dengan ancaman hukuman 6 tahun penjara.
Kritik itu antara lain menyebutkan sang bupati tidak inovatif, terlalu
berorientasi uang, dan tidak jelas pembagian komisi dalam mengelola kawasan
wisata, Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Senin (29/12/2014).
 Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah menahan dua orang
yang diduga telah menghina Walikota Tegal Siti Mashita melalui laman jejaring
sosial Facebook."Setelah dilakukan penyelidikan ternyata benar ditemukan
konten dalam sebuah akun Facebook yang isinya penghinaan," kata Direktur
Reserse Kriminal Khusus Polda Jawa Tengah Komisaris Besar Djoko
Purbohadijoyo di Semarang, Jumat (10/10/2014).
 PT Bank Ekonomi beberapa waktu lalu telah dilaporkan ke Kepolisian oleh
salah satu nasabahnya yaitu Sanny Suharli terkait dugaan tuduhan pencemaran
nama baik. Sanny menjelaskan persoalan pencemaran nama baik bermula
ketika Jopie Jusuf salah satu staf Bank Ekonomi yang memberhentikan L/C
yang diajukan oleh nasabah atas nama Sanny Suharli. Pemberhentian L/C yang
berimbas pada pemberhentian fasilitas perbankan Sanny Suharli oleh pihak
Bank mendapatkan protes dari Sanny Suharli yang tercatat sudah 2 tahun
menjadi nasabah. Pada akhirnya surat klarifikasi pun dikirimkan kepada Divisi
Penilaian Perusahaan Sektor Jasa Bursa Efek Indonesia tertanggal 8 November
2013 bernomor 039/DIR-BEI/XI/2013. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa
pemberhentian fasilitas perbankan Sanny Suharli dilakukan setelah melalui
beberapa kajian. “Surat Bank Ekonomi yang dipublikasikan melalui website
Bursa Efek Indonesia adalah sebuah tindakan pembenaran yang dilakukan oleh
Antoni Colin Turner dan Gimin Sumalim. Mereka membuat seolah-olah Saya
yang salah dalam pesoalan ini,” papar Sanny.

3. Apa perbedaannya Delik Pers dengan Delik Penyebaran dan berikan 2


contoh kasus aktual tentang Delik Penyebaran?
Jawaban : Perbedaan delik pers dengan delik penyebaran adalah :

 Dari Sumber rumusannya : Delik Pers sumber rumusannya adalah doktrin


dan yurisprodensi sebaliknya, Delik penyebaran sumber rumusannya adalah
KUHP. Delik Penyebaran adalah perbuatan menyiarkan/ mengumumkan/
memperdengarkan/ menempelkan gambar, tulisan yang bersifat pidana di
tempat tempat umum.
 Dari Pertanggung jawaban : Delik Pers menganut pertanggung jawaban
tunggal (single responsibilite) sebaliknya, Delik Penyebaran menganut asas
“Peelneming” artinya “tidak cukup satu orang yang bertanggung jawab akan
tetapi ada beberapa orang”.

Contoh kasus delik penyebaran :

 Kasus Pemerasan dengan Ancaman Penyebaran Video Pribadi ke Internet


Beberapa Orang.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 18 /
26
 Kasus Pencemaran nama baik dengan menyebarkan berita-berita negative
terkait seseorang dengan menggunakan media massa.

4. Hak intelektual (Intelektual Right) termasuk hak kebendaan apa?


Jawaban : Hak intelektual adalah hak kebendaan tapi tak berwujud / hak semata-
mata penciptanya dibidang seni, sastra, dan ilmu pengetahuan seperti hak cipta &
hak paten kalau ingin dipindahkan ke pemilikannya harus ke akte notaris.
5.Apakah perbedaan hak kebendaan berwujud dan hak tak berwujud?
Jawaban : Perbedaannya adalah

 Hak kebendaan berwujud adalah kebendaan yang dapat dilihat dengan mata
dan diraba oleh panca indra. Penyerahan kebendaan bergerak yang berwujud
cukup dilakukan dengan penyerahan yang nyata dari tangan ke tangan. Jika
benda berwujud itu benda tidak bergerak, pemindah tangannya harus
dilakukan dengan balik nama.
 Hak kebendaan tak berwujud adalah segala macam hak seperti : hak cipta, hak
merek dagang, dan lain-lain. Berdasarkan KUHPerdata mengenal barang-
barang yang tidak berwujud yang merupakan bagian dari harta kekayaan
seseorang, yang juga bernilai ekonomi.

6. Apakah hak cipta itu dapat dipindah tangankan atau dipindah alihkan?
kalau dapat bagaimana caranya?
Jawaban :

 Pemindahan hak atas pendaftaran ciptaan, yang terdaftar menurut pasal 39


yang terdaftar dalam satu nomor, hanya diperkenankan jika seluruh ciptaan
yang terdaftar itu dipindahkan haknya kepada penerima hak.
 Pemindahan hak tersebut dicatat dalam daftar umum ciptaan atas
permohonan tertulis dari kedua belah pihak atau dari penerima hak dengan
dikenai biaya.
 Pencacatan pemindahan hak tersebut diumumkan dalam berita resmi ciptaan
oleh direktorat jendral.

7. Apakah perlu ada pemisahan pers untuk orang dewasa dan anak anak
dari segi bisnis perusahaan pers?
Jawaban : Perlu ada pemisahan pers yang mengatur tentang ketentuan-ketentuan
yang bertujuan melindungi kepentingan anak-anak dan orang dewasa terhadap
kegiatan pers yang bisa merusak moral.
8. Apakah ada kemerdekaan pers dalam negara yang otoriter?
Jawaban : Tidak ada kemerdekaan pers dalam Negara otoriter karena fungsi pers
ialah menyokong tujuan revolusi dan semua surat kabar menjadi kabar juru bicara
resmi pemerintah, hanya pers yang mendukung revolusi yang dibolehkan hidup.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 19 /
26
9. Dari tiga cara negara untuk mengatur kemerdekaan pers yang berlaku
di masing masing negara mana yang paling efektif dan apa alasannya
berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Cara ketiga adalah yang paling efektif yaitu “Mencoba menggabungkan
cara pertama dengan cara kedua yang disebut pengaturan system campuran” dengan
menggunakan cara ketiga maka Negara bisa mengatur perusahaan pers dan
membatasi ruang gerak perusahaan pers sehingga perusahaan pers tidak menjadi
bumerang bagi Negara dan dengan cara ketiga juga bisa menguntungkan kedua belah
pihak antara Negara dan perusahaan pers tersebut dalam berbagai aspek social.
10. Andai kata tidak dapat dipisahkan fungsi sosial dan fungsi bisnis.
Menurut saudara manakah yang harus dikedepankan oleh perusahaan
pers untuk kesejehteraan rakyat
Jawaban : Yang harus dikedepankan adalah fungsi social karena perusahaan pers
yang baik adalah pro rakyat dan mengedepankan kepentingan rakyat sehingga
perusahaan pers tersebut harus dibangun oleh rakyat bukan oleh Negara dan
perusahaan pers yang dibangun tidak untuk mengejar provit semata.
11. Mengingaat fungsi film itu sebagai informasi dan hiburan, apakah
setiap film yang akan dipertontonkan itu harus di sensor terlebih dahulu.
Berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Jika merujuk kepada peraturan ordonansi film stb No. 507-1940 semua
film baik ukuran 16 mili dan 35 mili harus disensor terlebih dahulu sebelum
dipertontonkan untuk umum karena pengaruh film sangat besar pada masyarakat
maka sangat diperlukan oleh Negara-negara untuk melakukan sensor terhadap
semua film dengan tujuan untuk melindungi masyarakat dari akibat yang dapat
merusak moral,gangguan ketertiban umum,dan kejahatan.
12. Mana yang lebih luas pengaruhnya terhadap masyarakat antara film
atau media massa cetak. Berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Film lebih luas pengaruhnya terhadap masyarakat karena film merupakan
entertainment bagi masyarakat dibandingkan dengan media massa yang hanya
berupa informasi, sehingga apa yang ditanyangkan oleh film tersebut terkadang
menjadi motivasi bagi masyarakat untuk berperilaku dan juga intensitas masyarakat
mengkonsumsi film lebih tinggi dibanding media massa perharinya.
13. Menurut saudara apabila dikaitkan dengan sistem hukum pengaturan
dibidang perfilman mana yang lebih baik Classic Liberal Conception,
Public Corporation atau Variant. Berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Variant merupakan pengaturan bidang perfilman yang baik karena
melibatkan pemerintah dan pihak swasta dalam memproduksi film walaupun pihak
swata bisa menguasai bidang perfilman namun tetap dalam naungan peraturan
pemerintah yang merujuk kepada ordonansi film yang mengatur layak atau tidaknya
film yang diproduksi oleh pihak swasta sebelum dipertontonkan umum.
14. Sebutkan sumber sumber hukum yang berkaitan dengan periklanan!
Jawaban : Sumber-sumber hukum periklanan :

 UU Pokok Pers (UU No. 21 Tahun 1982)


Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 20 /
26
 pasal 61 ayat 2 KUHP dan pasal 483 KUHP
 pasal 484 KUHP dan pasal 62 KUHP
 pasal 7 dari Peraturan Mentri Kesehatan No. 96 tahun 1997
 Pasal 37 : Bahwa periklanan kosmetik dan alat-alat kesehatan tidak boleh
berlebih-lebihan yang dapat menyesatkan pihak konsumen.
 Pasal 38 : Bahwa mengiklankan kosmetik dan alat-alat kesehatan dilarang jika
belum terdaftar atau kalimat yang dipergunakan dalam advertensi tidak sesuai
dengan ketentuan yang diberikan pada waktu mendaftar.

15. Apakah iklan itu dapat bersifat pidana, jika iya sebutkan unsur
unsurnya!
Jawaban : Sesuai dengan pasal 7 dari peraturan Mentri Kesehatan No. 96 tahun 1997
yang mengatakan tentang iklan obat-obatan dan kosmetik, setiap iklan harus
mencantumkan etiket, jika iklan tersebut mencantumkan unsur-usurnya maka iklan
tersebut tidak bersifat pidana.
16. Apakah penerbit maupun pencetak dapat melepaskan diri dari
tuntutan hukum pidana. Berikan argumentasi saudara!
Jawaban : Menurut pasal 61, penerbitan bisa dilepaskan dari tanggung jawab
terhadap tulisan yang bersifat pidana di dalam penerbitannya dengan syarat :

 Penerbit dapat menyebut identitas orang yang menyuruh terbit/cetak


(nama dan tempat tinggalnya)
 Dapat menghadirkan orang tersebut pada pemeriksaan pertama.
 Pembuat (penulis, pemotret) harus dapat dituntut pada waktu diterbitkan.
 Pembuat harus bertempat tinggal di Indonesia.

Kalau persyaratan tersebut tidak terpenuhi maka ada pasal penampunya yaitu pasal
483, maka penerbitlah yang bertanggung jawab atas tulisan/iklan yang bersifat
pidana melalui pers itu. Pencetak juga bisa melepaskan diri dari tuntutan pidana asal
memenuhi syarat-syarat seperti pada penerbit. Dasar hukumnya pasal 62 KUHP.
Pencetak tidak perlu menyebutkan siapa pembuatnya, cukup siapa yang menyuruh
cetak barang itu. Perkataan menyuruh di sini adalah yang memberi perintah.
17. Mengapa dalam bidang penyiaran radio maupun TV tidak boleh
menggunakan modal asing?
Jawaban : Karena dalam bidang penyiaran merupakan sumber informasi rakyat atau
bisa disebut dari rakyat untuk rakyat sehingg jika ada campur tangan modal asing
maka ditakutkan penyiaran radio atau tv tersebut akan bertentangan dengan hukum
penyiaran diindonesia dan apa yang disiarkan bisa jadi tidak sesuai dengan
keinginan rakyat.
18. Apa sebab harus ada sanksi hukum dalam bidang penyiaran?
Jawaban : Sanksi diperlukan agar lembaga penyiaran tidak semena-mena
menyiarkan informasi yang tidak baik untuk public atau memprovokasi public
sehingga memicu aksi anarkis.
19. Sebutkan keunggulan dan kelemahan dalam penyiaran?
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 21 /
26
Jawaban :
Kelebihan penyiaran :

– Jangakauan sangat luas

– Penayangan seketika

– Gabungan gambar, suara dan warna

– Efek demonstrasi

– Penentuan waktu pentayangan mudah

– Kontrol Mudah
Kekurangan penyiaran :

– Cepat lewat, frekuensi tinggi

– Relatif mahal

– Tidak ada segmentasi pirsawan

– Keterangan dan pesan harus pendek

– Produksi materi lama dan mahal


20. Sering terjadi kekerasan pers, penganiayaan bahkan pembunuhan
terhadap wartawan. Jelasnya subjek pemberitaan tidak puas terhadap
pers. Apa factor penyebabnya? Langkah dan tindakan apa yang harus
dilakukan?
Jawaban : Beberapa factor penyebab terjadinya kekerasan terhadap wartawan mulai
dari subjek pemberitaan yang merasa para wartawan telah bermetamorfosa menjadi
ke dalam wujud pembangkangan yang tak pernah mereka kenal sebelumnya, para
preman bayaran para pemodal yang reputasi majikannya ternodai pemberitaan
media, sampai kelompok-kelompok masyarakat yang sekadar marah dengan isi
media. Langkah yang harus diambil Indonesia sebagai Negara demokrasi
adalah menjamin kemerdekaan pers melalui Pasal 4 UU No 40 Tahun 1999 tentang
Pers menegaskan kemerdekaan pers dijamin sebagai hak asasi manusia. Pers
nasional tidak dikenai penyensoran, pemberedelan, atau pelarangan penyiaran.
Untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari,
memperoleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi. Pasal tersebut dengan
tegas memberi hak kepada pers untuk melaksanakan tugas jurnalistiknya. Pemberian
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 22 /
26
hak itu sekaligus sebagai jaminan kepada wartawan dalam melaksanakan tugasnya
tanpa ada rasa takut. Karena itu, kasus-kasus kekerasan dan berbagai bentuk
ancaman terhadap wartawan dalam melaksanakan tugasnya merupakan pelanggaran
hukum. Perlindungan hukum untuk wartawan juga dipertegas dalam Pasal 8 UU No
40 Tahun 1999 tentang Pers. Pasal itu menegaskan dalam melaksanakan profesinya
wartawan mendapat perlindungan hukum. Di dalam konteks hak asasi manusia
(HAM), perlindungan terhadap wartawan menjadi bagian dari HAM yang berkaitan
dengan tugas jurnalistik. Itu artinya perlindungan hukum terhadap wartawan hanya
berlaku saat ia melaksanakan tugas jurnalistik. Jadi, UU tentang Pers hanya
menjamin wartawan terbebas dari berbagai kasus kekerasan selama yang
bersangkutan melaksanakan tugas jurnalistik. Di luar tugas, wartawan dinilai sama
dengan warga negara lainnya. Namun, bukan berarti wartawan saat tidak bertugas
dapat diperlakukan semena-mena. Sebagai warga negara, wartawan tetap mendapat
perlindungan sebagaimana dijamin dalam UUD 1945 dan UU tentang HAM. Dengan
demikian, wartawan baik saat bertugas maupun tidak bertugas tetap mendapat
perlindungan hukum. Karena itu, semua bentuk kekerasan terhadap wartawan
merupakan pelanggaran hukum yang pelakunya harus ditindak. Bahkan kekerasan
terhadap wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistik merupakan ancaman
terhadap kemerdekaan pers.
21. Bentangkan perbedaan media broadcasting dengan media cetak?
Serta apa sebab harus ada pengkhususan dalam pengaturan media
broadcasting?
Jawaban : Broadcasting dalam bahasa Inggris diartikan pengiriman program oleh
media radio dan televisi(the sending out programmes by radio or television). berasal
dari kata kerja to broadcast yang diartikan sebagai alat berbicara atau menampakkan
diri di radio atau televisi (to speak or appear on radio or television). Di samping
itu, broadcaster merupakan sebutan professional untuk orang yang bertugas
mengirim program di radio dan televisi. Dalam kamus lain, broadcasting diartikan
sebagai siaran radio dan televisi atau media penyiaran. Dengan demikian, menyebut
media penyiaran maka yang dimaksud adalah televisi dan radio, yaitu dua media
komunikasi yang menggunakan spectrum frekuensi untuk menyampaikan program
dalam bentuk gabungan suara atau suara saja(Masduki,2007:01). Media
cetak adalah kumpulan berbagai media informasi yang dibuat (diproduksi) dan
disampaikan kepada khalayak sasaran (pembaca) melalui tulisan (cetakan) dan
seringkali disertai gambar sehingga dapat dilihat dan dibaca. Informasinya bisa
bersifat umum (berita umum), bisa juga khusus (majalah profesi, buletin keilmuan,
newsletter, dan sebagainya). Ada pula media yang hanya memuat informasi
komersial (iklan) ataupun campuran dari keduanya, seperti halnya koran dan
majalah. Informasi itu (yang umum maupun yang komersial) hanya akan sampai
pada khalayak sasaran atau target audience bila sasaran melihat atau membacanya.
Dengan demikian sasaran harus “aktif”. Dengan kata lain, sasaran harus (mau)
membacanya(Agus S.Madjadikara,1992:12).
Pengaturan broadcasting atau pengawasannya dikontrol oleh KPI (Komisi Penyiaran
Indonesia) dibawah UU NO.32 tahun 2002 tentang penyiaran dan jauh lebih ketat
dibandingkan dengan media cetak karena pengaruh broadcasting lebih besar
terhadap public, oleh sebab itu hampir semua Negara melakukan sensor terhadap
media broadcasting demi melindungi public dari akibat yang dapat merusak moral
dan menggangu ketertiban umum.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id 23 /
26
22. Bagaimanakah seharusnya pers mengambil sikap terhadap adanya keberatan
masyarakat terhadap berita yang disiarkan dan bagaimana pula seharusnya
masyarakat menyikapi ketidak benaran informasi yang disampaikan oleh pers?

Jawaban : Dalam menyikapi adanya keberatan masyarakat terhadap pemberitaan maka pers
harus mengkoreksi pemberitaan tersebut sesuai dengan UU Republik Indonesia No 40 Tahun
1999, Bab I Pasal 1 ayat 12 Tentang Pers yang berbunyi “Hak Koreksi adalah hak setiap
orang untuk mengoreksi atau membetulkan kekeliruan informasi yang diberitakan oleh pers,
baik tentang dirinya maupun tentang orang lain”. Apabila informasi yang disampaikan pers
tidak benar maka masyarakat dapat memberikan sanggahan terhadap pemberiataan yang
merugikan tersebut sesuai dengan Pasal UU Republik Indonesia No 40 Tahun 1999, Bab I
Pasal 1 ayat 11 Tentang Pers yang berbunyi “Hak Jawab adalah seseorang atau sekelompok
orang untuk memberikan tanggapan atau sanggahan terhadap pemberitaan berupa fakta yang
merugikan nama baiknya” dan Bab II Pasal 5 ayat 2 yang bebunyi “Pers wajib melayani Hak
Jawab.

DAFTAR PUSTAKA

________. 2000. Pedoman Jurnalistik Radio Seri 1. Jakarta: Internews Indonesia

Maryani, Eni. 2011. Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio
Komunitas. Bandung: PT Remaja Rosda Karya

Djamal, Hidajanto & Andi Fachruddin. 2011. Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah,


Organisasi, Operasional, dan Regulasi. Jakarta: Kencana

Ashadi Siregar. 2000. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2. Media Pers Dan
Negara: Keluar Dari Hegemoni.Yogyakarta: Universitas Gajah Mada

Undang-Undang Pers Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999

Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No.32 Tahun 2002

[1] ________, Pedoman Jurnalistik Radio Seri 1 (Jakarta: Internews Indonesia, 2000), hlm.
1-2

[2] Hidajanto Djamal & Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran : Sejarah,


Organisasi, Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.13

[3] Eni Maryani, Media dan Perubahan Sosial: Suara Perlawanan Melalui Radio Komunitas (
Bandung: PT Remaja Rosda Karya: 2011),hlm.iii-vi

[4] Undang-Undang Pers Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999

[5] Undang-Undang Penyiaran Republik Indonesia No.32 Tahun 2002

[6] Ashadi Siregar, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol.4 No.2, Media Pers Dan Negara:
Keluar Dari Hegemoni (November: 2000), hlm.2
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 24 /
26
Universitas Esa Unggul
http://esaunggul.ac.id 25 /
26

Anda mungkin juga menyukai