Anda di halaman 1dari 26

KD 6

PERANAN PERS DI INDONESIA


A. HAKEKAT PERS DI INDONESIA
1. PENGERTIAN PERS

 Dalam arti sempit :


Kegiatan komunikasi yang hanya dilakukan dengan perantaraan barang
cetakan
 Dalam arti luas :
Kegiatan yang menyangkut kegiatan komunikasi , baik yang dilakukan
dengan media cetak / media komunikasi

R Eep Saefulloh Fatah


Pers merupakan pilar keempat bagi demokrasi (the fourth estate of
democracy) dan mempunyai peranan yang penting dalam membangun
kepercayaan, kredibilitas, bahkan legitimasi pemerintah.
 UU No 40 tahun 1999 tentang Pers
Pers adalah :  Kamus Umum Bahasa Indonesia
lembaga sosial dan wahana komunikasi Pers berarti:
massa yang melaksanakan kegiatan 1. surat kabar dan majalah yang berisi
jurnalistik yang meliputi mencari, berita
memperoleh, memiliki, menyimpan, 2. alat cetak untuk mencetak buku
mengolah, dan menyampaikan atau surat kabar
informasi baik dalam bentuk tulisan, 3. alat untuk menjepit atau memadatkan
suara, gambar, suara dan gambar, 4. orang yang bekerja di bidang persurat
serta data dan grafik maupun dalam kabaran.
bentuk lainnya dengan menggunakan
media cetak, media elektronik, dan
segala jenis saluran yang tersedia.
 LANDASAN HUKUM PERS INDONESIA

Pasal 28 UUD NRI Tahun 1945

Psl 28 F UUD NRI Tahun 1945:

Pasal 20 & 21 Tap MPR RI No XVII/MPR/1998 ttg HAM

Pasal 2 & pasal 4 (1) UU No 40 Th 1999 ttg Pers

Pasal 14 (1) , (2) UU No 39 th 1999 ttg HAM


2. FUNGSI DAN PERAN PERS

 FUNGSI PERS ( Pasal 3 UU No 40 Tahun 1999 tentang “ PERS “


1. Pers sebagai media informasi
Pers memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi dimasyarakat
2. Pers sebagai media pendidikan
Memberi pengetahuan untuk menambah wawasan masyarakat.
3. Pers sebagai media hiburan
Memuat hal –hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita – berita berat dan
artikel yang berbobot.
4. Pers sebagai media kontrol sosial
a. Social participation : keikutsertaan masyarakat dalam pemerintahan
b. Social responsibility : pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat.
c. Social support : dukungan rakyat terhadap pemerintah
d. Social control : kontrol masyarakat terhadap tindakan pemerintah.
5. Pers sebagai lembaga ekonomi
suatu perusahaan yang bergerak dibidang pers dapat memanfaatkan keadaan
sekitar nya sebagai nilai jaul sehingga memperoleh keuntungan maksimal dan hasil
produksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers .
 PERANAN PERS

 Pasal 6 UU No 40 Tahun 1999 tentang “ Pers “


1. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui
2. menegakkan nilai nilai dasar demokrasi
3. mendorong terwujudnya supremasi hukum dan HAM & menghormati kebinekaan
4. mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar
5. melakukan pengawasan, kritik,koreksi dan saran terhadap hal – hal yang berkaitan
dengan kepentingan umum
6. Memperjuangkan keadilan dan kebenaran
 PERANAN PERS

Menurut Justine Limpitlaw (2012),


1. Sebagai pengawasan publik
melaporkan setiap program & kegiatan pemerintah yang melibatkan lembaga
negara
2. Penyelidik
menyediakan informasi sebagai sumber investigasi
3. Pendidik bagi publik
4. Penasehat bagi demokrasi dan pemerintahan yang baik
5. Katalis bagi demokrasi dan pembangunan
Promotor bagi transparansi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
 HAK & KEWAJIBAN PERS

HAK PERS ( psl 4 UU No 40 th 1999)


KEWAJIBAN PERS ( psl 5 UU No 40 th 1999)
1. Kemerdekaanpers dijamin sebagai
hak asasi WN 1. Memberitakan peristiwa & opini dengan
2. Terhadap pers nasional tdk
menghormati norma – norma agama,
dikenakan sensor, pembredelan /
kesusilaan, dan asas praduga tak bersalah.
pelarangan penyiaran .
3. Hak mencari, memperoleh & 2. Melayani hak jawab
menyebarluaskan informasi /
3. Melayani hak tolak
gagasan .
4. Hak tolak untuk wartawan.
B. Pers Yang Bebas Dan Bertanggung Jawab Sesuai Kode Etik

Jurnalistik Dalam Masyarakat Demokratis Di Indonesia

 Bebas
 Merdeka
PERS
Pers Liberal As Indonesia  Tanggung
jawab
 PERKEMBANGAN PERS DI NDONESIA

 MASA PENJAJAHAN BELANDA


Dibuat UU untuk membendung pengaruh pers Indonesia karena merupakan momok yang harus diperangi.
1. Mengeluarkan aturan yang bernama “ Persbreidel Ordonantie “, yang memberikan hak kepada
pemerintah Hindia Belanda untuk menghentikan penerbitan surat kabar atau majalah
Indonesia yang dianggap berbahaya.
2. Mengeluarkan Peraturan yang bernama “ Haatzai Artekelen “, yang berisi pasal-pasal yang
mengancam hukuman terhadap siapapun yang menyebarkan perasaan permusuhan,
kebencian, serta penghinaan terhadap pemerintah Nederland dan Hindia Belanda, serta
terhadap sesutu atau sejumlah kelompok penduduk Hindia Belanda.
Untuk menyalurkan informasi melalui :
1. Jurnal “Memorie de Nouvelles “ ( J.P. Coen thn 1615 )
2. Surat kabar “ Bataviasche Nouvelles en Politique Raisonnementen thn 1744
3. Surat kabar berbahasa melayu “ Slompret Melajoe” dan “Tjahaja Moelia”,
“ Hindia Nederland “,” Bintang Barat” , “Bintang Djohor” ( di Bogor ) .
“Pemberitaan Bahroe” ( Surabaya ) dan “Bromartanai “ ( Surakarta )
4. Era pergerkan Nasional surat kabar berfungsi sebgai alat perjuangan
Surat kabar yang terbit : “Darmo Kondo “(Solo) , “Oetoesan Hindia “ (Surabaya)
“ Fadjar Asia “ ( Jakarta ) “Fikiran Rak’jat “ ( Bandung )
 MASA PENJAJAHAN JEPANG
Pers pro jepang dan dijadikan alat pemerintah jepang.
Surat kabar yang terbit :
• Asia Raya ( Jakarta ), Sinar Baru (Semarang ) , Soeara Asia (Surabaya) , Tjahaja Bandung
 Keuntungan yang diperoleh pada jaman penjajahan jepang :
1. Pengalaman yang diperoleh para karyawan pers indonesia bertambah. Terutama dalam
penggunaan alat cetak yang canggih ketimbang Zaman belanda.
2. Penggunaan bahasa Indonesia dalam pemberitaan makin sering dan luas.
3. Adanya pengajaran untuk rakyat agar berpikir kritis terhadap berita yang disajikanoleh
sumber-sumber resmi Jepang
 PADA MASA AWAL KEMERDEKAAN
 Pers berfungsi :
a. Menyuarakan kepentingan Republik Indonesia
b. Memberi semangat perlawanan
c. Mempertahankan kemerdekaan
 Surat kabar yang terbit :
a. Harian Merdeka ( B.M. Diah )
b. Kedaulatan Rakjat
c. Suara Indonesia dan Pedoman
 Didirikan PWI ( 9 Februari 1946 , Surakarta )
 Didirikan Seriakt Penerbit Surat kabar ( 8 Juni 1946 ) yang berubah menjadi “ Serikat
Perusahaan Pers ( SPS) tahun 2011.
 MASA DEMOKRASI LIBERAL ( 1950 – 1959 )
 Pers berkembang cenderung mendukung parpol
 Terbentuknya panitia pers ( 15 Maret 1950 )
 Wartawan diberi kesempatan memperdalam ilmu jurnalistik
 Bertambahnya jumlah perusahaan surat kabar baik yang berbahasa Indonesia, Belanda,
Tionghoa.
 MASA ORDE BARU
 pers Pancasila adalah pers yang sehat, pers yang bebas dan bertanggung jawab
dalam menjalankan fungsinya sebagai penyebar informasi yang benar dan objektif,
penyalur aspirasi rakyat, dan kontrol sosial yang konstruktif.
 Dikeluarkan UU No 11 Tahun 1966 ttg Ketentuan – Ketentuan Pokok Pers yang
menjamin tidak adanya sensor dan pembredelan pers.
 Pembredelan harian Indonesia Raya setelah peristiwa Malari 15 januari 1974
 Dikeluarkan Permen penerangan No 01/ 1984 ttg SIUPP
 Pembredelan beberapa media massa yang dianggap kritis terhadap pemerintah :
Detik, Tempo, Editor.
 Lahirnya industri televisi swasta : RCTI, TPI thn 1988
 MASA REFORMASI ( 1998 – SEKARANG )
• Dikeluarkan UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Azasi manusia dan UU no. 40 tahun
1999 tentang pers. Yang menjamin adanya kemerdekaan pers sebagai Hak azasi warga
negara (pasal 4) dan
• terhadap pers nasioal tidak lagi diadakan penyensoran, pembreidelan, dan pelarangan
penyiaran (pasal 4 ayat 2).
• Dalam mempertanggungjawabkan pemberitaan di depan hukum, wartawan memiliki hak
tolak agar wartawan dapat melindungi sumber informasi, dengan cara menolak
menyebutkan identitas sumber informasi, kecuali hak tolak gugur apabila
demimkepentingan dan ketertiban umum, keselamatan negara yang dinyatakan oleh
pengadilan.
• Munculnya berbagai media cetak dan elektronik yang menyebar diberbagai segmen .
• Dikeluarkannya UU No 11 Tahun 2008 ( 21 april 2008 ) ttg Informasi dan Transaksi
Elektronik
 KEBEBASAN PERS DI BEBERAPA NEGARA

Pers Liberal

Pers Komunis

Pers Otoriter

Pers Pembangunan
 3 PILAR UTAMA JURNALISTIK

KODE ETIK NORMA HUKUM PROFESIONALISME

Sbg landasan moral, Berkaitan dengan kode Keterampilan dlm

kaidah penuntun, dan etik karena apa yang mengemas dan meramu

memberi arah wartawan dilarang kode etik pasti berita sehingga pesan

dlm menjalankan tugasnya juga dilarang oleh norma yang disampaikan dpt

hukum diterima & dimengerti

dgn jelas oleh Publik


 Pers yang bebas dan bertanggunjawab

 Menurut PRASETYO (2017) keerdekaan pers mencakup :


a. Struktur ( freedom from ) :
Kemerdekaan pers sebagai kondisi yang diterima oleh media sebagai hasil dari struktur tertentu.
b. Performance ( Freedom to )
Kebebasan yang diukur dari bagaimana cara pers menggunakan kemerdekaan tersebut.

 Kebebasan pers : pers tidak boleh bertindak sebebas- bebasnya tanpa aturan.
Kebebasan pers tidak mutlak , bersifat terbatas karena berkenaan dengan kebebasan
pihak /orang lain.
 Pers wajib menjunjung tinggi kebenaran dan menghormati hak atau kebebasan pribadi
orang lain.
 TANGGUNG JAWAB PERS UU No 40 th 1999

Pasal 2, dinyatakan kemerdekaan pers berasaskan prinsip-prinsip demokrasi, keadilan dan


supermasi hukum. Ini berarti kebebasan pers harus memperlihatkan penghormatan hak dan
kewajiban individu serta masyarakat dan menaati peraturan yang berlaku

Pasal 5, Dalam memberikan peristiwa dan Opini harus menghormati norma-norma agama,
Pers berkewajiban melayani hak jawab dan pers berkewajiban melayani hak tolak.
Pasal 13, tidak boleh memuat iklan yang merendahkan martabat suatu agama. Tidak
boleh mengiklankan minuman keras, narkotika, psikotropika, dan zat aditip lainnya.
Dilarang menayangkan wujud rokok atau penggunaan rokok
 PENGENDALIAN KEBEBASAN PERS

 Perbuatan pers yang dapat dijatuhi pidana menurut KUHP:


1. Penghinaan terhadap Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia (pasal 137)
2. Penghinaan terhadap raja atau kepala negara dari negara lain (pasal 144)
3. Penghinaan terhadap aparat pemerintah (pasal 297 dan 208)
a. Delik penyebaran kebencian, yaitu kebencian pada pemerintah (pasal 154 dan 155)
b. Delik penghinaan terhadap golongan, adalah setiap bagian dari penduduk Indonesia
yang berbeda. Misalnya agama, suku, keturunan, kebangsaan, dan lainnya (pasal 156, 157).
c. Delik penodahan terhadap agama, penodahan atau menyebar kebencian atau rasa
permusuhan (pasal 156)
d. Delik kesusilaan/pornografi, tulisan, gambar, atau barang yang melanggar perasaan
kesopanan (pasal 282)
 KEBEBASAN PERS & DAMPAK PENYALAHGUNAAN
KEBEBASAN PERS

1. Kebebasan Pers menurut Retno Lisyarti ( 2007 )


Kekebalan media informasi dari kontrol atau sensor pemerintah.
2. Menurut Bagir Manan ( 2016 ) dibedakan dalam 2 kategori :
a. Kebebasan pers itu sendiri meliputi kebebasan :
* Mencari, memperoleh, mengolah dan menyebarkan informasi.
* Melakukan kontrol , kritik, dalam kehidupan politik, sosial baik kepada
lembaga politik kenegaraan / lembaga kemasyarakatan.
* Membentuk dan mengarahkan pendapat umum demi kepentingan publik
* Mengeluarkan pendapat dan pikiran pers.
b. Pers sebagai sarana / forum kebebasan publik
Pers sebagai forum publik untuk mendapatkan informasi dan atau menyampaikan
pertukaran pendapat , menyampaikan kritik , menyalurkan kreativitas.
 TUNTUTAN MASYARAKAT MODERN TERHADAP PERS
( HARSONO, 2003 )

1. Pers dituntut menyajkan laporan ttg kejadian sehari-hari secara jujur, detail dan cerdas
dalam menjelaskan kejadian.
2. Pers harus menjadi foru pertukaran komentar dan kritik
3. Pers harus menyajikangambaran yang representatif dari kelompok unsur – unsur pokok
masyarakat .
4. Pers bertanggungjawab dalam penyajian dan penguraian tujuan –tujuan dan nilai – nilai
masyarakat.
5. Pers menyajikan kesempatan kepada masyarakat untuk memperoleh berita sehari –
hari.
 DAMPAK PENYALAHGUNAAN KEBEBASAN PERS

Bagi masyarakat : masyarakat tidak dapat memperoleh informasi yang tepat dan
akurat, muncul saling curiga antar kelompok yang dapat memicu konflik.

Bagi pemerintah : adanya informasi yang tidak tepat dapat memicu munculnya
ketidakpercayaan masyarakat teradap pemerintah dengan menolak berbagai
kebijakan yang dikeluarkan pemerintah.

Bagi Pers itu sendiri : hilangnya kepercayaan terhadap pers dan munculnya pendapat
negatif terhadap pers.
Menjadi pengguna dan penikmat media yang bijak , selektif dan

kritikal adalah cermin karakter warga negara yang baik

Anda mungkin juga menyukai