Anda di halaman 1dari 11

KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN

PENDAPAT DI MUKA UMUM
A.     KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM
Pada saat ini, kita sudah hidup dalam era kebebasan. Salah satu hal yang membuktikan
datangnya era kebebasan adalah diberikannya kebebasan oleh pemerintah pada masyarakat
untuk menyampaikan pendapat. Menyampaikan pendapat di muka umum telah dikuatkan
dalam UU secara khusus untuk mengaturnya. Yaitu, UU no 9 tahun 1998.

Musyawarah sudah dikenal sejak zaman dahulu. Musyawarah merupakan inti dari demokrasi
pancasila yang berbunyi “ Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan dan perwakilan.”

Setiap orang mempunyai hak menyampaikan pendapat. Baik secara lisan maupun tertulis
walau kadangkala pendapat kita berbeda dari orang lain. Itu merupakan hal yang biasa.
Apalagi, Indonesia sekarang memasuki masa reformasi seringkali ada demokrasi.

Sebagai negara demokrasi pancasila, Indonesia memberikan kemerdekaan untuk


mengeluarkan pendapat bagi warga negaranya. Hal ini secara jelas telah ditegaskan dalam
UUD 1945 (amandemen) pada pasal 28E ayat (3), yang berbunyi “Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapat”. Jaminan ini sangat penting
bagi negara yang berkedaulatan rakyat.

Pedoman dalam mengeluarkan pendapat dalam musyawarah adalah :

Þ   Sadar bahwa semua peserta musyawarah adalah pribadi-pribadi utuh yang mempunyai
kemerdekaan penuh untuk berpendapat.

Þ   Bersikap duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi terhadap sesama manusia.

Þ   Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.

Þ   Menghindari sifat memaksakan kehendak kepada orang lain.

Þ   Mengutamakan musyawarah untuk mencapai mufakat yang diliputi semangat


kekeluargaan.

Þ   Menghormati pendapat orang lain meskipun berbeda dengan pendapat kita.

Þ   Menerima dan melaksanakan keputusan dengan penuh tanggung jawab.

Selain ditegaskan dalam UUD 1945, kemerdekaan mengemukakan pendapat juga diatur
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 yang dirumuskan lembaga legislatif (DPR
bersama presiden / pemerintah) dan disahkan oleh presiden pada tanggal 26 Oktober 1998.
Serta jaminan mengemukakan pendapat yang yang tercantum dalam Deklarasi Universal Hak
– Hak Asasi Manusia yang secara resmi diberlakukan di seluruh dunia.

1)                HAKIKAT KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT


Dalam  Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998, mengatur ketentuan umum tentang
kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum, yang dimaksud adalah :

1. Kemerdekaan menyampaikan pendapat = Yaitu hak setiap warga negara untuk


menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan
bertanggung jawab sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Dimuka umum = Yaitu dihadapan orang banyak termasuk juga tempat yang dapat
dilihat oleh orang lain.

è Kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka umum adalah hak bagi setiap warga negara
untuk menyampaikan pikiran secara lisan, dan tulisan secara bebas dan bertangggung jawab
sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kemerdekaan mengemukakan pendapat membawa dampak yang besar terhadap


perkembangan pembangunan nasional yang dapat mewujudkan masyarakat adil, makmur,
sejahtera secara lahir dan batin berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Kemerdekaan menyampaikan pendapat sejalan dengan pasal 19 Deklarasi Universal Hak-


Hak Asasi Manusia, yang berbunyi :

“ Setiap orang berhak atas kebebasan mempunyai dan mengeluarkan pendapat, dalam hal
ini  termasuk kebebasan mempunyai pendapat dengan tidak mendapat gangguan dan untuk
mencari, menerima, dan menyampaikan keterangan dan pendapat dengan cara apapun juga
dan tidak memandang batas-batas.”

Kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum harus dilaksanakan dengan penuh


tanggung jawab, sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip
hukum internasional sebagaimana tercantum dalam pasal 29 Deklarasi Universal Hak-Hak
Asasi Manusia yang antara lain menetapkan sebagai berikut :

1. Seseorang memiliki kewajiban terhadap masyarakat yang memungkinkan


pengembangan kepribadiannya secara bebas dan penuh tanggung jawab.
2. Dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya, setiap orang harus tunduk semata-mata
pada pembatasan yang ditentukan oleh undang-undang dengan maksud untuk
menjamin pengakuan dan penghargaan terhadap hak serta kebebasan orang lain, dan
untuk memenuhi syarat-syarat yang adil bagi moralitas, ketertiban, serta kesejahteraan
umum dalam suatu masyarakat yang demokratis.
3. Hak dan kebebasan ini sama sekali tidak boleh dijalankan secara bertentangan dengan
tujuan dan asas Perserikatan Bangsa-Bangsa.

2)        ASAS DAN TUJUAN

Bertitik tolak dari pendekatan perkembangan hukum, baik yang dilihat dari sisi kepentingan
nasional maupun dari sisi kepentingan hubungan antar bangsa, maka kemerdekaan
menyampaikan pendapat di muka umum harus berlandaskan pada :

1. Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban


2. Asas musyawarah untuk mufakat
3. Asas kepastian hukum dan keadilan
4. Asas proporsional
5. Asas manfaat

Kelima asas tersebut, merupakan landasan kebebasan yang bertanggung jawab dalam berpikir
dan bertindak untuk menyampaikan pendapat di muka umum. Berlandasan asas kelima asas
kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum tersebut, maka dalam mencapai tujuan
untuk:

1. Mewujudkan kebebasan yg bertanggung jawab sebagai salah satu hak asasi manusia
yg sesuai dengan pancasila dan UUD 1945
2. Mewujudkan perlindungan hukum yg konsisten
3. Mewujudkan iklim yg kondusif bagi berkembangnya partisipasi setiap warga negara
4. Menempatkan tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat

3)      HAK DAN KEWAJIBAN

Hak dan kewajiban yang dimiliki oleh setiap warga negara untuk mengemukakan pendapat di
muka umum sebagai berikut,

Hak untuk menyampaikan pendapat di muka umum:

1. Mengeluarkan pikiran secara bebas


2. Memperoleh perlindungan hukum

Kewajiban yang harus ditaati untuk menyampaikan pendapat di muka umum:

1. Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain


2. Menghormati aturan-aturan moral yg diakui umum
3. Mentaati hukum dan peraturan yang berlaku
4. Menjaga keamanan dan ketertiban umum
5. Menjaga keutuhan persatuan kesatuan bangsa

4)      BENTUK-BENTUK DAN TATA CARA PENYAMPAIAN PENDAPAT DI


MUKA UMUM

1. Bentuk 

Bentuk menyampaikan pendapat harus dilaksanakan dengan:

1. Unjuk rasa atau demonstrasi


2. Pawai
3. Rapat umum, dan
4. Mimbar bebas

Penyampaian pendapat tersebut tidak boleh dilakukan, di tempat tempat seperti:

1. Di lingkungan istana kepresidenan, tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,


pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api, terminal angkutan darat, dan objek-
objek vital nasional.
2. Pada hari besar nasional
1. Tata cara penyampaian pendapat

Tata cara untuk menyampaikan pendapat di muka umum sebagai berikut:

1. Penyampaian pendapat di muka umum sebagaimana dimaksud wajib diberitahukan


secara tertib kepada Polri.
2. Pemberitahuan secara tertulis
3. Pemberitahuan sebagaimana dimaksud selambat-lambatnya sebelum kegiatan dimulai

Kemerdekaan berpendapat merupakan salah satu ciri kebebasana yang dijamin oleh negara.
Dengan adanya kemerdekaan berpendapat akan mendorong rakyat suatu negara untuk
menghargai perbedaan pendapat. Perubahan struktur berpikir masyarakt yang diharapkan
adalah pola pikir yg rasional dan berwawasan ke depan.

5)      JAMINAN PERLINDUNGAN DARI APARATUR PEMERINTAH

Dalam pelaksanaan penyampaian pendapat di muka umum oleh warga negara, aparatur
pemerintah berkewajiban bertanggung jawab untuk

1. Melindungi hak asasi manusia


2. Menghargai asas legilasi
3. Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
4. Menyelenggarakan pengamanan

Aparatur pemerintah yaitu aparatur pemerintah yang menyelenggarakan pengamanan.


Menyelenggarakan pengamanan yaitu segala daya upaya untuk menciptakan kondisi aman,
tertib, dan damai. Termasuk pencegah timbulnya gangguan, baik fisik maupun psikis yang
BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang


Setiap orang sangat menginginkan kebebasan. Bebas bersuara, bebas berbuat, bebas
memiliki, bebas berfikir, bebas memilih dan bebas sebebas bebasnya. Ini adalah hak asasi
manusia, sebuah hak yang dibawa sejak lahir. Atas dasar kebebasan inilah banyak kejadian
atau peristiwa yang terjadi diatas dunia ini. Kita lihat perilaku para pejabat karena kebebasan
ini banyak yang terlibat korupsi. Para artis karena kebebasan ini banyak yang membuat video
porno. Para pakar hukum karena kebebasan ini banyak yang melanggar hukum, bahkan ada
yang bilang hukum di buat untuk dilanggar.
Para pemuka agama karena kebebasan ini, yang sudah jelas hukumnya haram di buat samar-
samar. Para mahasiswa karena kebebasan ini menghujat kiri kanan tidak melihat dirinya
seperti apa, merusak aset negara, berkelahi antar kampus dan lainnya. Inilah kebebasan yang
di pandang dari nilai negatifnya.
Tetapi bagi orang-orang yang sadar akan kebebasan ini, mereka gunakan untuk ajang
kreasi yang bermanfaat untuk agama, bangsa dan negara. Patuh dengan peraturan agama dan
negara, mempunya tata krama, selalu berfikir membangun dan memotivasi agar dunia
menjadi aman dan tenteram.
Jadi dapat dilihat bahwa kebebasan memiliki masing – masing makna tergantung dari
setiap individu yang memaknai. Apakah kebebasan yang menjadi kebablasan berpendapat
yang akhirnya digunakan untuk mengganggu ketertiban dan kenyamanan orang lain, ataukan
kebebasan yang digunakan dengan baik untuk saling memotivasi dan sekedar menceritakan
pengalaman dan kisah hidupnya.

B.     Rumusan Masalah


1.      Apa hakekat kebebasan berpendapat itu?
2.      Bagaimana kebebasan berpendapat yang terjadi disekitar kita?
3.      Apa kebebasan berpendapat yang sebenarnya menurut penulis sebagai generasi muda?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Hakekat Kebebasan Berpendapat


Pendapat secara umum diartikan sebagai buah gagasan atau buah pikiran.
Mengemukakan pendapat berarti mengemukakan gagasan atau mengeluarkan pikiran. Dalam
kehidupan negara Indonesia, seseorang yang mengemukakan pendapatnya atau pikirannya
dijamin secara konstitusional. Hal tersebut telah dicantumkan dalam UUD 1945 Pasal 28,
bahwa kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dengan lisan dan
tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-undang. Dan selanjutnya pengertian
kemerdekaan mengemukakan pendapat dinyatakan dalam pasal 1 (1) UU No.9 Tahun 1998,
bahwa kemerdekaan menyampaikan pendapat adalah hak setiap warga negara untuk
menyampaikan pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara bebas dan bertanggung
jawab sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Undang-undang
yang mengatur kemerdekaan mengemukakan pendapat antara lain diatur dengan Undang-
undang No.9 Tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
Pengertian di muka umum adalah di hadapan orang banyak atau orang lain, termasuk tempat
yang dapat didatangi dan atau dilihat setiap orang.
Selain itu, mengeluarkan pikiran secara bebas adalah mengeluarkan pendapat,
pandangan, kehendak, atau perasaan yang bebas dari tekanan fisik, psikis, atau pembatasan
yang bertentangan dengan tujuan pengaturan tentan kemerdekaan menyampaikan pendapat di
muka umum (Penjelasan Pasal 5 UU No. 9 Tahun 1998)[1].
Adapun cara-cara mengemukakan pendapat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1.      Lisan, contohnya pidato, ceramah, berdialog, berdiskusi, rapat umum;
2.      Tulisan, contohnya poster, spanduk, artikel, surat, opini dalam surat kabar;
3.      Cara lain, contohnya foto, film, demonstrasi(unjuk rasa), mogok makan.

Warga negara yang menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk


mengeluarkan pikiran secar bebas dan memperoleh perlindungan hukum. Warga negara yang
menyampaikan pendapatnya di muka umum berhak untuk mengeluarkan pikiran secara bebas
dan memperoleh perlundungan hukum. Dengan demikian, orang bebas mengeluarkan
pendapat tetapi juga perlu pengaturan dalam mengeluarkan pendapat tersebut agar tidak
menimbulkan salah pengertian (miss communication) yang mengakibatkan konflik yang
berkepanjangan antar-anggota masyarakat.
Pentingnya kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab
dapat dilihat dalam tujuan pengaturan tentang kemerdekaan mengemukakan pendapat di
muka umum sebagai berikut (Pasal 4 UU No.9 Tahun 1998)[2]:
1.      Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan kebebasan yang bertanggung jawab sebagai salah satu pelaksanaan hak
asasi manusia sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945;
2.      Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan perlindungan hukum yang konsisten dan berkesinambungan dalam
menjamin kemerdekaan menyampaikan pendapat;
3.      Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk mewujudkan iklim yang kondusif bagi berkembangnya partisipasi dan kreativitas
setiap warga negara sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab dalam kehidupan
berdemokrasi;
4.      Kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab dimaksudkan
untuk menempatkan tanggung jawab sosial kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, tanpa mengabaikan kepentingan perorangan atau kelompok.

Oleh karena itu, ada beberapa asas yang harus di taati dalam kemerdekaan
mengemukakan pendapatdi muka umum (Pasal 3 UU No.9 Tahun 1998)[3], yaitu:
1.      Asas keseimbangan antara hak dan kewajiban;
2.      Asas musyawarah dan mufakat;
3.      Asas kepastian hukum dan keadilan;
4.      Asas proporsionalitas, dan
5.      Asas manfaat.

Semua pendapat dan keinginan pribadi yang mempunyai aspek sosial harus
diperbincangkan terlebih dahulu dalam hubungannya dengan kepentingan masyarakat sebagai
keseluruhan. Ni tidak berarti bahwa masing – masing pribadi tidak boleh mempunyai
pendapat sendiri – sendiri dalam soal – soal yang menyangkut kepentingan bersama. Cara
berfikir demikian menghendaki bahwa kemauan tiap pribadi dan pikiran tiap pribadi
diperimbangkan masak – masak oleh mereka sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk
diuji apakah gagasan tersebut akan merusak keselarasan dalam masyarakat atau tidak[4]
Pada butir pertama dikatakan ada keseimbangan antara hak dan kewajiban. Hak disini
sudah jelas yaitu hak dalam mengemukakan pendapat, mengeluarkan pikiran dimuka umum.
Sedangkan kewajiban dan tanggung jawab warga negara dalam melaksanakan kemerdekaan
mengemukakan pendapat secara bebas dn bertanggung jawab di muka umum (Pasal 6 UU
No.9 Tahun 1998) terdiri atas:
1.       Menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain;
2.       Menghormati aturan-aturan moral yang diakui umum;
3.       Mentaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
4.       Menjaga dan menghormati keamanan dan ketertiban umum, dan
5.       Menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada sisi lain aparatur pemerintah memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam
melaksanakan kemerdekaan mengemukakan pendapat secara bebas dan bertanggung jawab di
muka umum (Pasal 7 UU No.9 Tahun 1998), yaitu:
1.       Melindungi hak asasi manusia;
2.       Menghargai asas legalitas;
3.       Menghargai prinsip praduga tidak bersalah, dan
4.       Menyelenggarakan pengamanan.

Sedang masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung jawab agar penyampaian
pendapat di muka umum dapat berlangsung secara aman, tertib, dan damai (Pasal 8 UU No.9
Tahun 1998). Bentuk penyampaian pendapat di muka umum dapat dilaksanakan dengan
unjuk rasa atau demonstrasi, pawai, rapat umum, atau mimbar bebas. Unjuk rasa atau
demonstrasi sebagai salah satu bentuk penyampaian pendapat di muka umum adalah kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang atau lebih untuk mengeluarkan pikiran dengan lisan, tulisan
dan sebagainya secara demonstratif di muka umum. Rapat umum adalah kegiatan
menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang banyak dengan tema
tertentu. Adapun pengertian pawai adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum
yang dilakukan oleh orang banyak dengan cara melakukan perarakan. Sedangkan mimbar
bebas adalah kegiatan menyampaikan pendapat di muka umum yang dihadiri oleh orang
banyak dengan bebas, tema dan pembicaraan dilakukan secara bersifat spontan.

B.     Implementasi Kebebasan Berpendapat di Indonesia


Kebebasan berpendapat adalah hak setiap orang untuk mengeluarkan segala apresiasinya
tetapi tetap dengan kaidah, norma dan etika yang baik dalam penyampaiannya. Namun tidak
sedikit dari masyarakat yang menyalahgunakan hak mereka untuk bebas berpendapat. Dari
mengeluarkan opini yang menghujat salah satu pihak tanpa pertanggungjawaban yang jelas
karena hanya sekedar untuk menjatuhkan target yang dimaksud, sampai dengan penggunaan
kata kebebasan dalam berekspresi yang diwujudkan dalam perilaku yang bebar – benar bebas
dalam mengekspose tubuhnya, biasanya hal ini dilakukan oleh artis – artis.
Di negara kita, kebebasan dalam mengemukakan pendapat pada zaman orde baru masih
sangat tabu bagi masyarakat. Sebagian besar dari mereka masih ada rasa takut untuk
mengeluarkan unek – unek yang ada dalam diri mereka. Takut dengan para pejabat yang
duduk di kursi pemerintahan. Dapat dicontohkan melihat kasus kebijakan pemerintah untuk
membredel harian atau surat kabar yang oposisi dengan pemerintah. Secara jelas dapat kita
lihat bahwa hal ini dilakukan untuk tetap menjada legitimasi pemerintah, karena pada masa
itu dikenal dengan rezim kepemimpinan yang sangat memperhatikan prestise pemerintah dan
mereka tidak mau kehilangan prestise dari jabatan atau kedudukan mereka sebagai penguasa.
Namun jika ditilik masa sekarang, justru kebebasan dalam berpendapat tidal lagi bersifat
bebas namun sudah bablas. Tiap – tiap individu masyarakat sangat bebas dalam
mengeluarkan pikiran dan menyuarakan pendapat. Hal ini tidak diimbangai dengan
pengawasan pemerintah untuk mengatur lalu lintas pengemukaan pendapat masyarakat
umum. Dapat dilihat dari kasus Prita Mulyasari yang mengeluarkan pemikirannya berupa
keluh kesah terhadap pelayanan yang diterimanya dari RS Omni Internasional. Menurut
bebrapa sumber, isi dalam milisnya tidak menjatuhkan pihak Omni. Hanya judul dari
tulsannya lah yang menjadi masalah. Sebenarnya jika diluruskan dengan baik, Prita tidak
harus menjalani kehidupan sebagai tahanan kota, bahkan sesaat yang lalu terdengar berita
bahwa Prita mendapat undangan untuk sidang kembali mengenai kasusnya.
Selain itu, banyak pendapat – pendapat atau opini – opini yang sangat tidak ada
pengontrolan yang terdapat dalam jejaring sosial khususnya Facebook. Banyak dari
masyarakat yang mengkritisi pemerintah atau mengeluarkan pendapatnya namun dengan
bahasa yang kurang sopan bahkan cenderung menghujat dan mencaci target yang
bersangkutan. Update status yang menggunakan kata – kata kasar padahal beranda Facebook
dapat dilihat oleh semua orang ang menjadi temannya dalam jejaring tersebut.
Kebebasan yang terlalu kebablasan ini juga diungkapkan oleh PM Malaysia Mahatir
Mohammad, yang menilai penerapan demokrasi di Indonesia terlalu bebas. Demokrasi yang
diterapkan menyeluruh pada masyarakat yang masih belajar justru berujung pada
melencengnya substansi utama yakni kesejahteraan masyarakat. Salah satu bentuk kebebasan
tersebut yakni banyaknya jumlah partai politik sebagai efek dari tingginya animo masyarakat
untuk menjadi petinggi negara. Akibatnya, dukungan terhadap pemerintahan menjadi lemah.
Bahkan, pemerintahan yang didukung koalisi partai dinilai sangat lemah. Ideologi negara
yang seharusnya menjadi landasan dukungan justru berkurang dengan banyaknya jumlah
partai.
Jadi jika disimpulkan, permasalahan kebebasan daam berpendapat saat ini bukan pada
permasalahan pendapat yang terkekang. Namun bagaimana pemerintah dalam mengatur
masyarakat yang mulai mengkritisi segala peristiwa yang terjadi dan terkesan kebablasan
tersebut.

C.    Kebebasan Menurut Generasi Muda


Seperti yang telah diungkapkan di atas bahwa masyarakat telah dijamin hak dan
kewajibannya dalam mengemukakan pendapat dimuka umum. Pemerataan hak dalam
berpendapat sudah dilakukan pemerintah yaitu dengan usahanya dalam mewujudkan
Pemilihan Umum, dengan harapan semua warga negara dapat menyuarakan pilihan terhadap
calon – calon yang diajukan dalam kandidat legislatif maupun Presiden dan Wakil Presiden.
Dengan adanya pemilihan umum ini diharapkan wakil – wakil rakyat yang menempati kursi
dewan adalah mereka – mereka yang benar – benar membawakan suara masyarakat. Anggota
masyarakat yang sudah memenuhi ketentuan sebagai pemilih, akan diberikan haknya untuk
mengikuti pemilu. Kriteria yang harus dipenuhi antara lan adalah warga negara Indonesia
yang sudah berumur 17 tahun dan atau sudah menikah. Yang nantinya akan didaftar menjadi
pemilih dengan syarat : a) tidak terganggu jiwanya, b) tidak dicabut hak pilihnya berdasar
putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap[5]. Seharusnya usaha
penyamarataan hak tersebut dapat terlaksana dengan baik dengan adanya pengawasan dalam
pemilu agar terhindarnya praktek suap, sehingga masyarakat memilih sesuai dengan hati
nuraninya.
Bebas berpendapat bukan berarti bebas dari segala konsekuensi yang ditimbulkan atas
pendaat yang telah dikemukakan, namun juga harus bertanggung jawab. Oleh karena itu agar
terhindar dari hal – hal yang merugikan dalam Pasal 3 UU No. 9 Tahun 1998 butir a dan b,
yang menyatakan asas Musyawarah dan mufakat serta asas manfaat. Sebelum mengeluarkan
pendapat dimuka umum setidaknya dipikirkan terlebih dahulu agar tidak menuai konflik.
Ditimbang baik buruknya atau manfaat bagi masyarakat.
Pengadaaan kolom – kolom publik dalam surat kabar juga sebagai upaya penyaluran
suara rakyat bagaimana mengkritisi peristiwa yang ada di negara secara lebih up to date.
Milis – milis dan forum – forum diskusi juga banyak terdapat di dunia maya. Tinggal
bagaimana pemerintah dapat “menggiring” masyarakat agar mau menyuarakan pendapatnya
pada tempat yang tepat. Selain itu juga adanya pengawasan yang lebih ketat dalam
penyaringan pendapat – pendapat yang kurang berkenan. Dapat dikatakan pemerintah kurang
cerdas dengan masyarakatnya, karena banyak saya lihat blog maupun web yang secara terang
– terangan menghina aparatur negara bahkan negara namun akun blog tersebut masih saja
aktif. Sepertinya pemerintah menyepelekan hal ini yang padahal bisa merusak citra bangsa di
mata masyarakat. Kebebasan dalam berpendapat seharusnya dapat sesuai dengan Pasal 6 UU
No. 9 Tahun 1998, yaitu Warga negara yang menyampaikan pendapat di muka umum
berkewajiban dan bertanggung jawab untuk :
a.       menghormati hak-hak dan kebebasan orang lain;
b.      menghonnati aturan-aturan moral yang diakui umum;
c.       menaati hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
d.      menjaga dan menghonnati keamanan dan ketertiban umum; dan
e.       menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

Jika pemerintah mau bersikap baik dengan masyarakat, dan bisa memberikan
penyuluhan dengan baik pula, segala peraturan akan dapat diikuti oleh masyarakat. Intinya,
pemerintah harus mendapatkan legitimasinya kembali agar masyarakat kembali menyegani
pemerintah dan tidak dianggap remeh. Dengan demikian masyarakat dapat menghormati
pemerintah.
Jadi, kebebasan dalam berpendapat melihat baik buruknya pendapat yang akan
dikeluarkan. Adil yang dalam artian semua masyarakat dari segala lapisan dapat memberikan
aspirasinya, tidak terbatas dalam satu golongan saja yang dianggap mewakili. Pemerintah
juga harus sigap dlam menanggapi aspirasi masyarakat dewasa ini yang dpat dikatakan
kebablasan. Dengan adanya pengontrolan situs – situs, media cetak maupun elektronik.
Bagi mereka – mereka yang peduli terhadap sesama, tentu akan memanfaatkan haknya
dalam kebebasan berpendapat untuk memberikan sumbangsih terhadap perkembangan dan
kemajuan masyarakat sekitarnya. Bagi penulis buku – buku atau novel, mereka akan
mendedikasikan karyanya untuk bakti sosial. Hal ini dapat dikatakan sebagai sisi positif dari
kebebasan berpendapat. Kebebasan berpendapat yang benar – benar terpenuhi juga akan
memudahkan pemerintah dalam pengembangan wilayah baik infrastruktur maupun
suprastruktur. Sehingga rakyat tidak ada kesan terhalang – halangi dalam pengaduan
perkembangan daerahnya dan dana yang diberikan dapat digunakan dengan baik dan
maksimal. Hal ini juga didukung dengan adanya fasilitas yang mendukung agar masyarakat
dapat dengan mudah menyalurkan aspirasinya.

berasal dari manapun.

Anda mungkin juga menyukai