Anda di halaman 1dari 54

INSTRUMEN

HAK ASASI MANUSIA


INTERNASIONAL
disampaikan oleh
TOMSON SITUMEANG, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA
INSTRUMEN UTAMA
HAM INTERNASIONAL
INSTRUMEN UTAMA
• Konsep Hak Asasi Manusia diprakarsai dengan debat filsafat
dan sejarah, yang mengarah pada kesepahaman bahwa sejarah
peradaban manusia dipenuhi oleh kekejaman dan ketidakadilan,
• Tonggak penting dalam sejarah Hak Asasi Manusia adalah
terjadinya Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Dunia
Internasional sepakat untuk membentuk suatu instrumen moral
untuk mengutuk dan menghentikan segala bentuk kekejaman
dan ketidakadilan yang terjadi pada masa-masa perang
tersebut.
• Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) memikirkan sebuah
instrumen yang dapat digunakan untuk mempengaruhi praktik
bernegara diseluruh negara. Instrumen inilah yang dikenal
dengan istilah Instrumen Hak Asasi Manusia.
INSTRUMEN UTAMA
1. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
merupakan sebuah instrumen payung bagi seluruh
instrumen Hak Asasi Manusia yang lain. Hal ini
dikarenakan seluruh Instrumen Hak Asasi Manusia baik
Instrumen Internasional, Instrumen Regional dan
Instrumen Nasional, keseluruhannya merujuk pada
Deklarasi tersebut.
• DUHAM adalah dokumen pengakuan internasional
terhadap Hak Asasi Manusia.
• Deklarasi ini diterima melalui Resolusi Majelis Umum PBB
(A/RES/217/(III)) pada tanggal 10 Desember 1948.
INSTRUMEN UTAMA
• Pada saat pembahasan, Deklarasi dinyatakan diterima
oleh 48 Negara anggota PBB, sedangkan delapan negara
lainnya menyatakan abstain.
• Negara yang abstain:
1. Belarusia,
2. Cekoslovakia,
3. Union of Soviet Sosialist Republic (USSR),
4. Polandia,
5. Saudi Arabia,
6. Uni Afrika,
7. Ukraina, dan
8. Yugoslavia.
INSTRUMEN UTAMA
• Deklarasi ini tidak memiliki kekuatan mengikat secara
hukum seperti perjanjian internasional lain atau peraturan
perundang-undangan pada suatu negara.
• Deklarasi ini merupakan hukum lunak (soft law) yang
diterima sebagai dokumen yang mengikat secara moral,
prinsip-prinsip umum hukum dan sebagai landasan dasar
kemanusiaan.
• Deklarasi ini memiliki kekuatan moral yang sangat tinggi
dikarenakan Deklarasi ini disahkan oleh Majelis Umum
PBB.
INSTRUMEN UTAMA
• Deklarasi ini merupakan suatu standar pencapaian yang
berlaku umum untuk semua rakyat dan semua negara.
• Dalam sejarah pengesahannya, Komisi Hak Asasi Manusia
yang didirikan pada tahun 1946 berupaya keras untuk segera
mengambil langkah dalam rangka mengumumkan sebuah
Deklarasi yang tidak mengikat secara hukum (non-binding
declaration) sebagai dasar bagi dibuatnya konvensi yang
mengikat secara hukum (legally binding convention) serta
menyusun mekanisme pelaksanaannya.
• Dengan kegigihan para pihak, khususnya Eleanor D.
Roosevelt (Amerika) dan Rene’ Cassin (Perancis), pada
tahun 1948 Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia disahkan.
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip - Prinsip Dasar
• Secara Filosofis, pada konsideran pertama pada
pembukaan DUHAM memuat prinsip-prinsip dasar berupa
pengakuan atas martabat kemanusia.
• Pengakuan akan martabat kemanusian dan kesamaan
hak antar seluruh manusia adalah dasar dari
kemerdekaan, keadilan dan perdamaian.
• Pada konsideran pertimbangan, dinyatakan bahwa
mengabaikan dan memandang rendah Hak Asasi
Manusia telah mengakibatkan perbuatan-perbuatan keji
yang menimbulkan rasa kemarahan dalam hati nurani
umat manusia di seluruh dunia.
INSTRUMEN UTAMA
• Secara yuridis, konsideran pertimbangan menyatakan bahwa hak-hak
dan kebebasan dasar manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum
agar orang tidak memilih pemberontakan sebagai usaha terakhir guna
menentang kezaliman dan penindasan.
• Keseluruhan substansi DUHAM bersumber pada pasal 1 yang
berbunyi, ‘‘Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai
martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati
nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat
persaudaraan.’’
«All human being are born free and equal in dignity and rights. They are endowed with
reason and conscience and should act toward one another in a spirit of brotherhood.»
• Inti dari konsideran pembukaan dan Pasal 1 adalah persamaan
(equality), martabat kemanusiaan (dignity) dan persaudaraan
(brotherhood).
INSTRUMEN UTAMA
Kategori Hak dalam Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia
• Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM)
mengakui beberapa kategori hak, yaitu:
a. Hak-Hak Personal
Hak-hak personal tercantum pada Pasal 2 – Pasal 11,yakni:
a) Hak semua orang untuk mengecap semua tabulasi hak
yang tercantum dalam Deklarasi tanpa ada diskriminasi
atas alasan apapun,
b) Hak atas penghidupan, kemerdekaan dan keselamatan
individu,
INSTRUMEN UTAMA
c) Hak untuk tidak diperbudak,
d) Hak untuk tidak disiksa atau diperlakukan atau dihukum
secara kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat,
e) Hak atas pengakuan sebagai subyek hukum,
f) Hak atas perlindungan hukum,
g) Hak atas bantuan pengadilan atas terlanggarnya hak dasar,
h) Hak untuk tidak ditangkap, ditahan, dan dibuang secara
sewenang-wenang,
i) Hak atas peradilan yang fair,
j) Hak atas praduga tidak bersalah dan hak untuk melakukan
pembelaan.
INSTRUMEN UTAMA
b. Prinsip Interaksi Antarmanusia
• Prinsip interaksi antarmanusia tercantum pada Pasal 12 –
Pasal 17. Dikatakan ‘Prinsip Interaksi Antarmanusia’
dikarenakan di dalamnya terkandung hak setiap orang untuk
melakukan hubungan dengan orang lain ataupun negara lain.
• Hak-Hak yang diakui:
a) Hak untuk tidak diganggu semua urusan pribadinya,
keluarganya, rumah tangga, hubungan surat menyurat dan
nama baiknya,
b) Hak atas kebebasan berpindah dan diam dalam batas-batas
negara dan hak untuk meninggalkan suatu negeri termasuk
negerinya sendiri dan berhak kembali ke negerinya,
INSTRUMEN UTAMA
c) Hak untuk mendapatkan suaka politik,
d) Hak atas status kewarganegaraan,
e) Hak untuk menikah dan membangun keluarga,
f) Hak untuk memiliki harta, baik secara sendiri maupun
bersama orang lain.

c. Tabulasi Hak Sipil dan Politik


• Hak sipil dimaknai sebagai kebebasan individu dari campur
tangan orang lain khususnya negara, sedangkan hak politik
adalah kebebasan individu untuk berpartisipasi dalam
urusan politik.
INSTRUMEN UTAMA
• Tabulasi Hak Sipil dan Politik terdapat dalam Pasal 18 –
Pasal 21.
• Hak-hak yang diakui:
a) Hak atas kebebasan pikiran, hati nurani dan agama,
b) Hak atas kebebasan mempunyai dan menyampaikan
pendapat,
c) Hak atas kebebasan berkumpul, berserikat dan tidak
dipaksa untuk memasuki salah satu perkumpulan,
d) Hak untuk turut serta dalam pemerintahan, baik secara
langsung maupun melalui wakil yang dipilih secara
bebas.
INSTRUMEN UTAMA
d. Tabulasi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya
• Tabulasi Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya tercantum pada Pasal
22 – Pasal 27
• Hak-Hak yang diakui:
a) Hak atas jaminan sosial,
b) Hak atas pekerjaan, upah yang layak, hak untuk mendirikan
dan memasuki serikat kerja,
c) Hak atas istirahat dan liburan serta pembatasan kerja yang
layak,
d) Hak atas standar hidup yang layak, termasuk aspek kesehatan
dan kesejahteraan, bagi dirinya dan keluarganya termasuk
perlindungan sosial bagi ibu dan anak, baik yang lahir dalam
perkawinan maupun di luar perkawinan,
INSTRUMEN UTAMA
e) Hak atas pendidikan dan hak atas pendidikan gratis
terutama pada jenjang pendidikan rendah dan pendidikan
dasar,
f) Hak untuk berpartisipasi dalam hidup kebudayaan
masyarakat dan menikmati hasil kesenian dan hak atas
perlindungan untuk menikmati hasil dari suatu produksi
dalam lapangan ilmu pengetahuan, sastra dan seni yang
diciptakan.
INSTRUMEN UTAMA

Mekanisme Pengawasan
• Mekanisme atau perintah penegakan Hak Asasi Manusia
dinyatakan dengan bahasa yang deklaratif. Ketentuannya
tercantum pada Pasal 28 – Pasal 30.
• Mekanisme atau perintah penegakan HAM:
Pada pasal 28, bahwa setiap orang berhak atas tatanan
sosial dan internasional yang di dalamnya hak dan
kebebasan dapat dipenuhi,
INSTRUMEN UTAMA
Pada Pasal 29 dinyatakan bahwa:
a) Setiap orang mempunyai kewajiban untuk menghormati hak orang
lain untuk mengembangkan pribadinya sepenuhnya,
b) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menghormati hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil
dalam kesusilaan, ketertiban, dan kesejahteraan umum dalam
suatu masyarakat demokratis,
c) Hak dan kebebasan ini dengan jalan bagaimanapun tidak boleh
dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB.
INSTRUMEN UTAMA
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diakhiri dengan
pernyataan, “Bahwa tidak satupun di dalam Deklarasi ini
boleh ditafsirkan memberikan suatu negara, kelompok
ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan
apapun atau melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
merusak hak dan kebebasan-kebebasan yang manapun
yang termaktub dalam Deklarasi.”
INSTRUMEN UTAMA
2. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
• Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (Internasional
Covenant on Civil and Political Right or ICCPR) disahkan oleh
General Assembly Resolusion pada 16 Desember 1966
diberlakukan pada 23 Maret 1976.
• Kurang lebih 170 negara telah meratifikasi, di Asia Tenggara
diratifikasi pertama kali oleh Vietnam (1982), Filipina (1986),
Kamboja (1992), Thailand (1996), Laos (2000), dan Indonesia
(2005).
• Indonesia meratifikasi Kovenan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik, yang ditandatangani pada 28 Oktober 2005,
diundangkan pada Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 119.
INSTRUMEN UTAMA
Dalam pertimbangannya Indonesia meratifikasi Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dengan alasan:
a) Hak yang melekat pada manusia secara kodrati,
b) Indonesia adalah bagian dari masyarakat Internasional
yang harus menghormati, melindungi dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan tujuan PBB,
c) Substansi Kovenan pada dasarnya tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD NRI 1945 dan Pemerintah
Indonesia menyatakan keinginannya untuk terus
memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip-Prinsip Dasar
• Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik adalah
penjelasan lebih terperinci atas Pasal 3 – Pasal 21 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
• Prinsip penting dalam Konvenan ini:
1. Non-Diskriminasi, semua hak yang ada dalam Kovenan berlaku
bagi semua orang tanpa dipengaruhi pembedaan atas dasar
apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik dan lain-lain,
2. Pemenuhan secara serta merta, ketika negara meratifikasi
Kovenan, maka langsung saat itu negara tersebut memiliki
kewajiban untuk menghormati seluruh kategori hak yang diakui
dalam Kovenan tanpa memilah memilih atau mendahulukan hak
yang satu daripada hak yang lain
INSTRUMEN UTAMA
3. Tanggung jawab negara, penghormatan atas seluruh hak
sipil dan politik adalah menjadi tanggung jawab negara.

• Selain prinsip-prinsip tersebut, Kovenan juga menekankan


2 hal lainnya, yaitu:
1. kategori hak yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan
apapun, dan
2. tidak diperbolehkannya melakukan penafsiran dan
pembatasan atau pengurangan untuk menghancurkan
hak dan kebebasan yang diakui dalam Kovenan.
INSTRUMEN UTAMA
Kategori Hak dalam Kovenan:
1. Hak paling dasar: Hak untuk hidup dan hak untuk tidak
dirampas kehidupannya,
2. Hak Integritas Fisik: Hak untuk tidak disiksa, diperlakukan
atau dihukum secara keji dan merendahkan martabat, hak
untuk tidak diperbudak, hak untuk tidak dipekerjakan secara
paksa,
3. Hak-Hak Hukum: Hak untuk tidak ditangkap atau ditahan
sewenang-wenang, hak untuk segera diberitahu alasan
penangkapannya, hak untuk segera dibawa ke hadapan
hakim, hak ganti rugi bagi orang yang menjadi korban salah
tangkap, hak untuk diperlakukan secara manusiawidan
bermartabat bagi yang dirampas kebebasannya,
INSTRUMEN UTAMA
4. Kebebasan Bergerak: Hak untuk memilih tempat tinggal,
hak untuk meninggalkan negara, hak untuk tidak
dirampas kebebasannya saat ingin kembali pulang ke
negaranya,
5. Jaminan Peradilan yang Fair: Hak untuk diperlakukan
sama di hadapan hukum, hak atas peradilan yang adil,
hak atas penerapan praduga tidak bersalah,
6. Integritas pribadi dan keluarga: Hak atas privasi, Hak
kebebasan berpikir, berkeyakinan dan beragama, hak
untuk bebas berpendapat termasuk mencari, menerima
dan memberikan informasi
INSTRUMEN UTAMA
7. Larangan propaganda perang dan ujaran kebencian,
8. Kebebasan berserikat,
9. Hak anak,
10. Hak politik,
11. Non-diskriminasi dan perlindungan khusus,
INSTRUMEN UTAMA
3. Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial
dan Budaya
• Disahkan pada 16 Desember 1966, diberlakukan 3 Januari
1976, dan telah diratifikasi oleh kurang lebih 168 negara,
• Indonesia meratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 11
tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya.
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip Dasar Kovenan Internasional tentang Hak
Ekonomi, Sosial dan Budaya:
• Prinsip pemenuhan maju (progresive realisation): Negara
diberi peluang untuk memenuhi hak ekonomi, sosial dan
budaya secara bertahap dan harus bergerak maju dengan
penilaian pencapaian hasil (obligation of result),
• Prinsip Non-diskriminasi: pemenuhan hak ekonomi, sosial
dan budaya tidak boleh dibedakan dengan memandang
ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa agama dan lain
sebagainya,
• Prinsip tanggung jawab negara: pemenuhan hak ekonomi,
sosial dan budaya adalah kewajiban negara
INSTRUMEN UTAMA
Kategori Hak Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi,
Sosial dan Budaya:
1. Hak atas dan dalam pekerjaan: Hak atas pekerjaan, hak atas
pembinaan dalam mencari pekerjaan, hak atas kondisi kerja
yang layak dan adil,
2. Jaminan perlindungan: Hak atas jaminan sosial, hak cuti, hak
atas asuransi sosial
3. Kehidupan yang layak: Hak bebas dari kelaparan, Hak atas
fasilitas kesehatan fisik dan mental,
4. Pendidikan: Hak atas pendidikan, hak dan kebebasan orang
untuk memilik sekolah bagi anak-anaknya,
5. Partsipasi budaya: Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan
budaya, menikmati kemajuan ilmu pengetahuan
INSTRUMEN UTAMA
4. Konvensi Hak Anak
• Ditetapkan tanggal 20 November 1989, berlaku sejak 2
September 1990,
• Indonesia meratifikasi dengan Keputusan Presiden Nomor
36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi tentang Hak
Anak pada 25 Agustus 1990.
• Konvensi ini sebagai respons atas situasi anak-anak di
seluruh dunia, yang rawan menjadi korban segala
kejahatan.
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip Konvensi Hak Anak
• Larangan diskriminasi: Negara pihak harus memastikan
setiap anak berhak atas ketentuan Konvensi tanpa
memandang perbedaan,
• Kepentingan terbaik anak: Negara pihak harus selalu
mempertimbangkan kepentingan terbaik anak dalam skema
program kesejahteraan sosial, pengadilan, urusan
administrasi, maupun kebijakan legislasi,
• Tanggung jawab negara: Negara pihak wajib mengambil
langka legislatif, administratif, dan tindakan lain guna
pelaksanaan hak-hak yang diakui Konvensi
INSTRUMEN UTAMA
• Hak untuk hidup dan tumbuh kembang secara maksimal:
Negara pihak harus mengakui hak setiap anak untuk
kehidupan serta jaminan tumbuh kembangnya semaksimal
mungkin,
• Hak untuk berpartisipasi: Negara pihak harus mengakui hak
setiap anak untuk membentuk pendapatnya sendiri,
mengutarakan pendapat itu dengan bebas dan diberi bobot
sesuai usia si anak
INSTRUMEN UTAMA
Kategori Hak Anak
1. Definisi: Konvensi memberikan definisi secara limitatif
bahwa yang dimaksud anak adalah setiap orang yang
berumur di bawah 18 tahun. (Dikecualikan jika menurut
undang-undang yang berlaku, kedewasaan anak dicapai
lebih cepat)
2. Kewarganegaraan dan hubungan keluarga: setiap anak
berhak diberi nama, memperoleh kewarganegaraan, dan
hak untuk tahu riwayat orang tuanya serta berhak untuk
mempertahankan identitas dan hubungan keluarganya.
INSTRUMEN UTAMA
Kategori Hak Anak
3. Bebas berpendapat, berfikir, berkeyakinan beragama:
setiap anak berhak untuk berpendapat, mencari,
menerima dan memberikan informasi serta kebebasan
berfikir, beragama, serta negara pihak harus
menghormati hak orang tua atau wali yang sah untuk
memberi arahan kepada anak sesuai kebutuhan.
4. Berkumpul dan bebas dari campur tangan: setiap anak
berhak untuk berserikat dan berkumpul secara damai
5. Tanggung jawab negara: Negara pihak bertanggung
jawab atas perkembangan, perlindungan dan pemenuhan
hak-hak anak
INSTRUMEN UTAMA
5. Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau
Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi dan
Merendahkan Martabat
• Ditetapkan 10 Desember 1984 dan berlaku 26 Juni 1987,
• Indonesia meratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1998
tentang Pengesahan Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak Manusiawi
dan Merendahkan Martabat, pada tanggal 28 September 1998.
• Penyiksaan merupakan salah satu pelanggaran Hak Asasi Manusia
yang paling serius dan merupakan wujud penyerangan langsung
pada martabat manusia.
• Larangan penyiksaan dan larangan perbudakan merupakan hak
yang absolut tanpa ada pengecualian, hal ini telah diakui dan
menjadi hukum kebiasaan internasional.
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip Dasar Konvensi Menentang Penyiksaan dan
Perlakuan atau Penghukuman Lain yang Kejam, Tidak
Manusiawi dan Merendahkan Martabat
1. Prinsip Tanggung Jawab Negara: Negara pihak harus
mengambil langkah legislatif, administrasi, hukum atau
langka efektif lainnya guna mencegah terjadinya penyiksaan,
2. Prinsip penghormatan atas hak yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun (Non-Derogable Right): tidak ada
pengecualian apapun, baik dalam kondisi perang, ancaman
perang, ketidakstabilan politik dalam negeri maupun keadaan
darurat lain yang digunakan sebagai pembenaran
penyiksaan.
INSTRUMEN UTAMA
3. Prinsip Non-Refoulement: Negara pihak tidak boleh
mengusir, mengembalikan (refouler), atau
mengekstradisikan seseorang ke negara lain bilamana
terdapat alasan yang cukup kuat bahwa diduga orang
tersebut akan menjadi sasaran penyiksaan.
INSTRUMEN UTAMA
6. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
• Ditetapkan 21 Desember 1965, diberlakukan 4 Januari
1969
• Indonesia meratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1999 tentang Pengesahan pada Konvensi
Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Rasial
1. Non-Diskriminasi: Larangan setiap pembedaan,
pengucilan, pembatasan berdasarkan identitas
antropologis (ras, warna kulit, dan lainnya)
2. Prinsip Tanggung Jawab Negara: Kewajiban Negara
untuk mengambil langkah dalam rangka menghapus
segala bentuk diskriminasi berdasarkan ras,
3. Diskriminasi Positif: dimaknai sebagai pembedaan dalam
rangka memberi perlindungan khusus pada kelompok ras
atau etnis atau perseorangan tertentu, semata agar
mereka dapat menikmati Hak Asasi Manusia
INSTRUMEN UTAMA
7. Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan
• Ditetapkan 18 Desember 1979 dan diratifikasi oleh
Indonesia pada 24 Juli 1984, melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1984 tentang Pengesahan Konvensi
tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap
Perempuan
• Fenomena diskriminasi terhadap perempuan adalah
fenomena universal baik pada level publik ataupun privat.
• Contoh bentuk diskriminasi: Pemberian upah lebih rendah
dibanding laki-laki, korban kekerasan seksual, perkawinan
paksa, dan lain sebagainya
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi Terhadap Perempuan:
1. Prinsip Non-Diskriminasi,
2. Prinsip Tanggung Jawab Negara,
3. Prinsip Diskriminasi Positif atau Tindakan Afirmatif:
dimaknai memberikan peluang dan fasilitas lebih kepada
perempuan agar secara cepat dapat menikmati
kesetaraan antara laki-laki dan perempuan
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN
HAK ASASI MANUSIA
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA
MEKANISME INTERNASIONAL PEMANTAUAN
HAK ASASI MANUSIA:
1. Mekanisme Berdasarkan Traktat (Treaty Based
Mechanism): Mekanisme pemantauan berdasarkan
Traktat adalah mekanisme yang dibentuk berdasarkan
dan oleh perjanjian internasional tentang Hak Asasi
Manusia,
2. Mekanisme Berdasarkan Piagam (Charter Based
Mechanism): Mekanisme yang didasarkan pada
perintah Pasal 7 Piagam PBB
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA

1. Mekanisme Berdasarkan Traktat (Treaty Based


Mechanism)
a. Pembentukan Komite (Committee) dan Sub Komite
(Sub Committee),
b. Laporan Negara: laporan berisi tindakan legislatif,
administratif, atau yudisial yang dilakukan Negara Pihak
sebagai bentuk tindak lanjut atas ratifikasi Kovenan,
c. Pengaduan Individu: laporan yang dikirimkan seseorang
yang merasa haknya dilanggar oleh Negara yang telah
menjadi Negara Pihak pada Kovenan
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA
d. Komentar dan Rekomendasi Umum: adalah
konsekuensi dari kewenangan Komite untuk menerima
laporan negara dan pengaduan individu. Berisi panduan
dan interpretasi atas berbagai istilah dan kategori hak
yang diatur pada berbagai Kovenan.
e. Pengaduan antar negara: suatu negara dapat
mengadukan negara lain yang diduga melakukan
pelanggaran hak asasi manusia kepada Komite tertentu
f. Pelibatan Organisasi Sosial: dalam menyelesaikan
aduan dapat melibatkan organisasi internasional lain
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA
g. Sistem Kunjungan: berdasarkan data dan informasi Komite
terkait dapat melakukan kunjungan langsung
h. Prosedur Inkuiri: mekanisme mencari fakta terkait adanya
dugaan pelanggaran HAM
i. Kerjasama antara Negara Pihak dan Komite: mekanisme
kerjasama terkait pemenuhan kebutuhan hak tertentu, contohnya
kerjasama untuk pemenuhan hak penyandang disabilitas,
j. Pelibatan Badan Khusus PBB: mekanisme melibatkan badan
khusus dalam meningkatkan pemenuhan HAM,
k. Konferensi Negara-Negara Pihak: mekanisme untuk melibatkan
negara-negara pihak dalam suatu konferensi internasional untuk
merumuskan indikator dan rumusan kebijakan yang dapat
diaplikasikan di negara-negara pihak.
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA
2. Mekanisme berdasarkan Piagam (Charter Based
Mechanism)
• Mekanisme yang didasarkan perintah Pasal 7 ayat (1)
Piagam PBB, terdapat 6 lembaga:
a. Majelis Umum
b. Dewan Keamanan
c. Dewan Ekonomi dan Sosial
d. Dewan Perwalian
e. Mahkamah Internasional
f. Sekretariat
MEKANISME INTERNASIONAL
PEMANTAUAN HAK ASASI MANUSIA
• 6 lembaga tersebut berkewajiban untuk tetap menjadikan
HAM sebagai pedoman dan memastikan tujuan PBB
tercapai.
• Selain 6 lembaga tersebut, terdapat lembaga dan
mekanisme yang dibentuk untuk mengawasi:
a) Dewan Hak Asasi Manusia,
b) Telaah Universal Berkala,
c) Prosedur Khusus pada Dewan Hak Asasi Manusia,
d) Prosedur Penanganan Pengaduan pada Dewan Hak Asasi
Manusia
DEKLARASI DAN
PROGRAM
AKSI WINA TAHUN 1993
DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI
WINA TAHUN 1993

DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI WINA TAHUN 1993


(Vienna Declaration and Programme of Action)
• Deklarasi yang dibuat di kota Wina, Austria, dan disetujui
pada tanggal 25 Juni 1993 oleh Konferensi Hak Asasi
Manusia,
• Deklarasi ini menekankan tanggung jawab yang diemban
setiap negara, berdasarkan Piagam PBB, untuk
mengembangkan dan mendorong penghomatan terhadap
hak asasi manusia dan kebebasan asasi tanpa ada
pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa, ataupun agama,
DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI
WINA TAHUN 1993
DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI WINA TAHUN 1993
(Vienna Declaration and Programme of Action)
• Deklarasi yang dibuat di kota Wina, Austria, dan disetujui
pada tanggal 25 Juni 1993 oleh Konferensi Hak Asasi
Manusia,
• Deklarasi ini menekankan tanggung jawab yang diemban
setiap negara, berdasarkan Piagam PBB, untuk
mengembangkan dan mendorong penghomatan terhadap
hak asasi manusia dan kebebasan asasi tanpa ada
pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa, ataupun agama,
DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI
WINA TAHUN 1993
Pembahasan Deklarasi dan Program Aksi Wina tahun
1993:
A. Peningkatan Koordinasi dalam perangkat PBB guna
mendukung pemenuhan Hak Asasi Manusia,
B. Persamaan hak, martabat, dan toleransi,
C. Kerjasama, pembangunan dan penguatan hak asasi
manusia,
D. Pendidikan Hak Asasi Manusia,
E. Penerapan dan Metode Pemantauan,
F. Tindak lanjut Konferensi Dunia Hak Asasi Manusia, .
DEKLARASI DAN PROGRAM AKSI
WINA TAHUN 1993
Ketentuan huruf B (Deklarasi Wina Tahun 1993)
Persamaan Hak, Martabat dan Toleransi, terdiri dari:
1) Rasisme, diskriminasi rasial, xenofobia, dan bentuk-bentuk
intoleransi lainnya,
2) Orang-orang dari kelompok minoritas menurut kebangsaan atau
etnis, agama dan bahasa,
3) Status sederajat dan hak asasi perempuan,
4) Hak anak,
5) Bebas dari penyiksaan, dan
6) Hak penyandang cacat.
SEKIAN
DAN
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai