Mekanisme Pengawasan
• Mekanisme atau perintah penegakan Hak Asasi Manusia
dinyatakan dengan bahasa yang deklaratif. Ketentuannya
tercantum pada Pasal 28 – Pasal 30.
• Mekanisme atau perintah penegakan HAM:
Pada pasal 28, bahwa setiap orang berhak atas tatanan
sosial dan internasional yang di dalamnya hak dan
kebebasan dapat dipenuhi,
INSTRUMEN UTAMA
Pada Pasal 29 dinyatakan bahwa:
a) Setiap orang mempunyai kewajiban untuk menghormati hak orang
lain untuk mengembangkan pribadinya sepenuhnya,
b) Dalam menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang tunduk
pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-
undang dengan maksud semata-mata untuk menghormati hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil
dalam kesusilaan, ketertiban, dan kesejahteraan umum dalam
suatu masyarakat demokratis,
c) Hak dan kebebasan ini dengan jalan bagaimanapun tidak boleh
dilaksanakan bertentangan dengan tujuan dan prinsip PBB.
INSTRUMEN UTAMA
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia diakhiri dengan
pernyataan, “Bahwa tidak satupun di dalam Deklarasi ini
boleh ditafsirkan memberikan suatu negara, kelompok
ataupun seseorang, hak untuk terlibat di dalam kegiatan
apapun atau melakukan perbuatan yang bertujuan untuk
merusak hak dan kebebasan-kebebasan yang manapun
yang termaktub dalam Deklarasi.”
INSTRUMEN UTAMA
2. Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik
• Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik (Internasional
Covenant on Civil and Political Right or ICCPR) disahkan oleh
General Assembly Resolusion pada 16 Desember 1966
diberlakukan pada 23 Maret 1976.
• Kurang lebih 170 negara telah meratifikasi, di Asia Tenggara
diratifikasi pertama kali oleh Vietnam (1982), Filipina (1986),
Kamboja (1992), Thailand (1996), Laos (2000), dan Indonesia
(2005).
• Indonesia meratifikasi Kovenan dengan Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang
Hak Sipil dan Politik, yang ditandatangani pada 28 Oktober 2005,
diundangkan pada Lembar Negara Tahun 2005 Nomor 119.
INSTRUMEN UTAMA
Dalam pertimbangannya Indonesia meratifikasi Kovenan
Internasional tentang Hak Sipil dan Politik dengan alasan:
a) Hak yang melekat pada manusia secara kodrati,
b) Indonesia adalah bagian dari masyarakat Internasional
yang harus menghormati, melindungi dan menjunjung
tinggi hak asasi manusia dan tujuan PBB,
c) Substansi Kovenan pada dasarnya tidak bertentangan
dengan Pancasila dan UUD NRI 1945 dan Pemerintah
Indonesia menyatakan keinginannya untuk terus
memajukan dan melindungi Hak Asasi Manusia
INSTRUMEN UTAMA
Prinsip-Prinsip Dasar
• Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik adalah
penjelasan lebih terperinci atas Pasal 3 – Pasal 21 Deklarasi
Universal Hak Asasi Manusia.
• Prinsip penting dalam Konvenan ini:
1. Non-Diskriminasi, semua hak yang ada dalam Kovenan berlaku
bagi semua orang tanpa dipengaruhi pembedaan atas dasar
apapun seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,
politik dan lain-lain,
2. Pemenuhan secara serta merta, ketika negara meratifikasi
Kovenan, maka langsung saat itu negara tersebut memiliki
kewajiban untuk menghormati seluruh kategori hak yang diakui
dalam Kovenan tanpa memilah memilih atau mendahulukan hak
yang satu daripada hak yang lain
INSTRUMEN UTAMA
3. Tanggung jawab negara, penghormatan atas seluruh hak
sipil dan politik adalah menjadi tanggung jawab negara.