Anda di halaman 1dari 8

Tugas 5

Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)


Tanggal : Pertemuan ke-5 (Jumat, 17 Februari 2023)
Materi : Hak Asasi Manusia dan Rule of Law
Dosen : Usep Saepurohman M.Pd.

A. Konsep Dasar Hak Asasi Manusia (Secara Etimologis, Terminologis Dan Para
Ahli)
Hak Asasi Manusia (HAM) merujuk pada hak-hak yang melekat pada setiap
manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat dan nilai yang sama. Konsep HAM
telah berkembang sejak lama, dan banyak ahli yang telah memberikan definisi dan
pemahaman yang berbeda tentang konsep ini.
a.) Secara etimologis, kata "hak" berasal dari bahasa Inggris "right" yang berarti
sesuatu yang benar atau tepat. Sedangkan kata "asasi" berasal dari bahasa Arab
"asas" yang berarti dasar atau prinsip. Jadi, Hak Asasi Manusia secara harfiah dapat
diartikan sebagai hak-hak yang mendasar atau prinsipil yang dimiliki oleh setiap
manusia.
b.) Secara terminologis, konsep HAM tercantum dalam banyak dokumen dan deklarasi
internasional seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) yang
disetujui oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948. DUHAM
menyatakan bahwa setiap orang memiliki hak asasi yang sama dan tidak boleh
diskriminasi dalam hak-hak tersebut.
c.) Para ahli juga memberikan pemahaman tentang konsep HAM. Berikut adalah
beberapa definisi dari para ahli:
1.) John Locke: "Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada manusia
sebagai individu yang bebas dan setara, dan diberikan oleh penciptanya."
2.) Immanuel Kant: "Hak Asasi Manusia adalah hak yang dimiliki oleh setiap
manusia secara inheren, karena keberadaannya sebagai manusia."
3.) Mahatma Gandhi: "Hak Asasi Manusia adalah hak-hak yang diberikan oleh
Tuhan kepada setiap manusia untuk hidup dengan martabat dan kehormatan."
4.) Amartya Sen: "Hak Asasi Manusia adalah hak yang memungkinkan setiap
manusia untuk hidup sebagai manusia, dan bukan sebagai hewan atau objek."
Dalam kesimpulannya, konsep Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat
pada setiap manusia sebagai makhluk yang memiliki martabat dan nilai yang sama.
Konsep ini telah berkembang sejak lama dan didefinisikan oleh banyak ahli dengan
cara yang berbeda.
B. Kategori Dan Ciri Hak Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia (HAM) dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok
berdasarkan jenis haknya. Berikut adalah beberapa kategori hak asasi manusia:
a.) Hak sipil dan politik: meliputi hak-hak seperti hak untuk hidup, hak untuk
kebebasan berekspresi, hak untuk kebebasan beragama, hak untuk berkumpul dan
berserikat, hak untuk suara dalam pemilihan, dan hak untuk memiliki akses ke
pengadilan.
b.) Hak ekonomi, sosial, dan budaya: meliputi hak-hak seperti hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, hak atas pendidikan dan kesehatan yang layak, hak atas
perumahan dan lingkungan yang sehat, hak atas kebudayaan dan kebebasan
berkreasi.
c.) Hak-hak kolektif: meliputi hak-hak kelompok-kelompok tertentu seperti hak-hak
kaum minoritas, hak-hak perempuan, hak-hak anak-anak, dan hak-hak orang
dengan disabilitas.

Ciri-ciri hak asasi manusia adalah sebagai berikut:


a.) Universal: Hak asasi manusia berlaku untuk semua orang tanpa terkecuali, tidak
peduli apapun latar belakang, agama, atau kebangsaan seseorang.
b.) Inherent: Hak asasi manusia melekat pada setiap manusia sejak lahir dan tidak dapat
dicabut oleh siapapun.
c.) Tak Terbatas: Hak asasi manusia tidak dapat dibatasi oleh negara atau pihak
manapun, kecuali dalam keadaan tertentu dan dengan prosedur yang jelas.
d.) Mutlak: Hak asasi manusia tidak dapat dikompromikan atau ditukar dengan hal lain.
e.) Harmonis: Hak asasi manusia saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan satu
sama lain.
f.) Dapat Dijaga: Hak asasi manusia harus dilindungi dan dijaga agar dapat dipenuhi
dan dinikmati oleh setiap individu.
Kesimpulannya, hak asasi manusia dapat dikategorikan ke dalam beberapa
kelompok dan memiliki ciri-ciri yang khas yang membedakannya dari hak-hak lainnya.
Kepentingan untuk melindungi dan menghormati hak asasi manusia sangat penting bagi
kesejahteraan masyarakat dan kemanusiaan secara umum.

C. Prinsip Pokok Hak Asasi Manusia


Prinsip-prinsip pokok hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat prinsip
dasar yang mengatur hak-hak yang melekat pada setiap manusia dan diakui secara
universal. Prinsip-prinsip ini bertujuan untuk memastikan penghormatan,
perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia di seluruh dunia. Berikut adalah
prinsip-prinsip pokok HAM:
a.) Keterlibatan dan partisipasi: Setiap orang berhak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan yang memengaruhi hidupnya dan memiliki akses yang
sama terhadap sumber daya dan kesempatan.
b.) Keadilan dan kesetaraan: Setiap orang harus diperlakukan sama di hadapan hukum
dan tidak boleh didiskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau orientasi
seksual.
c.) Kemanusiaan dan martabat: Setiap orang memiliki hak untuk dihormati sebagai
manusia dan memiliki martabat yang sama tanpa terkecuali.
d.) Kebebasan: Setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, berekspresi, beragama,
dan bergerak secara bebas.
e.) Kepastian hukum: Setiap orang berhak atas perlindungan hukum yang memastikan
hak-haknya dilindungi dan diakui oleh negara.
f.) Tanggung jawab: Setiap orang harus bertanggung jawab atas tindakan dan
perilakunya, serta harus menghormati hak-hak orang lain.
g.) Kepemilikan: Setiap orang berhak atas hak milik pribadi dan tidak boleh dirampas
tanpa alasan yang jelas dan diberikan ganti rugi yang wajar.
h.) Solidaritas: Setiap orang harus bekerja sama untuk mencapai kesejahteraan bersama
dan saling membantu dalam memenuhi kebutuhan masyarakat.
i.) Pemenuhan hak: Setiap orang berhak atas pemenuhan hak-hak dasarnya, termasuk
hak atas pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan yang layak.
Prinsip-prinsip ini menggarisbawahi pentingnya penghormatan dan
perlindungan hak asasi manusia dalam masyarakat. Negara dan pihak lainnya harus
memastikan bahwa hak asasi manusia dilindungi dan dipenuhi, serta memberikan akses
yang sama bagi semua orang tanpa terkecuali.

D. Sejarah Perkembangan Hak Asasi Manusia (Di Dunia Dan Indonesia)


Sejarah perkembangan hak asasi manusia (HAM) dimulai sejak zaman kuno,
namun konsep modern hak asasi manusia yang diakui secara internasional baru muncul
pada abad ke-18. Berikut adalah sejarah perkembangan HAM di dunia dan Indonesia:

Di Dunia:
a.) Abad ke-18: Konsep HAM modern muncul pada masa pencerahan di Eropa, yang
menekankan hak individu dan kebebasan sipil, seperti hak atas kebebasan berbicara,
beragama, dan berorganisasi.
b.) Abad ke-19: Pada masa ini, gerakan abolisi perbudakan dan hak suara wanita
menjadi sorotan penting dalam perjuangan HAM.
c.) Abad ke-20: Pasca Perang Dunia II, konsep HAM semakin diakui secara
internasional dan dituangkan dalam berbagai perjanjian dan deklarasi, seperti
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) pada tahun 1948.
d.) Abad ke-21: Perjuangan HAM masih terus berlanjut dan semakin kompleks, seperti
isu-isu hak migran, hak lingkungan, dan hak digital.

Di Indonesia:
a.) Zaman Hindia Belanda: Pada masa ini, muncul beberapa kelompok pergerakan
nasional yang menuntut kemerdekaan dan hak-hak sipil, seperti Sarekat Islam dan
Indische Partij.
b.) Masa Penjajahan Jepang: Pada masa pendudukan Jepang, konsep HAM semakin
dikenalkan melalui Pemuda Sumpah Pemuda dan Konstitusi Jepang 1946 yang
mengakui hak-hak individu.
c.) Masa Kemerdekaan: Konsep HAM tertuang dalam UUD 1945, namun perjuangan
untuk memenuhi hak-hak dasar masih terus berlanjut, seperti hak atas pekerjaan,
pendidikan, dan kesehatan.
d.) Reformasi: Setelah era Orde Baru, Indonesia semakin aktif dalam mempromosikan
dan memperjuangkan HAM, seperti dengan membentuk Komnas HAM dan
mengambil langkah-langkah untuk memenuhi hak-hak dasar rakyat, seperti hak atas
pangan dan hak atas air bersih.
Perkembangan HAM di dunia dan Indonesia menunjukkan bahwa perjuangan
untuk memenuhi hak-hak dasar dan kebebasan individu masih terus berlanjut dan
menjadi isu global yang relevan hingga saat ini.
E. Hak Asasi Manusia Dalam UUD 1945 (Sebelum Dan Sesudah Amandemen)
Hak Asasi Manusia (HAM) dalam UUD 1945 mengalami perkembangan sejak
lahirnya konstitusi tersebut hingga mengalami beberapa perubahan setelah amandemen
dilakukan. Berikut adalah penjelasan mengenai HAM dalam UUD 1945 sebelum dan
sesudah amandemen:

Sebelum Amandemen:
Pasal-pasal yang mengatur HAM dalam UUD 1945 sebelum amandemen terdapat
dalam Bab XA tentang Hak Asasi Manusia. Pasal-pasal tersebut antara lain:
a.) Pasal 28A: Setiap orang berhak atas kehidupan yang layak bagi kemanusiaan.
b.) Pasal 28B: Setiap orang berhak atas kebebasan berpendapat dan mengeluarkan
pendapat.
c.) Pasal 28C: Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat.
d.) Pasal 28D: Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
penegakan hukum yang adil dan bijaksana.
e.) Pasal 28E: Setiap orang berhak untuk memeluk agama dan beribadah sesuai dengan
agamanya.
f.) Pasal 28F: Setiap orang berhak atas kesetaraan di depan hukum dan perlindungan
hukum yang sama.

Sesudah Amandemen:
Setelah amandemen dilakukan pada tahun 1999, hak asasi manusia dalam UUD 1945
semakin diperkuat dengan ditambahkannya pasal-pasal baru yang mengatur tentang
HAM. Beberapa pasal yang menyangkut HAM dalam UUD 1945 setelah amandemen
antara lain:

a.) Pasal 27 ayat (1): Setiap orang berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan.
b.) Pasal 28I: Setiap orang berhak atas kebebasan beragama dan berkeyakinan, serta
menjamin hak untuk memilih agama atau kepercayaan serta beribadah menurut
agama atau kepercayaannya itu.
c.) Pasal 28J: Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasinya.
d.) Pasal 28K: Setiap orang berhak atas kebebasan dari perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan dari
perlakuan yang bersifat diskriminatif.
Perkembangan HAM dalam UUD 1945 menunjukkan bahwa hak asasi manusia
semakin diakui dan diperkuat dalam sistem hukum Indonesia. Hal ini menjadi landasan
penting dalam memperjuangkan dan memenuhi hak asasi manusia di Indonesia.
F. Jenis Pelanggaran Hak Asasi Manusia
Ada banyak jenis pelanggaran hak asasi manusia (HAM), di antaranya adalah:
a.) Pelanggaran hak sipil dan politik: pelanggaran hak untuk kebebasan berekspresi,
berkumpul, berserikat, dan hak untuk memilih dan dipilih.
b.) Pelanggaran hak ekonomi, sosial, dan budaya: pelanggaran hak untuk bekerja,
mendapatkan gaji yang adil, kesehatan, pendidikan, dan hak atas pangan dan air
bersih.
c.) Diskriminasi: pelanggaran hak atas perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif
terhadap seseorang berdasarkan suku, agama, jenis kelamin, atau orientasi seksual.
d.) Kekerasan dan kejahatan terhadap manusia: pelanggaran hak atas hidup, kebebasan
dari perlakuan yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan martabat manusia,
serta hak atas keadilan dan penegakan hukum yang adil.
e.) Pelanggaran terhadap hak anak: pelanggaran hak atas kesehatan, pendidikan,
perlindungan dari eksploitasi dan pelecehan, serta hak atas kelangsungan hidup dan
pembangunan.
f.) Pelanggaran terhadap hak perempuan: pelanggaran hak atas perlakuan yang sama
dan tidak diskriminatif, perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga,
pemerkosaan, atau bentuk kekerasan lainnya, serta hak atas kesehatan reproduksi
dan kemandirian ekonomi.
g.) Pelanggaran hak migran dan pengungsi: pelanggaran hak atas perlakuan yang sama
dengan warga negara lainnya, perlindungan dari penindasan, dan hak untuk kembali
ke negara asal mereka.
h.) Pelanggaran hak atas lingkungan: pelanggaran hak atas lingkungan yang sehat dan
bersih, serta hak untuk hidup dalam lingkungan yang aman dan lestari.

G. Upaya Penegakan Hak Asasi Manusia


Upaya Penegakan HAM
a.) Pembentukan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
Komnas HAM dibentuk pada 7 Juni 1993 melalui Kepres Nomor 50 tahun 1993.
Keberadaan Komnas HAM selanjutnya diatur Undang-Undang RI nomor 39 tahun
1999 pasal 75 sampai dengan pasal 99. Komnas HAM merupakan satu di antara
lembaga penegakan HAM mandiri setingkat lembaga negara lainnya yang
berfungsi sebagai lembaga pengkajian, penelitian, penyuluhan, pemantauan, dan
mediasi HAM.Setiap warga negara yang merasa hak asasinya dilanggar boleh
melakukan pengaduan kepada Komnas HAM. Pengaduan tersebut harus disertai
dengan alasan, baik secara tertulis maupun lisan dan identitas pengadu yang benar.
b.) Pembentukan Instrumen HAM
Instrumen HAM merupakan alat untuk menjamin proses perlindungan dan
penegakan HAM. Instrumen HAM biasanya berupa peraturan perundang-undangan
dan lembaga-lembaga penegak hak asas manusia, seperti Komisi Nasional Hak
Asasi Manusia (Komnas HAM) dan Pengadilan HAM.Instrumen HAM yang
berupa peraturan perundang-undangan dibentuk untuk menjamin kepastian hukum
serta memberikan arahan dalam proses penegakan HAM.
c.) Pembentukan Pengadilan HAM
Pengadilan HAM dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 26 tahun 2000.
Pengadilan HAM adalah pengadilan khusus terhadap pelanggaran HAM berat
yang diharapkan dapat melindungi hak asasi manusia, baik perseorangan maupun
masyarakat dan menjadi dasar dalam penegakan, kepastian hukum, keadilan dan
perasaan aman, baik perseorangan maupun masyarakat.

H. Konsep Dasar Rule of Law


Pada dasarnya, doktrin rule of law adalah konsep negara hukum yang berarti
hukum memegang kedudukan tertinggi dalam penyelenggaraan suatu negara hukum.
Istilah ini dikemukakan oleh AV Dicey. Ia menguraikan 3 unsur penting dalam Rule of
Law, antara lain:
a.) Supremasi Hukum (Supremacy of Law)
Hal ini bertujuan agar hukum dapat melindungi seluruh warga masyarakat tanpa
ada intervensi dari pihak mana pun dengan cara menegakkan dan menempatkan
hukum di posisi tertinggi. Dalam hal ini, setiap orang baru dapat dikenakan sanksi
hukum manakala yang bersangkutan melakukan pelanggaran.
b.) Persamaan di Mata Hukum (Equality Before the Law)
Sederhananya, ini berarti setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di
mata hukum.
c.) Proses Hukum Adil dan Tidak Memihak (Due Process of Law)
Unsur ini berfungsi untuk menjamin hak-hak warga negara untuk dapat diproses
hukum sesuai prosedur yang berlaku, dalam hal ini proses hukum yang adil dan
tidak memihak, layak, dan benar.
Disarikan dari Antara Definisi dan Praktik Rule of Law di Indonesia, berikut syarat-
syarat pemerintahan representatif di bawah rule of law, yakni:
• Adanya perlindungan konstitusional;
• Adanya pengadilan yang bebas dan tidak memihak;
• Adanya pemilihan umum yang bebas;
• Adanya kebebasan untuk menyatakan pendapat dan berserikat;
• Adanya tugas oposisi; dan
• Adanya pendidikan kewarganegaraan.

I. Prinsip-Prinsip Rule of Law


Di Indonesia, prinsip-prinsip rule of law secara formal tertera dalam pembukaan
UUD 1945 yang menyatakan
a.) bahwa kemerdekaan itu hak segala bangsa, ….karena tidak sesuai dengan peri
kemanusiaan dan “peri keadilan”;
b.) ….kemerdekaan Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, “adil” dan makmur;
c.) ….untuk memajukan “kesejahteraan umum”, ….dan “keadilan sosial”;
d.) ….disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu “Undang undang
Dasar Negara Indonesia”;
e.) “…kemanusiaan yang adil dan beradab”; serta (f) …..serta dengan mewujudkan
suatu “keadilan sosial” bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prinsip-prinsip tersebut pada hakikatnya merupakan jaminan secara formal
terhadap “rasa keadilan” bagi rakyat Indonesia, juga “keadilan sosial” sehingga
pembukaan UUD 1945 bersifat tetap dan instruktif bagi penyelenggaraan Negara.
Dengan demikian, inti dari rule of law adalah jaminan adanya keadilan bagi
masyarakat, terutama keadilan sosial. Prinsip-prinsip diatas merupakan dasar hukum
pengambilan kebijakan bagi penyelenggaraan Negara/pemerintahan, baik
di tingkat pusat maupun daerah, yang berkaitan dengan jaminan atas rasa keadilan
terutama keadilan sosial.
Penjabaran prinsip-prinsip rule of law secara formal termuat didalam pasal-
pasal UUD
1945, yaitu :
a.) Negara Indonesia adalah Negara hukum (pasal 1 Ayat (3))
b.) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk
menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan (Pasal 24 Ayat
1)
c.) Segala warga Negara bersamaan kedudukannnya di dalam hukum dan
pemerintahan, serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya (pasal 27 ayat 1)
d.) Dalam Bab X A tentang Hak Asasi Manusia, memuat 10 Pasal, antara lain bahwa
setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum
yang adil, serta perlakuan yang di hadapan hukum (pasal 28 D ayat 1).
e.) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakua yang adil
dan layak dalam hubungan kerja (pasal 28 D Ayat 2).
Prinsip-prinsip Rule of Law Secara Hakiki dalam Penyelenggaraan Pemerintah
Prinsip-prinsip rule of law secara hakiki (materiil) sangat erat kaitannya dengan
“the enforcement of the rules of law” dalam penyelenggaran pemerintahan, terutama
dalam hal penegakan hukum dan implementasi prinsip-prinsip rule of law. Berdasarkan
pengalaman berbagai Negara dan hasil kajian, menunjukkan bahwa keberhsilan “the
enforcement of the rules of law” bergantung pada kepribadian nasional setiap bangsa
(sunarjati Hartono: 1982). Hal ini didukung oleh kenyataan bahwa rule of law
merupakan institusi sosial yang memiliki struktur sosiologis yang khas dan mempunyai
akar budayanya yang khas pula.Rule of law ini juga merupakan legalisme; suatu aliran
pemikiran hukum yang didalamnya terkandung wawasan sosial. Rule of law juga
merupakan gagasan tentang hubungan antarmanusia, masyarakat dan Negara yang
dengan demikian memuat nilai-nilai tertentu yang memiliki struktur sosiologis sendiri.
Legalisme tersebut mengandung gagasan bahwa keadilan dapat dilayani melalui
pembuatan sistem peraturan dan prosedur yang senga ja bersifat objektif, tidak
memihak, tidak personal, dan otonom.
Secara kuantitatif, peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rule of
law telah banyak dihasilkan di Indonesia, tetapi implementasinya belum mencapai hasil
yang optimal sehingga rasa keadilan bisa secara optimal dilaksanakan
J. Stategi Penerapan Rule of Law Di Indonesia
Sebagai negara yang berdasarkan hukum (rechstaat) dan bukan berdasarkan
kekuasaan (machstaat), Indonesia juga menerapkan konsep Rule of Law sebagaimana
tercantum dalam Pasal 1 ayat (3), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28D ayat (1)UUD 1945.
Menurut Jimly Asshiddiqie, isi rumusan tersebut mengindikasikan pemenuhan
konsep rule of law di Indonesia, yaitu:
a.) Adanya pengakuan terhadap prinsip supremasi hukum dan konstitusi;
b.) Dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan;
c.) Adanya jaminan hak asasi manusia;
d.) Adanya peradilan bebas dan tidak memihak yang menjamin persamaan warga
negara di hadapan hukum, dan menjamin keadilan bagi setiap orang termasuk
terhadap penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa.

Salah satu perwujudan rule of law di Indonesia dapat dilihat dari penerapan
peraturan perundang-undangan sebagai fondasi peran lembaga negara dan pelayannya
secara administrasi di Indonesia.
Penerapan rule of law juga dapat dilihat dari diterapkannya sistem hukum
Pancasila di Indonesia. Dalam hal ini, hakim berhak menafsirkan dan berpendapat di
luar ketentuan hukum dalam memutus sebuah perkara karena hukum dipandang 2 sisi,
yaitu secara formal dan materil.

Anda mungkin juga menyukai