Anda di halaman 1dari 10

Nama : Carissa Cindy Heliza

NIM : 11000121130364
Mata Kuliah : Hukum dan Hak Asasi Manusia
Kelas :L

TUGAS RESUME BAB III : INSTRUMEN HUKUM INTERNASIONAL HAK


ASASI MANUSIA

A. Pengantar

Hak Asasi Manusia atau yang dapat disebut dengan HAM muncul sebagai
respon atas ketidakadilan, penindasan, kekejaman, dan kebiadaban kelompok
masyarakat tertentu. Pelembagaan HAM dimulai dengan dikeluarkannya
instrumen HAM nasional dalam bentuk perundang – undangan nasional atau
instrumen deklaratif yang memuat ketentuan mengenai HAM. Perundang –
undangan tersebut adalah :
1. Bill of Rights di Inggris tahun 1688
2. Virginia Declaration of Rights di Amerika Serikat tahun 1776
3. Declaration of Independence di Amerika Serikat tahun 1776
4. Bill of Rights di Amerika Serikat tahun 1791
Beberapa Instrumen HAM yang telah disebutkan di atas menjadi titik awal
untuk memulai pembahasan tentang instrumen HAM, karena instrimen –
instrumen sebagaimana tersebut di atas sangat mempengaruhi secara signifikan
atas berbagai instrumen HAM modern.

B. Instrumen Internasional Hak Asasi Manusia


a. Universal Declaration of Human Rights (UDHR)
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (DUHAM) atau UDHR adalah
dokumen pengakuan internasional terhadap HAM yang disusun oleh Komisi
HAM PBB. Deklarasi tersebut diterima oleh Resolusi Majelis Umum PBB
Nomor: 217 A (III) tanggal 10 Desember 1948 oleh 48 negara di samping 8
negara anggota baru PBB yang menyatakan abstain. 8 negara tersebut adalah
Belarussia, Cekoslovakia, Uni Soviet, Polandia, Saudi Arabia, Ukraina, Uni
Afrika, dan Yugoslavia.
Dokumen ini merupakan suatu deklarasi yang diumumkan sebagai
suatu standar pencapaian yang berlaku umum untuk semua rakyat dan semua
negara, ysng akibatnya secara normatif tidak memiliki kekuatan hukum
mengikat sebagaimana instrumen hukum perjanjian internasional lain.
Deklarasi ini mengindikasikan pendapat internasional, maka dokumen ini
mengikat secara moral sebagai landasan dasar kemanusiaan.
Berikut adalah beberapa hal penting yang terkandung dalam deklarasi
tersebut, adalah :

1. Norma Dasar
Pembukaan UDHR memuat prinsip – prinsip dasar
kemanusiaan yang dapat dilihat dari sisi filosofis, historis, dan
yuridis. Secara filosofid, konsideran deklarasi ini memberikan
pengakuan atas martabat yang melekat dqan hak hak yang sama
dan tidak terasingkan bagi manusia karena manusia harus hidup
dalam nilai kemanusiaan, keadilan, dan perdamaian. Secara
historis, deklarasi ini menyatakan bahwa pengabaian HAM telah
mengakibatkan perbuatan perbuatan bengis yang menimbulkan
rasa kemarahan dalam hati manusia seluruh dunia. Sedangkan
secara yuridis, deklarasi ini menyatakan bahwa hak hak dan
kebebasan dasar manusia perlu dilindungi oleh peraturan hukum.
Inti dari substansi konsideran pembukaan dan pasal 1 UDHR
adalah persamaan (equality), martabat kemanusiaan (dignity), dan
persaudaraan (brotherhood).

2. Hak – Hak Personal


Hak – hak personal tercantum dalam pasal 2 hingga 11 dalam
UDHR. Di dalam pasal – pasal tersebut menyantumkan, antara lain
adalah :
a. Hak untuk menikmati hak yang terdapat dalam deklarasi ini
tanpa diskriminasi atas alasan apapun;
b. Hak atas penghidupan, kemerdekaan, dan keselamatan;
c. Hak untuk tidak dianiaya atau diperlakukan secara kejam;
d. Hak atas pengakuan sebagai manusia;
e. Hak atas persamaan di depan hukum;
f. Hak atas peradilan yang fair;
g. Hak untuk tidak ditangkap dan ditahan secara sewenang
wenang;
h. Hak untuk didengar pendapatnya;
i. Hak atas pengakuan tidak bersalah sampai pengadilan
memberikan putusan bersalah untuk seorang terdakwa.
3. Prinsip Interaksi Antar Manusia
Prinsip interaksi antar manusia dicantumkan dalam pasal 12-17
UDHR. Disebut sebagai interaksi antar manusia karena di
dalamnya terkandung hak setiap orang untuk melakukan hubungan
dengan orang lain atau negara lain. Isi dari pasal – pasal ini antara
lain :
a. Hak untuk tidak diganggu semua urusan pribadinya, keluarga,
rumah tangga, hubungan surat menyurat, dan nama baiknya;
b. Hak untuk diam atau bergerak dalam batas batas negara dan
untuk meninggalkan suatu negeri;
c. Hak atas status kewarganegaraan;
d. Hak untuk mendapatkan suara politik;
e. Hak untuk mencari pasangan dan membangun keluarga;
f. Hak untuk memiliki, baik sendiri maupun bersama orang lain.

4. Kebebasan Dasar dan Hak Sipil Politik


Kebebasan dasar dan hak sipil politik ini tercantum dalam pasal
18-21 UDHR yang menyatakan, antara lain:
a. Hak atas kebebasan pikiran, hati nuranu, dan agama;
b. Hak atas kebebasan mempunyai dan menyampaikan pendapat;
c. Hak atas kebebasan berkumpul, berserikat, dan tidak dipaksa
untuk masuk dalam suatu perkumpulan;
d. Hak untuk turut serta dalam pemerintahan dan hak atas jabatan.
5. Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya
Hak ekonomi, sosial, dan budaya tercantum dalam pasal 22-27
UDHR yang menyatakan, antara lain :
a. Hak atas jaminan sosial;
b. Hak atas pekerjaan, upah yang layak, dan hak untuk
mendirikan dan memasuki serikat kerja;
c. Hak atas istirahat dan liburan, serta pembatasan kerja yanng
layak;
d. Hak atas tingkay hidup yang baik dan hak atas perlindungan
sosial bagi ibu dan anak;
e. Hak atas pendidikan gratis terutama pada jenjang pendidikan
rendah dan dasar;
f. Hak untuk berpartisipasi dalam hidup kebudayaan masyarakat
dan menikmati hasil kesenian, perlindungan untuk menikmati
hasil dari suatu produksi dalam lapangan ilmu pengetahuan,
sastra, dan seni yang diciptakannya.

6. Mekanisme Penegakan Internasional


a. Setiap orang berhak atas ditegakkannya dan dilaksanakannya
hak hak yang tercantum dalam deklarasi oleh komunitas
internasional;
b. Setiap orang mempunyai kewajiban untuk menghormati hak
orang lain untuk mengembangkan pribadinya dan dalam
menjalankan hak dan kebebasannya, setiap orang tunduk pada
pembatasan pembatasan yang telah ditetapkan oleh UU dengan
maksud untuk menghormati hak dan kebebasan orang lain, hak
dan kebebasan tersebut tidak boleh dijalankan dengan cara
yang bertentangan dengan tujuan PBB;
c. Tidsk ada satupun dalam deklarasi ini yang boleh diartikan oleh
siapapun, negara manapun, maupun instansi apapun untuk
melakukan kegiatan yang bertujuan merusak salah satu hak dan
kebebasan yang tercantum dalam deklarasi ini.
Ciri penting dalam deklarasi ini adalah antara lain :
1. HAM adalah hak yang dapat diklaim pemenuhannya dan adanya
kewajiban bagi pihak lain untuk memenuhinya;
2. Hak hak ini dianggap bersifat universal dan yang dimiliki manusia
semata mata karena ia manusia;
3. HAM dianggap ada hubungan sendirinya dan tidak bergantung pada
pengakuan dan penerapannya di dalam sistem adat atau sistem hukum
di negara – negara tertentu;
4. HAM dipandang sebagai norma norma yang penting meski tidak
seluruhnya bersifat mutlak dan tanpa perkecualian, namun HAM
memiliki kedudukan yang cukupnkuat sebagai pertimbangan normatif
yang diberlakukan dalam hal terjadi benturan dengan norma norma
nasional yang bertentangan;
5. Hak hak ini mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun
pemerintah. Kewajiban ini dianggap tidak bergantung pada
penerimaan, pengakuan, atau penerapan terhadapnya.

UDHR tetap menjadi akar dari kebanyakan instrumen HAM


Internasional. Tidak hanya internasional, pada tingkat regional juga
terdapat banyak instrumen yang mencerminkan nilai UDHR. Contohnya
adalah Deklarasi Bandyng 1955 (Konferensi Asia Afrika di Bandung).

b. International Convenant on Civil and Political Rights (ICCPR)


ICCPR terdiri dari 53 pasal dan disetujui pada tahun 1966,
mulai berlaku secara efektif pada tanggal 23 Maret 1976 setelah
diratifikasi oleh lebih dari 60 negara pihak. Konvenan ini menegaskan
dan menjabarkan ketentuan – ketentuan yang terdapat dalam pasal 3
hingga 21 UDHR. Semua hak yang terdapat dalam ICCPR berlaku
bagi semua orang, tanpa melihat identitas apapun (etnis, ras, warna
kulit, bahasa, dan lainnya). Hak sipil dan politik ini melekat pada diri
setiap orang secara inheren.
Konvenan ini mengandung hak hak demokratis yang
kebanyakan terkait dengan hubungan antara negara dan warga
negaranya. Beberapa hak yang diatur dan diakui oleh ICCPR yakni :
1. Hak untuk hidup;
2. Hak untuk bebas dari penyiksaan dan perlakuan/hukuman kejam, tidak
manusiawi, dan merendahkan martabat;
3. Bebas dari perbudakan dan kerja paksa;
4. Hak atas kebebasan dan keamanan pribadi;
5. Hak tahanan atas perlakuan manusiawi;
6. Bebas dari penahanan karena hutang;
7. Bebas berpindah dan bertempat tinggal;
8. Hak atas pengadilan yang jujur;
9. Hak atas perlindungan dari hukum yang sewenang – wenang;
10. Hak persamaan di depan hukum;
11. Hak privasi;
12. Bebas berpikir, berkeyakinan, dan beragama;
13. Bebas berpendapat dan berekspresi;
14. Larangan propaganda perang dan diskriminasi;
15. Hak berkumpul dan berserikat;
16. Hak untuk menikah dan berkeluarga;
17. Hak anak;
18. Hak berpolitik;
19. Hak kesamaan di muka hukum;
20. Hak hak minoritas.
Pada prinsipnya, ICCR merupakan refleksi atau pengaturan lebih rinci dari
berbagai hak yang terdapat dalam UDHR.

c. International Convenant on Economic and Social Rights (ICESCR)


ICESCR merupakan salah satu instrumen hukum internasional yang
terdiri dari 31 pasal yang menjabarkan lebih lanjut tentang hak – hak
yang diatur dalam bagian akhir UDHR. Konvenan ini ada pada tahun
1966 dan mulai berlaku efektif pada 3 Januari 1976. Beberapa hak
yang diatur dalam konvenan ini antara lain adalah :
1. Hak atas pendidikan;
2. Hak atas pekerjaan dan hak pekerja;
3. Hak atas perumahan yang layak;
4. Hak atas kesehatan;
5. Hak atas standar kehidupan yang layak.
Dari ketentuan Pasal 2 ICESCR, dapat diidentifikasi beberapa sifat dan
prinsip hak ekonomi, sosial, dan budaya, yaitu :
 Hak ekonomi, sosial, dan budaya (ekosob) bersifat netral.
Negara sebagai pemangku kewajiban dengan ideologi atau sistem
ekonomi apapun, memiliki kewajiban untuk memenuhi hak
ekosob. Masyarakat sebagai pemangku hak, berhak untuk
mengklaim pemenuhan hak hak tersebut.
 Non diskriminasi. Hak ekosob merupakan hak semua orang dan
tidak dibatasi oleh berbagai identitas apapun.
 Pemenuhan dilakukan secara bertahap sesuai kapabilitas
negara yang bersangkutan. Namun, negara tidak boleh selalu
beralasan tidak ada sumber daya yang cukup untuk memenuhi hak
ekosob. Negara dituntut untuk berusaha secara maksimal dan
memberi skala prioritas untuk memenuhi hak tersebut.

d. Convention on the Rights of Child (CORC)


Konvensi Hak Anak (KHA) merupakan konvensi yang
universalitasnya hampir sama dengan UDHR. Konvensi ini diterima
secara universal oleh banyak negara dalam waktu yang sangat singkat.
Konvensi yang disetujui oleh Majelis Umum PBB pada 20 November
1989 ini terdiri dari 45 pasal.
Dalam perkembangannya, pada tahun 2000 dilengkapi 2
protokol, yakni tentang perlibatan anak dalam konflik bersenjata dan
tentang perdagangan anak, pelacuran anak, dan pornografi anak. KHA
mengatur pula beberapa hak notmatif anak, antara lain :
1. Hak untuk hidup dan hak untuk berkembang;
2. Hak atas status kelahiran dan pengakuan negara atas
kelahiran;
3. Hak untuk mempertahankan identitas dari status
kewarganegaraan;
4. Hak untuk tinggal bersama orang tuanya;
5. Hak untuk pindah kewarganegaraan, mengikuti
kewarganegaraan orangtuanya;
6. Hak untuk tidak diperdagangkan;
7. Hak untuk menyampailan pendapat;
8. Hak untuk mendapatkan informasi;
9. Hak untuk kebebasan berpikir, hati nurani, dan agama;
10. Hak untuk berorganisasi;
11. Hak untuk tidak dicampuri urusan kerahasiaan pribadinya.

e. Convention Against Torture and Other Cruel, Inhuman, or


Degrading Treatment or Punishment (CAT)
Konvensi ini diterima PBB tanggal 10 Desember 1984,
merupakan instrumen khusus yang membahas satu hak tunggal yang
tercantum dalam pasal 5 UDHR dan pasal 7 Konvenan Hak Sipil
Politik. Adanya konvensi ini karena keprihatinan negara negara atas
perilaku sebagian negara yang menggunakan pola penyiksaan untuk
mempertahankan kekuasaan dan mengintimidasi masyarakat.
Salah satu perdebatan yang hingga saat ini belum selesai adalah
yang berkaitan dengan elemen ekstra teritorial pelarangan penyiksaan
sebagaimana diatur dalam pasal 3 CAT. Berdasarkan ketentuan
tersebut, seseorang boleh menggunakan alasan akan disiksa jika ia
kembali ke negaranya, sehingga negara yang ditempati harus
memberikan perlindungan dan izin tinggal. Hal tersebut yang dalam
hukum internasional biasa disebut sebagai hak asilum.
Salah satu potensi pelanggaran CAT adalah yang terjadi di
negara yang masih menggunakan hukuman mati dan proses banding
yang berkepanjangan.

f. Convention on the Elimination of Racial Discrimination (CERD)


Konvensi ini dilatarbelakangi oleh ketegangan rasial yang
menjadi isu besar di banyak negara di seluruh dunia. Secara eksplisit,
konvensi ini tidak memasukkan pembedaan di antara warga negara dan
bukan warga negara, sehingga memastikan dihormatinya prinsip tidak
mencampuri urusan dalam negeri negara lain.
Untuk memastikan penghapusan praktik diskriminasi, maka
negara pihak harus berjanji untuk melaksanakan kebijakan kebijakan
yang tepat dan mengutuk segala propaganda dan organisasi yang
berdasarkan pad gagasan superioritas ras dan sebagainya.

g. Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination


Against Women (CEDAW)
Pada dasarnya, konvensi ini menekankan prinsip kesetaraan
(Equality) dan keadilan (Justice) antara perempuan dan laki laki, yakni
persamaan hak dan kesempatan serta perlakuan di segala bidang
kehidupan dan segala kegiatan. Kesetaraan yang dimaksud bukanlah
kesamaan di semua sektor, tetapi kesetaraan perlakuan kesempatan
dalam dunia politik, ekonomi, sosial, dan lainnya.
Dalam konvensi ini pula mengakui beberapa hak, yakni :
1. Terdapat perbedaan biologis atau kodrat antara perempuan dan laki
laki, mengakibatkan adanya perbedaan perlakuan yang berbasis
gender yang mengakibatkan kerugian pada perempuan, antara lain
subordinasi kedudukan dalam masyarakat dan keluarga, maupun
pembatasan kemampuan.
2. Terdapat perbedaan kondisi dan posisi antara perempuan dan laki
laki, dimana perempuan ada dalam kondisi dan posisi yang lemah
karena mengalami diskriminasi atau menagnggung akibat karena
perlakuan diskriminatif atau karena lingkungan, keluarga, dan
masyarakat yang tidak mendukung kemandirian wanita.
Berdasarkan kondisi tersebut, konvensi menetapkan prinsip prinsip
pokok, yakni :
a. Prinsip persamaan – ditujukan untuk mengatasi perbedaan,
kesenjangan, atau keadaan yang merugikan bagi perempuan.
b. Prinsip non – diskriminasi
c. Prinsip kewajiban negara – antara lain adalah menjamin hak hak
perempuan melalui hukum dan kebijakan, negara tidak saja
menjamin tapi juga merealisasikan hak hak perempuan, dan
lainnya.
C. Mekanisme Internasional Pemantauan HAM
Untuk mengawasi pelaksanaan berbagai instrumen internasional
tentang HAM, maka PBB membuat lembaga monitoring yang berbasis pada
Piagam dan Konvensi. Lembaga monitoring ini diberi nama komite
(Committee) yang dibentuk atas perintah Piagam dan Konvensi, bertugas
mengawasi dan meminta laporan dari negara yang telah meratifikasi.
Majelis Umum PBB merupakan lembaga tertinggi dalam sistem PBB,
dibawah sistem PBB inilah terdapat berbagai macam lembaga yang bekerja
untuk HAM. Dewan Hak Asasi Manusia adalah lembaga dibawah MU PBB
yang secara umum bertugas untuk memantau dan memajukan HAM secara
internasional, lalu melaporkan hasilnya kepada MU PBB.
Komite HAM dibentuk untuk menerima dan membahas laporan negara
atas pelaksanaan ICCPR, juga menerima pengaduan individu atas pelanggaran
HAM yang ia terima. Komite Hak Ekonomi Sosial dan Budaya bertugas untuk
menerima laporan atas pelaksanaan ICESCR dan membahas laporan negara
dan mendistribusikan laporan tersebut kepada badan badan khusus PBB dan
komite HAM.
Komite penghapusan diskriminasi rasial bertugas menerima laporan
negara atas pelaksanaan konvensi dan menerima pengaduan negara atas
tindakan negara lain yang mendiskriminasi warganya, serta menerima
pengaduan individu atas tindakan diskriminatif dari negara yang ia terima.
Komite tentang Penghapusan Diskriminasi terhadap Perempuan
bertugas dalam lingkup CEDAW. Mendapat wewenang yang bersifat sukarela
untuk melakukan penyelidikan atas pengaduan terjadinya diskriminasi
terhadap perempuan jika negara bersangkutan memberi mandat.
Komite Menentang Penyiksaan bertugas dalam lingkup CAT.
Memiliki wewenang melakukan penyelidikan atas inisiatifnya sendiri ketika
ada pelanggaran terhadap konvensi. Komite tentang Hak Anak bertugas dalam
lingkun KHA.
Komite Pekerja Migran dibangun berdasarkan konvensi internasional
tentang perlindungan hak semua pekerja migran dan anggota keluarganya, dan
merupakan komite termuda karena konvensi internasionalnya tersebut baru
mulai berlaku pada 14 september 2006.

Anda mungkin juga menyukai