Anda di halaman 1dari 20

HUKUM WARIS

ADAT
ADELINA MARIANI SIMATUPANG
(2340058010)
Pengertian ,
sifat
Biaya Corak H.
Penguburan Waris Adat

Hukum Waris Asas


Hutang Si Adat
Waris Kewarisan

Penerusan Sistem
Harta Kewarisan
Pengertian dan Sifat Corak
Hukum Waris Adat
Warisan adalah proses peralihan harta kekayaan, baik materiil maupun
unmateriil dari suatu generasi (manusia) kepada generasi berikutnya
Menurut prof soepomo : hukum adat waris memuat peraturan-
peraturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan
barang-barang harta benda dan barang-barang yang tidak berwujud
benda (immateriele goderen) dari suatu angkatan manusia (generasi)
kepada turunanya
Menurut Prof TerHaar : hukum adat waris meliputi peraturan hukum
yang bersangkutan dengan proses yang sangat mengesankan serta yang
akan selalu berjalan tentang penerusan dan pengoperan kekayaan
materiil dan imateriil dari suatu generasi kepada generasi berikutnya.
Unsur Kewarisan Mutlak
Seorang peninggal warisan yang pada saat wafatnya meninggalkan
harta kekayaan.
Seorang atau beberapa orang ahli waris yang berhak menerima
kekayaan yang ditinggalkan ini.
Harta warisan atau harta peninggalan, yaitu kekayaan “in concreto”
yang ditinggalkan dan sekali beralih kepada para ahli waris itu
Asas Pewarisan Hukum Adat
Menurut Zainudin Ali, ada 5 (lima) macam asas hukum waris adat yaitu:

Asas ketuhanan dan Asas kesamaan dan Asas kerukunan dan


pengendalian diri kebersamaan hak kekeluargaan
• Kesadaran bagi para ahli waris, bahwa • Setiap ahli waris mempunyai kedudukan • Ahli waris mempertahankan untuk
rezeki berupa harta kekayaan manusia yang sama sebagai orang yang berhak memelihara hubungan kekerabatan yang
yang dapat dikuasai dan dimiliki untuk mewaris harta peninggalan tenteram dan damai dalam
merupakan karunia dan keridhaan Tuhan pewarisnya menyelesaikan pembagian harta
atas keberadaan harta kekayaan.

Asas musyawarah dan mufakat Asas Keadilan


• para ahli waris membagi harta warisnya • Pembagian harta waris dalam keluarga
melalui musyawarah mufakat yang menekankan pada sistem keadilan agar
dipimpin oleh ahli waris yang dianggap memperkecil peluang rusaknya
dituakan hubungan dari kekeluargaan tersebut
SISTEM KEWARISAN
A. SISTEM KOLEKTIF
Ciri sistem kewarisan kolektif, ialah bahwa harta peninggalan itu
diwarisi/dikuasai oleh sekelompok waris dalam keadaan tidak terbagi-
bagi, yang seolah-olah merupakan suatu badan hukum keluarga kerabat
(badan hukum adat). Harta peninggalan itu di sebut hartou menyayanak
di Lampung, dalam bentuk bidang tanah kebun atau sawah, atau rumah
bersama (di Minangkabau-Gedung).
B. SISTEM MAYORAT
Ciri sistem kewarisan mayorat, adalah bahwa harta peninggalan orang tua atau
harta peninggalan leluhur kerabat tetap utuh tidak dibagi-bagi kepada para
waris, melainkan dikuasai oleh anak tertua laki-laki (mayorat laki-laki) di
lingkungan masyarakat patrilineal Lampung Dan juga Bali, atau tetap dikuasai
anak tertua perempuan (mayorat wanita) di lingkungan masyarakat matrilineal
semendo di Sumatera Selatan dan Lampung.
Kelemahan dan kebaikan sistem kewarisan mayorat, adalah terletak pada
kepemimpinan anak tertua dalam kedudukannya sebagai pengganti orang tua
yang telah wafat, dalam mengurus harta kekayaan dan memanfaatkannya
guna kepentingan semua anggota keluarga yang ditinggalkan. Hal ini
disebabkan, karena anak tertua bukanlah sebagai pemilik harta peninggalan
secara perseorangan, tetapi sebagai pemegang mandat orang tua yang dibatasi
oleh musyawarah keluarga, dibatasi oleh kewajiban mengurus orang tua yang
dibatasi oleh musyawarah keluarga lain, dan berdasarkan atas tolong-
menolong oleh bersama untuk bersama
C. SISTEM INDIVIDUAL
Ciri Sistem Kewarisan Individual, ialah bahwa harta peninggalan itu terbagi-
bagi pemilikannya kepada para waris, sebagaimana berlaku menurut KUH
Perdata (Kitab Undang-Undang Hukum Perdata), dan Hukum Islam, begitu
pula berlaku di lingkungan masyarakat adat seperti pada keluarga-keluarga
Jawa, yang parental, atau juga pada keluarga-keluarga Lampung yang
patrilineal. Belakangan ini di kalangan masyarakat adat yang modern, di
mana kekuasaan penghulu- penghulu adat sudah lemah, dan tidak ada lagi
milik bersama, sistem ini banyak berlaku.
Kebaikan sistem individual ini adalah dengan adanya pembagian, maka pribadi-
pribadi waris mempunyai hak milik yang bebas atas bagian yang telah
diterimanya. Kelemahannya, ialah bukan saja pecahnya harta warisan, tetapi
juga putusnya hubungan kekerabatan antara keluarga waris yang satu dan yang
lainnya. Hal mana berarti, lemahnya asas hidup kebersamaan dan tolong-
menolong antara keluarga yang satu dan keluarga yang lain yang seketurunan.
Unsur-unsur hukum waris adat
Pewaris adalah orang yang telah meninggal dunia dan meninggalkan
sesuatu yang dapat beralih kepada keluarga yang masih hidup
Harta warisan adalah harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang
yang meninggal dunia kepada ahli warisnya
Jenis Harta Warisan
• harta yang dibawa ke dalam perkawinan berasal dari
Harta peninggalan orang tua, untuk diteruskan penguasaan dan
pengaturan pemanfaatannya guna kepentingan ahli waris
Peninggalan bersama

• Harta bawaan yang masuk menjadi harta perkawinan yang akan


Harta bawaan menjadi harta warisan.

• harta atau barang-barang yang dibawa ke dalam perkawinan

Harta pemberian yang berasal dari pemberian/hadiah para anggota kerabat dan
mungkin juga orang lain karena hubungan baik

• Harta yang didapat suami istri selama perkawinan berlangsung


Harta Perkawinan berupa hasil kerja suami ataupun istri.

• Tidak dapat dibagi-bagi karena mempunyai nilai magis religious.


Harta Pusaka • Dapat dibagi-bagi karena tidak mempunyai nilai religious :
sawah, ladang, rumah.
HARTA WARISAN YANG
TIDAK DAPAT DIBAGI
KARENA SIFATNYA MEMANG TIDAK MEMUNGKINKAN DIBAGI,

• CONTOH : BARANG MILIK KERABAT

KARENA KEDUDUKAN HUKUMNYA TERIKAT PADA SUATU TEMPAT/JABATAN TERTENTU

• CONTOH : BRNG KERAMAT KERATON KASEPUHAN CIREBON

KARENA BELUM BEBAS DARI KEKUASAAN PERSEKUTUAN HUKUM YANG BERSANGKUTAN

• CONTOH : TANAH KASIKEPAN DI CIREBON

KARENA PEMBAGIANNYA UTK SEMENTARA DITUNDA

• CONTOH : ANAK YG BELUM DEWASA DI JAWA

KARENA HANYA DIWARIS OLEH SATU ORANG SAJA (SISTEM KEWARISAN MAYORAT)

• CONTOH : ANAK LAKI TERTUA DI BALI


PENGHIBAHAN
Hibah adalah harta kekayaan seseorang yang dibagi-bagikannya
diantara anak-anaknya pada waktu ia masih hidup. Penghibahan itu
sering terjadi ketika anak-anak mulai berdiri sendiri atau ketika anak-
anak mereka mulai menikah dan membentuk keluarga sendiri.
Penghibahan itu dilakukan ketika si pemberi hibah itu masih hidup,
dengan tujuan untuk menghindari percekcokan yang akan terjadi
diantara anak-anaknya itu apabila ia telah meninggal dunia.

Hibah • Hibah yang diberikan pada


waktu pewaris masih hidup

biasa
Hibah • Hibah yang dilaksanakan
ketika pewaris telah

wasiat meninggal dunia.


PEMBAGIAN HARTA
WARIS
“pembagian harta waris dilakukan atas dasar kerukunan atau
kekeluargaan”
Para ahli waris
- berdasarkan Kep. MA tanggal 1 November 1961 Reg No.179
K/sip/1961: “anak perempuan dan anak laki-laki dari seorang peninggal
warisan bersama berhak atas harta warisan dalam arti bahwa bagian
anak laki-laki adalah sama dengan anak perempuan”
Anak yang lahir diluar perkawinan, dalam masyarakat jawa anak luar
kawin hanya berhak menjadi ahli waris atau menerima harta
peninggalan ibu dan harta peninggalan kerabat/family dari pihak ibu.
PEMBAGIAN HARTA
WARIS
Anak angkat: di bali kedudukan anak angkat sama dengan anak kandung
dan anak angkat melepas kan pertalian keluarga dengan orangtua kandung
sedangkan pada masyarakat jawa dan sunda anak angkat tidak memutus
pertalian ke;luarga dengan orangtua kandungnya.
Anak tiri, anak tiri yang hidup serumah dengan ibu kandung dan bapak tiri
hanya berhak atas harta peninggalan ibu kandungnya anak tiri dapat
mendapatkan penghasilan dari bagian harta peningglan bapak tiri yang
diberikan kepada ibu kandungnya sebagai nafkah janda (menurut landraad
purwerejo, )
Kedudukan janda, janda bukan ahli waris karena bukanlah keturunan
pewaris atau orang luar dan menurut Kep. MA tanggal 20 april 1960 reg No.
110/K/SIP/1960: janda juga menjadi ahli waris dari almarhum suaminya:
PEMBAGIAN HARTA
WARIS
Sedangkan terkait harta warisan setelah pewaris wafat karena alasan - alasan
tertentu ada yang dibagi-bagikan dan ada yang pembagiannya ditangguhkan.
Adapun alasan-alasan penangguhan itu antara lain

Terbatasnya Para waris Diantara waris


harta pusaka belum dewasa belum hadir

Belum diketahui
Tertentu jenis Belum adanya
hutang piutang
macamnya waris pengganti
pewaris
Hutang Si Waris
Hutang merupakan tanggungan yang harus dilunasi dalam waktu tertentu (sesuai
kesepakatan) sebagai akibat dari imbalan/prestasi yang telah diterima orang yang
berhutang.
Contohnya:
 Di Batak, Di Dayak, dan Di Bali. Para ahli waris wajib membayar hutang dengan
syarat, yang berpiutang atau penagih memberitahukan kepada ahli waris 40
hari setelah si pewaris meninggal, atau Di Bali pada waktu ”nyakoh”
 Di JawaHarta peninggalan pewaris digunakan terlebih dahulu untuk membayar
hutang sebelum dibagikan kepada ahli waris. Para ahli waris tidak dapat
dituntut untuk membayar kekurangan hutang si pewaris. Ahli waris
bertanggung jawab atas hutang si pewaris sepanjang kesanggupan para ahli
waris
Biaya Penguburan
Biaya yang dikeluarkan untuk si jenazah mulai dari kematiaannya
sampai penguburannya.
Besarnya biaya diambil secara wajar sesuai dengan status sosial
ekonominya
Jika harta peninggalan tidak mencukupi, kekuranggannya di tanggung
keluarga, baithul mal,atau masyarakat yang mampu.
SIFAT HUKUM WARIS ADAT
Perbedaan Hukum Waris Adat dengan Hukum Waris Barat

Hukum Waris Adat Hukum Waris Barat


Sumber hukum: adat/kebiasaan, yurisprudensi. Sumber Hukum : Kitab Undang-undang Hukum Perdata.
Sistem kewarisan: bervariasi. Sistem kewarisan: Bilateral, Individual.
Terjadinya pewarisan karena: adanya hubungan darah,
adanya perkawinan, adanya pengangkatan anak. Terjadinya pewarisan karena: AB Intestato, Testamentair.

Berbeda agama mendapat warisan. Berbeda agama mendapat warisan.


Ahli waris hanya bertanggung jawab sampai batas harta
peninggalan. Sistem golongan ahli waris: I, II, III, IV.

Bagian laki-laki dan perempuan adalah sama. Ahli waris mempunyai tanggung jawab kebendaan.

Tidak ada bagian tertentu. Bagian laki-laki dan perempuan adalah sama.

Anak angkat mendapat warisan. Anak, suami dan istri menutup orang tua (golongan II).
Wasiat dibatasi jangan sampai mengganggu kehidupan
anak. Anak angkat mendapat warisan.

Jenis harta dalam perkawinan: Harta bawaan, harta


gono-gini/harta pencarian/harta bersama. Wasiat dibatasi oleh laki-laki dan wanita (bagian mutlak).
SIFAT HUKUM WARIS ADAT
Perbedaan Hukum Waris Adat dengan Hukum Waris Islam

Hukum Waris Adat Hukum Waris Islam


Sumber hukum: adat/kebiasaan, yurisprudensi. Sumber hukum: Al-Quran, Hadist dan Ijtihad.

Sistem kewarisan: bervariasi. Sistem kewarisan: Bilateral, Individual.


Terjadinya pewarisan karena: adanya hubungan darah,
Terjadinya pewarisan karena: adanya hubungan darah, adanya perkawinan.
adanya perkawinan, adanya pengangkatan anak.

Berbeda agama mendapat warisan. Perbedaan agama tidak mendapatkan warisan.


Ahli waris hanya bertanggung jawab sampai batas harta Ahli waris hanya bertanggung jawab sampai batas harta
peninggalan. peninggalan.
Bagian anak laki-laki dan perempuan berbeda, 2:1.
Bagian laki-laki dan perempuan adalah sama.
Bagian ahli waris tertentu: ½, ¼, 1/3, 2/3, 1/6, 1/8.
Tidak ada bagian tertentu.

Anak angkat mendapat warisan. Anak (cucu) dan orang tua tidak saling menutup.

Wasiat dibatasi jangan sampai mengganggu kehidupan Wasiat maksimum 1/3 dari harta peninggalan.
anak.
Jenis harta dalam perkawinan: Harta bawaan, Harta
Jenis harta dalam perkawinan: Harta bawaan, harta campur.
gono-gini/harta pencarian/harta bersama.
..

Anda mungkin juga menyukai