Anda di halaman 1dari 3

Tugas.

2
Harta pusaka tinggi mempunyai peranan yang sangat penting bagi masyarakat Minangkabau
karena harta tersebut harta yang diturunkan secara turun temurun dari suatu kaum berdasarkan
garis keturunan ibu. sedangkan Harta pusaka rendah adalah harta yang diturunkan dari satu
generasi, yang mana diterima kemenakan dari mamak kandung, yang berasal dari hasil pekerjaan
yang diperuntukan buat kemenakannya.
Hukum waris adat merupakan perangkat kaidah yang mengatur tentang cara atau proses tentang
pengoperan dan peranan harta kekayaan baik yang berwujud benda maupun yang tidak
berwujud. Waris dapat berupa barang yang ditinggalkan oleh seseorang yang sudah meninggal
dunia kemudian diterima oleh ahli warisnya. Salah satunya bisa berupa harta pusaka tinggi yang
diberikan oleh pewaris.
Hukum waris adat merupakan perangkat kaidah yang mengatur tentang cara atau proses tentang
pengoperan dan peranan harta kekayaan baik yang berwujud benda maupun yang tidak
berwujud. Waris dapat berupa barang atau gelaran yang ditinggalkan oleh seseorang yang sudah
meninggal dunia kemudian diterima oleh ahli warisnya.
Soal:
Berikan analisis Anda tentang bagaimana:
1. Harta pusaka tinggi dapat diperjual belikan menurut hukum waris adat Minangkabau!
2. Harta pusaka rendah dapat diperjual belikan menurut hukum waris adat Minangkabau!
3. Harta pusaka tinggi dapat dimiliki secara hak pribadi oleh ahli waris menurut hukum
waris adat Minangkabau!
4. Harta pusaka rendah dapat dimiliki secara hak pribadi oleh ahli waris menurut hukum
waris adat Minangkabau!
5. Syarat-syarat pewaris gelar pusaka adat “Mamak” pada masyarakat adat Minangkabau!

Jawaban:
1. Menurut saya, Harta pusaka tinggi adalah harta milik seluruh anggota kaum dan
diperoleh secara turun temurun melalui jalur wanita (padusi). Biasanya harta ini berupa
rumah, sawah, ladang, kolam dan hutan. Harta pusaka tinggi tidak boleh diperjual belikan
dan hanya boleh digadaikan. Anggota kaum memiliki hak pakai dan biasanya di kelola
oleh Mamak Kepala Waris (Angku).
Harta pusaka tinggi tidak boleh di jual dan hanya boleh digadaikan. Menggadaikan harta
pusaka tinggi hanya dapat dilakukan setelah dimusyawarahkan diantara petinggi kaum,
diutamakan digadaikan kepada suku yang sama tetapi dapat juga digadaikan kepada
sukulain. Tergadainya harta pusaka tinggi karena 4 hal:
1) Gadih gadang indak balaki (perawan tua yang tak bersuami)
Jika tidak ada biaya untuk mengawinkan anak wanita, sementara umurnya sudah
telat.
2) Mayik tabujua di ateh rumah (mayat terbujur di atas rumah)
Jika tidak ada biaya untuk mengurus jenazah yang harus segera dikuburkan.
3) Rumah gadang katirisan (rumah besar bocor)
Jika tidak ada biaya untuk renovasi rumah, sementara rumah sudah rusak dan lapuk
sehingga tidak layak huni.
4) Mambangkik batang tarandam (membongkar kayu yang terendam)
Jika tidak ada biaya untuk pesta pengangkatan Penghulu (Datuk) atau biaya untuk
menyekolahkan seorang anggota kaum ke tingkat yang lebih tinggi.
Jadi Tujuan pengaturan adat Minang terhadap harta pusaka tinggi bertujuan baik
yakni agar keluarga besar kaum tidak melarat dan mempunyai bekal ketika ahli waris
meninggal, “Ganggam Bauntuak, Hiduik Bapangadok” Juga, untuk membentengi
tanah-tanah Minang dari penguasaan orang-orang dari luar Minang. Tetapi tujuan
baik ini (maslahat) jangan sampaikan mengabaikan syara’ (syari’at) yang menjadi
landasan adat Minang.

2. Harta pusaka rendah adalah wasiat tersebut harus dibuat secara tertulis oleh si pewasiat
berdasarkan kesepakatan suami istri, yang dalam hal ini dibuat dalam bentuk akta
autentik notaris. Harta pusaka rendah yang diwasiatkan tersebut harus merupakan harta
pencarian sendiri dari si pewasiat maupun harta hasil pencarian bersama dengan
suami/isterinya selama masa perkawinan berlangsung. Tetapi jika tidak ada wasiat maka
akan dilakukan hukum faraid. Harta itu diperoleh melalui transaksi jual beli. Karena harta
tersebut dapat diperjual belikan, umumnya harta pusaka rendah dibuatkan sertifikat,
misalnya, tanah. Meski memiliki pengertian berbeda, harta pusaka tetap menyimpan
artian khusus.

3. Harta pusaka tinggi tidak dapat dimiliki secara hak pribadi oleh ahli waris karena Harta
pusaka tinggi merupakan hak bersama seluruh kaum, masing-masing anggota kaum tidak
dapat memilikinya secara hak pribadi tetapi dapat mengambil manfaat dari padanya
secara hak pakai yang pemakaiannya diatur oleh Penghulu dari kaum itu.

4. Harta pusaka rendah dapat dimiliki secara hak pribadi oleh ahli waris menurut hukum
waris karena Harta pusaka rendah merupakan harta yang diperoleh seseorang melalui
proses pewarisan yang asal usulnya jelas atau pasti.

5. Syarat-Syarat Sebagai Ahli Waris


Menurut hukum adat pada prisnsipnya harta warisan beralih dari pewaris kepada ahli
warisnya. Ahli waris yang dimaksudkan itu adalah sesuai menurut asas yang berlaku
dalam sistem kekeluargaan yang dianut. Apabila telah memenuhi syarat-syarat antara
lain:
a. Ahli waris harus mempunyai hubungan darah dengan pewaris, baik itu karena ahli
waris me-rupakan keturunannya atau karena ber da sarkan undang-undang atau
ketentuan lain.
b. Anak itu harus laki-laki (bila dalam sistem kekeluargaan patrilinial).
c. Bila tidak ada anak barulah jatuh kepada anak yang bukan sedarah, yang karena
hukum ia berhak menjadi ahli waris, misalnya anak angkat.
d. Bila tidak ada anak dan juga tidak ada anak ang-kat, dimungkinkan adanya
penggantian melalui penggantinya atau kelompok ahli waaris dengan hak keutamaan
kepada kelompok dengan hak pengganti lainnya yang memenuhi syarat.
Kedudukan Mamak Kepala Waris pada masyarakat Minangkabau sangat penting, karena
merupakan jabatan dalam suatu kaum yang bertugas memimpin seluruh anggota kaum,
mengurus, mengatur, mengawasi dan bertanggung jawab atas harta pusaka kaum. Oleh
sebab itu mamak Kepala Waris tersebut dalam kedudukannya yang akan mengurus dan
mengembangkan harta pusaka tinggi untuk kepentingan anak kemenakannya.
Berdasarkan uraian tersebut, maka dalam pembagian harta waris pada masyarakat
Minangkabau dapat menggunakan hukum Islam dan hukum waris adat Minangkabau.

Anda mungkin juga menyukai