Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH HUKUM ADAT MINANGKABAU

HARTA DI MINANGKABAU:CARA KEPEMILIKAN DAN


PEROLEHANNYA

KELOMPOK 4

KHAIRUL IMAM (2110112008)

WARDAH PUTRI KUMASUA (2110112017)

LUTHFIA FEBRINA HARDI (2110112028)

RANGGA ADITYA IRAWAN (2110112030)

DILA ALFIRA (2110112065)

ADISTIRA CAHYA RAMDANI (2110112070)

DOSEN PEMBIMBING:

PROF.DR.H.YASWIRMAN SH,MH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ANDALAS

2023
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb

Bismilahirrahmanirahim

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah tepat waktu tanpa
kurang suatu apa pun. Tak lupa pula penulis haturkan shalawat serta salam kepada
junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir pada kita di
hari akhir kelak.

Penulisan makalah ini berjudul harta di minangkabau:cara perolehan dan


kepemilikanya.penulisan ini bertujuan menyelesaikan tugas mata kuliah hukum
adat minangkabau.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang mendukung dalam


penulissan makalahah.harapanya agar makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi pembaca.

Dengan kerendahan hati,penulis mohon maaf apabila ada ketidaksesuai


kalimat dan kesalahan.meskipu demikian penulis terbuka pada kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan makalah.

Wassalamualaikum wr.wb

Padang... 2023

penulis

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. konsep harta di minangkabau

Di minangkabau bila orang menyebutkan harta,maka sering tertuju


penafsiranya kepada harta yang berupa material saja.sebenarnya disamping harta
material,ada pula yang berupa moril seperti gelar pusaka yang diwarisi secara
turun temurun.orang yang banyak materialnya,dikatakn orang berada atau orang
kaya.tetapi dalam pandangan adat,orang berada adalah orang yang memiliki
banyak harta pusaka yang turun-temurun dimiliknya.

Dalam konsep harta di minangkabau setiap suku pasti mengenal istilah


sako,pusako,dan sangsoko.sako adalah gelar kebesaran yang diberikan kepada
keturunan menurut tali matrilineal.ungkapan adat menyebutkan ‘adat sako turun
temurun’.menurut Amir M S sako berarti kekayaan asal atau harta tua yang tidak
berwujud atau juga disebut hak.

Selanjutnya pusako ialah harta pusaka adat yang terdiri dari harta kekayaan
dan harta kekuasaan adat.harta kekayaan adat berupa emas,perak,dan ternak
peliharaan,sedangkan harta kekuasaan adat berupa wilayah teritorial(ulayat)yang
berupa hutan tanah,sawah ladang,pandam pakuburan,pemandian,rumah tangga
dan korong kampuang dan isinya yang dibatasi batas tanah.Amir Syarifuddin
menngatakan harta pusako ialah harta yang bersifat material yang berada pada
seseoarang yang mati yang mana beralih kepada orang lain disebabkan
kematianya.

Sedangkan sangsoko adalah ketentuan menerima gelar jabatan di dalam adat.


dalam adat Minangkabau lazim disebut dengan ketentuan pakai memakai gelar
adat. Misalnya gelar penghulu, Khatib adat manti adat dan sebagainya. Gelar
umumnya dimiliki oleh pihak laki-laki.sangsoko ini diberikan berdasarkan
persetujuan para penghulu dalam kerapatan adat. Ketentuan adat menyebutkan
adat sangsako pakai mamakai, manurut barih balabeh, serta mungkin dan patut
yang maksudnya gelar ini hanya dapat diberikan kepada orang yang secara
adatnya dipandang patut dan layak.

B. Kepemilikan dan Cara Perolehan Harta di Minangkabau

Berbicara mengenai harta di minangkabau maka tidak akan terlepas dari yang
namanya harta pusako.harta pusako adat adalah harta yang diperoleh secara turun
temurun,harta pusako ini terbentuk dari adannya kekhawatiran tentang kehidupan
anak suku untuk kedepanya,untuk menjamin kehidupan anak suku ini mereka
menetapkan adanya harta pusako.

Secara umum harta pusako adalah benda-benda peninggalan orang yang telah
meninggal dan diwariskan kepada keluarga atau sekelompok orang tertentu.benda
benda tersebut dapat berupa tanah,sawah,ladang,rumah gadang dan lain-lain yang
memiliki nilai khusus.masyarakat minangkabau membagi harta pusako ini
menjadi dua yaitu harta pusako tinggi dan pusako rendah.

Pusako tinggi (pusaka tinggi) ialah harta pusaka berupa tanah ulayat, sawah,
ladang, tanah kuburan, dan rumah gadang yang diwarisi dan dimiliki secara
bersama oleh beberapa keluarga (periuk) dalam satu jurai (satu garis
kekeluargaan) sebuah kaum atau suku dalam garis matrilineal. Dalam harta
pusaka ini biasanya berlaku ketentuan tidak dapat dipindahmilikkan dengan cara
apa pun, tidak terdapat pemilikan peribadi, berlaku pada barang yang tak
bergerak, pusaka saparuik (seperut atau keluarga satu ibu/nenek) dikuasai dan
diatur oleh tungganai atau mamak rumah (laki-laki tertua dalam rumah gadang),
hak pemanfaatan melalui ganggam bauntuak (genggam beruntuk bagi masing-
masing keluarga seperut), dan rumah adat dan kolam ikan termasuk dalam
kawalan dan kategori harta pusaka.

Pusaka tinggi adalah sesuatu yang jika dijual indak dimakan bali (tidak boleh
dibeli), jika digadai indak dimakan sando (tidak boleh disandera/diambil sebagai
jaminan). Pusaka tinggi ialah tiang agung Minangkabau. Kedudukan pusaka
tinggi sangat kuat dan tidak dapat berubah menjadi pusaka rendah kecuali sangat
jarang sekali, yaitu dengan sebab terkikisnya adat sedikit demi sedikit. Begitu
kuatnya kedudukan ini, harta pusaka tinggi tidak dapat dipengaruhi oleh
perkawinan, baik orang dalam ataupun orang luar suku Minangkabau. Semua
harta tersebut berada di bawah kuasa kesukuan perempuan, yaitu pihak istri.

Selanjutnya pusako randah, Pusako randah (pusaka rendah) adalah segala


harta pusaka yang diterima oleh kamanakan dari mamak kandung atau tungganai
rumah yang disebabkan dari pekerjaannya, bukan hasil dari pusaka tinggi.
Tungganai berasal dari perkataan tunggak dan ai yang dalam penuturan
Minangkabau menjadi tungganai yang maksudnya laki-laki tertua atau yang
dituakan dalam sebuah paruik atau sebuah rumah gadang dalam satu unit yang
disebut sebagai samande yang terdiri dari nenek, ibu, saudara ibu baik perempuan
maupun laki-laki, dan anak-anak. Suami dalam susunan unit ini dianggap bukan
sesuku di mana biasa disebut dengan istilah sumando (semenda yang datang
melalui ikatan perkawinan).

Dalam perkembangan selanjutnya harta pusako randah adalah harta yang


diberikan melalui cara hibah.hibah atau pemberian ini timbul karena perasaan
kasih sayang dan tanggung jawab kepada anaknya.ada tiga macam hibah dalam
adat yaitu;

a. Hibah laleh,adalah pemberian dari seorang ayah kepada anaknya untuk


selama-lamanya.dalam adat pemberian seperti ini dikatakan’salamo
dunia takambang,salamo gagak hitam,salamo aia ilia.yang menjadi
syaratnya adalah sepakat waris kaum yang bertali darah.
b. Hibah bakeh,syaratnya pemberianya yaitu selama anaknya masih
hidup,pada saat anaknya meninggal maka harta tersebut kembali
kepada kaum ayahnnya.
c. Hibah pampeh,ini hanyalah siasat dari si ayah agar si anak
mendapatkan harta dan suku tidak bisa mengambilnya.

Dalam perkembangan adat minangkabau selanjutnya juga dikenal adanya


harta suarang,harta suarang adalah harta yang dimiliki seseorang sebelumnya
terjadinya perkawinan.setelah terjadi perkawinan harta ini masih menjadi milik
masing-masing.harta ini adalah milik pribadi jadi harta ini bisa saja dibagikan
tanpa terikat sebuah ikatan,oleh sebab itu dikatakan dalam adat “suarang
baragiah,pancaharian dibagi” hal ini berbanding terbalik dengan harta pencaharian
antara suami dan isteri dalam masa perkawinan ,apabila terjadi percerain maka
harta tersebut harus dibagi.

Mengenai perolehan harta di minagkabau,harta terebut dapat diperoleh melalui


berbagai cara diantaranya melalui waris dan pemindahan hak melalui transaksi
antara seseorang atau kelompok kepada pihak lain.

1. Waris nasab,maksudnya antara si pewaris dan dengan yang menerima


waris terdapat pertalian darah berdasarkan keturunan ibu.harta secara
turun temurun yang berhak mewarisi adalah anggota kaum itu sendiri
yaitu pihak perempuan.
2. Waris sabab,hubungan antara pewaris dan yang menerima warisan
bukan karena pertalian darah,melainkan karena sebab.waris sebab ini
seperti bertali adat,bertali buat dan bertali budi.

Berkenaan perolehan harta melalui pemidahan hak,pada awalnya tidak dikenal


namun semenjak dikenal tulis baca maka pemindahan hak sudah dibuat secara
tertulis.pemindahan hak dapat dilakukan dengan cara ;

1. Jual Beli,dalam minagkabau menjual harta pusaka sangat dilarang


apalagi untuk kepentigan pribadi si penjual.menjual harta berarti tidak
mengigat masa yang akan datang,terutama bagi generasi
kaumnya.namun demikian sekarang ini banyak ditemui penjualan harta
pusaka dengan berbagai alasan diantaranya dijual untuk dibelikan
kembali uangnya kepada sesuatu yang lebih produktif,ahli waris
merantau dan tipis kemungkinan untuk pulang.
2. Gadai,dapat digadaikan kalau berkaitan dengan kepentingan kaum atau
menjaga martabat kaum.

Mengenai jenis harta di minangkabau,ada beberapa jenis harta lainya yang


dikenal di minangkabau yaitu :

Pertama Harta Nagari yaitu Harta Kolektif yang disepakati oleh nenek
muyang nan managak (mendirikan) nagari,sebagai milik basamo (bersama)
seluruh anak nagari.Pemanfaatan untuk seluruh Masyarakat berdasarkan
kesepakatan

Ada dua harta nagari, yaitu:

1. Ulayat Nagari
Adalah tanah ulayat beserta sumber daya alam yang ada di atas dan di
dalamnya merupakan hak penguasaan oleh ninik mamak kerapatan
adat nagari (“KAN”) dan dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk
kepentingan masyarakat nagari, sedangkan pemerintahan nagari
bertindak sebagai pihak yang mengatur untuk pemanfaatannya.Tanah
ulayat nagari berkedudukan sebagai tanah cadangan masyarakat adat
nagari, penguasaan serta pengaturannya dilakukan oleh ninik mamak
KAN bersama pemerintahan nagari dengan adat minangkabau dan
dapat dituangkan dalam peraturan nagari. Seperti:Tanah Ulayat (Tanah
cadangan), Hutan Ulayat, Hutan Larangan, Banda Larangan.
2. Paragat Nagari
Adalah Fasilitas dari nagari yang digunakan untuk semua Masyarakat
nagari itu. Seperti: Musajik, balaiadat, labuah, pasa, Tapian,
Baramban, Pakokan dll.

Kedua Harta Adat yaitu harta kolektif yang dipergunkan untuk urusan
perangkat adat. Pemakaian berdasarkan kesepakatan niniak-mamak dalam
nagari, atau niniak mamak dalam kaum. Harta Adat duo tingkatan: Harato
adat nagari, harato adat kaum/suku.

Ketiga Harta Kaum yaitu Harta dengan hak pakai (hak tanam/tuai) oleh
seluruh anggota kaum dengan persetujuann penghulu. Seperti :Sasok Jarami
(Sawah),Ladang,Rumah Gadang,Rangkiang.

Istilah-istilah yang perlu diketahui mengenai perolehan harta di Minangkabau,


yaitu:

1. Harta Tambilang basi


Harta yang diperoleh dari hasil usaha individu yang akan bisa diturunkan
kesiapapun karena itu milik hak pribadi tetapi tidak boleh di turunkan ke
anak laki-laki di Minangkabau. contohnya kita menggarap pertanian baru
untuk di jadikan suatu perkebunan.
2. Harta Tambilang Ameh
Harta yang diperoleh seseorang dengan cara membeli. Contoh membeli
Emas, perak di mana harta ini bisa dimiliki oleh anak laki laki jika seorang
mamak menginginkannya dengan mempertimbangkan hal tersebut.
3. Harta Tambilang Kayu
Harta yang didapatkan melalui pamufakatan antar nagari atau antar kaum.
4. Harta Tambilang Tunjuak
Harta yang didapat malalui kekuasaan atau kewenangan kerajaan, atau
kekuatan wibawa niniak muyang.

C. Fungsi Harta di Minangkabau

Menurut adat Minangkabau fungsi harta pusaka adalah peninggalan yang


ditinggalkan oleh nenek moyang untuk kepentingan bersama anak cucunya di
kemudian hari. Dalam Minangkabau ,harta memiliki beberapa fungsi diantaranya
untuk :

1. Pemersatu, Harta Pusaka dijadikan sebagai tempat tinggal persekutuan


suku atau kaum ,yang memberikan sumber kehidupan bersama anak
cucunya.contohnya tanah tempat tinggal kaum.
2. Peninggalan Nenek Moyang, harta ditinggalkan oleh nenek moyang untuk
membantu kehidupan anak cucunya untuk kedepan agar dalam menjalani
kehidupanya tidak mengalami kesulitan ekonomi
3. Harta di Minangkabau membantu kaum dalam menghadapi masalah
kedepanya.misalnya dalam kasus maik tabujua ateh rumah,sedangkan
untuk biaya pemakaman tidak ada maka boleh mengadaikan harta pusaka
agar tidak menimbulkan aib dan gunjingan.contoh lainnya yaitu Rumah
Gadang Katirisan maksudnya apabila rumah gadang rusak berat seperti
bocor, dinding lapuk, tangga runtuh tidak ada orang atau kaum yang
mampu memperbaikinya, maka boleh menggadaikan harta pusako tinggi
untuk memperbaikinya.Hal itu dikarenakan rumah gadang di
Minangkabau merupakan lambang kesatuan kaum yang kuat dan kokoh,
mencerminkan kehidupan yang harmonis penuh kekeluargaan dalam suatu
kaum yang diikat dengan pola persaudaraan yang matrilineal.

Anda mungkin juga menyukai