Adat Minangkabau
03 Harato Suwarang
04 Harato Pancarian
1. SAKO
Sako artinya warisan yang tidak bersifat benda, dalam tatanan Minangkabau adalah
gelar pusako tinggi. sako juga berarti asal, atau tua, seperti dalam kalimat berikut.
“Sawah banyak padi dek urang,Lai karambia sako pulo”
Sako dalam pengertian adat Minangkabau adalah segala kekayaan asal atau harta tua
berupa hak atau kekayaan tanpa wujud.Kekayaan yang immaterial ini disebut juga
dengan pusako kebesaran seperti:
• Gelar panghulu;
• Garis keturunan dari ibu yang juga disebut dengan “Sako Induak”;
Perilaku atau pribawa yang diterima dari aliran darah sepanjang garis keturunan ibu
juga di sebut soko. Istilah soko induak ini dipersamakan dengan istilah matrilinial;
• Pepatah petitih;
• Pidato adat;
• Hukum adat;
• Tata krama dan hukum sopan santun diwariskan kepada semua anak kemenakan
dalam suatu nagari, dan kepada seluruh ranah Minangkabau;
• Sifat perangai bawaan juga di sebut dengan sako
Harta kekayaan immaterial
Harta kekayaan yang immaterial ini disebut juga dengan Pusaka Kebesaran,
seperti:
• Gelar penghulu
• Garis keturunan ibu (disebut juga ‘sako induk’, yang disebut juga
Matrilinial)
4
SAKO (GALA PANGHULU)
PANGHULU: Ninik mamak pemangku adat yang bergelar DATUAK.
Sebagai pemimpin yang bertanggung jawab dan berkewajiban
memelihara Kaum, Suku dan Nagarinya.
1. HIDUIK BAKARILAAN: Menyerahkan gelar semasa masih hidup pada waris yg patut. Lurah lah dalam, bukik lah tinggi.
Jalan ndak tatampuah, labuah ndak taturuik
2. MATI BATUNGKEK BUDI: Sepakat ahli waris menggantikan penghulu yg sudah meninggal dunia kepada salah seorang
ahli waris yg disahkan menurut cara adat yg ditentukan;
3. BAPUTIANG DI TANAH SIRAH GADANG DI PAKUBURAN: Pada hari meninggalnya penghulu, setelah selesainya
pemakaman diumumkanlah nan mewarisi gelar, disahkan menurut adat yg ditentukan
4. GADANG MANYUSUAK atau GADANG MANYIMPANG: pengangkatan dan penambahan penghulu pembantu karena
kamanakan sudah bertambah banyak dan perlu dibantu dalam pengurusannya. Terjadi atas permintaan sebagian
anggota kaum utk memisahkan diri. Ex: Dt. Rajo Sampono Kayo -> Dt. Sampono Batuah/ Dt.Kayo Nan Sati
5. MANGGUNTIANG SIBA LANGAN BAJU: Menambah gelar demi kenyamanan dan keselamatan kaum dengan membuat
gelar dalam rumpun yg asli atau dengan menambah sebutan ditengah atau diakhir gelar: Ex. Dt. Bandaro -> Dt.
Bandaro Nan Putiah
6. MANGAMBANG NAN TALIPEK, MAMBANGKIK BATANG TARANDAM, MANURUNKAN NAN TAGANTUANG
BATAGAK PANGHULU:
Bulek di rumah dibaok ka halaman.Bulek di halaman dibaok ka suku
Bulek di suku dibaok ka Nagari. Adat diisi limbago dituang
Tanduak ditanam, darah dikacau, dagiang dilapah
a. Sepakat seluruh anggota kaum: Kemenakan yg bertali darah
yang sapayuang sapatagak
b. Adat diisi, limbago dituang ke nagari
c. Perhelatan
Sako turun tamurun
Pusako jawek bajawek
Nan Salingkuang cupak adat
Nan Sapayuang sapatagak
(Hutan tanah; Sawah Ladang; Kolam dan padang; Rumah dan pekarangan; Pandam perkuburan (Tanah perkuburan yang dimiliki oleh suku, oleh kaum, kampung ); Perhiasan dan
uang; Balai mesjid dan surau; Peralatan dan lain-lain. Banda buatan jo batang aie; Lambang kebesaran seperti keris baju kebesaran, soluak, deta dll)
Pusako ini merupakan jaminan utama untuk kehidupan dan perlengkapan bagi anak kamanakan di Minangkabau, terutama untuk kehidupan yang berlatar belakang kehidupan
desa yang agraris.
Peranan harta pusaka, sebagai simbol kebersamaan dan kebanggaan keluarga dalam sistem kekerabatan matirilinial, di Minangkabau pada umumnya tetap bertahan. Harta
pusaka sebagai alat pemersatu di Minangkabau tetap bertahan. Harta pusaka sebagai alat pemersatu keluarga, masih tetap berfungsi dengan baik namun sebaliknya harta pusaka
sebagai milik kolektif tak jarang pula menjadi “Biang Keladi” dalam menimbulkan silang sengketa dalam keluarga Minang. Dengan demikian harta pusaka disamping berfungsi
sebagai alat pemersatu, sekaligus juga berpotensi sebagai alat pemecah belah.
1. HARTA PUSAKO TINGGI
Yang dimaksud harato pusako tinggi ialah segala harta pusaka yang diwarisi secara turun temurun sesuai dengan pantun sebagai
berikut :
•Biriak-biriak tabang kasasak
•Dari sasak turun ka halaman
•Dari niniak turun ka mamak
•Dari mamak turun ka kamanakan
Proses pemindahan kekuasaan atas harta pusaka ini dari mamak ka kemenakan dalam istilah adat disebut juga dengan “
Pusako Basalin “ bagi harta pusaka tinggi berlaku ketentuan adat seperti pantun berikut :
Tajua indak dimakan bali
Tasando indak dimakan gadai
Jenis Pusako Artinya :
Terjual tidak bisa dibeli
Agunan nan indak dapat digadai.
Hal ini berarti bahwa harta pusaka tinggi tidak boleh dijual. Oleh karena harta pusaka tinggi sesungguhnya bukan
diwariskan dari mamak kepada kemenakan, tetapi dari ande atau nenek kita, jadi harta pusako tinggi tidak saja milik kita
yang hidup pada masa sekarang ini tetapi juga milik anak cucu kita, yang akan lahir seratus atau seribu tahun lagi, kita
yang hidup sekarang wajib menjaga dan memelihara dan boleh memanfaatkannya, untuk kepentingan dan kehidupan kita
saat sekarang,
Harta bawaan adalah harta yang dibawa oleh seorang suami kerumah istrinya pada waktu perkawinan sebagai urang
sumando , bisa berbentuk hasil pencarian sendiri yang didapat sebelum perkawinan berlangsung atau hibah yang
diterimanya dalam masa perkawinan dan harta kaum dalam bentuk hak pakai ganggam bauntuak yang telah berada
ditangan suami menjelang atau dalam masa perkawinan.
Harta tepatan adalah harta si istri yang didapati oleh suami ketika tinggal di rumah istri. Harta yang didapati oleh suami
di rumah istri itu dari segi asal usulnya ada dua kemungkinan yaitu harta pusaka atau harta hasil usahanya sendiri.
Harato Suwarang atau Harta Bersama adalah harta yang didapat oleh suami istri
selama ikatan perkawinan berlangsung karena itu merupakan harta kekayaan
keluarga matrilineal yang terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak, harta suwarang
Harato adalah hak anak secara bersama – sama (kolektif) setelah harta itu lepas dari
kekuasaan orang tua mereka.
Suwarang
Ada beberapa ketentuan dalam harta bersama ini apabila terjadi perceraian atau meninggal dunia, seperti yang
dikutip dari Yaswirman dalam bukunya :
a. Bila terjadi perceraian, maka harta itu dibagi dua antara mereka yang berusaha.
b. Bila suami meninggal maka harta itu dibagi dua antara istri dengan ahli waris suami (kemenakannya).
c. Bila yang meninggal istri maka harta itu dibagi dua antara suami dengan ahli waris istrinya (anaknya).
d. Bila keduanya meninggal maka bagian suami diberikan pada kemenakannya dan bagian istri diberikan pada anak-anaknya.
Maksud anak-anaknya disini boleh jadi anaknya sendiri atau anak-anaknya dari suaminya yang lain.
Hukum Adat Minangkabau
HARATO PANCARIAN
ATAU HARTA PENCAHARIAN
Harato Pancarian adalah harta yang diperoleh seseorang dari hasil usaha perseorangan. Jika harta itu murni
hasil dari usaha sendiri maka yang menjadi ahli warisnya adalah anak-anaknya sendiri, namun adakalanya harta
pencaharian itu merupakan hasil usaha yang modalnya dari harta kaum, baik dari harta tambilang basi ataupun dari
harta tambilang ameh, kalau itu yang terjadi tidak mungkin seluruh harta itu diwarisi oleh anaknya.
Untuk hal ini Nasroen berpendapat : “Kendati masyarakat Minangkabau menganut pewarisan dari mamak
kepada kemenakan, namun terhadap harta pencaharian semasa seseorang masih hidup, ia bebas memberikannya
kepada siapa ia sukai. Kalau ia meninggal, karena harta pencaharian itu bukan milik kaumnya dan bukan pula milik
kaum anaknya, maka tidak adil rasanya kalau sepenuhnya diberlakukan pewarisan kepada kemenakan, begitu juga
secara faraid. Karena itu dicarikan cara lain yang sesuai dengan alur dan patut”.
0
Portfolio
Presentation
ended
THANKS
FOR
YOUR ATTENTION