Pengertian Dalihan Natolu secara letterlijk Dalam adat Batak yang paternalistik, adalah satuan tungku tempat memasak yang yang melakukan peminangan adalah pihak terdiri dari tiga batu. Pada zamannya, lelaki. Sehingga apabila perempuan sering kebiasaan masyarakat Batak memasak di datang ke rumah laki-laki yang bukan atas tiga tumpukan batu, dengan bahan saudaranya, disebut bagot tumandangi sige. bakar kayu. Tiga tungku itu, dalam bahasa (artinya, dalam budaya Batak tuak Batak disebut dalihan. Falsafah dalihan natolu merupakan minuman khas. Tuak diambil dari paopat sihal-sihal dimaknakan sebagai pohon Bagot (enau). Sumber tuak di pohon kebersamaan yang cukup adil dalam Bagot berada pada mayang muda yang di kehidupan masyarakat Batak. agat. Untuk sampai di mayang diperlukan Tungku merupakan bagian peralatan tangga bambu yang disebut Sige. Sige rumah yang sangat vital. Karena menyangkut dibawa oleh orang yang mau mengambil tuak kebutuhan hidup anggota keluarga, (maragat). Itulah sebabnya, Bagot tidak bisa digunakan untuk memasak makanan dan bergerak, yang datang adalah sige. Sehingga, minuman yang terkait dengan kebutuhan perempuan yang mendatangi rumah laki-laki untuk hidup. Dalam prakteknya, kalau dianggap menyalahi adat. memasak di atas dalihan natolu, kadang- Pihak perempuan pantas dihormati, kadang ada ketimpangan karena bentuk batu karena mau memberikan putrinya sebagai ataupun bentuk periuk. Untuk istri yang memberi keturunan kepada satu- mensejajarkannya, digunakan benda lain satu marga. Penghormatan itu tidak hanya untuk mengganjal. Dalam bahasa Batak, diberikan pada tingkat ibu, tetapi sampai benda itu disebut Sihal-sihal. Apabila sudah kepada tingkat ompung dan seterusnya. pas letaknya, maka siap untuk memasak. Hula-hula dalam adat Batak akan lebih Ompunta naparjolo martungkot salagunde. kelihatan dalam upacara Saurmatua Adat napinungka ni naparjolo sipaihut-ihut on (meninggal setelah semua anak berkeluarga ni na parpudi. Umpasa itu sangat relevan dan mempunyai cucu). Biasanya akan dengan falsafah dalihan natolu paopat sihal- dipanggil satu-persatu, antara lain : sihal sebagai sumber hukum adat Batak. Bonaniari, Bonatulang, Tulangrorobot, Apakah yang disebut dengan dalihan Tulang, Tunggane, dengan sebutan hula-hula. natolu paopat sihal-sihal itu ? dari umpasa di Disebutkan, Naso somba marhula-hula, atas, dapat disebutkan bahwa dalihan natolu siraraon ma gadong na. Gadong dalam itu diuraikan sebagai berikut : masyarakat Batak dianggap salah satu Somba marhula-hula, manat mardongan makanan pokok pengganti nasi, khususnya tubu, elek marboru. Angka na so somba sebagai sarapan pagi atau bekal/makan marhula-hula siraraonma gadongna, molo so selingan waktu kerja (tugo). Manat mardongan tubu, natajom ma Siraraon adalah kondisi ubi jalar (gadong) adopanna, jala molo so elek marboru, yang rasanya hambar. Seakan-akan busuk andurabionma tarusanna. dan isisnya berair. Pernyataan itu Itulah tiga falsafah hukum adat Batak mengandung makna, pihak yang tidak yang cukup adil yang akan menjadi pedoman menghormati hula-hula akan menemui dalam kehidupan sosial yang hidup dalam kesulitan mencari nafkah. tatanan adat sejak lahir sampai meninggal Dalam adat Batak, pihak borulah yang dunia. menghormati hula-hula. Di dalam satu Somba marhula-hula wilayah yang dikuasai hula-hula, tanah adat Hula-hula dalam adat Batak adalah selalu dikuasai oleh hula-hula. Sehingga boru keluarga laki-laki dari pihak istri atau ibu, yang tinggal di kampung hula-hulanya akan yang lazim disebut tunggane oleh suami dan kesulitan mencari nafkah apabila tidak tulang oleh anak. menghormati hula-hulanya. Misalnya, tanah adat tidak akan diberikan untuk diolah boru seluruh marga A yang kalau ditarik silsilah ke yang tidak mnghormati hula-hula (baca elek bawah, belum saling kawin.Gambaran dongan marboru) tubu adalah sosok abang dan adik. Secara psikologis dalam kehidupan sehari-hari Dalam budaya Batak, ada umpasa Litok aek hubungan antara abang dan adik sangat erat. ditoruan, tujulu ni jalanan. Hal ini terjadi Namun satu saat hubungan itu akan apabila dalam suatu keluarga terdapat renggang, bahkan dapat menimbulkan penderitaan atau kesusahan hidup. Ada pertumpahan darah. pemikiran, semasa hidup pendahulu dari Angka naso manta mardongan tubu, na generasi yang sengsara atau menderita itu tajom ma adopanna. Ungkapan itu ada sikap-sikap yang tidak menghormati mengingatkan, na mardongan tubu (yang hula-hula, sehingga pernyataan siraraon do semarga) potensil pada suatu pertikaian. gadongna dianggap menjadi bala dalam Pertikaian yang sering berakhir dengan adu kehidupannya. Untuk menghilangkan bala itu, fisik. diadakanlah upacara adat mamboan Dalam adat Batak, ada istilah panombol sipanganon untuk memohon ampun apabila atau parhata yang menetapkan perwakilan ada kesalahan-kesalahan generasi terdahulu suhut (tuan rumah) dalam adat yang kepada pihak hula-hula. Upacara mamboan dilaksanakan. Itulah sebabnya, untuk sipanganon disampaikan kepada keturunan merencanakan suatu adat (pesta kawin atau pihak hula-hula setaraf generasi terdahulu kematian) namardongan tubu selalu atau tingkat yang dianggap pernah terjadi membicarakannya terlebih dahulu. Hal itu kesalahan itu. berguna untuk menghindarkan kesalahan- Dalam berbagai agama, ibu sangat kesalahan dalam pelaksanaan adat. diagungkan. Bahkan ada ungkapan sorga ada Umumnya, Panombol atau parhata diambil ditelapak kaki ibu. Dalam agama Kristen, setingkat di bawah dan/atau setingkat di atas hukum Taurat ke V menyebutkan, hormatilah marga yang bersangkutan. ibu-bapamu agar lanjut usiamu, dst. Tidaklah Apabila dalam suatu adat Batak terdapat bertentangan bila falsafah dalihan na tolu pelecehan atau sikap meremehkan teman somba marhula-hula diterapkan. Karena kita semarganya, biasanya akan berakhir dengan menghormati keluarga ibu yang kita cintai itu. perdebatan sengit bahkan pada perkelahian. Dalam agama Kristen disebutkan, kalau Hal itu dapat dipahami, karena suatu menghormati orang tua, akan mendapat keluarga yang bersaudara antara abang dan berkat dan lanjut usia. adik tidak terdapat batas-batas. Bahkan Manat Mardongan Tubu. karena diikat oleh kasih sayang, dalam adat Dongan tubu dalam adat Batak adalah Batak , namardongan tubu dapat selalu kelompok masyarakat dalam satu rumpun memanggil nama, khususnya kepada tingkat marga. Rumpun marga suku Batak mencapai di bawahnya. Misalnya panggilan "ho", ratusan marga induk. Silsilah marga-marga "langkam", "amani aha", dll panggilan yang Batak hanya diisi oleh satu marga. Namun sangat akrab. dalam perkembangannya, marga bisa Namun harus diingat, dalam keakraban memecah diri menurut peringkat yang itulah terdapat peluang-peluang sakit hati dianggap perlu, walaupun dalam kegiatan yang menimbulkan pertikaian atau adat menyatukan diri. Misalnya Si Raja GURU perkelahian. Hal ini dapat terjadi pada tonggo MANGALOKSA menjadi Hutabarat, raja (perencanaan acara puncak adat) yang Hutagalung, Panggabean, dan Hutatoruan tidak menempatkan posisi dongan tubu (Tobing dan Hutapea). Atau Toga Sihombing sesuai dengan kepentingan adat. yakni Lumbantoruan, Silaban, Nababan dan Dalam kasus lain, manta mardongan tubu Hutasoit. Dongan Tubu dalam adat Batak sangat perlu diingat dalam masalah harta selalu dimulai dari tingkat pelaksanaan adat warisan atau masalah kepemilikan. Karena bagi tuan rumah atau yang disebut Suhut. dalam kenyataannya, masalah warisanlah Kalau marga A mempunyai upacara adat, penyebab terbesar pertikaian di kalangan yang menjadi pelaksana dalam adat adalah namardongan tubu. Hal itu terbukti pula dalam persidangan- persidangan pengadilan negeri di Bona Pasogit yang bertikai akibat harta warisan (terutama tanah) sering membawa korban jiwa. Pertikaian akibat harta warisan antara boru ke hula-hula sangat jarang sekali. Dalam ungkapan (umpasa) batak ada istilah jolo diseat hata asa di seat raut. Artinya, sebaiknya segala sesuatu itu dimusyawarahkan dulu sebaik-baiknya, barulah dilaksanakan. Umunya umpasa itu disampaikan dalam rangka pembagian jambar, yang diatur oleh pihak-pihak namardongan tubu. Itulah sebabnya ada ungkapan marpanungkun (konsultasi) . Patutak Pande Bosi, soban bulu panggorgorina. Marpukpak angka na marhahamaranggi (na mardongan tubu) angka boru ma pangolanina. Pandai Besi (pande bosi) biasanya dalam membentuk tempahannya sangat riuh bunyi peralayannya. Namun untuk menjadikan tempahan itu, harus ada kayu atau arang yang membakarnya supaya jadi baik. Demikian diumpamakan, kalau pihak hula- hula namardongan tubu bertikai karena sesuatu hal, agar tercapai kebaikan, pihak boru berperan sebagai penengah, bukan terlihat dalam pertikaian itu.