Anda di halaman 1dari 5

b.

Tarombo
Tarombo adalah silsilah, asal usul menurut garis keturunan ayah atau
patrilineal dalam suku Batak. Sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat suku
bangsa Batak untuk mengetahui silsilahnya agar mengetahui letak hubungan
kekerabatan terkhusus dalam falsafah Dalihan Natolu.
Tarombo si Raja Batak (silsilah garis keturunan suku bangsa Batak)
dimulai dari seorang individu bernama Raja Batak. Si Raja Batak berdiam di
lereng Pusuk Buhit, Sianjur Mulamula, namanya. Sehingga wilayah/lereng
Pusuk Buhit dapat dikatakan sebagai daerah asal-muasal suku bangsa Batak.
yang kemudian menyebar ke berbagai pelosok, baik Indonesia maupun dunia.
Si Raja Batak mempunyai dua orang putra, yaitu:
1. Guru Tetea Bulan
2. Raja Isumbaon
Guru Tetea Bulan mempunyai lima orang putra, yaitu:
1. Raja Biakbiak (Raja Uti)
2. Saribu Raja
3. Limbong Mulana
4. Sagala Raja
5. Silau Raja
Raja Isumbaon adalah putra kedua/bungsu Raja Batak. Raja Isumbaon
mempunyai satu orang putra, yaitu:
1. Tuan Sorip Mangaraja

Gambar 2.

Silsilah si Raja Batak

c. Posisi duduk dalam ritual Batak


Di dalam kehidupan orang Batak sehari-hari kekerabatan (partuturon)
adalah kunci pelaksanaan dari falsafah hidupnya. Kekerabatan itu pula yang
menjadi semacam tonggak agung untuk mempersatukan hubungan darah,
menentukan sikap kita untuk memperlakukan orang lain dengan baik. Paratur ni
parhundulon atau posisi duduk adalah salah satu istilah dalam ritual adat Batak,
yang kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Posisi duduk dalam suatu
acara adat Batak sangat penting, karena itu akan mencerminkan unsur-unsur
penghormatan kepada pihak-pihak tertentu.

Tata cara pengaturan tempat duduk dalam setiap acara adat meliputi
diawali dari membentangkan tikar dihalaman rumah hasuhutan (yang mempunyai
hajat, namun sekarang (modernisasai) acara adat sudah dilakukan di dalam
gedung dan memakai kursi. Meskipun demikian, di dalam menyusun tempat
duduk yang berperan di dalam acara adat (Dalihan natolu) tidak ada perubahan.
Ada dua macam bentuk acara adat yaitu:
1. Acara adat satu hasuhutan ( sisada hasuhutan) seperti acara memestakan tugu
dari ompu (tambak), memasuki rumah (mangopoi jabu), menerima makanan
dari anak (manjalo sipanganon sian ianakkon), berkunjung ke hulahula
(paebathon), serta yang sehubungan dengan itu.
2. Acara adat dua hasuhutan, seperti membicarakan mahar (marhata sinamot),
dan yang sehubungan dengan itu.
Di dalam acara adat itu, ada dua macam cara susunan duduk
(parhundulan).

Apabila

ada

yang

mengantarkan

makanan

(paebaton,

memberi/membuat makanan orangtuanya) kurang lebih susunan duduknya adalah


sebagai berikut:

Di depan suhut duduk yang datang mengantarkan makanan


Disebelah kanan suhut: Hahadoli dohot hulahula
Disebelah kiri suhut: Anggi doli dohot boru
Orang sekampung beserta pariban
Apabila tidak ada yang datang mengantarkan makanan misalnya waktu

acara biasa, maka susunan duduk sebagai berikut:

Hulahula di depan hasuhutan


Di sebelah kanan hahadoli serta sekampung (dongan shuta)
Di sebelah kiri anggidoli, boru serta keluarga lainnya.

Pada acara adat dua hasuhutan susunan duduk adalah sebagai berikut:

Saling berhadapan kedua hasuhutan dan masing-masing hasuhutan menyusun

duduknya.
Disebelah kanan hasuhutan duduk hahadoli serta hulahula.
Disebelah kiri duduk anggi doli dohot boru.
Orang sekampung serta pariban.

d. Pakaian adat
Pakaian adat dikenal dengan ulos. Ulos adalah kain tenun khas Batak
yang berbentuk selendang. Secara harfiah, ulos berarti selimut, pemberi
kehangatan badaniah dari terpaan udara dingin. Menurut pemikiran leluhur
Batak ada tiga sumber kehangatan yaitu matahari, api, dan ulos. Dari ketiga
sumber tersebut, ulos dianggap paling nyaman dan akrab dengan kehidupan
sehari-hari. Matahari sebagai sumber kehangatan tidak dapat diperoleh pada
malam hari, sedangkan api dapat menjadi bencana jika lalai menggunakannya.
Dalam perkembangannya, ulos juga diberikan kepada orang bukan
Batak. Ada ungkapan, Ijuk pangihot ni hodong, ulos pangkait ni holong,
begitulah ungkapan berarti ulos adalah pengikat kasih sayang sesama manusia
secara simbolis, dan lambang kedudukan dalam masyarakat adat Batak. Oleh
karena itu, kain tenun ulos selalu digunakan dalam setiap upacara, kegiatan
dan berbagai acara dalam adat Suku Batak. Misalnya, untuk perkawinan,
kelahiran anak, mempunyai rumah baru, sampai acara kematian.
Tiap-tiap kain tenun ulos yang dihasilkan memiliki arti dan makna
tersendiri, baik bagi pemilik ataupun bagi orang yang menerimanya. Beberapa
jenis kain ulos meliputi diantaranya:
1. Ulos Ragidup.
Ulos ini adalah kain tenun yang tertinggi derajatnya. Sebab,
pembuatannya sangatlah sulit. Kain tenun ulos jenis ini terdiri dari tiga
bagian, yaitu 2 sisi yang ditenun sekaligus, dan 1 bagian tengah yang
ditenun sendiri dengan motif yang rumit. Motif Ulos Ragidup ini harus
terlihat seperti benar-benar lukisan hidup. Karenanya, ulos jenis ini sering
diartikan sebagai ulos yang melambangkan kehidupan dan doa restu untuk
kebahagian dalam kehidupan.
2. Ulos Ragihotang.
Ulos ini derajatnya 1 tingkat di bawah ulos ragidup. Pembuatannya
tidak serumit Ulos Ragidup. Namun, Ulos Ragihotang punya arti dan
keistimewaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Ulos ini pun sering
dipakai dalam upacara adat kematian sebagai pembungkus atau penutup
jenazah yang akan dikebumikan. Ulos jenis ini mengartikan bahwa
pekerjaan seseorang di dunia ini telah selesai.

3. Ulos lobu-lobu
Ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu data
pernikahan.
4. Ulos hela.
Ulos yang diberikan orangtua kepada pengantin perempuan
5. Ulos tondi.
Ulos yang diberikan orangtua pada putrinya saat hamil tua.
6. Ulos tujung.
Ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
7. Ulos Sibolang.
Ulos ini digunakan sebagai tanda jasa penghormatan. Biasanya
dipakai oleh orangtua pengantin atau diberikan oleh orangtua pengantin
perempuan buat menantunya. Oleh karena itu, Ulos Sibolang dijadikan
sebagai lambang penyambutan anggota keluarga baru. Ulos Sibolang juga
diberikan kepada seorang wanita yang ditinggal mati suaminya. Ulos ini
diberikan sebagai tanda menghormati jasanya yang telah menjadi istri
yang baik, sekaligus sebagai tanda bahwa ia telah menjadi janda.
8. Ulos saput.
Ulos penutup yang diberikan paman almarhum jika yang
meninggal laki-laki.

Anda mungkin juga menyukai