Mengenal lebih dekat bentuk dan jenis kain tradisional suku suku di
Sumatera Utara.
Dari ragam etnik itu bahwa orang Batak punya satu kain tenun bernama
ULOS.
Pemerintah telah menetapkan kain tenun ulos sebagai warisan budaya tak
benda pada sejak tahun 2014.
Kain yang menjadi lambang pemersatu sekaligus identitas orang Batak ini
mengandung pesan moral dan saluran berkat bagi penerimanya (Parhitean).
Hampir semua kain ulos memuat pesan moral dan saluran berkat bagi
penerima atau pemakainya. Masyarakat suku Batak Toba menyebutnya
sebagai saluran berkat (Parhitean) bagi yang menerima.
Kain yang menjadi lambang pemersatu sekaligus identitas orang Batak ini
memiliki ratusan motif dan memiliki makna yang mendalam.
Sejarah kain ulos dimulai sejak abad ke-14 yaitu bersamaan dengan
masuknya alat tenun tangan dari India. Sejak saat itulah masyarakat suku
Batak mulai mengenal kain ulos.
erdapat 3 sumber kehangatan yaitu: matahari, api dan ulos. Matahari dan api
merupakan sumber kehangatan, namun keduanya tidak praktis digunakan
untuk menghangatkan tubuh. Berbeda dengan kain ulos yang sangat praktis
digunakan kapanpun dan dimanapun.
Hingga akhirnya, menjadi barang yang penting dan dibutuhkan semua orang
serta memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat suku Batak.
Filosofinya
Secara bahasa ulos berarti kain atau selimut untuk menghangatkan tubuh.
Seiring dengan perkembangannya, kain ini menjadi lambang kasih sayang
dan bagian tak terpisahkan dari situs kehidupan masyarakat Batak.
Pemberi ulos selalu menyertakan kata-kata (berkat) dan doa restu kepada
penerima ulos. Kemudian muncul istilah “ulos untuk badan dan jiwa (tondi)”
yang berarti kain ini tidak hanya berfungsi menyelimuti badan, tapi juga
sebagai pelindung jiwa.
Pembuat ulos (penenun) biasanya sudah tahu kepada siapa ulos akan
diberikan sehingga dalam proses penenunannya ada doa yang diselipkan
untuk penerimanya. Jenis, warna, dan coraknya pun disesuaikan.
Warna dominan kain tenun ulos adalah merah, hitam, dan putih yang
dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Adapun makna
yang terkandung dalam warna kain ulos adalah :
Sebenarnya, kain tenun ulos memiliki lebih dari 100 jenis kain dengan motif
yang berbeda-beda. Dan yang paling mengesankan, hampir semuanya
memiliki makna masing-masing. Berikut saya rangkumkan 7 jenis beserta
maknanya:
Merupakan salah satu jenis kain termahal, terdiri dari lima bagian yang
ditenun secara terpisah dan disatukan dengan rapi menjadi bentuk satu ulos.
Kain tenun ulos ini memiliki motif garis-garis yang menggambarkan jajaran
burung atau bintang yang tersusun rapi. Melambangkan sikap yang patuh,
setia, dan rukun dalam suatu ikatan keluarga termasuk dalam hal kekuasaan
dan kekayaan.
Secara umum kain Ragidup terdiri dari tiga bagian yaitu dua bagian yang
ditenun sekaligus dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri dengan
sangat rumit. Biasanya ditemukan dalam setiap rumah tangga suku Batak di
daerah yang masih kental adat Batak nya.
Disebut Ragi Hidup karena jika dilihat dengan cermat dan lebih teliti akan
lebih hidup warna dan coraknya. Kain ulos ini melambangkan betapa
pentingnya kehidupan dan kebahagiaan dalam keturunan dengan umur
yang panjang (saur matua).
Meskipun termasuk salah satu jenis kain ulos yang memiliki derajat tinggi,
cara pembuatan Ragi Hotang tidak sesulit ulos Ragidup. Umumnya jenis
kain ulos ini diberikan kepada sepasang pengantin yang sedang
melaksanakan pesta adat.
Ulos Ragi Hotang sering juga disebut sebagai Ulos Hela. Pemberian Ulos
Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah
menyetujui putrinya dipersunting oleh laki-laki yang disebut sebagai “Hela”
(menantu).
• Dipakai sebagai Ulos Saput yaitu jika ada orang dewasa yang
meninggal tetapi belum mempunyai cucu.
• Dipakai sebagai Ulos Tujung yaitu untuk janda atau duda yang
ditinggal mati oleh pasangannya sebagai pertanda bahwa yang
bersangkutan adalah keluarga dekat dari orang yang meninggal.
6. Sitoluntuho (Ulos dengan Tiga Garis)
Kain Tenun ulos Sitoluntuho ini biasanya digunakan sebagai selendang dan
pengikat kepala atau tali-tali oleh gadis Batak.
7. Antak-antak
Selain dipakai sebagai selendang orang tua saat bertakziah, jenis kain tenun
yang satu ini juga dipakai sebagai kain yang dililitkan pada waktu menari
(manortor).
Seiring dengan perkembangan mode, saya yakin, kain tenun ulos akan terus
muncul sebagai produk fashion. Sebagian kalangan menyatakan hal itu sah-
sah saja. Namun, apakah hal ini tidak akan menghilangkan makna yang
terkandung di dalamnya? Saya rasa tidak. Bagaimana menurut Anda?*****