Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR ISI

Apa Itu Kain Tenun Ulos?


Ingin Tahu Bagaimana Sejarahnya?
Lalu, Apa Itu Upacara Mangulosi?
Bagaimana Aturan Penggunaannya?
Filosofinya
Apa Makna Warnanya?
Ragam Desain dan Makna yang Terkandung di Dalamnya

1. Pinuncaan (Ulos Besar, Induknya Ulos)


2. Bintang Maratur (Ulos Besar, Bintang Teratur)
3. Ragidup (Ragi Hidup)
4. Ragi Hotang (Ulos Kecil, Ragi yang Kuat)
5. Sibolang (Ulos Berwarna-warni atau Belang)
6. Sitoluntuho (Ulos dengan Tiga Garis)
7. Antak-antak
Kain Tradisi Tenun Ulos

Mengenal lebih dekat bentuk dan jenis kain tradisional suku suku di
Sumatera Utara.

Apakah Anda mengenal kain tenun ulos?

Kalau anda berkunjung ke Sumatra Utara, atau singgah di Tanah Deli


tepatnya ke Medan kota terbesar di Propinsi Sumatera Utara.

Dari ragam etnik itu bahwa orang Batak punya satu kain tenun bernama
ULOS.

Kain tersebut merupakan pakaian tradisional khas suku Batak, Sumatera


Utara.

Pemerintah telah menetapkan kain tenun ulos sebagai warisan budaya tak
benda pada sejak tahun 2014.

Kain yang menjadi lambang pemersatu sekaligus identitas orang Batak ini
mengandung pesan moral dan saluran berkat bagi penerimanya (Parhitean).

Hampir semua kain ulos memuat pesan moral dan saluran berkat bagi
penerima atau pemakainya. Masyarakat suku Batak Toba menyebutnya
sebagai saluran berkat (Parhitean) bagi yang menerima.

Kain yang menjadi lambang pemersatu sekaligus identitas orang Batak ini
memiliki ratusan motif dan memiliki makna yang mendalam.

Untuk bentuknya sendiri, kain ini menyerupai selendang dengan panjang


sekitar 1,8 meter dan lebar 1 meter. Kedua ujungnya berjuntai dengan
panjang sekitar 15 cm. Proses pembuatan kain ulos dilakukan oleh kaum
perempuan, dimana mereka menenun dari benang kapas atau rami
menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM).

Ingin Tahu Bagaimana Sejarahnya?

Sejarah kain ulos dimulai sejak abad ke-14 yaitu bersamaan dengan
masuknya alat tenun tangan dari India. Sejak saat itulah masyarakat suku
Batak mulai mengenal kain ulos.

Menurut keyakinan nenek moyang mereka, darah, nafas, dan kehangatan


adalah 3 hal yang memberi kehidupan bagi tubuh manusia, sehingga “rasa
hangat” menjadi suatu kebutuhan yang didambakan setiap saat.

erdapat 3 sumber kehangatan yaitu: matahari, api dan ulos. Matahari dan api
merupakan sumber kehangatan, namun keduanya tidak praktis digunakan
untuk menghangatkan tubuh. Berbeda dengan kain ulos yang sangat praktis
digunakan kapanpun dan dimanapun.

Hingga akhirnya, menjadi barang yang penting dan dibutuhkan semua orang
serta memiliki nilai yang tinggi di tengah-tengah masyarakat suku Batak.

Lalu, Apa Itu Upacara Mangulosi?

Upacara Mangulosi adalah ritual pemberian kehangatan dan penerimaan


kasih sayang. Kegiatan ini sangat penting bagi orang Batak, karena dalam
setiap upacara adat seperti pernikahan, kelahiran, dan dukacita, kain ulos
selalu menjadi bagian adat yang selalu diikutsertakan.

Umumnya Pemberi Kehangatan (Pemberi Ulos) adalah:

• Orang tua kepada anak-anaknya


• Adik kepada kakaknya
• Hula-hula (keluarga laki-laki dari pihak perempuan) kepada Boru.
Bagaimana Aturan Penggunaannya?

Aturan pemberian dan penggunaan Kain tenun ulos dituangkan dalam


aturan adat, antara lain:

1. Hanya diberikan kepada kerabat yang usianya di bawah kita, seperti


Natoras tu ianakhon (orang tua kepada anak), hula-hula kepada boru,
dll.
2. Kain yang diberikan haruslah sesuai dengan kerabat yang akan diberi
ulos, seperti kain ulos Ragi Hotang diberikan untuk ulos kepada hela
(menantu laki-laki).
Sementara aturan penggunaanya antara lain:

1. Siabithonon (dipakai ke tubuh sebagai baju atau sarung) kain yang


digunakan adalah ulos ragidup, sibolang, runjat, jobit dan lainnya.
2. Sihadanghononhon (diletakan di bahu) kain yang digunakan adalah
ulos Sirara, sumbat, bolean, mangiring dan lainnya.
3. Sitalitalihononhon (pengikat kepala) kain yang digunakan adalah ulos
tumtuman, mangiring, padang rusa dan lainnya.

Filosofinya

Secara bahasa ulos berarti kain atau selimut untuk menghangatkan tubuh.
Seiring dengan perkembangannya, kain ini menjadi lambang kasih sayang
dan bagian tak terpisahkan dari situs kehidupan masyarakat Batak.

Pemberi ulos selalu menyertakan kata-kata (berkat) dan doa restu kepada
penerima ulos. Kemudian muncul istilah “ulos untuk badan dan jiwa (tondi)”
yang berarti kain ini tidak hanya berfungsi menyelimuti badan, tapi juga
sebagai pelindung jiwa.

Seseorang akan mendapatkan ulos dari leluhurnya ketika memulai


kehidupan baru, yaitu menjelang kelahiran, pernikahan, atau mempunyai
anak atau cucu, sampai meninggal dunia.
“Menurut kepercayaan masyarakat suku Batak, jika panjang tidak dibuat
sesuai ketentuan maka akan membawa bencana bagi jiwa si penenun, alih-alih
membawa kebahagiaan dan keberuntungan seperti yang diharapkan”

Pembuat ulos (penenun) biasanya sudah tahu kepada siapa ulos akan
diberikan sehingga dalam proses penenunannya ada doa yang diselipkan
untuk penerimanya. Jenis, warna, dan coraknya pun disesuaikan.

Apa Makna Warnanya?

Warna dominan kain tenun ulos adalah merah, hitam, dan putih yang
dihiasi oleh ragam tenunan dari benang emas atau perak. Adapun makna
yang terkandung dalam warna kain ulos adalah :

• Warna Putih melambangkan kesucian dan kejujuran


• Warna Merah melambangkan kepahlawanan dan keberanian
• Warna Kuning melambangkan kekayaan atau kesuburan
• Warna Hitam melambangkan duka
Ragam Desain dan Makna yang Terkandung di Dalamnya

Sebenarnya, kain tenun ulos memiliki lebih dari 100 jenis kain dengan motif
yang berbeda-beda. Dan yang paling mengesankan, hampir semuanya
memiliki makna masing-masing. Berikut saya rangkumkan 7 jenis beserta
maknanya:

1. Pinuncaan (Ulos Besar, Induknya Ulos)

Merupakan salah satu jenis kain termahal, terdiri dari lima bagian yang
ditenun secara terpisah dan disatukan dengan rapi menjadi bentuk satu ulos.

Kain Ulos Pinuncaan biasanya dipakai untuk :

• Dipakai oleh Raja-raja dalam acara adat, baik sukacita maupun


dukacita.
• Dipakai oleh rakyat biasa ketika ada pesta pernikahan atau upacara
adat (tuan rumah)
• Dipakai oleh keluarga Hasuhuton (tuan rumah) pada pesta besar
• Berfungsi sebagai Ulos Passamot pada acara pernikahan yaitu ulos
yang diberikan oleh orang tua pengantin perempuan (Hulahula)
kepada kedua orang tua pengantin dari pihak laki-laki (pangoli)
sebagai pertanda bahwa mereka telah sah menjadi saudara dekat.
2. Bintang Maratur (Ulos Besar, Bintang Teratur)

Kain tenun ulos ini memiliki motif garis-garis yang menggambarkan jajaran
burung atau bintang yang tersusun rapi. Melambangkan sikap yang patuh,
setia, dan rukun dalam suatu ikatan keluarga termasuk dalam hal kekuasaan
dan kekayaan.

Umumnya digunakan dalam acara-acara adat Batak Toba, seperti:

• Diberikan kepada anak yang menempati atau meresmikan rumah baru


karena memiliki rumah baru merupakan suatu kebanggaan terbesar
bagi masyarakat Batak Toba.
• Diberikan dalam acara selamatan hamil 7 bulan oleh pihak hulahula
kepada anaknya.
• Diberikan kepada Pahompu (cucu) yang baru lahir sebagai Parompa
(gendongan), dengan harapan setelah kelahiran anak tersebut akan
disusul pula kelahiran anak selanjutnya.
• Diberikan untuk Pahompu (cucu) yang baru mendapat pembaptisan di
gereja, biasanya dipakai sebagai selendang.
3. Ragidup (Ragi Hidup)

Secara umum kain Ragidup terdiri dari tiga bagian yaitu dua bagian yang
ditenun sekaligus dan satu bagian tengah yang ditenun tersendiri dengan
sangat rumit. Biasanya ditemukan dalam setiap rumah tangga suku Batak di
daerah yang masih kental adat Batak nya.
Disebut Ragi Hidup karena jika dilihat dengan cermat dan lebih teliti akan
lebih hidup warna dan coraknya. Kain ulos ini melambangkan betapa
pentingnya kehidupan dan kebahagiaan dalam keturunan dengan umur
yang panjang (saur matua).

4. Ragi Hotang (Ulos Kecil, Ragi yang Kuat)

Meskipun termasuk salah satu jenis kain ulos yang memiliki derajat tinggi,
cara pembuatan Ragi Hotang tidak sesulit ulos Ragidup. Umumnya jenis
kain ulos ini diberikan kepada sepasang pengantin yang sedang
melaksanakan pesta adat.

Ulos Ragi Hotang sering juga disebut sebagai Ulos Hela. Pemberian Ulos
Hela memiliki makna bahwa orang tua pengantin perempuan telah
menyetujui putrinya dipersunting oleh laki-laki yang disebut sebagai “Hela”
(menantu).

Biasanya dalam pemberian ulos ini selalu disertai dengan memberikan


mandar Hela (Sarung Menantu) yang bermakna laki-laki tersebut tidak
boleh lagi berperilaku seperti laki-laki lajang tetapi harus berperilaku sebagai
orang tua.

5. Sibolang (Ulos Berwarna-warni atau Belang)

Sekalipun cara pembuatannya lebih sederhana, kain tenun ulos Sibolang


juga tergolong salah satu kain tenun yang memiliki derajat cukup tinggi.
Disebut sebagai simbol dukacita karena kain ini biasanya digunakan pada
saat terjadi peristiwa duka.

Beberapa kegunaan utama kain Sibolang antara lain :

• Dipakai sebagai Ulos Saput yaitu jika ada orang dewasa yang
meninggal tetapi belum mempunyai cucu.
• Dipakai sebagai Ulos Tujung yaitu untuk janda atau duda yang
ditinggal mati oleh pasangannya sebagai pertanda bahwa yang
bersangkutan adalah keluarga dekat dari orang yang meninggal.
6. Sitoluntuho (Ulos dengan Tiga Garis)

Kain Tenun ulos Sitoluntuho ini biasanya digunakan sebagai selendang dan
pengikat kepala atau tali-tali oleh gadis Batak.

7. Antak-antak

Selain dipakai sebagai selendang orang tua saat bertakziah, jenis kain tenun
yang satu ini juga dipakai sebagai kain yang dililitkan pada waktu menari
(manortor).

Seiring dengan perkembangan mode, saya yakin, kain tenun ulos akan terus
muncul sebagai produk fashion. Sebagian kalangan menyatakan hal itu sah-
sah saja. Namun, apakah hal ini tidak akan menghilangkan makna yang
terkandung di dalamnya? Saya rasa tidak. Bagaimana menurut Anda?*****

Anda mungkin juga menyukai