I. Adat Istiadat
Kebudayaan Suku Makassar Tak jauh berbeda dengan suku bugis, Suku Makassar
atau Orang Mangasara sebagian besar menetap di daerah Sulawesi Selatan.
a. Upacara Adat
Berikut beberapa ritual upacara adat dari daerah Makassar:
Accera kalompong
Accera Kalompoang merupakan upacara adat untuk membersihkan benda-
benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa yang tersimpan di Museum Balla
Lompoa. Inti dari upacara ini adalah allangiri kalompoang, yaitu pembersihan
dan penimbangan salokoa (mahkota) yang dibuat pada abad ke-14. Mahkota
ini pertama kali dipakai oleh Raja Gowa, I Tumanurunga, yang kemudian
disimbolkan dalam pelantikan Raja- Raja Gowa berikutnya.
b. Adat Perkawinan
Untuk tata cara upacara adat Makassar dalam acara perkawinan memiliki
beberapa proses atau tahapan upacara adat, antara lain:
1. Ajangang-jangang (Mamanu-manu).
2. Asuro (Massuro) atau melamar.
3. Apanassar (Patenreada) atau menentukan hari.
4. ApanaiLeko Lompo (erang-erang) atau sirih pinang.
5. Abarumbung (Mappesau) atau mandi uap, dilakukan selama 3 (tiga) hari.
6. Appassili bunting (Cemmemappepaccing) atau siraman dan Abubbu (
mencukur rambut halus dari calon mempelai).
7. Akkorontigi (Mappacci) atau malam pacar.
8. Assimorong atau akadnikah.
9. Allekka bunting (Marolla) atau mundumantu.
10. Appabajikang bunting atau menyatukan kedua mempelai.
c. Adat Kelahiran
Tata cara upacara adat kelahiran di Makassar disebut juga dengan istilah
Upacara Daur Hidup atau Inisiasi. Masa kehamilan pertama pada suatu keluarga
merupakan suatu waktu yang penuh perhatian dari kedua belah pihak keluarga.
Masa kehamilan pada bulan pertama sampai dengan bulan keempat disebut
angngirang. Dalam masa ini muncul keaneh-anehan bagi calon ibu, baik dalam
tingkah laku maupun dalam keingin-inginannya. Kedua belah keluarga berusaha
memenuhi keinginan calon ibu tersebut terutama yang berupa makanan. Apabila
keinginan-keinginan itu tidak dipenuhi akan berakibat tidak baik bagi bakal bayi
yang akan dilahirkan. Selama masa kehamilan berlaku pantangan-pantangan bagi
si calon ibu, maupun si calon ayah.
Appasilli
d. Adat Kematian
Pakaian adat wanita di Makassar disebut dengan nama Baju Bodo atau Bodo
Gesung. Diberikan nama Gesung alasannya adalah karna baju adat ini memiliki
gelembung di bagian punggungnya. Gelembung tersebut muncul akibat baju bodo
dikenakan dengan ikatan yang lebih tinggi.
Baju Bodo Gesung dibuat dari bahan kain muslin. Kain ini adalah kain hasil
pintalan kapas yang dijalin bersama benang katun. Rongga dan kerapatan benang yang
cukup renggang, menjadikan kain ini sejuk sehingga cocok dipakai di iklim tropis
seperti Sulawesi Selatan.
Baju bodo yang digunakan oleh kaum wanita merupakan baju yang hanya
menggunakan jahitan untuk menyatukan sisi kanan dan kiri kain, sementara pada
bagian bahu dibiarkan polos tanpa jahitan. Bagian atas baju bodo digunting atau
dilubangi sebagai tempat masuknya leher. Lubang leher ini pun dibuat tanpa jahitan.
Sebagai bawahan, sarung dengan motif kotak-kotak akan dikenakan dengan cara
digulung atau dipegangi menggunakan tangan kiri. Pemakaiannya dapat di
sempurnakan dengan beragam pernik aksesoris seperti kepingan-kepingan logam,
gelang, kalung, bando emas, dan cincin.
Dalam kitab Patuntung, ada aturan yang menyebutkan penggunaan warna
khusus bagi tingkatan usia wanita yang akan mengenakan baju Bodo ini, yaitu :
- Warna jingga dipakai oleh perempuan umur kurang dari 10 tahun.
- Warna jingga dan merah darah dipakai oleh perempuan umur 10-14 tahun.
- Warna merah darah dipakai oleh untuk 17-25 tahun.
- Warna putih dipakai oleh para inang dan dukun.
- Warna hijau dipakai oleh puteri bangsawan.
- Warna ungu dipakai oleh para janda.
b. Pria
Pakaian adat untuk pria di Sulawesi Selatan bernama baju bella dada. Baju ini
dikenakan bersama paroci (celana), lipa garusuk (kain sarung), dan passapu (tutup kepala
seperti peci). Model baju bela dada adalah baju bentuk jas tutup berlengan panjang dengan
kerah dan kancing sebagai perekat. Baju ini juga dilengkapi dengan saku di bagian kiri dan
kanannya.
Pakaian adat ini menggunakan kain yang lebih tebal dari kain muslin, seperti dari
kain lipa sabbe atau lipa garusuk. Sementara untuk warnanya biasanya tidak ada ketentuan
alias bisa disesuaikan dengan selera para penggunanya.
Passapu atau tutup kepala yang digunakan sebagai pelengkap baju bella dada
umumnya dibuat dari anyaman daun lontar dengan hiasan benang emas. Passapu dapat pula
tidak diberi hiasan. Passapu polos atau biasa disebut passapu guru ini lazimnya digunakan
oleh para dukun atau tetua kampung.
Selain passapu, para laki-laki juga tak ketinggalan untuk mengenakan aksesoris
pelengkap pakaian yang digunakan di antaranya adalah gelang, keris, selempang atua rante
sembang, sapu tangan, dan sigarak atau hiasan penutup kepala. Gelang yang digunakan
adalah gelang dengan motif naga dan terbuat dari emas, sehingga gelang ini dinamai gelang
ponto naga. Keris yang dipakai adalah keris dengan kepala dan sarung terbuat dari bahan
emas. Keris ini disebut pasattimpo atau tatarapeng. Sapu tangan yang dikenakan adalah
sapu tangan dengan hiasan khusus. Sapu tangan ini dinamai passapu ambara.
III. Tarian Adat Suku Makassar
Tari Pakarena
Tarian Adat Suku Makassar yang paling terkenal ialah Tari Pakarena. Tari
Pakarena ialah tarian tradisional dengan menggunakan kipas dan diiringi oleh 2
kepala drum (gandrang) dan sepasang instrument alat semacam suling (puik-puik).
Pakarena adalah bahasa setempat berasal dari kata Karena yang artinya main.
Tarian ini mentradisi di kalangan masyarakat Gowa yang merupakan wilayah bekas
Kerajaan Gowa.
Tari Paddupa
V. Bahasa
Bahasa umum yang digunakan di daerah Sulawesi Selatan adalah:
- Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Makassar dan Sekitarnya. Tersebar di Kota Makassar, Gowa, Takalar, Jeneponto,
Bantaeng, sebagian Bulukumba sebagian Maros dan sebagian Pangkep.
- Bahasa Bugis adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Bone
sampai ke Kabupaten Pinrang, Sinjai, Barru, Pangkep, Maros, Kota Pare Pare,
Sidrap, Wajo, Soppeng Sampai di daerah Enrekang, bahasa ini adalah bahasa yang
paling banyak di pakai oleh masyarakat Sulawesi Selatan.
- Bahasa Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah
Kabupaten Tana Toraja dan sekitarnya.
Ketiga Bahasa ini adalah Bahasa utama yang di gunakan di daerah Sulawesi
Selatan, hal ini disebabkan karena walaupun Di Sulsel terdapat banyak suku/etnis tapi yang
paling mayoritas adalah Makassar, Bugis dan Toraja.
Etnis lainnya antara lain Mandar, Duri, Pattinjo, Bone, Maiwa, Endekan, Pattae,
dan Kajang/Konjo. Sedangkan Bahasa lainnya yang juga terdapat di Sulawesi Selatan
namun hanya sedikit yang menggunkan antara lain Bahasa Pettae, Bahasa Mandar, Bahasa
Massenrempulu, Bahasa Konjo, dan Bahasa Selayar.
VII. Agama
Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja dan sebagian wilayah
lainnya beragama Kristen.
1. http://adat-tradisional.blogspot.com/2016/05/pakaian-adat-sulawesi-selatan.html
2. https://jurgenirgo.wordpress.com/2016/10/21/ritual-adat-istiadat-dari-daerah-makassar/
3. http://bataragowa-art.blogspot.co.id/
4. https://id.wikipedia.org/wiki/Badik
5. https://id.wikipedia.org/wiki/Sulawesi_Selatan
6. http://bz69elzam.blogspot.co.id/2008/08/sistem-kekerabatan-orang-bugis-makassar.html
7. http://windifebrianaputri.blogspot.co.id/2016/03/kebudayaan-sulawesi-selatan.html
8. http://dianti27.blogspot.co.id/2014/01/seni-tari-paduppa.html