Anda di halaman 1dari 10

BERMAIN DAN BELAJAR AUD

PERMAINAN RANGKUK ALU

DOSEN PENGAMPU : Dr. Sumiyati, M. Pd.I

Disusun Oleh :

1. Al Khoridatul Anisah. (19.12.00033)


2. Khoirun Nisa (19.12.00036)

INSTITUT PESANTREN MATHALI’UL FALAH

PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

TAHUN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hakitanya permainan tradisional merupakan warisan daerah yang dulu sering sekali
dimainkan ketika kecil. Sebuah permainan yang menjadikan anak mampu berinteraksi
dengan teman lainnya. Berbeda zaman, anak usia dini di era sekarang sering kali tidak
menengetahui permianan tradisonal dari berbagai daerah, hal ini dikarenakan tergerusnya
zaman dan banyak orang lebih suka bermain permainan yang lebih modern ataupun
permainan pada gadget.

Permainan tradisonal seharunya menjadi salah satu acuan dalam kurikulum anak agar
anak usia dini terutama di lembaga PAUD dapat mengenali dan setidaknya dapat
memainkannya. Apalagi banyak sekali permainan tradisonal yang hampir punah dan tidak
banyak dikenali karena tidak pernah dimainkan kembali ataupun diajarkan. Rangkuk Alu
merupakan salah satu permaian yang hampir punah karena jarang sekali dimainkan,
namun seiring berjalannya waktu permainan ini mendapat modifikasi menjadi tarian yang
cenderung lebih terlihat menarik.

Rangkuk Alu atau yang lebih dikenal dengan Rangku Alu ini merupakan warisan
budaya kita yang berasal dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur (NTT) yang harus
diwariskan dan dikenalkan pada kalangan banyak terutama anak-anak usia dini.
Semestinya permainan tradisonal diperkenalkan oleh orang tua karena bisa jadi orang tua
dulu pernah memainkannya namun sangat malas mengajarkan kepada anak ataupun
hanya sekedar memberikan gambaran tanpa memperlihatkan secara kongkrit hal tersebut.

Permaslahan yang sering dihadapi oleh pengajar anak usia dini adalah keterbatasan
memahami ataupu memiliki pengalaman untuk mengajarkan permianan tradisional
kepada anak, padahal sejatinya anak menyukai hal-hal baru dan ingin segera mencobanya
karena anak memiliki rasa antusias yang tinggi, seringkali guru mengesampingkan
permainan tradisional yang kurang cocok untuk anak usia dini karena cenderung sulit.
Jika permianan tradiosional hanya diperlihatkan sebagai sejarah masa lalu maka anak
generasi selanjutnya tidak akan mengenal permainan apa yang peranh dimainkan oleh
kakek dan neneknya kala kecil dulu bermain.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Asal muasal permaianan “ Rangkuk Alu” ?
2. Seperti apa cara bermainnya ?
3. Bagaimana permainan “Rangkuk Alu” mempengaruhi perkembangan anak
usia dini ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui asal usul terciptanya permianan “Rangkuk Alu”
2. Untuk mengetahui cara bermain “Rangkuk Alu”
3. Untuk mengetahui pengaruh permainan “Rangkuk Alu” terhadap
perkembangan anak usia dini
BAB II

PEMBAHASAN

A. Permainan Rangkuk Alu

Permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan oleh masyarakat di suatu


daerah tertentu. Indonesia memiliki begitu banyak permainan tradisional yang populer, salah
satunya yaitu Rangkuk Alu yang berasal dari Nusa Tenggara Timur. Dahulu, masyarakat
Manggarai biasa bermain Rangkuk Alu untuk merayakan hasil panen pertanian dan
perkebunan, sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia. Pada saat bulan purnama, para remaja
berkumpul dan meramaikan permainan ini.Pada permainan ini memiliki 2 fungsi yaitu
sebagai permainan tradisonal dan juga tarian. Oleh karena, permainan ini tidak hanya sekedar
bermain namun diharuskan memiliki kepekaan terhadap ritme dan ketukan yang ditimbulkan.
Permianan ini pada awalnya “Rangkuk Alu” dan mengalami modifikasi menjadi “ Tarian
Rangku Alu”

Melalui orang tua, diperoleh informasi bahwa rangkuk alu sering dimainkan malam
hari saat bulan purnama. Orang tua dulu (ibu-ibu),biasanya memanfaatkan sinar rembulan
pada masa panen untuk menumbuk hasil tuaian secara bergotong-royong dalam bahasa
Manggarai dikenal dengan sebutan tuk telo.Sembari menanti ibu-ibu selesai bekerja, anak-
anak (umumnya didominasi oleh anak perempuan) bermain rangkuk alu di halaman (nantas).
Sebagaimana pekerjaan tuk telo yang membutukan kekompakkan, kecepatan, kecekatan dan
irama-irama tertentu; demikian juga gerakan permainan rangkuk alu. Lagi pula, kata alu
berarti alat tumbuk terbuat dari kayu atau bambu; sedangkan rangkuk berarti menghentak-
hentakan dua benda (biasanya kayu). Dengan demikian, secara leksikal rangkuk alu berarti
menghentak-hentakkan alat rumbuk.

Dengan mempelajari konteks permainan, irama gerakan,dan arti kata dapat


disimpulkan bahwa permainan ini merupakan metafora pekerjaan orang tua. Patut diduga
bahwa orang tua dulu menciptakan permainan ini berhubungan dengan pendidikan kecakapan
hidup, yakni skill “tuk telo”. Melalui permainan rangkuk alu, anak-anak perempuan dilatih
untuk memiliki kemampuan menumbuk (hasil tuaian). Sebab bagaimanapun, remaja
perempuan Manggarai pada akhirnya dinilai layak menikah atau tidak; salah satunya oleh
skill menumbuk. Gadis yang tidak bisa “tuk” adalah gadis yang “ngonde” (malas), karena itu
tidak dapat diandalkan sebagai mantu idaman. Adalah lazim pada zaman itu, anak mantu “tuk
rebok” (jenis makanan yang ditumbuk) untuk mertua sebagai pembuktian kelayakan.1

Pada era sekarang permainan ini telah banyak digunakan pada kegiatan pramuka yang
dimulai dari tingat sekolah dasar (SD), namun di daera asalnya permianan ini sudah jarang
dimainkan dan mengalami modernisasi berupa tarian. Tarian Rangku Alu ini biasanya
ditampilakan dalam acara kebudayaan ataupun festival ataupun juga sebagai tarian
penyambutan tamu dalam rangka memperkenalkan tarian yang menjadi kebudayaan warga
Manggarai. Permainan ini biasnaya juga disebut dengan permainan “Lompat Bambu” yang
mana dasar dari permianan ini menggunakan 4 bambu yang panjangnya masing- masing 2
meter. Seringkali orang disekitar kita tidak mengetahui bahwa nama asli dari permianan
tongkat bambu adalah permainan rangkuk alu.

Permianan ini di era sekarang dapat ditemui pada pelajaran pramuka tingkat SD
dimana media bamboo yang sering dibawa dapat dengan mudah diguunakan untuk bermain
permianan ini. Namun didaerah asalnya permianan ini lebih sering ditampilkan dalam bentuk
tarian.

B. Perbedaan Permainan dan Tari Rangkuk Alu

Rangku alu merupakan permianan dan sekaligus tarian dalam satu kesatuan nama, namun
dalam prakteknya tentu saja berbeda dimana pada tarian merupakan modifikasi dari
permianan. Pada permaian ketukan yang dimunculkan cenderung lebih sederhana
dibandingkan tarian.jumlah bamboo yang digunakan juga bertambah. Pada permianannya
bamboo yang dibutuhkan hanya 4 batang bamboo sedangkan pada tarian memutuhkan 6
batang bamboo. Biasanya pada tari rangku alu tidak menggunakan lagu namun hanya iringan
ketukan dan alat music tradisional yang dipukul seperti kendhang. Selain itu tari rangku alu
memang disebut tarian karena banyak sekali memakai Gerakan badan.

C. Cara Bermain Rangkuk Alu


1
https://www.academia.edu/36182175/
MEMORIA_GENERASI_RANGKUK_ALU_DAN_GENERASI_HORUS_BERSERTA_T
ATANGAN_PEWARISANNYA diakses pada Sabtu, 19 Juni 2021 Pukul 09.54 WIB
Secara sederhana, rangkuk alu dimainkan dalam 2 kelompok, kelompok main dan
kelompok jaga. Kelompok jaga terdiri dari empat orang yang duduk berjongkok membentuk
bidang persegi dan menghentak-hentakkan dua bamboo dengan berirama tertentu (serupa tuk
telo). Kelompok main melompat-lompat menghindari jepitan bambu berirama buka-tutup.
Selain mengasah kemampuan menumbuk tuaian, secara tidak langsung permianan ini melatih
konsentrasi, ketangkasan, dan kelincahan. Sejumlah nilai pedagogic terintegrasi bersama
permainan ini, seperti kekompakkan, saling percaya, dan fairness. Sebab sangat sulit
memainkannya tampa unsur nilai-nilai tersebut.

Bermain Rangkuk Alu dapat melatih konsentrasi dan melatih ketepatan dalam bertindak,
karena tak hanya melompat-lompat asal, dalam permainan ini perlu fokus untuk
menyinkronisasi gerak kaki dan gerak bambu. Kalau tidak fokus atau tidak konsentrasi,
nantinya kaki pemain akan terjepit bambu atau malah terpeleset.
Selain itu, permainan ini dapat melatih kelincahan kita. Pasalnya, semakin lama irama bambu
dan nyanyian akan semakin cepat, otomatis kaki pemain harus bergerak cepat dan mengubah
arah secara cepat tanpa terganggu keseimbangannya mengikuti irama. Bila kamu rutin
memainkan Rangku Alu, maka kekuatan otot kakimu bakal terlatih, dan tentunya ini akan
memberi pengaruh baik untuk daya tahan tubuh.

Gambar 1. Permainan Rangkuk Alu

Pada gambar permainan ini bisa dimainkan 6 orang yang 4 berjaga menggerakkan
bambu dan 2 orang melompati bambu. Atau lebih jelasnya permainan ini lebih
membutuhkan :

 4 batang bamboo dengan panjang 2 meter


 6 orang anak/ orang ( 4 orang berjaga bamboo, 2 orang bertugas melompat)
 Dilakukan di tempat lebar , bisa seperti halaman ataupun lapangan yang tidak
berlumpur

Pertama : pemain terdiri atas 2 kelompok, yaitu kelompok yang bermian dan kelompok
yang menjaga

Kedua : kelompok yang menjaga menggerak-gerakkan bamboo (4 orang berjongkok


membentuk bidang persegi dan memegang dua bambu ) sambal bernyayi.

Ketiga: kelompok pemain yang mendapat giliran bermian akan melompat di sela-sela
bamboo. Meraka harus menghindari jepitan bambu. Penari akan masuk dalam bidang
persegi dan melompat-lompat sesuai irama buka-tutup bambu.2 Lagu yang digunakan
adalah lagu “Ampar-Ampar Pisang” ataupun bisa dengan lagu sederhana bertemakan
“Kami Berbeda, Tapi Rukun”. Ketukan tongkat pada permianan rangku alu cenderung
banyak namun tentu saja bagi anak usia dini haruslah yang paling mudah. Misalnya
seperti :3

Satu ritme memiliki 4 ketukan

22 22 22 22 22 22

Unsur gerak dan bunyi yang dimainkan oleh para pemain Rangku Alu menjadikan
permainan ini seolah melakukan gerakan tari. Permainan ini hampir jarang dikenali oleh
kebanyakan anak Indonesia karena banyak sekali yang berspekulasi permainan rangkuk
alu ini sulit.

D. Pengaruh Rangku Alu Terhadap Perkembangan AUD


1. Fisik dan Motorik

2
Persatuan dalam Perbedaan: buku guru/ Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan , 2015) hlm. 24

3
Belafano, C. R., Cahya, V. E. Y., & Parhusip, G. D. (2018). POLA BILANGAN PADA
TARIAN RANGKU ALU. PROSIDING SENDIKA, 4(1).
Pada permainan rangku alu kekuatan fisik serta konsentrasi yang tingi sangat
diperlukan. Dalam hal perkembangan anak motoric halusnya teerasah yaitu
dimana mata dan tangan berkoordinasi dengan baik ketika menggerakkan bamboo
serta motoric kasarnya terasah lewat kemampuan tubuh berkoordinasi dimulai
dengan lincah dalam melompati celah bamboo dan mengatur strategi agar saat
melompat tubuh tetap seimbang dan tidak jatuh. Pada perkembangan fisik, dengan
melompat maka anak secara tidak langsung melatih otot kaki dan mempengaruhi
fisiknya yang pada awalnya kaki belum terlalu lincah dan juga otot tangan yang
menjadi kuat karena menggerakkan bamboo.
2. Kognitif
Permianan ini tentu saja membuat anak berfikir untuk memecahkan masalah,
dimana anak harus mengatur strategi untuk melompat agar tidak terjepit bamboo.
Selain itu anak juga dilatih berhitung agar ritme yang dimunculkan dari ketukan
bamboo agar sesuai. Selain itu melatih konsentrasi anak agar focus bermain
dimana bagi kelompok yang bermain dan menjaga agar selaras.
3. Bahasa
Permainan bisa mempengaruhi kemampuan bahasa anak dimana ketika bermain
menyanyikan irama lagu “Ampar-Ampar Pisang”. Dengan bertambahnya kosakata
baru, kemampuan berbahasa anak menjadi meningkat dan mempengaruhi
perkembangan anak.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Permaianan tradisional merupakan warisan bangsa dimana bila tidak dimainkan
ataupun setidaknya diperkenalkan terutama anak usia dini. Di era sekarang banyak
sekali anak kecil ataupun anak usia dini yang tidak mengetahui bahwa jenis
permianan bukanlah hanya dengan membeli barang tertentu namun dapat dimainkan
dengan sederhana baik menggunakan media yang mudah didapat ataupun tidak.
Permainan Rangkuk Alu ini merupakan jenis permianan yang cenderung sulit dan
kurang cocok jika dimainkan oleh anak usia dini karena Gerakan kaki yang mungkin
masih cenderung susah bagi anak usia dini. Namun tidak ada salahnya
memperkenalkan permainan ini melalui modifikasi tertentu. Dengan demikian secar
tidak langsung pendidik dapat melestarikan dengan cara yang sederhana.
DAFTAR PUSTAKA

Belafano, C. R., Cahya, V. E. Y., & Parhusip, G. D. (2018). POLA BILANGAN PADA
TARIAN RANGKU ALU. PROSIDING SENDIKA, 4(1).

https://www.academia.edu/36182175/
MEMORIA_GENERASI_RANGKUK_ALU_DAN_GENERASI_HORUS_BERSE
RTA_TATANGAN_PEWARISANNYA diakses pada Sabtu, 19 Juni 2021 Pukul
09.54 WIB
Persatuan dalam Perbedaan: buku guru/ Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Jakarta,
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan , 2015) hlm. 24

Anda mungkin juga menyukai