Anda di halaman 1dari 14

 Batak adalah salah satu suku yang terbesaran tertua

didunia yang memiliki segalanya yaitu :


Aksara, Bahasa, Adat, Budaya, Hukum, Rumah,
Undang undang, Agama, Ulos, Musik(gondang) dan
lain-lain.

 Ulos adalah yang dirakit dan ditenun dari benang


hingga menjadi sehelai kain yang dipakai para leluhur
raja batak dulu. Ulos tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat batak dan bukan hanya sekedar pakaian,
namun bermakna sebagai salah satu pemersatu dalam
tatanan hidup masyarakat batak.
Selama hidup mulai dari lahir sampai ke kematian, ulos selalu mempunyai peranan dan
tidak dapat dipisahkan dalam tatanan hidup masyarakat Batak.
Ada 3 yang tidak dapat dipisahkan dengan ulos saat pelaksanaan menjalankan
penggunaan ulos yaitu :

– Gondang (Musik Tradisional Batak)


– Tortor ( Tari )
– Ulos

Jika menortor (menari) dalam budaya batak harus pakai ulos, artinya tidak ada tari tanpa
ulos, dan gondang. Tidak ada adat dan budaya jika tidak ada ulos. Jadi ulos adalah tidak
dapat dipisahkan dalam tatanan hidup masyarakat Batak. Yang artinya ulos bukan hanya
sekedar pakaian tetapi mempunyai Filosopi yang sangat tinggi dalam kehidupan
masyarakat Batak.
Ulos adalah pakaian berupa kain, yang ditenun oleh wanita Batak dengan pelbagai pola, dan
biasanya dijual di pekan-pekan. Menenun kain ulos memerlukan kordinasi yang baik terhadap

Makna sejumlah besar benang menjadi sepotong kain utuh yang digunakan untuk melindungi tubuh.
Menurut konsep orang Batak, ulos adalah suatu tindakan yang diresapi oleh suatu kualitas religious

Ulos
dan magis.

Oleh karena itu, dalam pembuatan dan pemungsiannya disertai sejumlah pantanga. Dalam
kepercayaan masyaakat Batak, ulos dianggap sebagai benda yang diberkati oleh kekuatan
supernatural. Panjangnya harus tepat, kalau tidak dapat membawa kematian dan kehancuran pada
tondi (roh) si penenun. Jika ulos dibuat dengan pola tertentu maka ia dapat digunakan sebagai
pembimbing dalam kehidupan.

Ulos adalah salah satu sarana yang dipakai oleh hula-hula (pihak pemberi isteri) untuk mengalihkan
sahala (kekuatan diri)nya kepada boru (pihak penerima isteri). Ulos memancarkan pengaruh yang
melindungi tidak hanya badan tetapi juga tondi (ruh) orang yang dikenakan ulos. Kata ulos juga
menjadi istilah yang digunakan untuk pemberian berupa barang selain kain, misalnya tanah.

Jika selembar kain yang terbentang, ulos herbang diberikan, maka ulos itu pun dibentangkan
menutupi badan bagian atas dari si penerima, diiringi dengan kata-kata yang bersesuaian seperti :
“Sai horas ma helanami maruloshon ulos on, tumpahon ni Ompunta martua Debata dohot
tumpahon ni sahala nami. Artinya: “Selamat sejahteralah kau menantu kami, semoga
peruntungan baik menjadi milikmu dengan memakai kain ini dan semoga berkat Tuhan Yang
Maha Pengasih dan sahala kami menopangmu.” Ulos yang memiliki nilai budaya paling tinggi
adalah ulos ni tondi (ulos roh), biasanya diberikan orang tua kepada anak perempuannya, pada
saat menunggu bayinya yang pertama, dan orang tua datang untuk mangupa (memberkati)nya.
Di antara barang-barang yang diberikan sebagai ulos, tanahlah yang paling penting. Sama dengan kain, tanah
tidak dapat diberikan dengan arah hubungan sosial yang terbalik, yaitu dari boru kepada hulahula. Bagi boru
yang menerima ulos dalam bentuk tanah merupakan pakaian yang tidak pernah aus, ulos na so ra buruk.
Sifat tanah yang diserahkan seperti itu kepada boru adalah untuk selama-lamanya, sipatepate, kecuali jika
ditentukan lain, atau jika persyaratan khusus jelas terlihat pada kontrak itu Alasan tanah menduduki tempat
yang sangat penting di antara pemberian, pertama-tama mestinya berasal dari kenyataan bahwa suatu
marga yang memerintah dan bermukim di wilayah leluhur sendiri adalah satu-satunya kelompok yang secara
kolektif memegang kekuasaan tertinggi dalam penggunaan tanah, walaupun para anggota yang
membersihkan dan menanami bagian-bagiannya telah memilikinya.
Istilah Ulos dan Sejenisnya dalam Etnik Natif
“Batak”
Gambaran Guna Ulos
GAMBAR ULOS BATAK TOBA
BUSANA DAN PERLENGKAPAN PAKAIAN ADAT
PAKPAK
Kain ulos suku Batak Bila berkunjung ke daerah Sumatera Utara, termasuk kawasan pariwisata Danau
Toba, kamu akan melihat banyak masyarakat lokal yang mengenakan kain ulos. Ulos sendiri
merupakan jenis kain tenun khas suku Batak.Sama seperti batik, kain ulos Batak juga memiliki filosofi
tersendiri dan erat dengan kebudayaan lokal.Baca juga: Mengenal 5 Kuliner Nusantara yang Identik
dengan Hari KemerdekaanKarena keistimewaan tersebut, ulos secara resmi ditetapkan oleh
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai salah satu warisan budaya tak
benda Indonesia pada 17 Oktober 2014. Kemendikbud juga menetapkan 17 Oktober sebagai Hari Ulos
Nasional.Oleh sebab itu, tak jarang wisatawan, baik nusantara maupun mancanegara #BeliKreatifLokal
kain ulos saat berkunjung ke Danau Toba.Saat ini, kain ulos juga bisa didapatkan secara online.
Pasalnya, banyak pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) menjualnya melalui platform digital.
Bila tertarik, kamu bisa membeli kain ulos secara online di Songket Deli, Erny Johan Manik Ulos
Songket, atau Soit Ulos
Ulos adalah Warisan Leluhur Si Raja Batak produk budaya, yang fungsional,
mencerminakn segala ide masyarakat Batak. Ulos adalah bagian dari identitas
kebudayaan masyarakat Batak, yang diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-
hari. Hingga kini ulos tetap eksis di tengah perubahan dunia yang begitu dahsyat,
yang diistilahkan dengan proses globalisasi. Dalam kenyataannya budaya ulos
mampu menjawab tantangan zaman, selama berabad-abad. Semoga masyarakat
Batak pendukung budaya ulos ini, tetap menjaga kesinambungannya sebagai
bagian dari identitasnya. Martanan marbaringin, maruat jabi-jabi, Horasmatondi
madingin, tumpahon ni Omputta Mula Jadi.
MAULIATE MA DI HITA SALUHUTNA HORAS

Anda mungkin juga menyukai