Anda di halaman 1dari 9

Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

KAJIAN ESTETIKA PENERAPAN RAGAM HIAS KAIN ULOS RAGI


HOTANG BATAK TOBA PADA BUSANA SIAP PAKAI

Jhon Viter Marpaung


Desain Produk Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara 9, Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 1150
jhon.viter@esaunggul.ac.id

Abstrak
Tujuan jangka panjang dari hasil penelitian ini memberikan masukan kepada dunia fashion Indonesia
dalam menghadirkan ragam hias kain ulos ragi hotang ke dalam busana siap pakai yang memiliki nilai
estetika dan nilai jual. Hal itu karena ulos adalah salah satu ragam hias kebudayaan Batak Toba yang
patut diperkenalkan kepada masyarakat dunia.Target khusus dari penelitian ini memperkenalkan
metodologi ilmu desain produk ke dalam objek penelitian fashion dalam meningkatkan aspek estetik
dan nilai jual, sehingga ragam hias ulos ini dapat meramaikan koleksi fashion Indonesia.Metode
penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan melakukan studi pustaka dan studi lapangan.
Adapun studi pustaka yang dilakukan untuk menganalisis penerapan ragam hias kain Ulos Ragi
Hotang pada busana siap pakai, adalah pembedahan buku yang berhubungan dengan ragam hias kain
ulos ragi hotang. Sementara untuk studi lapangan terhadap ragam hias kain ulos ragi hotang, penulis
menggunakan pendekatan fenomenologis dalam pengamatan secara inderawi. Maksudnya penulis
langsung studi lapangan ke tempat pembuatan ulos dan merasakannya secara inderawi terutama dari
segi material serat kain yang digunakan.

Kata Kunci: Ulos, Ragi Hotang, Busana, Batak Toba

Pendahuluan tenun yang berasal dari Sumatera Utara, yaitu kain


Indonesia merupakan negara kesatuan yang tenun Ulos.
terdiri atas beragam suku, adat, ras, budaya, Ulos merupakan jenis kain tenun adat
kerajinan, dan agama. Secara geografis letak negara tradisional yang sering digunakan untuk upacara
Indonesia terdiri atas pulau besar dan pulau kecil adat pada suku Batak. Kain ini merupakan salah
yang terhampar luas dan saling berdekatan, satu syarat utama dalam melaksanakan upacara adat
sehingga memungkinkan terjadinya pertukaran Batak. Keberadaan kain Ulos tersebut dalam suatu
budaya diantara suku-suku adat yang ada di Indo- upacara juga dapat menjadi identitas cara
nesia. Keanekaragaman kebudayaan dan adat dari penghormatan kepada orang-orang yang melak-
setiap daerah yang ada di Indonesia merupakan sanakan adat maupun kepada para undangan yang
kekayaan budaya Indonesia yang harus dilestarikan menghadiri acara adat. Batak adalah nama sebuah
dan dilindungi. Apalagi dewasa ini ada beberapa suku di Indonesia. Suku ini kebanyakan bermukim
jenis kesenian dan kebudayaan bangsa Indonesia di Sumatra Utara. Mayoritas orang Batak beragama
yang coba diakui oleh negara lain. Karena begitu Kristen dan Islam. Tetapi dan ada pula yang
tingginya nilai dalam suatu kesenian dan ke- menganut kepercayaan animisme (disebut
budayaan tersebut maka tak jarang bangsa lain ingin Parmalim). Yang dimaksud dengan kebudayaan
mencoba memiliki kesenian dan kebudayaan Batak yaitu seluruh nilai-nilai kehidupan suku
tersebut sebagai nilai jual untuk menarik minat turis bangsa Batak di waktu-waktu mendatang merupa-
pada sektor pariwisata. kan penerusan dari nilai kehidupan lampau dan
Salah satu bentuk produk kesenian menjadi faktor penentu sebagai identitasnya.
Indonesia, adalah kain. Kain merupakan salah satu Refleksi dari nilai-nilai kehidupan tersebut menjadi
jenis kerajinan yang sangat banyak dijumpai di suatu ciri yang khas bagi suku bangsa Batak yakni:
Indonesia. Mulai dari Sabang sampai Merauke Keyakinan dan kepercayaan bahwa ada Maha
memiliki kain khas yang berbeda-beda. Bahkan ada Pencipta sebagai Tuhan yang menciptakan alam
beberapa jenis kain yang telah menjadi ikon semesta beserta segala sesuatu isinya, termasuk
nasional, seperti kain kebaya dan kain batik. langit dan bumi.
Tentunya masih banyak jenis kain lainnya yang Ulos adalah kain tenun khas Batak
terdapat di Indonesia ini sebagai warisan berbentuk selendang, yang melambangkan ikatan
kebudayaan yang dapat menjadi kebanggaan kita kasih sayang antara orang tua dan anak-anaknya
sebagai bangsa Indonesia. Salah satunya adalah kain atau antara seseorang dan orang lain, seperti yang
tercantum dalam filsafat Batak yang berbunyi: “Ijuk

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 58


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

pengihot ni hodong.” Ulos penghit ni halong, yang dapat terlihat pengembangan nuansa produk etnik
artinya ijuk pengikat pelepah pada batangnya dan khas Batak Toba, dimana ulos sebagai hasil
ulos pengikat kasih sayang antara orang tua dan kebudayaan dan ciri khas Batak Toba yang
anak-anak atau antara seseorang dengan orang memiliki nilai tersendiri sebagai sebuah hasil
lain.Pada mulanya fungsi Ulos adalah untuk peninggalan dan media tata acara adat Batak Toba.
menghangat-kan badan, tetapi kini Ulos memiliki Maka dari itu perlu adanya pelestarian kebudayaan
fungsi sim-bolik untuk hal-hal lain dalam segala yang mengaplikasikan ragam-ragam dari motif ulos
aspek ke-hidupan orang Batak. Ulos tidak dapat di- tersebut menjadi sebuah produk berupa busana siap
pisahkan dari kehidupan orang Batak. Setiap ulos pakai yang memiliki ragam khas Tanah Batak yang
mempunyai ‘raksa’ sendiri-sendiri, artinya mempu- memiliki nuansa kebudayaan Batak toba. Hal ini
nyai sifat, keadaan, fungsi, dan hubungan dengan dapat menunjang pertumbuhan sektor ekonomi
hal atau benda tertentu. Dalam pandangan suku setempat dan meningkatkan sektor pariwisata dan
kaum Batak, ada tiga unsur yang mendasarkan yang lebih utama adalah pelestarian kebudayaan
dalam kehidupan manusia, yaitu darah, nafas, dan sebagai identitas Sumatera Utara khususnya
panas. Dua unsur terdahulu adalah pemberian Tapanuli dan Samosir sekitarnya memilki nilai lebih
Tuhan, sedangkan unsur ketiga tidaklah demikian. untuk mengembangkan dan memperkenalkan
Panas yang diberikan matahari tidaklah cukup untuk budaya pada Indonesia.
menangkis udara dingin di pemukiman suku bangsa
Batak, lebih-lebih lagi di waktu malam. Menurut Tujuan Penelitian
pandangan suku bangsa batak, ada tiga sumber yang Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah
memberi panas kepada manusia, yaitu matahari, api untuk memberikan pembuktian bahwa ragam hias
dan ulos. Ulos berfungsi memberi panas yang kain Ulos Ragi Hotang bisa diaplikasikan ke dalam
menyihatkan badan dan menyenangkan pikiran busana siap pakai. Dengan adanya penelitian ini
sehingga kita gembira dibuatnya. Di kalangan orang diharapkan para desainer muda mengetahui
Batak sering terdengar ‘mengulosi’ yang artinya pentingnya mengangkat potensial budaya Indonesia,
memberi Ulos, atau menghangatkan dengan ulos. ke dalam koleksi busana siap pakai dengan
Dalam kepercaya-an orang-orang Batak, jika (tondi) menggunakan kain tenun khas Indonesia, salah
pun perlu diulos, sehingga kaum lelaki yang berjiwa satunya kain Ulos.
keras mempunyai sifat-sifat kejantanan dan kepah-
lawanan, dan orang perempuan mempunyai sifat- Pertanyaan Penelitian
sifat ketahanan untuk melawan guna-guna dan Adapun persoalan dalam penelitian ini
kemandulan. Dalam hal mengulosi, ada aturan yang adalah bagaimana mengaplikasikan ragam hias kain
harus dipatuhi, antara lain orang hanya boleh Ulos Ragi Hotang ke dalam busana siap pakai
mengulosi mereka yang menurut kerabatan berada sehingga memiliki karakteristik sendiri? Hal ini
dibawahnya, misalnya orang tua boleh mengulosi berhubungan dengan nilai filosofi dari ragam hias
anak, tetapi anak tidak boleh mengulosi orang tua. tradisional seperti yang dijelaskan busana siap
Jadi dalam prinsip kekerabatan Batak yang disebut pakai, masih terdapat nilai-nilai filosofinya?
‘Dalihan Na tolu’, yang terdiri atas unsur-unsur Ataukah hanya sekedar sebagai sebuah penambah
hula-hula boru, dan dongan sabutuha, seorang boru estetika pada produk busana siap pakai saja?
sama sekali tidak dibenarkan mengulosi hula-
hulanya. Ulos yang diberikan dalam mengulosi
tidak boleh sembarangan, baik dalam macam
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini ditujukan
maupun cara membuatnya. Perkembangan dunia
pada desain produk yang berdasarkan penelitian
produk desain terutama dari segi fashion terus
(Design by Research). Area penelitian ini memasuki
berkembang dengan memasukkan khas kebudayaan
ranah penelitian di bidang seni rupa dan desain yang
Indonesia ke dalam koleksi busana pakai. Hal ini
mempertautkan disiplin ilmu kebudayaan dan kriya
bertujuan untuk mendukung perkembangan strategis
tekstil dengan desain produk (fashion). Objek
Indonesia kreatif dalam menghadapi MEA
penelitian yang berlokasi di Sumatera Utara sebagai
(Masyarakat Ekonomi Asean) 2015. Ada pun
tempat yang dipilih untuk mendukung penelitian ini.
desainer Indonesia, Merdi Sihombing yang tertarik
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
memasukan kebudayaan Batak Toba yakni ragam
kualitatif dengan pengamatan secara fenomenologi
hias kain ulos ragi hotang ke dalam koleksi
dengan strategi pengumpulan data secara studi
busananya. Selain untuk memperkenalkan ragam
pustaka dan studi lapangan dengan menggunakan
hias ini, sang desainer ingin menumbuhkan rasa
kajian estetika.
kecintaannya terhadap budayanya melalui sebuah
rancangan yang terkandung ciri khas kebudayaan-
nya tersebut sehingga berkesan etnik. Dari ini saja

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 59


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Metode penelitian dan objek penelitian sesuai dengan


Penelitian dilakukan dengan metode pengetahuan peneliti, sedangan secara non
kualitatif, dikarenakan peneliti ingin mendapatkan partisipan, peneliti memperhatikan beberapa
data yang mendalam serta mengetahui secara lebih reaksi dan ekspresi spontan dari para
jelas mengenai objek yang diteliti. Oleh karena itu, pengunjung daerah pengrajin ulos ini serta
peneliti melakukan penelitian secara langsung dan Kawasan pengrajin ulos sekitarnya.
terlibat sebagai instrumen penelitian. Metode c. Wawancara
penelitian yang digunakan dalam penulisan ini Wawancara dilakukan sebagai salah satu
adalah metode penelitian kualitatif deskriptif, metode pengumpulan data untuk mendapatkan
dengan pendekatan fenomenologis. data yang akurat mengenai kondisi objek
penelitian yang tidak bisa didapatkan dari
Objek Penelitian literature maupun pengamatan langsung.
Penelitian hanya dilakukan dalam lingkup Beberapa proses wawancara dilakukan kepada
kajian motif tenun yang diteliti dari sudut pandang pengelola pengrajin ulos langsung untuk
estetika, termasuk estetika tradisi Batak Toba, menetahui bagaimana sistem kelola organisasi
berupa visual yang mengaplikasikan esensi ulos ulos tersebut. Selain itu peneliti juga
Ragi Hotang pada pernikahan Batak Toba. Selain mewawancarai langsung beberapa pengrajin
lingkungan, hal yang menjadi obyek penelitian untuk mendapatkan informasi dan penjelasan
utama tentu saja ulos Ragi Hotang itu sendiri, mulai secara detail dan mendalam terhadap ulos Ragi
dari sejarah, motif dan makna ulos tersebut. Hotang tersebut.
Untuk melengkapi strategi penelitian
metologi penelitian ini, maka penulis memilih
Metode Pengumpulan Data
metode pendekatan atau pengamatan melalui
Metode yang digunakan dalam
fenomenologis. Menurut Mudji Sutrisno,
pengumpulan data ini adalah melalui survey ke
pandangan fenomenologis setiap pengalaman
lapangan, observasi, serta wawancara langsung
yang ada pada diri manusia selalu terjadi
dengan narasumber yang bersangkutan. Berikut ini
seperti sebuah “pengalaman tentang sesuatu”.
akan dijelaskan mengenai cara-cara melakukan
Apa yang hendak diuraikan fenomenologi
peng-umpulan data yang telah dipilih dalam
bukan “sesuatu”, melainkan apa yang
penelitian ini diantaranya:
merupakan “inti” dari pengalaman tentang
a. Studi Literatur
sesuatu yang terjadi pada manusia.
Studi literatur dilakukan untuk mencari
Menurutnya, pengalaman estetis hakikatnya
data-data yang berkaitan dengan informasi
melibatkan pengamatan inderawi yang
tertulis, terutama mengenai hasil penelitian
sekaligus melibatkan seluruh unsur dalam
yang relevan dengan tema serta objek-objek
“diri” manusia itu terbawa oleh pengamatan
yang diteliti. Studi literatur juga dilakukan
itu, jiwa raga, dengan segala indera dan
untuk mengali teori-teori pendukung untuk
kemampuan-kemampuan lainnya; bagaikan
membantu menentukan analisis data
terikat dan terpikat hatinya. Dalam pengalaman
berdasarkan hasil penelitian serta memberikan
tentang keindahan (kedahsyatan) alam maupun
rekomendasi yang dianggap tepat alam
dalam pengalaman tentang keindahan karya
menyelesaikan permasalahan yang ditemukan.
seni (lukisan, patung, musik, tari, dan karya
b. Observasi / Pengamatan Lapangan
sastra). Pengalaman seperti itu “memakan
Observasi atau pengamatan langsung di
waktu”, atau“waktu berhenti”, bagaikan manu-
tempat penelitian dilakukan mendapatkan
sia untuk sementara waktu meninggalkan dunia
informasi langsung tentang kondisi ling-
sehari-hari ini. Fenomenologi berusaha
kungan, seperti merasakan atmosfer bagai-
memahami budaya lewat pandangan pemilik
mana bearada di kawasan daerah penenun di
budaya dan pelakunya. Menurut paham
Kabupaten Tapanuli – Samosir dan daerah
fenomenologi, ilmu bukanlah values free,
pengarajin ulos lainnya seperti kampung Meat
bebas nilai dari apa pun, melainkan value
dan Silaen dan sekitar Samosir. Memper-
bound, memiliki hubungan dengan nilai.
hatikan koleksi ragam ulos dan pengembangan
Aksioma dasar fenomenologi adalah: (a)
produknya seperti disebuah Museum T.B
kenyataan ada dalam diri manusia sebagai
Silalahi yang begitu banyak informasi akan
individu maupun kelompok selalu bersifat
kebudayaan Adat Batak yang begitu lengkap
majemuk atau ganda yang tersusun secara
akan sejarah dan perkembangannya. Observasi
kompleks, dengan demikian hanya bisa diteliti
dilakukan dengan metode partisipan dan non
secara holistik dan tidak terlepas-lepas; (b)
partisipan. Dengan metode partisipan peneliti
hubungan antara peneliti dan subyek inkuiri
ingin merasakan langsung kondisi subjektif
Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 60
Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

saling mempengaruhi, keduanya sulit Suku Batak Toba menamakan tenunan mereka Ulos,
dipisahkan; (c) lebih kearah pada kasus-kasus, suku Karo menamakanya Uis, suku Simalungun
bukan untuk meng-generalisasi hasil menamakannya Biou, suku Pak-Pak menama-
penelitian; (d) sulit membedakan sebab dan kannya Oles, dan suku Angkola/Mandailing
akibat, karena situasi berlangsung secara menamakannya Abit.
simultan; (e) inkuiri terkait nilai, bukan values Ulos melambangkan kasih sayang, dimana
free. hubungan yang terjalin antar suku ataupun
persaudaraan dalam adat sangat erat dan men-
Seperti yang dikatakan Moleong (1988) junjung nilai-nilai persaudaraan yang sangat kuat.
bahwa pendekatan fenomenologis berusaha Hal ini tergambar dalam sistem kekerabatan Batak
memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya Toba Dalam Dalihan Na Tolu. Kearifan lokal yang
terhadap orang biasa dalam situasi-situasi ter-tentu. sangat luar biasa ini tercipta oleh budaya dan
Peneliti fenomenologis tidak berasumsi bahwa keadaan alamnya yang kaya akan nuansa
peneliti mengetahui arti sesuatu bagi orang yang kekerabatan dan lambang kasih sayang diantara
sedang diteliti. Maka dari itu inkuiri dimulai dengan sesama.
diam. Diam merupakan tindakan untuk menangkap Ulos dibuat dengan alat yang sangat
pengertian sesuatu yang diteliti. Yang ditekankan sederhana tidak ada unsur tekhnologi yang
adalah aspek subyek dari perilaku orang. Mereka digunakan, semua proses dari pementalan kapas
berusaha untuk masuk ke dunia konseptual para hingga pewarnaan yang digunakan pemaanfaatan
subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga sumber dari alam mulai dari kapas sebagai bahan
mereka me-ngerti apa dan bagaimana suatu benangnya dan tumbuh-tumbuhan sebagai bahan
pengertian yang mereka kembangkan di sekitar material pewarna pada benang tersebut semua
peristiwa dalam kehidupan sehari-hari. Yang dilakukan dengan cara tradisional. Disini penulis
ditekankan oleh kaum fenomenologis adalah aspek pengangkat nilai-nilai makna dan nilai estetik pada
subyektif dari perilaku budaya. Mereka berusaha kain Ulos Ragi Hotang sebagai kain Tenun khas
masuk ke dalam dunia subyek yang ditelitinya Batak Toba yang penuh dengan filosofi diberbagai
sedemikian rupa sehingga peneliti mengerti apa dan tiap macam-macam kain tenun UIos Batak Toba
bagai-mana suatu pengertian dikembangkan dalam dari fungsi dan kegunaannya pada tiap-tiap acara
kehidupan sehari-hari. Subyek penelitian dipercaya adat Batak Toba, dari garis, warna, sampai kepada
memiliki kemampuan untuk menafsirkan penga- motif yang diterapkan oleh para penenun wanita
lamannya melalui interaksi. Batak Toba. Yang paling terpenting dari Ulos
Dalam penjelasan Phillipson (Walsh, 1972) adalah memiliki nilai-nilai spiritual walaupun ada
tampak bahwa ada dua paham metodologi perbedaan disana-sini seperti perbedaan pola/corak
fenomenologi, pertama fenomenologi yang (ragi), begitu juga perbedaan nama, akan tetapi
berusaha untuk memahami fenomena itu tersusun. pemberian ulos selalu diartikan dengan kegairahan
Kedua, fenomenologi yang berusaha memahami hidup, kebahagian, jauh dari mara-bahaya,
fenomena sebagai obyek kesadaran. Ketika mendapat berkah dan keturunan; pada dasarnya
fenomonologi mulai menjelaskan bagaimana adalah merupakan penyampainya doa dan harapan:
fenomena itu tersusun, ini berarti masih semoga yang menerima ulos mendapat Rahmat dari
fenomenologi murni. Secara alamiah pe-neliti Tuhan Yang Maha Kuasa. Inilah makna sebuah ulos
budaya akan mempertanyakan persepsi subyek bagi orang Batak.
budaya terhadap apa yang dialaminya. Dari Warna-warna pada ulos umumnya me-
interaksi subyek budaya itu, baik kesadaran subyek mang sudah diketahui sebelumnya terdapat warna
sebagai kesadaran makna dan fungsi dari suatu merah, putih, dan hitam yang memang sudah
fenomena itu merupakan tonggak terjadinya menjadi warna khas Ulos Batak Toba. Namun,
penafsiran.Untuk melakukan penga-matan warna yang terdapat pada ulos Ragi Hotang ini
fenomenologis ini, penulis akan terjun langsung memiliki perbedaan arti yang sangat mendalam
melihat dan merasakan tempat lokasi pembuatan hubungannya dalam sebuah pernikahan adat Batak
Ulos Ragi Hotang dan juga mengunjungi dan Toba yaitu:
melihat penerapan ragam hias secara langsung a. Merah: Berani.
bukan hanya dari literatur saja, tetapi juga
mengalami dan merasakan cara pembuatannya b.Hitam: Bijaksana.
terutama dari segi material kain ulos itu sendiri.
c. Putih : Suci.
Analisis dan pembahasan
Di Sumatera Utara, dikenal tenun ikat bagi Gambar 1
suku Batak yang memiliki sebutan berbeda-beda. Warna pada Ulos Ragi Hotang. (Sumber:Jhon Viter)

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 61


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Dimaksudkan dari karakter warna tersebut kedalam cukup matang, lilitan benang kemudian dibuka
filosofi Hotang (rotan) adalah agar kuat dalam untuk “diunggas” agar benang menjadi kuat.Benang
menjalankan bahtrah keluarga, dan dalam direndam kedalam periuk yang berisi nasi hingga
mengambil keputusan agar bijaksana meresap keseluruh benang. Selesai diunggas,
benang dikeringkan. Benang yang sudah kering
Teknik cara pembuatan ulos digulung (dihulhul) setiap jenis warna.Setelah
Bahan dasar ulos pada umumnya adalah benang sudah lengkap dalam gulungan setiap jenis
sama yaitu sejenis benang yang dipintal dari kapas. warna yang dibutuhkan pekerjaan selanjutnya
Bila kita memperhatikan ulos Batak secara teliti, adalah “mangani”. Benang yang sudah selesai diani
akan kelihatan bahwa cara pembuatannya yang inilah yang kemudian masuk proses penenunan.
tergolong primitif bernilai seni yang sangat tinggi. Bila kita memperhatikan ulos Batak secara teliti,
Yang membedakan adalah poses pembuatannya akan kelihatan bahwa cara pembuatannya yang ter-
yang mempunyai tingkatan tertentu. Ini merupakan golong primitif bernilai seni yang sangat tinggi.
ukuran penentuan nilai sebuah ulos. Misalnya bagi Seperti telah diutarakan, ulos Batak mempunyai
anak dara, yang sedang belajar bertenun hanya bahan baku yang sama. Yang membedakan ada-lah
diperkenankan membuat ulos “parompa” Ini disebut poses pembuatannya mempunyai tingkatan tertentu.
“mallage” yaitu ulos yang dipakai untuk meng- Misalnya bagi anak dara, yang sedang belajar
gendong anak. Tingkatan ini diukur dari jumlah lidi bertenun hanya diperkenankan membuat ulos
yang dipakai untuk memberi warna motif yang “parompa” ini disebut “mallage” (ulos yang dipakai
diinginkan.Tingkatan yang tinggi ialah bila dia telah untuk menggendong anak). Tingkatan ini diukur
mampu mempergunakan tujuh buah lidi atau dari jumlah lidi yang dipakai untuk memberi warna
disebut “marsipitu lili”. Yang bersangkutan telah motif yang diinginkan.Tingkatan yang tinggi ialah
dianggap cukup mampu bertenun segala jenis ulos bila dia telah mampu mempergunakan tujuh buah
Batak. lidi atau disebut “marsipitu lili”.Yang bersangkutan
telah dianggap cukup mampu bertenun segala jenis
Material Utama Ulos ulos Batak.
Bagi awam dirasa sangat unik. Bahan dasar
ulos pada umumnya adalah sama yaitu sejenis Istilah Kata Dalam Pembuatan Proses
benang yang dipintal dari kapas. Yang membedakan Menenun
sebuah ulos adalah proses pem-buatannya. Ini a. Proses Pembuatan ulos batak yang sering
merupakan ukuran penentuan nilai sebuah dilakukan di komunitas ulos batak yaitu:
ulos.Untuk memberi warna dasar benang ulos, Pembuatan benang: Proses pemintalan kapas
sejenis tumbuhan nila (salaon) dimasukkan kedalam sudah dikenal masyarakat batak dulu yang
sebuah periuk tanah yang telah diisi air.Tumbuhan disebut “mamipis” dengan alat yang dinamai
ini direndam (digon-gon) berhari-hari hingga “sorha”.
gatahnya keluar, lalu diperas dan ampasnya b. Pewarnaan: Bahan pewarna ulos terbuat dari
dibuang.Hasilnya ialah cairan berwarna hitam bahan daundaunan berbagai jenis yang
kebiru-biruan yang disebut “itom”. Periuk tanah dipermentasi sehingga menjadi warna yang
(palabuan) diisi dengan air hujan yang tertampung dikehendaki.
pada lekuk batu (aek ni nanturge) dicampur dengan c. Gatip: Rangkaian grafis yang ditemukan dalam
air kapur secukupnya. Kemudian cairan yang ber- ulos diciptakan pada saat benang diuntai
warna hitam kebiru-biruan tadi dimasukkan, lalu dengan ukuran standard.
diaduk hingga larut. Ini disebut “manggaru”. d. Unggas: Unggas adalah proses pencerahan
Kedalaman cairan inilah benang dicelupkan. benang.
Sebelum dicelupkan, benang terlebih dahulu dililit e. Ani: Benang yang sudah selesai diunggas
dengan benang lain pada bahagian-bahagian tertentu selanjutnya memasuki proses penguntaian
menurut warna yang diingini, setelah itu proses yang disebut “mangani”.
pencelupan dimulai secara berulang-ulang. Proses f. Tonun: Tonun (tenun) adalah proses
ini memakan waktu yang sangat lama bahkan pembentukan benang yang sudah “diani”
berbulan-bulan dan ada kalahnya ada yang sampai menjadi sehelai ulos.
bertahun. Setelah warna yang diharapkan tercapai, g. Sirat: Sirat adalah hiasan pengikat rambu ulos.
benang tadi kemudian disepuh dengan air lumpur “Manirat” merupakan proses terakhir untuk
yang dicampur dengan air abu, lalu dimasak hingga menjadikan ulos yang utuh.
mendidih sampai benang tadi kelihatan mengkilat.
Ini disebut “mar-sigira”.Biasanya dilakukan pada
waktu pagi ditepi kali atau dipinggiran sungai atau
danau. Bilamana warna yang diharapkan sudah

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 62


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Ulos Dibuat Berdasarkan Gender Wanita. a. Titik : Motif ulos ini memiliki aspek titik dari
Ulos berdasarkan analisis yang penulis sudut pandang di ujung garis terputus-putus.
temukan diciptakan atau dibuat oleh para wanita, di- Yang disebut juga aliran geometri.
karenakan perempuan dimasa baya sudah di-latih b. Garis : Aspek garis pada Motif Ulos Ragi
dan dibiasakan untuk membuat sebuah ulos Hotang ini terdiri dari dominasi garis-garis,
dikarenakan warisan dan budaya yang membentuk vertikal, horizontal.
mereka secara turun menurun dan akan terus seperti c. Bidang : Aspek bidang pada Motif Ulos
itu menurut pernyataan sumber langsung initercipta dari unsur titik dan garis yang kuat,
wawancara wanita pekerja ulos tersebut. segi tiga dan bentuk motif berpola.
d. Bentuk : Terbentuk karena ada unsur bentuk
segi tiga yang monoton, bentuk ruang yang
berkesan adanya pengulangan pada motif ulos
Ragi hotang.
e. Warna : Merah, melambangkan berani. Putih,
melambangkan kesucian atau kejujuran. Hitam
melambangkan kebijaksanaan.
f. Tekstur :Berpola, menggunakan tekstur yaitu
garis horizontal yang diulang-ulang.
Gambar 2
wanita sebagai pengrajin ulos didesa Meat.
Sumber: Jhon Viter. M., 2012 Prinsip Desain
Jika dilihat dari prinsip desain yang ada,
maka gambar di atas dapat dianalisa sebagai
berikut:
a. Skala : 150 x 250 cm
b. Proporsi : gambar ini menghadap kearah
bidang yang vertikal.
c. Harmoni : keanekaan dan kontras.
d. Keseimbangan : Simetri
e. Irama : Terlihat pada kekontrasan bentuk atau
bidang geometri.
f. Penekanan : Makna kekerabatan.
g. Pola dan ornament : Geometri.
h. Pengulangan : Adanya pengulangan-
pengulangan sudut segitiga.

Gambar 3 Analisis Makna Pada Motif Ulos Ragi


Kain Tenjun Ulos Ragi Hotang Hotang
(150 x 250 cm.)
(Sumber : Jhon Viter, 2012)

Beberapa tempat yang menjadi tempat


kajian penulis seperti Desa atau kampung Silaen,
Meat, dan sekitar samosir dan tapanuli memang
sudah dikenal sebagai tempat pengrajin ulos.
Dengan mudahnya dapat ditemukan para wanita
pengrajin ulos ini di rumah-rumah meraka dengan
perlengkapan yang sangat sederhana dalam
menenun tiap helai ulos sampai kepada hasil akhir
yang luar biasa, menciptakan budaya yang terus
dikembangkan dari turun-menurun menjaga
kelestarian dan karya-karya yang luar biasa bagi
budaya khas tanah Batak Toba. Gambar 4
keterangan motif Ragi Hotang 1.
(Sumber : Jhon Viter)
Kajian Estetika
Aspek-aspek elemen desain meliputi:
Rotan (Hotang) adalah alat untuk mengikat
sesuatu yang memang sangat kuat dan am-puh.
Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 63
Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Hotang inilah yang dipergunakan untuk mengikat disatukan ditengah dada seperti terikat.Pada ja-man
berbagai peralatan atau perabotan rumah. Hotang dahulu rotan adalah tali pengikat sebuah benda yang
(rotan) memang sangat kuat dan tahan lama. Hotang dianggap paling kuat dan ampuh.Inilah yang
inilah yang dilambangkan didalam pembuatan atau dilambangkan oleh ragi (corak) tersebut.
penenunan Ulos Ragi Hotang bagi sipemakainya
sebagai berikut: Penerapan beberapa alternatif pada Fashion
a. Memiliki tubuh yang kuat (kerja keras)
b. Memiliki jiwa yang kuat (benget/tahan uji)
c. Memiliki tondi atau iman yang kuat
(pengharapan)

Gambar 6
sketsa keterangan desain alternatif
motif Ragi Hotang 1
(Sumber : Jhon Viter)

Gambar 5
keterangan motif Ragi Hotang 2.
(Sumber : Jhon Viter)

Dalam kegunaannya ulos Ragi Hotang ini


Gambar 7
digunakan dalam acara pernikahan adat Batak Toba sketsa keterangan desain alternatif
dering juga disebut sebagai ulos hela. Ulos ini motif Ragi Hotang 2
dalam kegunaannya disaat pernikahan adalah (Sumber : Jhon Viter)
memberi kebahagian, jauh dari marabahaya,
mendapat berkah dan keturunan yang banyak.
Terlebih filosofinya adalah sebuah Hotang (rotan)
dimaksudkan pada saat mangulosi kedua mempelai
mendapat berkat supaya pada saat memasuki
pernikahan menjadi kuat dalam pernikahan yang
langgeng sama seperti rotan. Ulos Ragi Hotang
disebut juga sebagai Ulos Hela, yang artinya Ulos
Pernikahan. Arti dari setiap makna motif pada Ulos
tenun Ragi Hotang tersebut adalah makna-makna
sebagai gambaran sistem kekerabatan Batak Toba Gambar 8
yang dianut sebagai pemersatu antara si Hula-hula keterangan desain alternatif
dengan boru juga Dongan Tobu sebagai sistem ke- motifRagi Hotang 3
(Sumber : Jhon Viter)
kerabatan Batak Toba yaitu Dalihan Na Tolu. Yang
mempunyai maksud sebagai tujuan pemersatu
antara persaudaraan yang terus terjalin secara turun-
menurun dan terus dijaga sebagai sistem
kekerabatan didalam sebuah filosofi adat Batak
Toba.Dengan pemberian ulos ini dimaksudkan agar
ikatan batin seperti rotan (hotang). Cara
pemberiannya kepada kedua pengantin ialah
disampirkan dari sebelah kanan pengantin,
ujungnya dipegang dengan tangan kanan laki-laki,
dan ujung sebelah kiri oleh perempuan lalu

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 64


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Kesimpulan
Dengan berdasarkan kesimpulan pada
uraian materi pembahasan yang telah dijelaskan
maka penulis dapat menarik kesimpulan.
Pengaplikasian visual motif pada ulos Ragi
Hotang diantaranya fashion maupun produk desain
lainnya sebagai media pengantar penerapan esensi
dari motif itu sendiri dapat dilakukan, selama sesuai
dengan aturan atau kaidah yang ada sebagai mana
Gambar 9 mestinya dan tidak disalah gunakan sebagai produk
keterangan desain alternatif alas kaki dan lain sebagainya, mengingat ulos
motif Ragi Hotang 4 tersebut adalah bagian dari ulos raja jadi
(Sumber : Jhon Viter) penerapannya harus sesuai dengan derajat sebagai
ulos yang tinggi derajatnya dibandingkan dengan
ulos yang lainnya. Sehingga kearifan lokal tetap
terbangun sebagai produk etnik Batak Toba dan
memperkenalkan budaya dan nuansa Batak Toba di
Indonesia dan Dunia. Dengan mengembangkan
visual ulos Ragi Hotang tersebut, mendapatkan
media baru dalam berkarya sehingga pengem-
bangan produk pun lebih luas dan beragam menjadi
banyak pilihan alternative salah satunya kedalam
Busana siap pakai, yang pada akhirnya akan
membudidayakan pekerja usaha kecil dalam
membuat sebuah lapangan kerja untuk men-
ciptakan kesejahteraan tempat usaha kecil dan
Gambar 10 menengah sebagai media pelestarian dan
keterangan desain alternatif motif Ragi Hotang 1. pengembangan budaya Etnik Batak Toba yang terus
(Sumber : Jhon Viter) dilestarikan dan dikembangkan.
Berdasarkan dari kesimpulan yang telah
penulis jabarkan sehubungan dengan permasalahan
Penerapan beberapa alternatif pada yang ada maka penulis akan menguraikan saran
Fashion, Pengaplikasian dari motif tenun ulos Ragi berhubungan dengan kesimpulan yang telah
Hotang tersebut hanya beberapa alternatif desain diberikan. Saran dari kesimpulan yang akan penulis
pilihan yaitu sebagai media penerapan motif pada sampaikan ialah Pengembangan penerapan motif
Busana siap pakai dan masih dapat dikembangkan biasa terus dikembangkan khususnya bagi desainer
dalam penempatan pada fashion yang lain seperti yang ingin menerapkan motif-motif pada busana
pada jas, tas, dan pada interior seperti walldrop, siap pakai atau dapat diaplikasikan kepada macam
meja, bangku, dan pelaminan sebuah pernikahan produk lain-nya sebagai identitas produk budaya
sampai kepada dekorasi pernikahan Batak Toba Batak Toba. Pengembangan yang terus
dikarenakan tema yang sesuai dengan penggunaan dikembangkan demi memajukan sektor budaya
ulos Ragi Hotang tersebut memang digunakan juga dengan alternatif-alternatif yang baru sehingga
sebagai media pernikahan Batak Toba. Ini adalah pelestarian kearifan budaya lokal Batak Toba terus
beberapa contoh alternatif yang telah diaplikasikan di-lestarikan. Sebaiknya pemerintah lebih peka ter-
dalam bentuk fashion atau Busana siap pakai sebuah hadap permasalahan yang dihadapi oleh para usaha
kemeja dengan motif tenun ulos Ragi Hotang, kecil dan menengah, berkaitan dengan hal ini yaitu
sehingga nuansa dan karakter filosofi pada motif pelestarian macam ragam bentuk aplikasi desain
tersebut tetap memiliki makna dari Rotan, yang yang memiliki unsur Etnik Batak Toba sebagai
diyakini memiliki unsur berkah, dan kuat. Ini juga kebudayaan yang harus diletarikan dan menjadi
sebagai media informasi melalui fashion membawa kebanggan ciri khas etnik budaya bangsa. Sehingga
pelestarian budaya Batak Toba sebagai ciri khas dan pelestarian kearifan lokal budaya nenek moyang
pengetahuan akan kekayaan budaya Indonesia yang Batak Toba lebih maju dan terus mengalami
begitu luas melambangkan sistem kekerabatan dari pengembangan disektor budaya dan ekonomi, yang
Batak Toba, juga sebagai waris kebudayaan yang berlanjut kepada pariwisata yang akan memper-
terus dijaga dan dilestarikan. kenalkan budaya etnik Batak Toba dan memajukan
kesejahteraan masyarakatnya sebagai penghasil
kerajinan budaya.

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 65


Kajian Estetika Penerapan Ragam Hias Kain Ulos Ragi Hotang Batak Toba pada Busana Siap Pakai

Daftar Pustaka
Ardhiati, Yuke. (2012).“Panggung Indonesia”:
Khora Pesona Karya “Arsitek” Soekarno
1960-an. Disertasi Doktor dalam Bidang
Ilmu Teknik Arsitektur. Depok: Fakultas
Teknik Universitas Indonesia.

Djelantik, A. A. M. (2001). Estetika Sebuah


Pengantar. Bandung: MSPI (Masyarakat
Seni Pertunjukan Indonesia).

Harahap, Basyral Hamidy dan Hotman M. Siahaan.


(1987).Orientasi Nilai-nilai Budaya Batak.
Jakarta: Sanggar Willem Iskander.

Hardisurya, Irma, Ninuk Mardiana, Pambudy.


(2011).Kamus Mode Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.

http://www.budayaindonesia.org/iaci/Ulos_Ragi_H
otang diakses pada tanggal 20 Februari
2015 jam 08.00 WIB.

Jones, Lois Swan.(1978). Art research Metods and


Resources. Kendall/Hunt Publishing
Company, University of Michigan.

Sachari, Agus. (2002).Estetika – Makna, Simbol


dan Daya. Bandung: Penerbit ITB.

Sihombing, T.M. (2000). Filsafat Batak tentang


Kebiasaan-kebiasaan Adat Istiadat. Jakarta:
Balai Pustaka.

Siregar, M.T . Ulos Dalam Tata Cara Adat Batak.


Jakarta Pusat: PT Mufti Harun. (1985).

Sitompul St. R.H.P. (2009). Ulos Batak Tempo


dulu-Masa kini. Jakarta: Kerabat.

Strauss, Anselm L and Corbin, Juliet.(1990)Basics


of Qualitative Research. Grounded Theory
Procedures and Techniques. California:
Sage Publications.

Suwardi Endraswara. (2006).Metodologi Penelitian


Kebudayaan. Cetakan ke-2. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Vergouwen, J.C. (2004).Masyarakat dan Hukum


Adat Batak Toba (Diterjemahkan dari The
Social Organisation dan Customary Law of
the Batak of Northern Sumatra).
Yogyakarta: LkiS. 2004.

Inosains Volume 10 Nomor 2, Agustus 2015 66

Anda mungkin juga menyukai