Anda di halaman 1dari 8

RAGAM HIAS NUSANTARA

Volume 1 Nomor 1 2019


e-ISSN : 0000-0000

MOTIF DAN MAKNA UKIRAN RUMAH GADANG RAGAM HIAS


MINANGKABAU PROVINSI SUMATERA BARAT

Siroj Eko Bariko


Program Studi desain komunikasi visual
Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Indraprasta PGRI.

Sirojbariko@gmail.com

Article History
accepted xx/xx/xxx approved xx/xx/xxx published
xx/xx/xxx

Abstrak

Ragam hias di berbagai daerah Indonesia sangatlah kaya dan unik, menarik untuk ditelaah lebih
dalam makna, filosofis dan fungsinya. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dalam penelitian ini.
Perlu akan pelestarian sehingga tidak akan lekang oleh zaman. Sebagaimana kita ketahui, arus
globalisasi yang terjadi sangatlah deras sampai-sampai kita khawatir budaya lokal akan hilang
eksistensinya. Penelitian ini juga dimaksudkan bagi orang-orang yang minat dalam membaca
tentang wujud kebudayaan. Khususnya orang-orang yang ingin mengetahui lebih dalam apa itu
ragam hias atau ornamen. Dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data melalui kajian studi pustaka yang berasal dari jurnal, buku dan literatur lainnya
yang dapat dipertanggung-jawabkan otentisitsnya. Ragam hias yang dikaji dalam tulisan ini adalah
berasal dari provinsi sumatera barat yaitu ragam hias Minangkabau. Peneliti berhasil
mengidentifikasi 3 (tiga) motif dari sepuluh motif yang disajikan berupa tabel. 3 (tiga) bahasan
tersebut yaitu motif Itiak Pulang Patang, Pucuak Rabuang, dan Kuciang Lalok yang akan dibahas
lebih lanjut. Dalam motif-motif tersebut memiliki makna yang dapat dipetik pelajaran dari
dalamnya serta menjadi bacaan yang mendidik bagi setiap masyarakat.

Kata kunci: Ragam Hias, Ornamen Nusantara, Minangkabau

This work is licensed under a CC-BY-NC

PENDAHULUAN

Negara Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang terbentang dari Sabang sampai
Merauke, dan hal yang menarik adalah keberagaman suku yang hidup saling bertoleransi. Dari
keberagaman ini menghasilkan banyak kebudayaan, banyak bahasa, dan kesenian. Menarik jika
membahas tentang kesenian, karena kesenian dapat kita jumpai diberbagai tempat dari pelosok
hingga perkotaan. Wujud kesenian bermacam-macam, ada seni tari, seni musik, teater, seni

1
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

lukis, dan kriya. Dan yang akan menjadi pembahasan lebih dalam penulisan ini adalah ornamen.
(Sunaryo, 2009) Kata ornamen berasal dari bahasa latin ornare, yang berdasar arti kata
tersebut berarti menghiasi. Menurut Gustami (1978) ornamen adalah komponen produk seni
yang ditambahkan atau sengaja dibuat untuk tujuan sebagai hiasan. Jadi, berdasarkan
pengertian itu, ornamen merupakan hiasan pada suatu produk. Bentuk-bentuk hiasan yang
menjadi ornamen tersebut fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda produk atau
barang yang dihias. Bisa dibilang suatu benda yang sudah indah kemudian dipercantik dengan
ornamen akan menaikkan nilai dengan sendirinya.
(SP Gustami, 2008) Hal-hal yang selalu berkaitan dengan seni ornamen ialah “Pola” dan
“Motif”. Pola yang di dalam bahasa Inggris disebut “Pattern”, dijelaskan oleh H.W. Fowler dkk
sebagai: Decorative design as excuted on carpet, wall paper, cloth, etc.; sedangkan ‘Read’
menjelaskan, bahwa pola ialah penyebrangan garis dan warna dalam suatu bentuk ulangan
tertentu. Jika sulit untuk menafsirkan apa itu pola maka pemahaman tentang motif bisa terlebih
dahulu diketahui. Di dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa motiflah yang menjadi
pangkal-tolak bagi tema dari suatu buah kesenian. Sejalan dengan pendapat itu, tetapi melalui
segi visual, bila terdapat sebuah goresan garis lengkung sebagai contoh, maka goresan terrsebut
dapatlah disebut sebagai suatu motif, yaitu motif garis lengkung. Kalau garis lengkung tadi
diulang-ulang secara simetris, maka akan diperoleh sebuah gambar lainnya, yaitu gambar kedua,
merupakan sebuah pola yang didapat dengan menggunakan motif garis lengkung tadi.
Selanjutnya apabila gambar kedua tadi disebut motif dan kemudian diulang-ulang menjadi
gambar ketiga, maka gambar itu dapat disebut pula sebagai pola atas dasar motif kedua tadi.
Sampai disini jelaslah, bahwa motiflah yang menjadi pangkal tolak atau esensi dari suatu pola,
dan setelah motif itu mengalami proses penyusunan dengan jalan ditebarkan secara berulang-
ulang, disana akan diperoleh sebuah pola, yang apabila diterapkan pada suatu benda maka
peranannya berubah menjadi ornamen.
Berbagai daerah di Indonesia yang mempunyai banyak ragam hias salah satunya adalah
provinsi Sumatera barat. Salah satu bentuknya yaitu ragam hias ukiran yang biasa diterapkan
pada bangunan seperti rumah gadang, masjid, rumah bahkan istana kerajaan. Selain itu ragam
hias ini bisa juga diterapkan pada peralatan rumah tangga dan pakaian tradisional. Ukiran-ukiran
yang dihasilkan terinspirasi dari alam sekitar, objeknya bisa berupa tumbuhan, hewan dan
manusia. Tetapi, di Sumatera Barat hal-hal yang menyerupai makhluk hidup tidak boleh
digambarkan seperti bentuk aslinya. Karena, pada umumnya masyarakat Sumatera Barat
pemeluk agama Islam, yang kita ketahui bersama pada ajaran islam masih menjadi perdebatan
dikalangan ulama apakah boleh atau tidak menggambarkan makhluk hidup secara utuh dan real.
Atas dasar ini, ragam hias yang dihasilkan bersifat abstrak dan geometri sudah sangat jauh dari
bentuk aslinya.
Patut bersyukur akan banyaknya ragam hias di daerah Sumatera barat yang dapat kita
pelajari dan aplikasikan sebuah falsafah yang menyertai di dalamnya, pada kehidupan sehari-
hari. Namun, pengetahuan tentang motif dan makna ragam hias tidak banyak diketahui oleh
generasi muda saat ini, yang menadi ironi generasi muda lebih mengetahui tentang arti
kebudayaan bangsa lain. Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “MOTIF DAN MAKNA UKIRAN RUMAH GADANG RAGAM HIAS MINANGKABAU
PROVINSI SUMATERA BARAT”. Rumusan Masalah: Apa saja motif dan makna ragam hias
Minangkabau Provinsi Sumatera Barat?
Tujuan dalam Penelitian ini menemukan apa saja motif dan makna ragam hias Minangkabau.
Dan melalui penelitian ini diharapkan generasi muda memperoleh sumber bacaan yang akan
menambah pengetahuan pembaca tentang motif dan makna ragam hias Minangkabau.

2
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dan
metode yang digunakan Peneliti adalah metode deskriptif kualitatif. (Hidayat, 2018) Metode ini
lebih menitikberatkan pada interpretasi dan penafsiran terhadap objek dan data penelitian.
penelitian ini menggunakan tehnik pengumpulan data studi pustaka, sumber data diperoleh
melalui jurnal, buku, foto ataupun literatur yang berkaitan dengan motif dan pola yang dapat
dipertanggung-jawabkan otentisitasnya.
Pada penelitian ini data yang hendak dikumpulkan berupa bentuk motif dan makna,
tehnik penerapannya serta tiga fungsi yang dimiliki oleh ragam hias daerah. Data yang kelak
terkumpul akan diklasifikasikan ke dalam bentuk tabel, dari bentuk tabel di kembangkang
kepada uraian yang lebih rinci di bagian pembahasan. Dari beberapa motif yang telah didapat,
dipilihlah tiga motif yang menjadi pilihan peneliti untuk dikembangkan lebih jauh.
Penetapan motif tersebut berdasarkan banyaknya penerapan motif ini diberbagai artefak
kebudayaan maupun perlengkapan dan peralatan. Untuk membedah motif ini lebih dalam,
peneliti menggunakan taksonomi Aryo Sunaryo dengan bukunya yang berjudul ornamen
nusantara dan SP Gustami dengan judul bukunya nukilan seni ornamen Indonesia.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Tinjauan Historis
A. Umum
Sudah sejak jauh silam pekerjaan hias-menghias telah dikenal dan dilakukan
oleh bangsa Indonesia. Bahkan sejak nenek moyang masih hidup secara nomaden
diduga telah terjadi penciptaan karya seni. Dalam hal kesenian Indonesia, banyak
pakar berpendapat, bahwa kesenian Indonesia baru mulai pada zaman
Neolitikum, yaitu pada saat kebudayaan batu baru sedang berlangsung. Hal ini
dapat dilihat dari fakta bahwa pada saat itu telah terjadi perubahan sistem
kehidupan dari hidup nomaden ke hidup yang menetap, bercocok tanam, dan
menghasilkan.
Patut kiranya dipahami bahwa dalam menelaah seni ornamen pada masa
prasejarah saat ini, Nampak memiliki permasalahan yang bersifat universal, baik
terkait dengan cita rasa estetik yang lahir menjadi simbol-simbol berwujud seni
ornamen di Indonesia maupun yang terdapat di luar Indonesia. Semua jenis seni
ornamen pada zaman prasejarah umumnya bersumber dari tradisi-tradisi yang
umurnya tidak dapat diukur dengan satuan abad atau tahun. (SP, Gustami, 2008,
P. 22-23)
B. Khusus
Masyarakat Sumatera Barat memandang alam sebagai sumber ide bagi
penciptaan karya seni, sehingga timbul ungkapan “Alam Takambang Jadi Guru”.
Artinya, alam dipandang sebagai guru dalam perjalan hidup manusia, termasuk
menjadi guru para kriyawan dalam berolah seni. Sehingga banyak motif-motif
yang tercipta mengadopsi dari bentuk objek yang terdapat di alam seperti hewan
dan tumbuhan, namun dalam bentuk yang sudah distilasi.

3
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

2. Fungsi
Sebuah ornamen fungsi utamanya adalah untuk memperindah benda, produk
atau barang yang dihias. Namun, jauh lebih dalam sebuah ornamen memiliki
beberapa fungsi yakni (1) fungsi murni estetis (2) fungsi simbolis, dan (3) fungsi
teknis konstruktif.
A. Fungsi murni estetis merupakan fungsi ornamen untuk memperindah
penampilan bentuk produk yang dihiasi sehingga menjadi sebuah karya seni.
Fungsi ornamen yang demikian itu tampak jelas pada produk-produk benda
kerajinan atau seni kriya. Sebagai contoh misalnya produk-produk keramik,
batik, tenun, anyam, perhiasan, senjata tradisional, peralatan rumah tangga,
serta kriya kulit dan kayu.
B. Fungsi Simbolis ornamen pada umumnya dijumpai pada produk-produk
benda upacara atau benda-benda pusaka dan bersifat keagamaan atau
kepercayaan, menyertai nilai estetisnya. Ornamen yang menggunakan kala,
biawak, naga, burung atau garuda misalnya, pada karya-karya masa lalu
berfungsi simbolis.
C. Secara struktural suatu ornamen adakalanya berfungsi teknis untuk
menyangga, menopang, menghubungkan atau memperkokoh konstruksi,
karena itu ornamen demikian memiliki fungsi konstruktif. Tiang, talang air,
dan bumbungan atap adakalanya didesain dalam bentuk ornamen, yang tidak
saja memperindah penampilan karena fungsi hiasnya, melainkan juga
berfungsi konstruksi. (Sunaryo, 2009, P. 4-6)

3. Tehnik Penerapan
Tehnik penerapan motif hias dilakukan dengan cara diukir pada bidang kayu, yang
merupakan komponen utama pada rumah gadang.

4. Motif
Itiak Pulang Patang
Itiak dalam bahasa minangkabau atau dalam KBBI adalah Itik, merupakan
hewan unggas yang sering kita jumpai. Sifat itik yang teratur, tertib, seiya sekata
dijadikan sebuah falsafah hidup oleh masyarakat Minangkabau. Yang sudah
sangat jelas kita ketahui jika ada pepatah alam takambang jadi guru. Peneliti
menampilkan tiga gambar di bawah ini, pada gambar ke-1, merupakan capture
dari segerombolan itik yang sedang berjalan beriringan. Berlanjut pada gambar
ke-2 merupakan pokok bahasan pada karya ilmiah ini yaitu, motif itiak pulang
patang yang sudah sedemikian rupa perubahan bentuknya sehingga tidak dapat
dikenali lagi sebagai bentuk aslinya. Dan pada gambar ke-3 yaitu motif itiak pulang
patang yang sudah menjadi sebuah karya seni ornamen.

Gambar 1. Itik berjalan Beriringan


Sumber: Google.com

4
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

Gambar 2. Motif Itiak Pulang Patang


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 3. Representasi dari motif pada ukiran


Sumber: Channel Cerita Nasya

Motif itiak pulang patang pada perkembangannya saat ini, tidak lagi
hanya sebagai ukiran dalam rumah gadang, sudah banyak penerapannya pada
kain songket, dan benda-benda peralatan rumah tangga.

Pucuak Rabuang
(Budiwirman, 2012) Rebung ini adalah anak bamboo yang keluar dari umbinya.
Bentuknya seperti tumpal (Kerucut) dan bersisik, kecil enak dimakan, jika rebung
ini sudah besar dinamakan bambu. Perlambangan dari bambu ini adalah: Muda
berguna, tua terpakai menjadi contoh bagi kaumnya. Motif ini diterapkan pada
bagian ujung bangunan yang biasa disebut salangko.

Gambar 4. Pucuk Rebung


Sumber: Google.com

5
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

Gambar 5. Motif Pucuak Rabuang


Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar 6. Ukiran Pucuak Rabuang


Sumber: Channel Cerita Nasya

Motif pucuak rabuang kini banyak pula diterapkan pada kain-kain songket
khas Sumatera Barat khususnya Minangkabau. Dan banyak lagi kita temui
menjadi hiasan tas, dompet dan motif pakaian.

Kuciang Lalok
(Joansa, Efrizal, & Hafiz, 2015) Memiliki makna sifat malas seekor kucing yang
tidak boleh ditiru oleh manusia. Motif kuciang lalok ini (kucing tidur) ini
merupakan peringatan agar tidak malas dan berusahalah untuk memenuhi
kebutuhan hidup. Pada gambar di bawah ini penempatan motif kuciang lalok
terdapat pada tiang penyangga yang berada di dalam rumah gadang.

Gambar 7. Kucing tidur


Sumber: Google.com

Gambar 8. Motif Kuciang Lalok


Sumber: Dokumentasi Pribadi

6
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

Gambar 9. Ukiran pada tiang Rumah Gadang


Sumber: Channel Cerita Nasya

Motif kuciang lalok memiliki makna seperti halnya motif-motif lain, makna
yang terkandung sangatlah baik, memberikan motivasi dalam menjalani
kehidupan haruslah giat, gigih, rajin, tekun dan ulet. Bila bermalas-malasan
maka siap-siaplah menanggung penderitaan di kemudian hari.

Hasil dari pembahasan di atas, peneliti mencoba meringkas dalam


bentuk tabel agar lebih mudah di pahami. Berisi tentang motif, penerapan,
tehnik pembuatan, fungsi dan makna.
Di bawah ini adalah tabel ringkasan dari motif-motif ragam hias di atas.

Tehnik
Produk
No Gambar Motif Asal Pemb Fungsi Makna
Seni
uatan
1. Sumatera Fungsi Hidup haruslah
Barat- Diukir Simbolis tertib, taat,
Minangkab seperti halnya itik
au ketika pulang di
Ukiran Rumah senja hari. Rukun
Gadang seiya sekata, tak
perlu harus saling
mendahului.

2. Sumatera Fungsi Bambu dari muda


Barat- diukir Simbolis sampai tua tetap
Minangkab memiliki
au kegunaan yang
Ukiran Rumah
berarti bagi
Gadang
kehidupan
manusia, Hal
demikian yang
perlu dicontoh
pada kehidupan.
3. Sumatera Fungsi Kucing sehabis
Barat- diukir Simbolis makan maka dia
Minangkab tertidur bermalas-
au Fungsi malasan. Hal ini
Ukiran Rumah Konstru tidakboleh
Gadang kti dicontoh oleh
manusia, sifat
buruk yang tiada
manfaat. Dalam
hidup haruslah
giat, rajin, gigih
dan ulet.

7
Motif Dan Makna Ukiran Rumah Gadang Ragam Hias Minangkabau Provinsi Sumatera Barat
Siroj Eko Bariko (© 2019)

SIMPULAN

Didasari analisa yang dilakukan, sebagai akhir dari penulisan karya ilmiah ini, peneliti
dapat menyimpulkan. Bahwa, motif-motif yang berasal dari tanah Minangkabau hasil adaptasi
dari alam. Motifnya bisa terinspirasi dari hewan seperti motif “Kuciang Lalok” dan “Itiak Pulang
Patang serta tumbuhan yaitu “Pucuak Rabuang”. Namun, dalam penggayaan gambar sudah
mengalami modifikasi sedemikian rupa, digambarkan dengan tehnik stilasi atau deformasi.
Hampir tidak dapat lagi dikenali sebagai bentuk aslinya. Fungsi dari motif tersebut ada yang
bersifat estetis, simbolis dan ada juga yang bersifat konstruktif. Makna yang tersirat pada motif-
motif ini sangatlah baik untuk diaplikasikan kedalam kehidupan berwarganegara. Semoga apa
yang telah dituliskan dalam karya ilmiah ini dapat dipetik pelajaran oleh para generasi muda
khususnya. Dan turut serta dalam pelestarian ragam hias nusantara, dalam rangka menghadapi
tantangan arus globalisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Budiwirman, B. (2012). MAKNA MENDIDIK PADA KRIYA SONGKET SILUNGKANG SUMATERA


BARAT. Panggung. https://doi.org/10.26742/panggung.v22i4.68

Hidayat, H. N. (2018). PENGEMBANGAN MOTIF UKIRAN RUMAH GADANG UNTUK MOTIF KAIN:
Revitalisasi dan Pengembangan Industri Kreatif. Jurnal Ilmiah Lingua Idea.

Joansa, Y., Efrizal, & Hafiz, A. (2015). NAMA PENEMPATAN DAN MAKNA UKIRAN TRADISIONAL
MINANGKABAU RUMAH GADANG SICAMIN KABUPATEN AGAM. Serupa The Journal of Art
Education.

Gustami, SP. (2008). Nukilan Seni Ornamen Indonesia. Yogyakarta: Jurusan Kriya Fakultas Seni
Rupa.

Sunaryo, A. (2009). Ornamen Nusantara. Semarang: Dahara Prize.

Anda mungkin juga menyukai