Anda di halaman 1dari 11

RAGAM HIAS GEOMETRI

Pengertian Ragam Hias Geometris


Ragam hias geometris ini termasuk pada jenis-jenis ragam hias yang telah dikenal oleh
banyak masyarakat Indonesia, terutama dalam hal kesenian. Yap, ragam hias
geometris dianggap sebagai motif yang paling tua keberadaannya sebab telah dikenal
sejak zaman prasejarah, yakni kira-kira pada zaman Yunani di tahun 2000 SM.

Ragam hias geometris ini adalah bentuk ornamen yang memiliki bentuk berupa
susunan garis-garis, raut, dan bangun yang biasa kita kenal sebagai bidang geometri.
Bidang geometri itu ada banyak sekali jenisnya, mulai dari garis, bentuk bangunan,
bentuk lengkungan, hingga lingkaran. Misalnya dalam hal garis, terdapat garis lurus,
garis zigzag, atau garis lengkung. Kemudian dalam hal bentuk bangunan, terdapat
bentuk segitiga, lingkaran, persegi, prisma, dan lain-lain. Ragam hias ini juga kerap
disebut sebagai ragam hias ilmu ukur, sebab dalam pembuatannya tak jarang orang-
orang akan menggunakan elemen-elemen geometris yang terukur alias memakai alat
bantu berupa penggaris supaya hasilnya lebih rapi. Motif-motif yang digunakan
misalnya motif garis lurus, lengkung segitiga, lingkaran, meander, tumpal, swastika,
patra mesir “L/T”, dan pilin berganda. Namun seiring perkembangan zaman yang mana
motif ragam hias geometris juga ikut berkembang, maka dapat dibedakan menjadi 6
motif yakni motif swastika, motif kawung, motif pilin berganda, motif tumpal, dan motif
pilin.

Faktor Pengaruh Pada Motif Ragam Hias


Keberadaan motif ragam hias yang memiliki banyak variasi ini tentu saja menjadi
identitas khusus bagi budaya di wilayah tertentu, sehingga sangat bermanfaat bagi para
arkeolog maupun sejarawan. Terdapat beberapa faktor pengaruh pada variasi motif
ragam hias yang ada di Nusantara ini, yakni:

 Lingkungan alam
 Flora di suatu daerah
 Fauna di suatu daerah
 Manusia sebagai anggota masyarakat di suatu daerah
Kebanyakan motif ragam hias yang ada di Nusantara ini menggunakan motif hias flora
fauna yang asing untuk ditemui, sebab sebagian besar memang berasal dari pengaruh
asing. Contoh: adanya motif ragam hias berupa burung phoenix, naga, awan biru,
hingga batu karang yang mana berasal dari seni Cina dan biasanya ditemukan pada
karya seni rupa yang khas dari utara Pulau Jawa. Kemudian ada juga motif bunga
teratai yang bermakna sebagai kelahiran, diambil dari kesenian Hindu India dan banyak
diterapkan pada arca dan relief candi di Nusantara ini.

Fungsi Ragam Hias Geometris Apabila Diterapkan Pada Benda Pakai


 Untuk menghias bagian tepi atau pinggiran dari suatu benda yang hendak dipakai
oleh manusia. Biasanya berupa garis zig-zag, garis-garis silang, dan lain-lain.
 Sebagai pengisian terutama pada permukaan bidang dari benda pakai tersebut.
 Sebagai inti atau bagian yang berdiri sendiri dalam bentuk benda pakai.

Fungsi Ragam Hias Bagi Masyarakat


Keberadaan ragam hias dalam corak apapun itu, pasti memberikan fungsi estetis bagi
masyarakat. Namun ternyata, fungsi dari ragam hias tidak hanya sekadar fungsi estetis
saja lho… Nah, berikut adalah beberapa fungsi dari ragam hias bagi masyarakat:

1. Sebagai hiasan benda, baik itu benda yang berupa seni terapan maupun seni
murni.
2. Untuk mempercantik penampilan alias fungsi estetis.
3. Sebagai simbol dari status sosial dari suatu individu yang hidup di tengah
masyarakat multikultural.
Teknik Dasar Menggambar Ragam Hias
Pada dasarnya, ketika hendak menggambar motif ragam hias apapun itu termasuk
ragam hias geometris, haruslah mempunyai aturan atau tekniknya, yakni sebagai
berikut:

1. Perhatikan secara detail pada pola bentuk ragam hias yang hendak digambar.
2. Persiapkan alat dan media gambar.
3. Tentukan ukuran dari pola bentuk ragam hias yang akan digambar.
4. Buatlah sketsa dari bentuk ragam hias terlebih dahulu.
5. Jika sketsa sudah selesai, lakukan tahap finishing dengan menebalkan dan
memberi warna pada pola bentuk ragam hiasnya.

Klasifikasi Ragam Hias Geometris


1. Tumpal
Motif tumpal ini biasanya diterapkan dalam seni batik dan tenunan. Bentuk dari motif ini
juga beragam, mulai dari sulur-suluran tumbuhan yang melambangkan kesuburan
hingga bentuk gunung yang melambangkan keteguhan dan kekuatan untuk menolak
bala. Contohnya adalah Batik Pesisir (berasal dari Indramayu) yang bersifat naturalis
guna menunjukkan adanya pengaruh kuat dari kebudayaan asing dengan pemilihan
warna yang bervariasi.
2. Pilin Berganda

Keberadaan motif geometris ini dapat Grameds temui di seluruh kepulauan Indonesia,
terutama bagian timur. Bentuk dari motif pilin berganda ini hampir menyerupai huruf “S”
atau kebalikannya. Motif ini bahkan dianggap telah ada pada kebudayaan perunggu di
zaman prasejarah atau biasa disebut sebagai kebudayaan perunggu Eropa.

Penerapan motif ini banyak dijumpai pada kapak perunggu, ukiran kayu, gantungan
perkakas, dan perabotan rumah lainnya. Namun, penerapan motif ini tidak hanya pada
perabot rumah dan gantungan perkakas saja, tetapi juga pada batik, salah satunya di
Jawa Tengah yang biasa disebut sebagai motif Parang Rusak.

3. Meander

Motif geometris meander ini dianggap telah ada sejak zaman perunggu yang kemudian
menyebar ke berbagai wilayah, mulai dari Asia Tenggara yang salah satunya adalah
Indonesia, Asia Timur, Eropa, hingga Yunani. Bentuk motif ini berupa deretan huruf “T”
yang berdiri tegak lurus dan terbalik secara berganti-ganti. Bentuk dari motif meander
ini hampir mirip dalam seni Tionghoa, yakni seolah mengalir mirip awan, maka dari itu
biasanya juga kerap disebut sebagai Pinggir Awan.

Namun, keberadaan motif geometris ini tidak selalu berbentuk demikian, sebab juga
dapat berbentuk lingkaran yang nantinya akan diukirkan pada kapal, khususnya di
Papua Utara.

4. Swastika

Motif geometris yang satu ini telah ada sejak zaman perunggu Eropa Barat yang biasa
disebut dengan Swastika, sementara di Tionghoa disebut dengan Banji. Motif Swastika
ini menjadi bentuk perlambangan peredaran bintang-bintang yang ada di luar angkasa,
khususnya matahari sekaligus menjadi tanda pembawa tuah bagi manusia di bumi.
Di Indonesia, motif ini dibuat dengan cara mengisi garis-garis lurus.

5. Kawung

Motif kawung ini kerap digambar oleh siswa sekolah dalam penugasan seni budaya,
apakah Grameds salah satunya? Bentuk dari motif geometris ini berupa lingkaran-
lingkaran yang diatur sedemikian rupa sehingga akan menutup sebagian yang lain.
Nama “kawung” ini berasal dari bahasa Jawa dan Sunda yang berarti “pohon aren”.
Perlu diketahui, pohon aren itu apabila dipotong dengan cara melintang, maka akan
nampak bijinya yang berjumlah empat.

Bentuk motif dari kawung ini sudah ada sejak zaman Hindu Jawa, contohnya pada kain
yang selalu dipakai oleh Kertajaya selaku raja pertama dari Kerajaan Majapahit.

Penerapan Ragam Hias Geometris Pada Rumah Adat Nusantara

Rumah Adat Saoraja


Berdasarkan pada penelitian dalam artikel jurnal yang berjudul “Analisis Ragam Hias
Rumah Adat Saoraja di Desa Binanga Karaeng Kecamatan Lembang Kabupaten
Pinrang” oleh Al Mukarramah ini menyatakan bahwa keberadaan ragam hias, terutama
ragam hias geometris banyak diterapkan pada rumah adat Saoraja.

Perlu Grameds ketahui ya bahwa bentuk rumah adat Bugis ini memiliki bentuk yang
hampir mirip dengan rumah adat Sumatera dan Kalimantan, yakni sama-sama
berbentuk rumah panggung. Namun, pada rumah adat Bugis ini biasanya bentuknya
lebih memanjang ke arah belakang, disertai adanya tambahan bangunan di samping
dan depan rumah. Orang Bugis biasa menyebut tambahan bangunan tersebut
dengan lego-lego.

Dalam kehidupan sehari-hari, rumah adat Bugis ini dibedakan berdasarkan status sosial
dari mereka yang menempatinya. Yakni ada rumah adat Saoraja (istana) dan Bola
(rumah). Pada rumah adat Saoraja yang berarti rumah besar ini, biasanya akan
ditempati oleh para raja beserta keturunannya. Sementara pada rumah adat Bola
biasanya akan dihuni oleh rakyat biasa. Meskipun pada dasarnya, kedua jenis rumah
adat Bugis ini tidak memiliki perbedaan yang mendasar, kecuali pada ukuran dan
ragam hias yang digunakan sebagai ornamen hiasannya.

Play
Unmute
Loaded: 1.03%
Fullscreen
Ragam hias geometris banyak ditemukan dalam rumah adat Bugis yang berbentuk
Saoraja, yang mana menjadi bukti bahwa keberadaan ragam hias memang berfungsi
untuk menunjukkan status sosial dari individu. Ragam hias geometris yang ditemukan
ada di bagian jendela dengan bentuk segitiga (cobo’-cobo’), belah ketupat (cidu), dan
bentuk hati. Selanjutnya, dapat ditemukan pula di pegangan tangga dengan bentuk
bulatan yang dibubut. Ragam hias tersebut tidak hanya berfungsi sebagai penghias
saja, tetapi juga sebagai bagian dari konstruksi atau penahan pada pegangan tangga
supaya terlihat kokoh.

Pada rumah adat Bugis ini, bagian tangga biasanya akan terdapat 13 anak tangga.
Semakin tinggi rumah adat tersebut, maka akan semakin banyak pula jumlah anak
tangganya, tetapi jumlahnya harus selalu ganjil. Angka ganjil pada anak tangga tersebut
merupakan simbol angka Tuhan dan pemasangannya tidak boleh sembarangan.

Jika melihat pada makna simbolik dari ragam hias geometris yang terdalam di dalam
rumah adat Bugis ini, maka setiap bentuk geometris-nya akan beragam, yakni:
 Bentuk belah ketupat (cidu) menyimbolkan kesempurnaan yang mana berdasarkan
atas filosofi masyarakat Bugis.
 Pada bentuk segitiga (cobo’-cobo’) akan menyimbolkan kesuburan.
 Pada bentuk segi delapan akan menyimbolkan manusia sempurna berdasarkan
filosofi masyarakat bugis.
 Pada bentuk hati akan menyimbolkan kasih sayang.
 Pada bentuk bulat yang dibubut terutama di bagian pegangan tangga akan
menyimbolkan kekuatan.

Mengenal Jenis-Jenis Ragam Hias di Nusantara


1. Motif Ragam Hias Padjajaran

Pada ragam hias ini memiliki bentuk ukel dari daun pakis dan ornamen lainnya serba
bulat. Bentuk ukel tersebut hampir menyerupai tanda koma. Motif ragam hias
Padjajaran ini biasanya ditemukan pada kayu ukiran yang berada di Makam Sunan
Gunung Jati. Beberapa bagian dari motif ragam hias ini misalnya Angkup, Culo,
Benangan, Simbar, dan lain-lain.
2. Motif Ragam Hias Majapahit

Pada ragam hias ini memiliki bentuk bulatan dan krawingan, biasanya terdiri atas ujung
ukel pakis dan daun waru. Keseluruhan motif dari seolah berbentuk tanda tanya.
Ragam hias ini ditemukan kembali oleh Ir. H. Maclaine Pont, seorang pejabat yang
bekerja di Museum Trowulan. Keberadaan motif ragam hias dapat ditemukan pada
tiang pendopo di Masjid Demak yang dianggap sebagai benda peninggalan Kerajaan
Majapahit oleh Raden Patah.

3. Motif Ragam Hias Bali

Pada ragam hias ini sebenarnya hampir mirip bentuk motifnya dengan ragam hias
Padjajaran. Hal yang membedakan terletak pada ujung ukel yakni adanya hiasan
berupa sehelai parta. Masyarakat Bali memiliki julukan khusus pada motif ragam hias
ini, yakni Patre Punggel yang biasanya dapat dilihat di pura sebagai hiasan pintu
masuk.

4. Motif Ragam Hias Yogyakarta


Pada ragam hias ini memiliki motif khusus berupa sulur-sulur bunga dengan bentuk pilin
tegar. Sulur bunga itu sebenarnya adalah bentuk akar gantung yang melilit menyerupai
tali bergelombang. Pada jarak-jarak tertentu, akan terdapat buku-buku dengan tangkai
daun. Kemudian pada setiap ujung tangkai daun, akan terdapat buah dan bunga.

Keberadaan ragam hias ini biasanya digunakan pada hiasan barang-barang kerajinan
yang dibuat dari bahan aluminium, perak, dan emas. Contohnya adalah sendok, asbak,
keris, gong, bejana, dan lain-lain.

5. Motif Ragam Hias Madura

Pada ragam hias ini seolah memiliki corak tersendiri, yakni berupa daun yang
berbentuk agak kaku. Memang, motif dari ragam hias Madura ini diciptakan oleh para
ahli seni yang berasal dari Madura dengan tidak mencontoh motif dari ragam hias
daerah lain. Grameds dapat melihat keberadaan motif ragam hias Madura ini di Gedung
Museum Pusat (Museum Gajah) yang ada di Jakarta.

6. Motif Ragam Hias Cirebon


Daerah Cirebon terkenal akan seni ukir kayunya yang mempunyai gaya tersendiri,
terutama dengan menggunakan motif ragam hiasnya. Pada ragam hias ini, memiliki tiga
motif tertentu, yakni bentuk awan, bukit batu karang, dan tumbuh-tumbuhan.
Sebenarnya, ragam hias ini adalah bentuk gubahan dari ragam hias Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai