Anda di halaman 1dari 4

Grid system

 Rectangular grids merupakan salah satu cara pengidentifikasian motif menggunakan


sistem kisi dengan memanfaatkan garis bantu secara horizontal dan vertikal sehingga
menghasilkan ruang yang terkotak-kotak. Dalam satu kolom dapat terdiri dari 1 motif
atau beberapa motif yang menjadi satu kesatuan motif.
 Circular grids salah satu cara pengidentifikasian motif menggunakan sistem kisi dengan
memanfaatkan lingkaran sehingga menghasilkan ruang yang melingkar atau
melengkung dari titik pusat ke segala arah.
 Diagonal grids salah satu cara pengidentifikasian motif menggunakan sistem kisi dengan
memanfaatkan garis bantu secara diagonal sehingga menghasilkan ruang yang terkotak-
kotak.
 Baseline grids salah satu cara pengidentifikasian motif menggunakan sistem kisi dengan
memanfaatkan garis lurus sebagai garis bantu, baik secara horizontal, vertikal, atau
diagonal sehingga menghasilkan ruang tunggal dengan pengulangan garis yang sejajar.
 Without grids dimaksudkan bahwa beberapa ragam hias disusun tanpa ada
kisi-kisi/garis bantu, dan dapat disusun dengan pola bebas karena tidak ada
penempatan dalam pengulangan motif secara pasti, namun tetap memperhatikan
kesatuan dan harmoni

Jenis Penggayaan

 Stilasi adalah cara menggambar suatu obyek dengan menggubah atau menggayakan
bentuk obyek asli yang ada di alam menjadi bentuk baru secara artistik namun tidak
lepas dari karakter bentuk aslinya. (Soedarso 2006, 82).
 Distorsi adalah menggayakan atau menggubah obyek gambar dengan cara melebih-
lebihkan / mempertegas bentuk tertentu atau beberapa bagian tertentu pada obyek
gambar untuk memberi kesan atau mencapai karakter tertentu (Kartika 2004, 42).
 Deformasi yaitu menggubah obyek gambar dengan cara menata ulang bentuknya atau
merubah posisi, bentuk dan dimensi suatu objek sehingga menjadi bentuk yang berbeda
dan lebih sederhana namun tanpa menghilangkan ciri atau karakter obyek (Soedarso,
2006).

Jenis motif

 Motif Hias Geometris, merupakan motif tertua dalam ornamen karena sudah dikenal
sejak zaman prasejarah. Motif ini menggunakan unsur-unsur seni rupa seperti garis dan
bidang yang pada umumnya bersifat abstrak, artinya bentuknya tidak dapat dikenali
sebagai bentuk objek alam. Motif geometris berkembang dari bentuk titik, garis, atau
bidang yang berulang, dari yang sederhana sampai dengan pola yang rumit. Selain
bentuk yang murni abstrak atau tidak mewakili objek tertentu, ada juga motif geometris
yang merupakan hasil gubahan bentuk dari objek nyata, tetapi wujudnya tidak lagi
mudah dikenali sehingga terlihat abstrak.
o Motif Geometris murni, Beberapa bentuk motif geometris yang tidak mewakili
objek tertentu, misalnya dapat dilihat pada jenis pola anyam, perulangan garis
zigzag, perulangan bidang lingkaran atau segitiga, dan lainnya.
o Motif geometris hasil gubahan bentuk objek
Motif pucuk rebung
Motif itik pulang petang
Beberapa jenis motif geometris :
Meander, Motif meander pada umumnya merupakan hiasan pinggir dari bentuk dasar berupa
garis berliku atau berkelok-kelok, sesuai arti kata meander yang berarti kelak-kelok sungai.
Menurut sejarahnya, ornamen geometris meander ini dibawa dari Yunani ke Cina dan
selanjutnya menyebar ke Asia Tenggara termasuk Indonesia.
Ragam bentuk motif meander:
o Kelokan “u” dan “n” yang saling bertaut
o Saling berkait menyerupai huruf “J”
o Konfigurasi huruf “T” yang saling berkebalikan

Pilin, Motif pilin memiliki bentuk dsar garis lengkung spiral atau lengkung kait yang disusun
secara berulang dan berderet sambung menyambung.
Beberapa jenis motif pilin antara lain:
o Pilin tunggal yang berbentuk ikal
o Pilin ganda yang berbentuk dasar huruf S
o Pilin tegar yang merupakan pola ikal bersambung dan berganti arah

Lereng, Motif lereng memiliki bentuk atau pola dasar garis-garis miring yang sejajar, di antara
garis-garis sejajar tadi terdapat pilin kait atau pilin ganda yang telah megalami perkembangan.
Salah satu contoh untuk motif lereng ini adalah motif batik Parang.
Banji, Motif banji memiliki bentuk dasar garis tekuk yang bersilangan mirip bentuk baling-baling
seperti pada bentuk swastika
Kawung, Motif kawung terbentuk dari bentuk lingkaran yang saling berpotongan berjajar ke kiri
atau ke kanan dan ke bawah atau ke atas. Bidang yang dihasilkan dari persilangan lingkaran
yang membentuk motif kawung ini menyerupai bentuk buah aren.
Jlamrang, Motif ini terbentuk dari lingkaran yang saling bersinggungan satu sama lain.
Tumpal, memiliki bentuk dasar segitiga, biasanya membentuk pola berderet dan seringkali
digunakan sebagai ornament tepi. Dalam berbagai variasinya, motif tumpal yang berbentuk
dasar segitiga sama kaki ini dapat diiisi oleh aneka motif tumbuhan atau penggayaan lidah api.
Contoh:
o Motif pucuk rebung pada songket
o Motif tumpal pada batik pekalongan
o Motif tumpal juga dapat terbentuk dri motif
o garis zigzag yang dipadu dan diampingkan dengan garis lurus, contoh pada motif gigi
belalang atau untu walang

 Motif Hias Sosok Manusia, dalam ornamen nusantara motif ini telah ada sejak
kebudayaan prasejarah. Penggambaran manusia sebagai tokoh atau nenek moyang
antara lain dapat ditemui pada artefak peninggalan prasejarah yang dipahatkan pada
batu, atau pada patung-patung nenek moyang (Sunaryo, 2009: 37-38)
o Motif sosok utuh, Penggambaran sosok manusia pada daerah-daerah yang relatif belum
tersentuh pengaruh asing, umumnya masih meneruskan gaya ‘primitif’ dalam
penggambarannya, yaitu dengan melukiskan manusia secara frontal (menghadap ke
depan) dengan kedua kaki dan tangan dalam sikap merentang (Sunaryo, 2009:39) Motif
hias manusia pada umumnya dikombinasikan dengan motif lain dan jarang berdiri
sendiri (Sunaryo, 2009:40-41)
o Motif Kedok dan Kala, Penggambaran bagian wajah atau kedok banyak dijumpai dalam
ornamen tradisi dan kesenian nusantara. Pada umumnya motif hias jenis ini ditampilkan
dalam wujud stilisasi wajah manusia atau makhluk raksasa (Sunaryo, 2009:46)
o Motif bagian tubuh lainnya, Ada beberapa bagian tubuh manusiai yang ditampilkan
pada ragam hias artefak tradisi, antara lain organ vital baik laki-laki maupun perempuan
maupun bagian tangan atau kaki. Setiap bagian ini memiliki makna perlambangan
masing-masing.
o Motif hias Cen dan Cemen dari Papua, Cen berarti kelamin wanita sebagai jalan
kelahiran dan menjadi lambang asal kehidupan serta bentuk penghormatan dan
penghargaan kepada Wanita sebagai pusta kehidupan. Cemen merupakan kemaluan
laki-laki dan menajdi lambang keberanian, kejantanan, dan kepahlawanan. Motif ini
ditampilkan dalam bentuk abstrak.
o Motif hias tangan dan kaki di Papua, terdiri dari motif tangan yang disebut ban atau
ama. Motif ini menjadi lambang panglima perang atau lambang memanggil roh nenek
moyang.
Prinsip desain

Anda mungkin juga menyukai