Anda di halaman 1dari 6

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Ragam Hias sering disebut juga dengan ornamen yang merupakan


salah satu bentuk kerajinan dari karya seni rupa yang biasa
digunakan sebagai hiasan dalam mengisi sesuatu yang kosong pada suatu
bidang atau benda. Ragam hias atau ornamen berasal dari istilah bahasa
Yunani kuno yaitu “ornare”, yang memiliki arti menghias pada sesuatu yang
kosong pada suatu bidang dengan sebuah hiasan lukis atau ukir.

Ragam hias banyak sekali macam-macamnya bisa berkaitan langsung


dengan pola dan motif hias secara langsung. Pola hias merupakan pedoman
dasar untuk memulai awal pada suatu hiasan. Sedangkan, Motif hias adalah
sebuah pokok pikiran dalam pembuatan dasarnya, perwujudan ragam hias,
yang meliputi segala bentuk benda yang memiliki motif dan corak.

Dalam pembuatan ragam hias, bisa berupa tumbuhan, binatang, serta


bentuk benda alam sekitar ataupun hasil kreasi manusia. Jadi, ragam hias
adalah sebuah susunan antara pola hias yang menggunakan motif hias
pada kaidah tertentu dan ditempatkan pada suatu bidang atau permukaan
sehingga menghasilkan bentuk yang indah dan unik.

2. TUJUAN

Mengetahui berbagai macam ragam hias adalah agar kita menjadi


tahu, bahwa setiap daerah Indonesia memiliki bentuk dan beraneka ragam
hias flora, fauna, figuratif, geometris dan poligoanal di Indonesia yang sangat
bagus. Jadi kita sebagai anak Indonesia harus tau tentang ragam hias
nusantara
BAB II PEMBAHSAN

A. Pengertian Ragam Hias

Ragam hias adalah susunan dari bentuk dasar hiasan yang biasa digunakan,
sebagai pembuatan pola yang diulang-ulang dalam pembuatan sebuah karya seni
atau kerajinan. Pembuatan ragam hias bisa berupa sebuah karya tenun, batik,
ukiran, songket atau bisa juga dibuat sebagai pola pembuatan kerajinan dari bahan
keras seperti pahat kayu dan batu.

Ragam hias dapat dibuat apa saja, biasanya di Indonesia digunakan sebagai
kerajinan dan karya seni, untuk melambangkan ciri khas dari setiap daerah masing-
masing. Sehingga bisa dipastikan, setiap daerah di Indonesia memiliki ragam hias
yang berbeda-beda contohnya di Bali, kalimantan, Papua, Toraja, Jawa Tengah dan
daerah nusantara yang lainnya, pasti memiliki ragam hias daerah masing-masing.
B. Tiga Ragam Hias & Filosofinya

1. Batik Yogyakarta Motif Gurda/Garuda

Batik Yogyakarta Motif Gurda atau Garuda umumnya dipadu dengan motif
batik lainya seperti motif batik sawat yang dikenal dengan nama sawat gurdo. Motif
Garuda lebih mudah dimengerti karena disamping bentuknya yang sederhana juga
gambarnya sangat jelas karena tidak terlalu banyak variasinya. Motif gurda ini terdiri
dari dua buah sayap (lar) dan ditengah-tengahnya terdapat badan dan ekor.

Kata gurda berasal dari kata Garuda, yaitu nama seekor burung mitologis,
setengah manusia setengah burung yang menurut pandangan orang dulu dalam
agama Hindu dan Buddha, ia merupakan tunggangan Dewa Wisnu yang sering
disebut sebagai Sang Surya yang berarti Matahari atau dewa matahari yang
kemudian Garuda juga dijadikan sebagai lambang matahari. Makna lainnya Garuda
juga dianggap sebagai lambang kejantanan. Dasar pemikirannya adalah, karena
Garuda sebagai lambang matahari, maka Garuda dipandang sebagai sumber
kehidupan yang utama, sekaligus ia merupakan lambang kejantanan dan
diharapkan agar selalu menerangi kehidupan umat manusia di dunia. Hal inilah
kiranya mengapa masyarakat Yogyakarta mewujudkan burung mitologis ini
kedalam kain batik Yogyakarta motif Gurda.
2. Batik Gorga Batak

Tak hanya Pulau Jawa yang memiliki batik, Sumatra pun juga. Masyarakat
Batak, Sumatra Utara, salah satunya. Banyak yang bilang Suku Batak tidak
punya batik, hanya ulos. Sementara ulos ini hanya digunakan untuk acara adat.

Dari hasil kreativitas orang Batak, muncullah Batik Gorga sekitar tahun dua
ribu ke atas. Seperti kain batik, hanya motifnya seperti ulos. Gorga ini dapat
ditemukan di antaranya pada eksterior Rumah Bolon (rumah adat Batak) dan alat
musik.

Ciri khas Gorga ini ada pada warnanya, yaitu merah, hitam, dan putih, yang
biasa disebut dengan sitiga bolit. Sitiga artinya tiga, bolit artinya belitan atau
jalinan. Ketiga warna tersebut memiliki makna tersendiri bagi kepercayaan Batak
kuno.

Merah melambangkan kekuatan, keberanian, dan simbol dunia tengah


(bumi). Bumi disimbolkan dengan warna merah, karena merupakan tempat
pertumpahan darah. Hitam perlambang kewibawaan, kepemimpinan, dan simbol
dunia bawah (neraka/kegelapan); sedangkan putih perlambang kesucian,
kebenaran, dan simbol dunia atas (surga).
3. Seni Ukir Jepara

Masyarakat Jepara terkenal memegang teguh budaya seni Jawa sebagai nilai
luhur nenek moyang. Diantarannya malalui seni ukir relief Jepara, yang hampir
setiap bagian mempunyai nilai filosofi jawa. Seni Ukir dan Seni Memahat adalah
bakat yang diturunkan secara turun temurun sebagai pegangan hidup. Untuk itulah
ukiran Jepara seperti mempunyai ruh yang mampu menghidupkan ornament
ataupun furniture sebagai tubuh dari ukiran tersebut. Pahatan dan ukiran dilakukan
secara detail dan telaten penuh kesabaran. Ini dalah buah filosofi jawa yang kental
kaitannya dengan kesabaran, ketelatenan dan mamangku orang sesuai tingkat
strata sosialnya.

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

Ternyata di Indonesia selain Ragam Hias yang sangat berbeda-beda tiap


daerah tetapi terdapat banyak filosofi dalam yang terkandung dalam Ragam Hias
tersebut, mulai dari Gambar, motif, corak, warna dll.
DAFTAR PUSTAKA

 https://batik.or.id/pengertian-batik-motif-gurda-atau-garuda/
 https://merahputih.com/post/read/batik-gorga-kebanggaan-orang-batak
 https://www.kompasiana.com/jeparaartfurnicraft/5d48e306097f3635c9
21a9f3/nilai-filosofi-seni-ukir-jepara?page=all

Anda mungkin juga menyukai