PENCIPTAAN
Putri Ramadhany
NIM 2110048222
Penciptaan karya seni “Ornamen Pa’tedong Dalam Motif Batik Pada Busana Kasual”
merupakan bentuk ketertarikan penulis terhadap motif-motif pada ukiran rumah Toraja dan
juga bentuk ketertarikan penulis terhadap busana kasual. Busana kasual adalah busana sehari-
hari yang bahannya menyerap keringat nyaman saat digunakan untuk beraktivitas dan
potongan busananya lebih sederhana. Perpaduan busana casual dengan motif ukiran Toraja
pa’tedong adalah suatu hal yang menarik bagi penulis karena lebih mudah untuk
memperkenalkan motif tersebut kepada orang umum.
Kesimpulan dari hasil penciptaan ini adalah bahwa ukiran Toraja motif pa’tedong
berarti kerbau, secara umum di Toraja kerbau melambangkan harapan keluarga untuk
memiliki banyak harta, dimana dahulu kerbau digunakan sebagai mata uang di toraja. Motif
pa’tedong pada busana kasual memiliki makna kebangsawanan seseorang dilihat dari
bagaimana dia memiliki kekayaan hati yang luar biasa. Karya yang dihasilkan dari
pembuatan tugas akhir ini yaitu 2 busana kasual.
Kata Kunci : Ukiran Toraja, Batik Toraja, Ukiran pa’tedong , busana casual
BAB I
PENDAHULUAN
Toraja adalah nama suatu daerah yang sekarang dinamakan Tana Toraja,
dahulunya adalah suatu negeri yang berdiri sendiri yang diberi nama Tondok
Lepongan Bulan Tana Matarik Allo, artinya negeri yang bentuk pemerintahan dan
kemasyarakatannya merupakan kesatuan yang bundar/bulat bagaikan bentuk bulan
dan matahari (Tangdilintin: 2014: 1).
Toraja adalah suatu kesatuan negeri yang terletak pada bagian utara di
pegunungan Sulawesi Selatan yang dibentuk oleh suatu suku yang di kenal dengan
Suku Toraja sekarang ini.
Ukiran toraja muncul karna adanya keadaan dimana para masyarakat ingin
setiap rumah mereka menggambarkan keadaan kehidupan seperti jabatan tertinggi
dalam adat serta kasta pada pemilik Tongkonan, untuk merealisasikan itu maka
dibuatlah berbagai macam ukiran sebagai bentuk simbolik.
Awalnya ukiran toraja ada 4 yaitu pa’barre allo berarti ukiran berbentuk
matahari, ukiran pa’manuk londong berarti ayam jantan, pak sussuk berarti ukiran
yang dibuat dengan garis yang dibuat lurus menumpuk dan pa’tedong berarti ukiran
berbentuk kepala kerbau. Keempat ukiran ini dikelompokkan dalam goronto’passura’
yang berarti ukiran dasar.
Passura’ dalam bahasa toraja berarti ukiran, lahir karna dorongan pergaulan
hidup rakyat toraja pada zaman dahulu kala yang dibuat dalam bentuk simbol. Dan
mudah dibaca karna merupakan simbol dari satu peristiwa atau satu proses kehidupan
dari masyarakat pada waktu itu. Jadi, ukiran toraja bukan hanya merupakan gambar
yang diciptakan begitu saja untuk menghias satu bentuk atau benda, tetapi seluruh
macam ukiran itu lahir dari pengertian satu masalah hidup atau pergaulan hidup serta
cita-cita kehidupan.
Semakin banyaknya ukiran yang dibuat maka ukiran itu di kelompokkan
menjadi 4 golongan ukiran yaitu goronto’ passura yang berarti ukiran dasar, passura’
todolo berarti ukiran yang dianggap tua dan berkhasiat bagi pemakainya, passura’
malolle’ berarti lambing dari pergaulan yang berkembang, dan passura’ pa’ barrean
adalah yang melambangkan atau menggambarkan kegembiraan atau kesenangan.
Ukiran dasar atau goronto’ passura’ adalah ukiran-ukiran yang di pakai hanya
pada bagian luar papan pada tongkonan, Alang dan erong. Juga terdapat pada kain-
kain seperti maa’, sarita, lotong boko’ dan pada kandaure. Pada saat sekarang ini
sudah banyak yang menggunakan ragam hias sebagai dekorasi interior (Palimbong:
2008: xii).
Menurut Tangdilintin, HC.L.T (2011:243) ukiran ini melambangkan
keyakinan dalam pemanfaatan Tongkonan yang dibangun. Ukiran dasar atau goronto’
passura’ ada 4 macam jenis ukiran yaitu passura’ pa’barre’ allo, passura’ pa’manuk
londong’, passura’pa’tedong, dan passura’ pa’ sussu’ yang dikenal pertama oleh
masyarakat Toraja, kemudian ditambah dengan ukiran-ukiran lain, dari bentuk benda,
tanaman, binatang, burung, dan lain-lain yang memiliki arti simbolis dari suatu
kehidupan.
Ukiran Toraja tidak lepas dari masalah warna, karna warna di Toraja
menentukan baik keindahan dari ukirana itu sendiri, maupun baik untuk dipandang.
Bagi masyarakat Toraja, setiap warna mempunyai makna tersendiri, warna juga
adalah suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat Toraja untuk
mengikuti pertumbuhan kebudayaannya diberbagai hal.
Warna dari ukiran Toraja berasal dari batu-batuan, tanah, dan arang. Warna
yang ada pada ukiran toraja ada 4 macam yaitu warna merah, berarti kebijaksanaan
dan kekuasaan, warna kuning berarti Kemuliaan yang melambangkan KeTuhanan,
putih berarti suci, dan hitam yang berarti keteguhan hati, kekuatan serta kehidupan
yang abadi. Warna memiliki makna yang sangat tinggi dalam hubungan falsafah
kehidupan masyarakat Toraja oleh karna itu pemakain warna ini diwarisi dan
dipegang teguh oleh seluruh masyarakat Toraja sampai sekarang ini.
Seiring berjalannya waktu masyarakat sering menggunakan batik diberbagai
macam acara, baik itu acara resmi ataupun tidak resmi. Batik awalnya hanya terkenal
di pulau jawa kemudian ditetapkan oleh UNESCO sebagai warisan budaya. Setelah
ditetapkan pemerintah menghimbau seluruh warga Indonesia untuk menggunakan
batik di hari-hari tertentu, dan itu membuat seluruh warga indonesia yang berada di
luar pulau jawa mengenal batik, banyak juga dari warga Indonesia di luar pulau jawa
termasuk masyarakat Toraja, yang penasaran dengan batik kemudian mempelajari
semua tentang batik seperti cara membuat batik, cara mewarna batik dan semua yang
berhubungan tentang batik.
Berhubungan dengan tulisan diatas untuk menjaga dan melestarikan apa yang
ditinggalkan leluhur kita, penulis tertarik membuat motif ukiran Toraja dalam bentuk
batik. Ukiran yang biasanya dijadikan motif untuk ukiran di rumah Toraja atau
(tongkonan). Toraja mempunyai ciri khas motif tersendiri yang bisa diangkat untuk
diwujudkan kedalam motif batik Toraja.
Kebutuhan untuk berbusana awalnya hanya bertujuan sebagai pelindung dan
penutup tubuh, kemudian berkembang menjadi fashion. Fashion memiliki siklus
berputar, dengan gaya berbusana yang mengalami perubahan dari masa ke masa. Di
dalam perubahan tersebut, tidak menutup kemungkinan bahwa gaya berbusana pada
era masa lalu akan kembali menjadi tren di waktu yang akan datang.
Memilih busana yang baik disesuaikan dengan kesempatan dan karakter
pemakai, akan lebih sesuai lagi jika berbusana mengikuti tren mode. Tren mode
sendiri tercipta karna masyarakat semakin kreatif dalam penciptaan desain yang
beraneka ragam dan mengumpulkan isu yang sedang terjadi dikalangan masyarakat
juga menjadi pemicu munculnya tren mode. Salah satu buasana yang akan di bahas
disini adalah busana kasual, busana ini merupakan busana yang santai dan dipakai
pada waktu bersantai atau acara rekreasi. Busana santai memiliki banyak jenis karna
menyesuaikan karna busana ini menyesuakan tempat rekreasi atau kegiatan yang akan
dilakukan.
Pemilihan bahan sangat menunjang dalam pembuatan busana kasual karna
pada pasarnya busana kasual haruslah dari bahan yang kuat dan meyerap keringat.
Istilah casual atau santai muncul pertama kali pada tahun 80-an, dimana Casual itu
sendiri menunjukkan kesuksesan dan kekayaan pribadi yang lahir bersamaan dengan
diangkatnya Margaret Thatcher menjadi perdana menteri Inggris, sehingga banyak
yang menyebut gaya ini Thatcherism.
A. Latar Belakang Penciptaan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep dan cara mengekspresikan motif pa’tedong dalam
pembuatan busana kasual ?
2. Bagaimana proses penciptaan busana kasual dibuat dengan batik motif
pa’tedong?
C. Tujuan dan Manfaat
Tujuan
1. Mengenalkan ukiran toraja motif pa'teddong ke masyarakat melalui motif-
motif batik yang sekaligus diterapkan pada pembuatan busana casual.
2. Mewujudkan busana casual dengan motif pa’tedong dengan desain yang lebih
fresh dan trendy.
Manfaat
Motif ukiran toraja umumnya berupa pola geometris dan abstrak, motif ukiran
toraja digunakan untuk menghiasi rumah Tongkonan (Rumah adat toraja) ukiran
ragam hias toraja disebut passurak yang mengandung makna simbolis yang erat
kaitannya dengan filsafat hidup masyarakat toraja.
Perpaduan motif ukiran toraja motif pa’ tedong dan busana kasual adalah
satu hal yang menarik bagi penulis karena dengan menjadikan motif pa’tedong
sebagai busana kasual peluang untuk memperkenalkan motif ukiran toraja di khalayak
orang banyak lebih bisa mendominasi karna terkesan tidak terlalu formal dan menjadi
pilihan untuk generasi millennial untuk berbusana karna mengikuti kesan pada busana
kasual selalu trendy.
B. Data Acuan
Analisis data merupakan salah satu cara bagaimana menguraikan suatu data.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis data adalah penelaahan dan
penguraian atas data hingga menghasilkan simpulan-simpulan.
Berdasarkan pengamatan data yang di peroleh dari busana kasual. Data
tersebut dapat dianalisis dari segi ketertarikan dan keidahan busana yang akan di
kembangkan dalam proses penciptaan karya. Busana kasual pada gambar acuan
menampilkan busana kasual dengan siluet busana yang agak longgar dengan bahan
yang agak tebal namun bisa menyerap keringat, namun ada juga yang berbahan agak
jatuh namun tetap terbuat dari katun dan membuat sipemakai tetap nyaman dan santai.
Gambar yang digunakan pada data acuan menampilkan busana casual yang
terkesan sedikit formal. Oleh karna itu busana casual ini mengusung tema casual dan
ethnic karena dari sisi pemilihan bahan dan warnanya menggunakan warna warna
ethnic yang diciptakan pada karya ini mengusung sifat yang sama, akan tetapi pada
bagian busana karya cipta memiliki sentuhan khas budaya indonesia yaitu
menggunakan teknik batik, dengan tren busana saat ini tanpa meninggalkan ciri khas
indonesia yaitu motif ukiran Toraja menjadi motif batik yang di aplikasikan pada
busana casual yang trendy.
e
D. Rancangan Karya
Berikut merupakan rancangan karya yang dijadikan acuan untuk
membuat motif dan busana casual pada tampilan yang sedikit berberda dan
desain berbeda teknik penciptaan yang inovatif dengan menggunakan teknik
batik:
1. Desain Busana 1
3. Desain Busana 3