Anda di halaman 1dari 69

PERTUNJUKAN TORTOR SIBORU MAILIATE GONDANG SIBORU

MAULIATE DAN GONDANG PARBINSAR MATANIAR OLEH GRUP


MATANIARI DI PASAR HAMBURG JERMAN : DESKRIPSI STRUKTUR
GERAK DAN MUSIK

SKRIPSI SARJANA

APRILIA TIUR SANENSIEL SILALAHI

NIM : 190707058

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2023
PERTUNJUKAN TORTOR SIBORU MAILIATE GONDANG SIBORU
MAULIATE DAN GONDANG PARBINSAR MATANIAR OLEH GRUP
MATANIARI DI PASAR HAMBURG JERMAN : DESKRIPSI STRUKTUR
GERAK DAN MUSIK

SKRIPSI SARJANA

NAMA : APRILIA TIUR SANENSIEL SILALAHI

NIM : 190707058

Disetujui Oleh

Pembimbing I Pembimbing II

Arifninetrirosa SST., MA. Drs. Yoe Anto Ginting M.A

NIP. 196502191994032002 NIP. 196303062017041001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

ETNOMUSIKOLOGI

MEDAN

2023
PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi
salah satu syarat ujian Sarjana Seni (S.Sn) dalam bidang disiplin Etnomusikologi di
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara, Medan
Medan
Hari :
Tanggal :

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Dra. T. Thyrhaya Zein, M.A

NIP. 196301091988032001

Panitia Ujian : Tanda Tangan

1. Arifninetrirosa SST., MA. ( )

2. Drs. Yoe Anto Ginting M.A ( )

3. Dra. Rithaony, M.A ( )

4. Hubari Gulo, S.Sn., M.Sn. ( )


DISETUJUI OLEH :

Program Studi Etnomusikologi


Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Sumatera Utara
Medan

Program Studi Etnomusikologi


Ketua,

Dra. Rithaony, M.A


NIP. 19631116199732001
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa di dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang

pengetahuan penulis juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan,

Aprilia Tiur Sanensiel Silalahi

NIM: 190707058
“… tulisan ini ditujukan dan di persembahkan untuk ibu kuat ditempat yang indah,
untuk bapak dan kedua saudara laki-laki ku yang selalu mendukung dan menasehati
…”
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Deskripsi Tortor Siboru Mauliate dan Gondang Siboru
Mauliate Gondang Parbinsar Mataniari oleh Grup Mataniari di Pasar Hamburg
Jerman” ini bertujuan untuk mendeskripsikan a. konsep dari pertunjukan Tortor Siboru
Mauliate, b. motif dari Struktur gerak Tortor Siboru Mauliate dalam pertunjukan. Untuk
menjawab permasalahan tersebut penulis menggunakan teori yang membahas struktur
gerak tari yaitu teorimorfologi struktural dan teori seni pertunjukan. Metode yang penulis
gunakan adalah metode deskripsi kualitatif dengan melakukan observasi, wawancara, dan
perekaman. Grup Mataniari merupakan organisasi musik yang ingin membawakan
sejumlah karya-karya asli dari kebudayaan yang mereka bawakan. Adapun salah satu
hasil karya Tortor dari grup ini merupakan sejumlah gerakan dasar yang memang sudah
terdapat dalam kebudayaan sejak lama, dan Grup Mataniarilah yang menyusun kembali
gerakan tersebut untuk menjadi salah satu Tortor didalam pertunjukan. Tortor Siboru
Mauliate sendiri merupakan sebuah karya yang Mataniari ciptakan untuk memberikan
rasa hormat dan rasa terima kasih kepada setiap peran ibu, dan perempuan dalam
masyarakat Batak Toba.
Kata Kunci: Pertunjukan, Tortor Siboru Mauliate, Gondang , Grup Mataniari.
ABSTRACT
The thesis entitled "Description of Tortor Siboru Mauliate and Gondang Siboru
Mauliate Gondang Parbinsar Mataniari by the Mataniari Group in the Hamburg
Market, Germany" aims to describe a. concept from the Tortor Siboru Mauliate show, b.
motif from the Siboru Mauliate Tortor movement structure. To answer this problem the
author uses theories that discuss the structure of dance movements, namely structural
morphology theory and performing arts theory. The method the author uses is a
qualitative description method by conducting observations, interviews and recording. The
Mataniari Group is a musical organization that wants to present a number of original
works from the culture they perform. One of Tortor's works from this group is a number
of basic movements that have been present in culture for a long time, and it was the
Mataniari Group that rearranged these movements to become one of the Tortors in the
performance. Tortor Siboru Mauliate itself is a work that Mataniari created to give
respect and gratitude to every role of mothers and women in Toba Batak society.
Keywords: Performance, Tortor Siboru Mauliate, Gondang , Mataniari Group.
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Gerakan Mangurdot

Gambar 2 Gerakan Marsomba

Gambar 3 Gerakan Manean Roha

Gambar 4 Gerakan Manulak Mara

Gambar 5a Gerakan Mangeol Kanan

Gambar 5b Gerakan Mangeol Kiri

Gambar 6 Gerakan Manerser

Gambar 7a Gerakan Mangait Kiri

Gambar 7b Gerakan Mangait Kanan

Gambar 8a Gerakan Mangembas Kanan

Gambar 8b Gerakan Mangembas Kiri

Gambar 9 Ensambel Gondang Hasapi

Gambar 10 Sarune Etek

Gambar 11 Hasapi Doal

Gambar 12 Hasapi Ende

Gambar 13 Garantung

Gambar 14 Hesek

Gambar 15 Busana Tortor

Gambar 16 Tata Letak Panggung


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Motif Gerak Tortor Siboru Mauliate

Tabel 2. Pola Lantai Tortor Siboru Mauliate

Tabel 3. Uraian gerak Tortor Siboru Mauliate dalam Gondang Siboru Mauliate

Tabel 4. Uraian gerak Tortor Siboru Mauliate dalam Gondang Parbinsar Mataniari
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki lapisan kebudayaan tingkat

tinggi, dimana Indonesia memiliki bermacam-macam seni yang menjadi salah satu

keunikannya. Kebudayaan akan seterusnya bertumbuh dan berkembangkan oleh pemilik

kebudayaan itu sendiri. Kebudayaan itu tercipta dari keseharian dan kebiasaan

sekelompok masyarakat sehingga melahirkan budaya-budaya yang sesuai dengan

kelompok-kelompok kebudayaan. Dari catatan Badan Pusat Statistik Indonesia memiliki

sekitar 1340 suku bangsa dan dalam setiap suku tersebut memiliki kebudayaan masing-

masing. Dapat diketahui bahwa kebudayaan Indonesia tidak hanya terpaku pada sejarah,

namun kebudayaan juga dapat dilihat dari kesenian yang diciptakan oleh masyarakat

budaya tersebut.

Suku Batak terdiri atas enam sub suku yaitu Toba, Karo, Simalungun, Pakpak,

Angkola dan Mandailing. Pada tahun 2010 Badan Pusat Statistik mencatat sebanyak

44,75% populasi di Provinsi Sumatera Utara merupakan etnis suku Batak dan 25,62%

terbanyak adalah Masyarakat Batak Toba yang mayoritas menduduki wilayah bagian

Tapanuli. Sebagian besar suku Batak masih memelihara kebudayaan yang diwariskan

oleh leluhur mereka. Salah satu suku yang masih memelihara budaya dengan sangat baik

yaitu suku Batak Toba. Kebudayaan Batak Toba memiliki keberagaman kesenian seperti

seni tari, seni musik, seni rupa, seni tekstil, dan seni sastra.

Hampir semua aspek kebiasaan manusia senantiasa diwarnai oleh kesenian. Setiap

gejala, peristiwa, dan benda-benda apa pun yang ada di sekeliling kehidupan manusia bisa
digunakan menjadi sebuah karya seni. Kesenian sebagai salah satu unsur dari budaya

merupakan hal yang sangat penting dari kebudayaan, yang merupakan cara penyaluran

kreativitas dari kebudayaan itu sendiri. Tingkat kemampuan kreativitas manusia telah

mampu mengubah kejadian-kejadian dan benda-benda yang dalam kehidupan keseharian

dipandang biasa menjadi sesuatu yang bernilai seni kemudian diubah menjadi sebuah

karya seni. Masyarakat menciptakan, bergerak, memelihara, menularkan,

mengembangkan untuk kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi.

Seni merupakan unsur dari kebudayaan yang memiliki konteks eksis karena setiap

manusia memerlukan aspek keindahan seperti seni. Dalam penelitian ini akan membahas

dua jenis seni yaitu, seni tari dan seni musik. Seni tari merupakan seni yang dasar

keindahannya diekspresikan melalui gerak dan tenaga, seni ini digunakan untuk

mengungkapkan pikiran, perasaan melalui gerak. Berbeda dengan Seni musik yang

keindahan mengandung beberapa unsur seperti nada, melodi, harmoni, ritme, dan

sejenisnya. Seni mempunyai fungsi yang berbeda-beda dalam setiap kelompok

masyarakat yang berbeda. Lalu perubahan fungsi dan bentuk tersebut adalah hasil dari

perubahan masyarakat yang semakin lama akan menciptakan banyak kreativitas yang

muncul (Sedyawati, 1986). Adapun salah catu contoh Seni yang merupakan hasil dari

perkembangan masyarakat Batak Toba yaitu, Tortor Siboru Mauliate yang dibawakan

oleh Mataniari pada pertunjukan di pasar Hamburg.

Tortor adalah kesenian masyarakat Batak Toba yang biasanya digunakan dalam

setiap upacara adat. Tortor merupakan kegiatan spiritual dalam adat Batak Toba yang

tariannya menggunakan seluruh badan untuk bergerak dengan iringan musik dan pola

gerakan yang berpusat pada kaki, tangan, jari, telapan kaki, punggung dan bahu. Di

dalam Tortor terdapat beberapa prinsip yaitu, semangat kebersamaan, rasa persaudaraan,
atau solidaritas untuk kepentingan bersama. (Sinaga 2012:1). Pada dasarnya setiap

gerakan Tortor merupakan gerakan baku yang sudah ada dalam kehidupana masyarakat

Batak Toba. Pada Tortor Siboru Mauliate juga menggunakan gerakan dasar seperti

Mangurdot, Marsomba, Manean Roha, Manolak Mara, Manerser, Mangait, Mangeol,

dan Marembas.

Tor-tor Siboru Mauliate merupakan sebuah tari tradisional koreografi baru yang

diciptakan oleh Grup Mataniari. Tortor ini diciptakan untuk memberikan apresiasi lebih

kepada peran ibu atau juga perempuan yang kelak akan menjadi seorang ibu. Tortor ini

ditujuan kepada sosok perempuan didalam kebudayaan masyarakat Batak Toba yang

memiliki tugas sebagai ibu, istri yang bijaksana, dan menantu yang penurut, paham

tentang budaya adat istiadat, dan berbagai tugas lainnya.

Peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan Tortor Siboru Mauliate dengan cara

membagi setiap struktur yang terdapat dalam setiap gerakan. Gerakan kecil yang

dilakukan saat manortor disebut sebagai motif-motif yang disusun menjadi serangkaian

gerakaan utuh. Maka contoh motif – motif kecil yang terdapat didalam Tortor Siboru

Mauliate anatara lain adalah Tangan diperut (Tangan dibutuha), Memohon dari lubuk

hari (Marsantabi di parateatean), Membuka Tangan (Bungka Tangan), Menghentak

(Mangembas), dan motif-motif kecil lainnya.

Tortor ini dibawakan dalam acara Indonesisches Kulturfestival di Pasar Hamburg,

yang disajikan menggunakan ensambel Gondang Hasapi dengan membawakan Repertoar

Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinar Mataniari. Yang dibawakan oleh enam

pemain musik dan satu penari.


Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari merupakan

Gondang yang memang sudah ada dalam kebudayaan Batak Toba. Gondang Siboru

Mauliate dulunya sering dimainkan dalam upacara pernikahan dan juga upacara kematian

hiburan dan acara adat batak lainnya. Sedangkan Gondang Parbinsar Mataniari biasanya

dimainkan saat paminta Gondang meminta Gondang mangaliat untuk melakukan Tortor

Mangaliat. (Hutajulu 2005:20)

Peneliti tertarik dalam menganalisis dan mendeskripsikan Tortor Siboru Mauliate

untuk mengetahui tentang unsur-unsur pertunjukan yang dibawakan oleh Mataniari

dalam pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan ingin mengetahui setiap unsur gerak yang

terdapat dalam Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate pada Gondang Siboru Mauliate

Gondang Parbinsar Matanari oleh karena itu peneliti mengangkat judul yaitu

“Pertunjukan Tortor Siboru Mailiate Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar

Mataniari oleh Grup Mataniari Di Pasar Hamburg Jerman : Deskripsi Struktur Gerak

Dan Musik”
1.2 Pokok Permasalahan

Adapun pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah, sebagai berikut.

1. Bagaimana Bentuk Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan Gondang

Siboru Mauliate Gondang Parbinsar Mataniari

2. Bagaimana struktur dari Tortor Siboru Mauliate

1.3 Tujuan dan Manfaat penelitian

1.3.1 Tujuan penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan, yaitu.

1. Mengertahui isi dan bentuk dari Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate

Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari

2. Mengetahui struktur-struktur yang terkandung dalam Tortor Siboru

Mauliate

1.3.2 Manfaat penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, berikut ini adalah

manfaat dari penelitian.

1. Kegiatan penelitian ini dijadikan sebagai pengalaman yang berharga dalam

upaya meningkatkan kemampuan peneliti dalam mengembangkan ilmu dan

dapat memberikan gambaran mengenai Tor-tor dan Gondang Siboru

Mauliate oleh Grup Mataniari.

2. Penelitian ini juga bermanfaat bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Prorgam Studi Etnomusikologi USU.


3. Penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca untuk bisa mengenal

kembali budaya masyarakat Toba dan mengenal para penggerak budaya

yang berusaha untuk memperkenalkan kembali akar-akar kebudaya Batak

Toba.

4. Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan rujukan untuk memperluar

penggunaan Tor-tor Siboru Mauliate sebagai kegiatan-kegiatan kreasi

pertunjukan di sekolah atau diluar lingkungan sekolah untuk melestarikan

Tortor yang asli dalam kebudayaan Batak Toba.

5. Sebagai dokumentasi tambahan bagi Program Studi etnomusikologi

mengenai fenomena budaya di masyarakat Batak Toba.

1.4 Konsep dan Teori

1.4.1 Konsep penelitian

Konsep yang berarti pengertian, gambaran dari objek, proses, pendapat (paham),

dan rancangan. Sedangkan pengertian Konsep Penelitian adalah suatu kesatuan

pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang perlu dirumuskan. Konsep dalam

penelitian berguna untuk mempermudah pemahaman pola pikir dalam penyelesaian

masalah. Untuk mempermudah pengertian konsep dari penelitian ini, peneliti akan

menjabarkan setiap pengertian judul “Pertunjukan Tortor Siboru Mailiate Gondang

Siboru Mauliate dan Gondang Parbinasar Mataniari oleh Grup Mataniari di Pasar

Hamburg Jerman : Deskripsi Struktur Gerak dan Musik”

Pertunjukan merupakan sebuah kegiatan yang melibatkan kelompok (mereka yang

menjadi objek pertunjukan) dan individu (penonton sebagai saksi dari pertunjukan yang

disajikan). Berbeda dengan kegiatan adat istiadat karena pertunjukkan digunakan dalam
kegiatan hiburan. Pertunjukan juga termasuk dalam sebuah kajian seni, yang mengkaji

ilmu seni tari dan seni teater. Dalam setiap pertunjukkan terdapat elemen-elemen yang

digunakan sebagai pelengkap penyajian pertujukan antara lain; gerak, pelaku, instrumen,

tata busana, tata rias, tata pentas, tata suara, properti, dan penonton (Jazuli, 1994:9).

Tortor Siboru Mauliate merupakan kegiatan gerak tari Batak Toba yang menjadi

salah satu kegiatan yang tidak termasuk dalam upacara adat. Karena adanya perubahan

waktu dan zaman maka budaya dapat berubah sesuai dengan masyarakatnya. Tortor

Siboru Mauliate juga merupakan sebuah hasil kreativitas masyarakat Batak Toba atau

lebih tepatnya karya dari Grup Mataniari dimana Tortor tersebut diciptakan dan

digunakan pada Festival yang digelar di Jerman. Tortor merupakan kegiatan spiritual

dalam adat Batak Toba yang tariannya menggunakan seluruh badan untuk bergerak

dengan iringan musik dan pola gerakan yang berpusat pada kaki, tangan, jari, telapan

kaki, punggung dan bahu. Di dalam Tortor terdapat beberapa prinsip yaitu, semangat

kebersamaan, rasa persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama (Sinaga,

2012).

Gondang Siboru Mauliate termasuk dalam makna dari Gondang sebagai

Repertoar Musik. Gondang Siboru Mauliate. Gondang ini dapat dimainkan dalam

upacara perkawinan ataupun upacara kematian. Gondang ini memang sudah ada sejak

dahulu, dikatakan bahwa disuatu kerajaan terdapat seorang boru raja yang sangat manja,

dan karena sayangnya raja tersebut kepada borunya maka dipanggillah seorang pargonsi

untuk membuatkan satu Gondang repertoar untuk borunya tersebut.

Gondang Parbinsar Mataniari merupakan Gondang yang memang sudah ada

dalam kebudayaan Batak Toba Gondang Parbinsar Mataniari biasanya dimainkan saat

paminta Gondang meminta Gondang mangaliat untuk melakukan Tortor Mangaliat.


Gondang ini memiliki makna sebagai repertoar musik yang tidak memiliki komposisi

lagu dengan memiliki tempo yang cepat.

Mataniari dalam Bahasa Indonesia maka dapat diartikan sebagai Matahari.

Mataniari memiliki misi untuk mempertahankan musik budaya Batak Toba, karena sudah

banyaknya percampuran budaya dizaman yang semakin maju. Mataniari sudah banyak

mengikuti berbagai acara besar yang beberapa diantaranya dinaungi oleh pemerintah,

contohnya pada tahun 2017 di Pasar Humburg Jerman merupakan salah satu misi dari

untuk memperkenalkan budaya Indonesia dan Pernah berkolaborasi dengan salah satu

orchestra Belanda yaitu Vinculos di acara Kementrian Kebudayaan.

Secara harfiah deskripsi merupakan pemaparan atau penggambaran dengan kata-

kata yang jelas dan terperinci. Deskripsi dalam penelitian adalah kegiatan dimana peneliti

mendeskripsikan suatu peristiwa kemudian dalam deskripsi tersebut akan dijelasan dan

digambarkan tentang fenomena atau peristiwa yang terjadi. Kemudian pengertian

deskripsi pada metode sebuah penelitian adalah sebagai pemecah masalah untuk

menjawab permasalahan pada sebuah fenomena. Penelitan ini menggunakan metode

deskripsi untuk dapat menggambarkan dan menjelaskan setiap struktur gerak yang

terdapat dalam Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan Gondang Siboru Mauliate

Gondang Parbinsar Matanari.

Struktur secara umum memiliki pengertian sebagai sistem organisasi yang

didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berhubungan. Dalam pengertian kamus

berbahasa Indonesia struktur merupakan sebuah cara dalam suatu penyusunan dengan

pola-pola tertentu. Maka dalam penelitian ini Struktur digunakan untuk mengidentifikasi

setiap pola-pola gerak yang kerkandung dalam Tortor Siboru Mauliate. Dalam proses

penelitian Struktural ini menggunakan pengertian Struktur oleh Martin dan Pasovar
(1961) dimana untuk melakukan konstruksi pada sebuah tari hanya dapat dilakukan

dengan memisah-misahkan keseluruhan tari kedalam kompinen bagian-bagiannya.

Kata musik dapat didefinisikan sebagai seni yang mengorganisasikan kumpulan-

kumpulan nada menjadi sebuah bunyi. Nada-nada yang disusun menjadi musik memiliki

jiwa di dalamnya atau dalam kata lain memiliki arti yang dapat mempengaruhi perasaan

pendengar, seperti musik yang memiliki nada yang rendah dan ritme yang pelan biasanya

merupakan musik yang mengandung kesedihan. Menurut Kamtini (2005:60) Musik

merupakan bagian dari kehidupan dan perkembangan jiwa manusia. Musik dalam

Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate merupakan susunan nada yang digunakan sebagai

musik pengiring Tortor Siboru Mauliate.

1.4.2 Teori penelitian

Pengertian Teori secara harafya merupakan eksperimental yang mampu

menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi dan argumentasi. Lalu

menurut Kerlinger teori adalah serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi, dan

proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara

merumuskan hubungan antar konsep. Sedangkan pengertian Teori dalam penelitian bisa

juga digunakan untuk perspektif teoritis sebagai panduan umum untuk meneliti gender,

kelas, dan ras.

Pertunjukan Seni adalah sebuah pertunjukan yang memiliki nilai seni yang

diadakan untuk diperlihatkan kepada audience (Murgiyanto,1995). Pertunjukan seni

dilakukan untuk mengekspresikan nilai budaya yang memperlihatkan seni keindahan dari

suatu kebudayaan. Djelantik 1999 mengatakan bahwa penyajian adalah bagaimana

kesenian itu disuguhkan kepada yang menyaksikan, penonton, para pengamat, pembaca,
pendengar, khayalak ramai pada umumnya. Sedangkan unsur yang berperan dalam

penampilan atau penyajian adalah bakat, keterampilan, serta sarana atau media. Dapat

dikatakan bahwa penyajian merupakan penampilan yang meliputi unsur-unsur seperti alat

musik, pemain musik, musik, kostum, penonton, dan tempat pertunjukan. Maka dari itu

setiap unsur dari Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan Gondang Siboru Maulite

Gondang Parbinsar Mataniari yang didalamnya terdapat musik, susunan pemusik,

gerak, tari, tempat pertunjukan, penonton akan deskripsikan penyajiannya.

Koreografi merupakan gerak dalam seni tari, yang perlu disusun dalam gerak

setiap penari atau kelompok penari dan disusunan antar ruang, sinar, warna dan seni

sastra pada sebuah pengorganisasian seni tari (Djelantik, 1990). Lalu dalam pengkajian

Tortor menggunakan teori struktur gerak tari yaitu teori morfologi struktural (Marhin dan

Perpovar 1961). Teori morfologi struktural merupakan teori yang menjelaskan tentang

kata dimana morfologi merupakan sebuah gabungan morfem yang berbeda untuk

membentuk sebuah kata. Lalu teori morfologi struktural dalam gerak tari merupakan

syarat dalam menganalisis struktural dalam unit element disebut sebagai elemen kinetik

yang terdiri dari ragam gerak, frase gerak, bentuk gari, hitungan tari dan busana tari atau

juga untuk menentukan arti atau susunan kata menggunakan susunan motif dalam tarian.

1.5 Metode Penelitian

Dasarnya Metode merupakan prosedur yang berisi tahap-tahapan untuk mencapai

tujuan dalam pengelolaannya. Lalu Metode merupakan fakta yang ditemui dalam

pendekatan ilmiah untuk memecahkan sebuah masalah untuk mendapatkan kebenaran

(Naibaho, 1998).
Dalam penelitian ini digunakan pula Metode deskriptif kualitatif. Dimana

deskriptif merupakan rumusan dalam permasalahan yang dipergunakan sebagai pedoman

penelitian untuk dijelaskan dengan luas dan mendalam. Lalu Penelitian Kualitatif

digunakan sebagai fokus pada fenomena tentang apa yang terjadi pada objek penelitian

dengan cara dideskripsikan dalam bentuk tulisan dan bahasa. Dengan ini penelitian

Pertunjukan Gondang dan Tor-Tor Siboru Mauliate akan dideskripsikan pada fokus

utama dalam bidang budaya dan sosial.

1.5.1 Studi kepustakaan

Studi Pustaka atau Tinjauan Pustaka merupakan kegiatan yang dasar dari

informasi yang akurat, untuk membawa masalah atau topik menjadi objek penelitian

sebagai karya tulis ilmiah. Proses Studi pustaka adalah mengumpulkan sejumlah data dari

berbagai Kepustakaan sehingga nantinya setiap data yang dikumpulkan dapat menjadi

dasar teori dari penelitian. Sehingga penelitian bukan hanya sebagai buain belaka namun

juga karya yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sumber kepustakaan yang

digunakan dalam penulisan karya ilmiah berupa Skripsi Sarjana, Tesis, dan Jurnal yang

bersangkutpaut dengan judul peneltian.

Sebagai landasan teori penulisan, peneliti mengambil studi kepustakaan seperti

Tesis sarjana Etnomusikologi yaitu “Tortor dalam Pesta Horja pada Kehidupan

Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur dan Makna” oleh Sannur Sinaga yang

membahas detail mengenai teknik dasar dari struktur Tortor masyarakat Batak Toba.

Buku-buku yang mendukung penyelesaian masalah dari penelitian ini berupa; Tari

Komunal; World History Of The Dance; The Antropologi Of Music. Dan beberapa buku

lainnya untuk membantu penulisan dari penelitian.


1.5.2 Penelitian lapangan

Kerja lapangan merupakan sebuah metode yang meneliti dengan terjun ke lokasi

dengan melihat, mendengar untuk mengumpulkan data lapangan sebagai landasan yang

fakta. Biasanya untuk melakukkan kegiatan dalam studi etnomusikologi, peneliti

diwajibkan untuk mengumpulkan data tidak hanya mencatat hal yang terjadi pada lokasi

namun juga harus memiliki video atau rekaman. Bukan hanya untuk keaslian penelitian

namun juga rekaman berfungsi untuk menangkap setiap kegiatan yang tidak dapat

disimpan dengan sempurna oleh ingatan manusia, sehingga rekaman ini berfungsi untuk

menjadi penelitian yang akurat dan terbukti keasliannya.

Dalam penelitian ini, penggunakan metode lapangan yang mengumpulkan data

dengan kegiatan wawancara. Dimana peneliti akan mengumpulkan informasi secara

berhadap-hadapan (face to face) dengan narasumber dengan cara memberi pertanyaan

yang sudah dipersiapkan dengan pertanyaan yang sesuai dengan penelitian yang diambil

dan narasumber yang pas atau yang memang mendalami peran penelitian. Penelitian ini

menggunakan alat bantu perekam audio untuk mendengar jelas kegiatan dan Kamera

untuk menangkap kegiatan visual dari wawancara.

Peneliti telah melaksanakan wawancara terhadap narasumber yang dilaksakan di

kediaman narasumber yaitu Niesya Harahap (panortor Tortor Siboru Mauliate) Jl. Stella

No. 27, Medan, Sumatera Utara pada tanggal 9 Juni 2023 Pukul 20.00 WIB, 7 November

2023 Pukul 12.00 WIB; Rithaony Hutajulu (Choreografer Tortor Siboru Mauliate) di

Etnomusikologi, Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara pada tanggal 23 Oktober 2023

Pukul 12.00 WIB; dan Marsius Sitohang (Parsarune Mataniari) di Etnomusikologi,

Fakultas Ilmu Budaya, Sumatera Utara pada tanggal 24 November 2023 Pukul 13.00
WIB. Dalam kegiatan wawancara peneliti telah mempersiapkan sejumlah pertanyaan dan

2 handphone sebagai alat perekam audio dan kamera visual.

1.5.3 Penelusuran online

Peneluran data online merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan

menggunakan internet. Kegiatan ini dilakukan karena adanya data yang tidak terjangkau

dalam data fisik sehingga peneliti mencari atau mengumpulkan data menggunakan

internet, namun dalam pengumpulan data ini juga perlu yang namanya teliti untuk

mendapatkan data yang relevan dan sesuai. Menurut Bungin 2007 “Metode penelusuran

data online yang dimaksud adalah tata cara melakukan penelusuran data melalui media

online seperti internet atau media jaringan lainnya yang menyediakan fasilitas online”.

Kegiatan ini dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mencari data.


1.5.4 Kerja laboratorium

Kerja laboratorium merupakan langkah terakhir yang dilakukan untuk

menganalisis seluruh data yang telah dikumpulkan. Maka dari sini lah peneliti harus

mengkaji setiap data seperti data lapangan, wawanca, dan data online untuk dijadikan

sebagai landasan kegiatan penelitian. Pada masalah penelitian ini telah dapat pokok

masalah yang dibahas berupa kegiatan Gondang Siboru Mauliate dalam budaya

masyarakat Batak Toba dan menganalisis struktur gerak dari kegiatan Tortor Siboru

Mauliate.

1.5.6 Lokasi penelitian

Grup Mataniari berlokasi di Jl. Stella 1 No 27 Medan, Sumatera Utara, yang

merupakan salah satu kelompok musik yang dibentuk oleh Alm. Irwanysyah Harahap dan

Rithaony Hutajulu. Sarana dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui, menganalisi

dan mendeskripsikan sebuah karya Tortor yang terinspirasi dari gerakan tradisi yaitu

Tortor Siboru Mauliate yang diciptakan dan disusun oleh grup Mataniari dengan musik

iringan Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari.


BAB II

GRUP MATANIARI

Grup Mataniari adalah kelompok musik yang dibentuk oleh Alm. Irwansyah

Harahap dan Rithaony Hutajulu. Pada tahun 2015, grup ini akhirnya dibentuk menjadi

divisi yang berbeda dari grup sebelumnya dengan maksud untuk memperjelas identitas

dari masing-masing grup. Identitas yang dimaksud merupakan sebuah tujuan dan fungsi

dari grup. Mataniri dibentuk sebagai grup musik Batak Toba yang membawakan

sejumlah kebudayaan masyarakat yang dikemas dalam sebuah pertunjukan. Nama grup

Mataniari terinsprirasi dari salah satu Gondang yaitu Gondang Parbinsar Mataniari,

arti kata Binsar Mataniari sendiri merupakan Matahari yang baru saja terbit, dengan

nama tersebut grup ini berharap agar grup Mataniari melakukan tugasnya sebagai

matahari yang selalu menyinari. Grup Mataniari juga memberikan pandangan bahwa

setiap orang berkebudayaan seharusnya dapat mengenal kembali akarnya. Oleh karena itu

grup Mataniari selalu membawakan sejumlah kesenian budaya yang masih kental akan

adat istiadat.

Irwansyah dan Rithaony sudah cukup lama meneliti kehidupan dan kebudayaan

agama Parmaim1 tentang upacara ritual dan cara masyarakat parmalim bermasyarakat,

hal ini dilihat dari Buku Hata Ni Debata oleh Irwansyah Harahap dan Gondang Batak

Toba oleh Rithaony Hutajulu. Terdapat juga seorang maestro didalam grup ini yang

memberikan menguasai pengetahuan seputar upacara adat baik dahulu ataupun saat ini.

sehingga pertunjukan yang diterapkan atau ditampilkan oleh Mataniari merupakan

kebudayaan yang masih terjaga kebudayaannya, adapun hasil karya yang diciptakan oleh

grup ini tidak jauh dan terinspirasi dari kebudayaan tradisional. Mataniari mengemas

1
Parmalim merupakan agama yang diwarisikan oleh nenek moyang masyarakat Batak
sejumlah kebudayaan dengan membawakan Gondang Sabangunan, Gondang Hasapi2

dan Uning-uningan Opera Batak Toba.

Opera Batak diperkenalkan sekitar tahun 1920an, ini merupakan teater keliling

yang diciptakan oleh Tilhang Gultom. Pertunjukan opera Batak menampilkan sejumlah

kegiatan yaitu musik, tarian dan teater yang berakar dari tradisi. Kisah yang ditampilkan

dalam opera batak adalah mitologi, legenda, cerita rakyat dan sejumlah persoalan yang

terjadi dalam kehidupan sosial tradisional masyarakat Batak Toba. Bentuk kesenian ini

juga dimaksudkan untuk mengangkat dan mengenalkaan kembali unsur-unsur

kesenian/kebudayaan tradisi yang sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakatnya karena

pengaruh kristenisasi serta budaya musik luar lainnya (Carle 1994; Hutajulu 1988, 1994,

pada 2005:64).

Uning-ungingan didalam opera Batak merupakan ensambel musik yang digunakan

untuk mengiringi sebuah seni pertunjukan. Uning-ungingan atau dalam pengertian musik

dapat diartikan sebagai bunyi-bunyian. Walaupun ensambel ini menggunakan sejumlah

alat musik yang digabungkan dari alat musik tradisi Batak Toba yaitu, Gondang

Sabangunan dan Gondang Hasapi tetapi Uning-uningan tidak memiliki kata Gondang

didalam nama ensambel ini. Hal ini terjadi karena Uning-uningan digunakan dalam Opera

Batak yang merupakan musik hiburan panggung. Alat musik Uning-uningan terdiri dari

Gordang, Taganing, Hasapi Ende, Hasapi Doal, Sarune Etek, Sulim, dan Garantung.

Peran setiap alat musik ensambel uning-uningan tidak jauh berbeda dengan Gondang

tradisional.

2
Keterangan lebih mengenai Gondang Sabangunan dan Gondang Hasapi terdapat pada Bab III
2.1 Tujuan dan Fungsi Grup

Tujuan memiliki pengertian sebagai kunci dari menentukan atau merencanakan

apa yang harus dilakukan. Tujuan merupakan sebuah arah atau langkah pertama sebelum

melaksanakan kegiatan yang direncanakan. Adapun tujuan utama yang ingin dicapai oleh

Grup Mataniari yang sangat jelas adalah untuk mengembalikan atau membawakan

kembali kebudayaan-kebudayaan kepada masyarakat melalui pertunjukan yang

ditampilkan.

Mataniari menjalankan tujuannya karena telah kurangnya minat generasi muda

masyarakat untuk melestarikan kembali nilai budaya yang ditinggalkan oleh leluruhnya.

Saat ini anak muda masyarakat Batak Toba hanya dapat melihat perkembangan dan

mengikuti jaman. Namun, adapun faktor pendukung dari kurangnya minat generasi muda

masyarakat karena banyaknya ditemukan perpindahan penduduk. Faktor ini bepengaruh

besar bagi seluruh masyarakat berbudaya karena dengan adanya perubahan lingkungan

dapat merubah setiap pola kehidupan dan beradat. Pada perubahan lingkungan juga sering

terjadinya perkawinan penduduk asli dan penduduk pendatang sehingga kedua budaya

tersebut bisa saja memudar atau hanya mengikuti salah satu budaya saja. Maka dari itu

peran dari Grup Mataniari ini penting untuk tetap menjaga kelestarian masyarakat Batak

Toba. Cara untuk melestarikan budaya dilakukan oleh grup ini dengan memasarkan

musik dan tarian dari budaya masyarakat Batak Toba ke dalam atau bahkan luar negeri.

Dengan cara tersebut juga dapat menarik minat dari generasi muda untuk kembali melirik

kebudayaannya sendiri.
Fungsi merupakan kegunaan suatu hal, yang memiliki daya guna dalam pekerjaan

yang dilakukan. Grup Mataniari memiliki fungsi yang cukup banyak karena didalam grup

ini bukan hanya membawakan sebuah musik, melainkan juga tarian dan teater. Kegunaan

dari Grup Mataniari adalah sebagai pengungkapan emosional, kepuasan estetika,

komunikasi, kesenian norma masyarakat dan sebagai hiburan.

2.2 Manajemen Pengorganisasian Grup Mataniari

Manajemen merupakan cara untuk memanfaatkan input untuk menghasilkan karya

seni melalui proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian

dengan memperhatikan situasi dan kondisi lingkungan. Manajemen dibutuhkan untuk

mengatur segala jawdal, keperluan, dan mengatur anggota dalam grup. Mataniari

memiliki setidaknya dua sistem organisasi.

2.2.1 Sistem kepengurusan dan anggota grup

Alm. Irwansyah bersama dengan istrinya pada tahun 2015 membentuk Mataniari

yang memiliki tujuan memperkenalkan akar-akar kebudayaan masyarakat Batak Toba.

Namun pada tahun 2021 Allah SWT memanggil beliau untuk beristrahat dengan tenang.

Beliau pergi dengan meninggalkan istri dan satu anak perempuannya. Saat ini Rithaony

Hutajulu yang merupakan istri dari Almarhum menjadi kepala atau penggerak dari grup

musik Mataniari, dan Niesya Harahap anak perempuan dari almarhum menjadi pengurus

Mataniari.

Sistem keanggotaan dalam grup musik ini terdapat 2 jenis, anggota tetap dan

anggota panggilan. Anggota tetap pada grup Mataniari salah satunya merupakan maestro

musisi Batak Toba yaitu, Marsius Sitohang yang lahir dan dibesarkan di dalam

kebudayaan musik Batak terkhusus dalam tradisi Opera Batak. Kemahiran dalam
menguasai salah satu musik Batak Toba yaitu Sulimlah yang menjadikan Marsius

Sitohang sebagai maestro. Marsius Sitohang sudah bergabung selama 8 tahun didalam

grup ini atau dapat dikatakan sejak awal dibentuknya divisi grup musik Mataniari. Adik

Marsius Sitohang yaitu Eduard Sitohang juga personil tetap dari Mataniari.

Adapun anggota yang tampil dalam pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan

Gondang Parbinsar Mataniari di Pasar Hamburg Jerman adalah Niesya Harahap,

Irwansyah Harahap, Marsius Sitohang, Eduard Sitohang, Horas Panjaitan, Erni Zulfan,

dan Muhammad Amin.

2.2.2 Sistem latihan

Sistem latihan pada sebuah pertunjukan adalah cara untuk mendapatkan

sinkonisasi dari satu seni yang akan di persiapkan. Selain itu latihan juga digunakan untuk

membangun kemistri sesama anggota, latihan membantu untuk dapat berkomunikasi

dengan sesama anggota berdiskusi atau mengevaluasi hal yang harus diperbaiki dan yang

perlu ditambahkan hinggakan mendapatkan hasil yang ingin dituju.

Sistem latihan yang Mataniari biasanya lakukan tidak begitu sering. Hal ini

dikarenakan setiap anggota dari organisasi ini sudah memiliki banyak pengalaman dalam

pertunjukan. Namun bukan berarti tidak ada latihan, hanya saja kelompok ini melakukan

satu sampai dua bulan sebelum tampil dalam pertunjukan. Sebelum melakukan latihan

gabungan, anggota sudah mendapatkan informasi mengenai pertunjukan apa yang akan

dibawakan, lalu setiap anggota berlatih dan mengulik dengan mandiri, lalu berkumpul

dengan full tim untuk berlatih.

2.3 Prestasi dan Kegiatan yang telah diikuti oleh Grup Mataniari
Adapun sejumlah prestasi membanggakan yang telah dicapai oleh Grup Musik

Mataniari merupakan menampilkan sejumlah pertunjukan baik dialam maupun diluar

negeri , seperti “Asian Composers League,” Yogyakarta 1999, “Millenia Art”

Tirtagangga, Bali 1999, Sharq Taronalari Festival, Samarkhand Uzbekistan 2001, North

Sumatra Traditional Music and Dance di Guangzhou, China 2001, Musik dan Tari

Tradisional Sumatera Utara di Singapura 2002, dan Asian Composer League dan

International Puppet Festival, New Zealand, 2007, Frankfurt Book Fair, Jerman 2015,

Europalia 2017 dan Mataniari-Vinculos Project di Asturias Spanyol 2017, Toba Caldera

World Musik Festival Singgolom Tampahan Tobasa 2019

2.4 Hasil Karya Grup Mataniari

Hasil karya yang Mataniari miliki tidak begitu banyak, walaupun Mataniari

merupakan grup pertunjukan tetapi fokus utamanya adalah untuk melestarikan dan

menyebar luaskan kebudayaan. Sehingga karya yang diciptakan oleh grup ini juga

terinspirasi dari tradisi namun tidak merubah ciri khas kebudayaan yang dibawakan. Pada

tahun 2013, grup ini pernah terlibat dalam proyek drama paduan suara kolosal yang

bertajuk “Kisah Buku Ende: Nyanyian Rohani dari Tanah Batak” yang diambil dari buku

paduan suara tradisional umat Kristen Batak, “Buku Ende”. “Kisah Buku Ende” pernah

dipentaskan di Medan (2013), Bandung (2014) dan Jakarta (2015). Lalu pada tahun 2015

juga Mataniari kembali membawakan satu pertunjukan di Pasar Hamburg Jerman yang

membawakan Tortor cipataan Mataniari yaitu Tortor Siboru Mauliate dalam kegiatan

Indonesisches Kulturfestival. Tortor ini merupakan satu karya yang diciptakan untuk

mengekspresikan sebuah ucapana terima kasih yang sangat mendalam kepada semua

perempuan, ibu, wanita dalam masyarakat Batak Toba.


BAB III

BENTUK PERTUNJUKAN TORTOR SIBORU MAULIATE

Terdapat dua jenis seni tari dalam Masyarakat Batak Toba yaitu, Tumba dan

Tortor. MarTumba berasal dari kata Tumba yang muncul di Desa Onan Tuka pada tahun

1940-an. Tari ini dilakukan oleh para muda-mudi sebagai hiburan untuk menyambut

kepulangan para pejuang yang berperang melawan penjajah waktu itu, sebagai ucapan

syukur ke Mula Jadi Nabolon. Tari ini ditampilkan di halaman rumah dengan gerakan

membentuk lingkaran, menghentakkan kaki (mangembas), mengangkat kaki

(mangangakat pat), bertepuk tangan (martopak tangan), dan bergandengan tangan

(manggomgom tangan) (Erlita 2011, dalam Manurung 2023:16).

Berbeda dengan Tumba, Tortor adalah sebuah tarian seremonial pada masyarakat

Batak Toba. Walaupun memiliki fungsi dan kegunaan yang berbeda, namun pada kedua

seni tari tersebut, mangembas juga digunakan dalam Tortor. Martumba bukanlah Tortor

dan Tortor bukanlah martumba. Matumba memiliki fungsi sebagai media hiburan,

sedangkan Tortor difungsikan sebagai media ritual dan upacara adat. (Manurung

2023:77). Untuk ini penulis akan menjelaskan sejumlah aktivitas Tortor dalam kegiatan

masyarakat Batak Toba.

3.1 Tortor dalam Masyarakat Batak Toba

Tortor diambil dari salah satu kejadian atau prilaku pada masyarakat Batak Toba.

Suka Batak Toba terkenal dengan rumah adat yang memiliki bangunan tinggi terbuat dari

kayu, dan gerakan Tortor terkenal dengan gerakan baku dengan hentakan kaki yang

sesuai ritme. Maka kejadian yang dilakukan masyarakat Batak Toba saat menari diatas

rumah adat suku Batak menciptakan bunyi seperti “Tor Tor” saat panortor
menghentakkan kakinya dengan kaku. Panortor atau penari adalah seorang pelaku yang

menggerakkan badannya sesuai dengan alunan Gondang .

Tortor yang merupakan hasil karya seni dari masyarakat Batak Toba memiliki

aturan-aturan yang harus dipatuhi dalam upacara. Menurut (Malau 2000; dalam Sinaga

2012:2) Tortor merupakan seni tari dengan menggerakkan seluruh badan dengan dituntun

irama Gondang , dengan pusat gerakan pada tangan dan jari, kaki dan telapak

kaki/punggung atau bahu. Tortor biasanya dilakukan secara berkelompok yaitu pada

Upacara adat yang menggunakan Dalihan Na Tolu (sistem kekerabatan masyarakat Batak

Toba). Di dalam Tortor terdapat beberapa prinsip yaitu, semangat kebersamaan, rasa

persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama. (Sinaga 2012:1).

Tortor adalah bentuk tarian yang dilakukan secara seremonial yang secara nyata

merupakan sebuah gerakan tarian dan secara totalitas mempunyai makna yang luas dalam

setiap gerakan dan menunjukkan bahwa Tortor menjadi media komunikasi karena dalam

melakukan aktivitas manortor dapat dilihat interaksi di antara sesama manusia dan

Penjiptanya atau setiap yang terlibat dalam kegiatan manortor dan juga interaksi antara

manusia dan Penciptanya (Sinaga 2012:219).

3.1.1 Tortor dalam upacara ritual

Saat ini Tortor sebagai upacara Ritual hanya dapat ditemukan di Parmalim.

“Pengertian ‘Parmalim’ merupakan ‘kumpulan masyarakat Batak Toba yang

mengamalkan dan melaksanakan ajara ugamo malim.’ Malim memiliki pengertian ‘suci;’

dan hamalimon memiliki pengertian ‘kesucian.’ Kadang kala juga disebut Par-Ugamo,

yakni orang-orang yang menjalankan ugamo/’ujaran leluhur,’ yakni sesuatu yang

berhubungan dengan alam spiritual-keilahian (partondion).” (Harahap 2016:136)


Ritual Si Paha Sada3 yang merupakan ritual tahunan warga Parmalim Batak Toba,

dilakukan untuk memperingati “Hari Lahir/Hari kedatangan Tuhan Ke Tengah Manusia”

(Hatutubu Ni Tuhan) yaitu hari lahirnya Tuhan Raja Si Marimbulubosi dan telah

ditetapkan sebagai “hari kemenangan iman.” Sedangkan Ritual Si Paha Lima4, Pameleon

Bolon (Persembahan Besar) merupakan ritual yang dilakukan di hari ke 13, 14, dan 15

dari Bulan Si Paha Lima berdasarkan perhitungan kalender Batak. Bulan Si Paha Lima

atau bubuni taon (tengahnya tahun) terutama saat bulan purnama penuh yang dipercaya

bahwa Debata Mulajadi Na Bolon, Para Dewa, habonaran (malaikat), atau makhluk suci

lainnya yang berasal dari Banua Ginjang (Surga) turun ke Banua Tonga (Bumi) untuk

memberikan berkat (mamasu-masu) dan menyaksikan (mamereng) cipataaNya di bumi.

Masyarakat Parmalim Batak Toba melakukan Upacara Ritual Si Paha Sada dan

Si Paha Lima dengan cara Martonggo (berdoa). “Tonggo merupakan media tradisional

yang digunakan oleh partonggo (pemohon, pendoa) untuk menyampaikan permintaan

kepada Mula Jadi Nabolon atau Tuhan Maha Pencipta. Sebagai bentuk jamak, Tonggo-

Tonggo berati beberapa permohonan secara berulang ulang, sungguh-sungguh atau secara

khusus” (Sagala 2020:1).

Selain menjadi sarana tradisi verbal untuk permohonan atau doa, unsur lain yang

terdapat dalam MarTonggo antara lain Gondang dan Tortor. Gondang sudah terlebih

dahulu menjadi sebuah sarana bagi masyarakat Batak Toba, dimana setiap bunyi pukulan

3
Sipaha Sada (bulan pertama) berdasarkan perhitungan kalender Batak Toba, yang jatuh pada hari
pertama(Artia) dilaksanakan dengan memakan yang pahit kemudian puasa selama dua puluh empat jam,
hari kedua (Suma) dilaksanakannya puncak dari perayaan diperingatinya hari lahir Raja Simarimbulubosi di
Bale Pasogit, hari ketiga (Anggara) hari penutupan acara dimana Raja Ihuton memberikan petuah.
4
Sipala Lima dilakukan selama tiga hari yaitu, ritual Ulaon Parsahadatan (aktivitas yang berisikan
permohonan kepada Debata Mulajadi Na Bolon untuk sibersihkan hati dan disucikan hatinya sebelum
melakukan upacara Ulaon Pameleon), ritual Ulaon Pameleon (ritual inti dari perayaan persembahan.
Mempersembahkan makanan dan hewan kepada Debata Mulajaadi Na Bolon), ritual Panggohi atau
Manatti (upacara yang dilakukan di Bale Pasogit untuk mengucap syukur kepada Debata Mulajadi Na
Bolon terlah terlaksanakannya upacara dengan baik). (Harapah 2016: 139,140,143,144)
yang keluar dari Gondang dipercaya dapat menyampaikan atau menyalurkan Tonggo

yang masyarakat Batak Toba sampaikan. Gondang dan Tortor adalah perpaduan bunyi

dan gerakan tubuh yang sedang dibawakan (Lumbantobing 1968:120).

Pelaksanaan upacara ritual yang dilakukan oleh masyarakat Batak Toba biasa

memerlukan sesajen sebagai persembahan kepada Mulajadi Na Bolon, media utamanya

antara lain adalah demban (daun sirih), anggir (jeruk purut), saoan (mangkuk) yang diisi

dengan air suci, itak gurgur, hajut (tondok). Tidak ada syarat khusus untuk melakukan

upacara ritual, yang diperlukan hanyalah cara bedoa yang benar menurut imannya.

3.1.2 Tortor dalam upacara adat

Terdapat dua upacara adat dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, Upacara

Kematian, dan Upacara Perkawinan, Pelaksanaan Upacara Adat masyarakat Batak Toba

biasanya menggunakan Dalihan Na Tolu (sistem kekerabatan dalam masyarakat Batak

Toba) sebagai wadah interaksi hubungan sosial pada sesama orang batak. Dalihan Na

Tolu terdiri dari Hula-hula (marga dari pihak istri), Boru (pihak anak perempuan),

Dongan Tubu (pihak satu marga).

3.1.2.1 Upacara kematian

Masyarakat Batak Toba percaya bahwa setelah kematian di bumi masih terdapat

kehidupan lainnya di Banua Ginjang (surga). Terdapat beberapa tingkatan kematian pada

masyarakat Batak Toba, hal ini mendasari pada ada atau tidaknya keturunan yang

ditinggalkan oleh orang yang meninggal karena masyarakat percaya bahwa anak adalah

harta yang harus dimilik dan tanggung jaawab yang harus dipenuhi, terlebih pada anak

laki-laki hal ini dikarenakan anak laki-lakilah yang dapat meneruskan silsilah keluarga

atau marga pada keturunannya.


Terdapat berbagai macam kematian dalam masyarakat Batak Toba yaitu, Mate Poso-

poso (kematian bayi yang belum dibaptis), Mate Dakdanan (kematian anak umur 1-

13tahun), Mate Bulung (kematian remaja usia 10-17tahun), Mate Ponggol (kematian

yang sudah berumur dewasa namun belum menikah), Mate Makar (Kematian yang sudah

berumah tangga namun masih memiliki tanggungan anak), Mate Hatungganeon

(kematian orang tua dengan anak yang sudah menikah namun belum memiliki cucu),

Sarimatua (kematian orangtua dengan anak yang sudah menikah dan memiliki cucu,

namun terdapt anak yang belum menikah), Saurmatua (kematian orangtua yang sudah

lengkap memiliki cucu dari semua anak), Saurmatua Mauli Bulung (kematian orangtua

yang memiliki anak, cucu dan cicit). Namun tidak semua kematian dilakukan upacara

adat kematian, hal ini terjadi karena pada kematian bayi, anak-anak, remaja dan umur

dewasa (belum menikah) belum memiliki unsur Dalihan Na Tolu (suhut, hula-hula,

boru) sehingga acara hanya dilaksanakan oleh keluarga saja.

Pada upacara kematian yang melayat bukan dari kalangan kerabat saja (Dalihan

Na Tolu) Namun dalam lingkungan yang luas seperti dongan sahuta (teman sekampung).

Acara adat biasanya dilaksanakan beberapa hari sesuai dari tingkatan kematian dan acara

biasaya dilakukan dengan dua tahapan didalam rumah dan diluar rumah.

Dalam memulai acara adat pertama-tama Hasuhuton (tuan rumah) yang

mengadakan acara meminta kepada pargonsi (pemain Gondang ) untuk memainkan

alunan musik. Gondang ini juga dijadikan sebagai pengumuman bahwa terdapat upacara

kematian yang sedang berlangsung. Kemudian diaturlah posisi masing-masing unsur

Dalihan Na Tolu. Pihak Suhut berada disebelah kanan peti yang meninggal, pihak boru

disebelah kiri peti yang meninggal, dan hula-hula berada didepan peti mati yang

meninggal. Apabila masih ada suami atau istri yang meninggal maka posisinya akan
berada disebelah kanan bersama dengan suhut namun suami atau istri berada di paling

depan. Setelah posisi sudah sesuai maka Tortor akan dilaksakan dengan iringan Gondang

3.1.2.2 Upacara perkawinan

Pada upacara perkawinan atau pernikahan dalam kemasyarakat Batak Toba

dianggap sebagai hal yang harus. Seseorang yang belum menikah dianggap jauh dari

kesempurnaan, hal ini dipengaruhi karena bila adanya perkawinan maka akan

memberikan keturunan yang merupakan buah dari hasil perkawinan. Perkawinan juga

titik awal bagi seseorang untuk terlepas dari tanggung jawab keluarga.

“Perkawinan adalah sebuah hal yang sakral dan penting. Tujuan dan falsafah

hidup orang Batak yaitu hagabeon (memiliki keturunan), hasangapon

(kehormatan),hamoraon (kekayaan), hanya bisa dicapai kalau seseorang itu sudah masuk

ruang lingkup perkawinan.” (Bustami 2017:22).

Perkawinan memiliki arti dimana keluarga yang telah berkorban membesarkan anak

perempuan, kemudian keluarga memberikan nyawa anak perempuannya yang berharga

kepada keluarga pihak laki-laki . Maka dari untuk membayar jasa keluarga perempuan,

pihak laki-laki memberikan sinamot (mahar) sebagai tanda dari kesungguhan dan

perjuangan.

Tortor dalam upacara perkawinan dimulai saat pengantin masuk ke dalam gedung

tempat acara adat dilaksanakan. Posisi pengantin berdiri di depan pintu masuk bersama

keluarga pihak laki-laki. Kemudian sambil diiringi musik dipanggilah terlebih dahulu

pihak hula-hula (pihak perempuan) untuk masuk menyalami pengantin dan keluarganya,

disambung dengan hadirin undangan lainnya.


Pada pesta terdapat beberapa Tortor yang wajib dilakukan yaitu, Tortor mula-mula

(tari pembuka untuk memohon agar acara dapat berjalan dengan lancar), Tortor somba

(untuk menyembah Tuhan), Tortor mangaliat (untuk menghormati dan menyayangi

sesama manusia dalam sistem kekerabatan Dalihan Na Tolu), dan Tortor hasahatan/sitio-

tio (doa permohonan agar yang diharapkan terkabulkan).

3.1.3 Perkembangan Tortor

Saat ini penggunaan Tortor sudah mengalami banyak perubahan, faktor awal yang

mengakibatkan perubahan tersebut adalah masuknya kekristenan ke Tanah Batak. Hal ini

mengakibatkan banyaknya larangan-larangan pada penggunaan Tortor dan Gondang .

Karena kegiatan tersebut dianggap sebagai sipelebegu (animisme). Tortor saat ini masih

tetap digunakan untuk upacara adat, namun masyarakat yang memeluk agama Kristen

tidak lagi melakukan upacara ritual.

Saat ini penggunaan Tortor jauh lebih luas, Tortor digunakan dalam perta gereja

untuk mengumpulkan dana atau kegiataan kegembiraan, Tortor dapat ditemukan dalam

musik video lagu-lagu populer berbahasa batak, Tortor juga dapat ditemukan dalam

pertunjukan ataupun lomba-lomba yang membawakan tema nusantara.

Perkembangan membawa dampak besar bagi kebudayaan, ditemukan terdapat

banyak perubahan pada gerakan-gerakan Tortor yang sudah diluar dari konteks Tortor

masyarakat Batak Toba. Hal ini terjadi saat dibentuknyaa uning-uningan Opera Batak

yang membawakan Gondang , teater, Tortor Batak Toba dengan konsep pertunjukan.

Faktor tersebut sangat berpengaruh karena pertunjukan memerlukan penonton untuk

dapat menyaksikan penampilan dari pertunjukan, namun Tortor pada dasarnya adalah

gerakan baku dan kaku yang apabila gerakan tersebut ditampilkan secara terus menerus
akan memberikan efek bosan, sehingga dikembangkanlah gerakan Tortor menjadi lebih

bervariatif lagi, penulis pernah menyaksikan beberapa pertunjukan yang memasukkan

tarian seribu tangan yang berasal dari China didalam membawakan Tortor Batak Toba.

3.2 Tortor Siboru Mauliate

Peran ibu adalah salah satu peran yang paling berat di dunia ini. Seorang wanita

harus melewati perjuangan yang besar yaitu merasakan sembilan bulan mengandung,

mental yang berantakan saat mengandung karena terjadinya perubahan hormon, dan juga

bertaruh nyawa saat melahirkan anak. Di saat itulah peran seorang ibu dimulai, bukan

hanya dituntut untuk dapat menjadi contoh yang baik tetapi ibu juga dituntut untuk dapat

mengurus kepentingan rumah, memiliki ilmu dalam mengurus anak, dan menyesuaikan

diri dalam keluarga suaminya. Tidak jarang ditemukan ibu yang depresi akan tekanan

yang dia dapatkan, hal ini terjadi karena tidak adanya support dan apresiasi kepada

sosoknya.

Maka dari itu diciptakanlah Tortor Siboru Mauliate untuk mengucapkan rasa

terimakasih kepada semua peran ibu, wanita, perempuan pada masyarakat Batak. Dengan

kelincahan, keahlian, kesabaran dan keringan yang telah dicurahkan setiap ibu untuk

membesarkan anak yang dia harapkan dapat menjadi orang yang kelak berguna bagi

keluarga ataupun lingkungannya.

Pada hari Jumat, 9 Juni 2023 penulis mengadakan wawancara singkat kepada

Niesya Haraphap yang merupakan pengurus Grup Mataniari serta panortor (penari)

Tortor Siboru Mauliate. Yang mengatakan bahwa “Tortor Siboru Mauliate merupakan

sebuah tarian yang bentuk tradisi keseniannya masih sangat kuat dengan akarnya. Yang

dalam Tortor tersebut masih menyimpan makna yang dalam, karena Tortor Siboru
Mauliate menggambarkan sebuah terima kasih kepada peran seorang perempuan dalam

masyarakat Batak Toba.

Tortor Siboru Mauliate merupakan sebuah karya yang diciptakan oleh salah satu

grup musik masyarakat Batak Toba. Ibu Rithaony yang saat ini merupakan penggerak

Grup Mataniari menciptakan Tortor Siboru Mauliate dengan maksud untuk

memperkenalkan kembali budaya asli Batak Toba dalam acara misi kebudayaan di

Jerman. Tortor Siboru Mauliate bukanlah sebuah tarian garapan yang menyajikan ke

modernan, namun pencipta menggarap Tortor Siboru Mauliate ini dengan gerakan dasar

asli yang dimiliki masyarakat Batak Toba. Dengan bertujuan untuk mengembalikan dan

melestarikan pola gerakan-gerakan yang sudah minim dipergunakan dalam kehidupan

sehari-hari masyarakat tersebut.

Ibu Rithaony Hutajulu selaku Penggerak dari Grup Mataniari yang menciptakan

Tortor Siboru Mauliate mengambil setiap gerakan Tortor dasar yang dikemas kembali

kedalam satu tarian, menambahkan sedikit kesan estetika yang diambil dari fenomena

kebudayaan masyarakat Batak Toba. Tortor ini diambil dari salah satu repertoar musik

kebudayaan Batak Toba yaitu Gondang Siboru Mauialte, dan digaraplah Tortor yang

mewakili repertoar musik ini berjudul Tortor Siboru Mauliate. Gerakan ini

dikembangkan dan dijadikan sebagai sebuah karya Tortor garapan baru

yang.berlandaskan tradisi.

3.3 Bentuk Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate

Pertunjukan identik dengan sebuah tontonan yang dimana tontonan tersebut

memiliki nilai seni. Seni pertunjukan atau performance art merupakan kegiatan yang

melibatkan individual atau kelompok dengan empat unsur seperti tempat, waktu, ruang,
tubuh seniman dan hubungan seniman dengan penonton. Seni pertunjukan meliputi

beberapa jeni yaitu pertunjukan musik, pertunjukan tari, dan pertunjukan teater. Penyajian

seni pertunjukan dapat berupa seni tradisional, modern atau kontenporer, dan daat berupa

kreasi atau pengembangan.

Pertunjukan tari merupakan sebuah pengungkapan atau pengekspresian perasaan

dan pikiran dalam jiwa, yang di apresiasikan dengan mengembangkan kreativitas dan

dikemas dalam bentuk pertunjukan kemudian ditampilkan kepada penonton. Pertunjukan

tidak dapat dilakukan tanpa elemen-elemen pendukung dalam seni pertunjukan seperti,

tema, gerak, penari, iringan musik, tata rias, pola lantai, tata panggung, properti, dan

penonton.

3.3.1 Gerak

Gerak merupakan sebuah perubahan yang melibatkan ruang dan waktu, dengan

gerak maka terjadinya perubahan tempat, perubahan posisi dari tubuh penari. Serangkain

gerak yang digabungkan dapat menciptakan sebuah seni tari. Gerak pada dasarnya

melibatkan setiap bagian tubuh manusia yaitu, kepala, tangan, badan, dan kaki. Gerak

dalam setiap kebudayaan Nusantara pastinya memiliki berbagai macam kegunaan,

contohnya sebagai komunikasi. Bukan hanya sebagai sebuah kebudayaan atau kesenian,

namun gerak juga digunakan sebagai Komunikasi Nonverbal bagi masyarakat.

Pada kebudayaan Batak Toba terdapat beberapa gerakan dasar yang sudah

menjadi gerakan baku Tortor, dan dengan perkembangan jaman/waktu tidak sedikit dari

gerakan dasar yang sudah dikembangkan oleh masyarakat tersebut. Namun dalam

pertunjukan yang peneliti kaji, pencipta tidak menggunakan gerakan-gerakan baru.

Melainkan pencipta sengaja untuk menggunakan kembali gerakan dasar yang sudah
jarang ditampilkan dalam dunia pertunjukkan. Gerakan-gerakan dasar yang dimaksud

antara lain adalah Mangurdot, Marsomba, Manean Roha, Manolak Mara, Manerser,

Mangait, Mangeol, dan Marembas.

a. Mangurdot

Gerakan Mangurdot pada dasarnya merupakan gerakan pembuka. Mangurdot

dilakukan saat setelah berbunyinya alat musik sarune. Inti dari gerakan Mangurdot ada

pada bagian kaki, gerakan ini dilakukan dengan posisi berdiri dengan lutut yang sedikit

ditekuk dan digenjot sesuai dengan ketukan, kemudian salah satu bagian depan kaki

diayunkan keatas dan kebawah dengan tumit sebagai titik tumpu kaki.

Gambar 1 Gerakan Mangurdot

b. Marsomba

Posisi pada Marsoba tangan disatukan seperti sedang bermohon, posisi telapak

tangan berada tepat di depan wajah, lengan tidak menempel pada badan, pandangan

melihat pada ujung ibu jari. Gerakan tangan Marsomba memiliki titik pada ujung kelima

jari yang disatukan dan siku pergelangan tanganlah yang diayun dari bawah ditarik ke

atas.
Gambar 2 Gerakan Marsombah

c. Manean Roha

Gerakan ini dimulai dari posisi marsomba (telapak tangan yang menyatu) dibuka

perlahan dengan posisi telapak tangan menghadap kewajah, kemudian perlaahan kembali

digerakan telapak tangan dengan diputar ke arah yang berlawanan dan ditarik kearah

bahu.

Gambar 3 Gerakan Manean Roha


d. Manulak Mara

Gerakan ini merupakan gerakan lanjutan dari Manean Roha. Pada posisi tangan

yang berada di bahu, maka gerakan Manulak Mara dilakukan dengan mendorong kedua

tangan yang berada dibahu dengan perlahan diturunkan hingga tangan berada tepat pada

samping kiri dan kanan paha kaki.

Gambar 4 Gerakan Manulak Mara

e. Mangeol

Inti dari gerakan mangeol merupakan gerakan badan yang gemulai dengan ayunan

badan yang mengikuti arah gerakan dari kedua tangan. Posisi kedua tangan berada

disebelah kiri dan kanan paha, sambil pundak diayunkan ke kiri dan ke kanan, kemudian

tangan ditarik kembali pada bagian bahu sambil diayunkan juga ke kiri dan ke kanan.
Gambar 5a Gerakan Mangeol Kanan Gambar 5b. Gerakan Mangeol kiri

f. Manerser

Poin dari gerakan manerser merupakan telapak kaki. Gerakan ini merupakan

gerakan kaki yang bergerak ke kiri dan kekanan seperti diseret dengan kaki membentuk

segitiga. Yang dimaksud membentuk segitiga adalah gerakan kaki yang titik temunya

adalah ujung jari kanan dengan ujung jari kiri, dan tumit kanan dengan tumitkiri.

Gambar 6 Gerakan Manerser


g, Mangait

Mangait memiliki dua gerakan yaitu mengait kiri dan mangait kanan. Posisi

tangan kanan berada diepan perut, tangan kiri diluruskan kemudian dengan perlahan

tangan kiri ditarik ke tengah. Begitupun sebaliknya dengan gerakan Mangait kiri.

Gambar 7a Gerakan Mangait kiri


Gambar 7b Gerakan Mangait kanan

g. Mangembas
Mangembas merupakan hentakan yang dilakukan dengan tangan dikepal dan

diayunkan, posisi mengayunkan tangan dapat dibedakan yaitu mangembas kiri dan

mangembas kanan. Mangembas kanan dilakukan dengan lengan kiri ditekuk ke perut

sembari menghentakan kaki, sedangkan tangan kanan diluruskan, begitupun sebaliknya

dengan mangembas kanan.

Gambar 8a. Gerakan Mangembas kanan Gambar 8b. Gerakan Mangembas kiri

3.3.2 Penari

Penari merupakan seseorang yang dapat menguasai dan memadukan 3 unsur

pokok, antara lain wiraga atau gerak merupakan tubuh yang memberikan sebuah titik

penekanan pada gerakan yang dilakukan, wirama atau irama pada penari merupakan

kemampuan untuk menafsirkan kekuatan irama yang berkaitan dengan musik iringan,

wirasa adalah kemampuan penari dalam mengungkapkan ide atau karakter tari yang

disajikan dalam bentuk gerakan.

Penari atau dalam kehidupan masyarakat Batak Toba disebut sebagai panortor.

Tortor Batak Toba dalam Upacara Ritual, Upacara Adat biasanya dilakukan secara
sekala besar atau dilakukan dengan sistem kekerabatan Batak Toba (Dalihan Na Tolu).

Namun dalam masa perkembangan jaman, maka saat ini Tortor sudah dilakukan ke dalam

dunia pertunjukkan dan Tortor dalam dunia pertunjukan dapat dilakukan secara

individual atau berkelompok.

Dalam pertunjukan Tortor Siboru Mauliate yang diciptakan oleh Grup Mataniari

menyajikan pertunjukan Tortor secara individual. Panortor dalam pertunjukan tersebut

merupakan pengurus daripada Grup Mataniari yaitu, Niesya Harahap. Terlihat dalam

penampilannya bahwa panortor dapat menguasi ketiga unsur-unsur penari yiatu, a.

wiraga, penulis melihat bahwa panortor dapat melakukan titik gerakan menggunakan

tubuhnya dengan baik tanpa kesalahan dalam pertunjukan; b. wirama, panortor

melakukan setiap gerakan dengan mendengarkan ketukan atau riteme dan disaat panortor

mendengar pergantian musik maka gerakan yang dibawakan akan menyesuaikan; c.

wirasa, dalam pertunjukan ini penulis melihat bahwa panortor ingin mengambarkan rasa

terima kasih dan kasih sayang seorang perempuan didalam kehidupan bermasyarakat

Batak Toba.

3.3.3 Musik Iringan

Musik didalam sebuah pertunjukan dapat bersifat tunggal atau pun dapat menjadi

sebuah pengiring pada teater atau tari. Unsur dasar dalam musik merupakan nada, ritme,

dan melodi. Musik dan tari bukan hanya sekedar iringan, tetapi musik adalah partner tari.

Musik dapat memberikan irama yang selaras, sehingga dapat mengatur ritme dalam

tarian.

Gondang merupakan warisan kebudayan masyarakat Batak Toba yang sakral, hal

ini dikarenakan penggunaan Gondang yang dipercaya sebagai sebuah perantara


permohonan masyarakat Batak Toba kepada Mulajadi Na Bolon (Tuhan yang Maha Esa).

Gondang dalam kehidupan masyarakat Batak Toba digunakan sebagai bagian penting

dari Upacara Ritual dan Upacara Adat. Gondang dalam Upacara Ritual terdapat di

Upacara Sipaha Sada, Upacara Sipaha Lima, Upacara Panen. Sedangkan Gondang dalam

Upacara Adat dilakukan dalam Upacara Perkawinan dan Upacara Kematian.

Pargonsi atau pemain musik memiliki peran penting dalam sebuah upacara-

upacara yang dilakukan masyarakat Batak Toba. Ini dikarenakan pargonsi dipercaya

sebagai orang yang memiliki ilmu tinggi yang dapat memainkan alat musik Gondang

untuk menyampaikan tonggo (permohonan) kepada Mulajadi Na Bolon.

Kata Gondang dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba sangat luas atau

memiliki berbagai macam pengertian yaitu 1) Perangkat alat musik, 2) Ensambel, 3)

Repertoar musik, 4) Komposisi suatu lagu, 5) Ritmis lagu, 6) Suatu upacara, atau salah

satu upacaranya yang menyuguhkan kegiatan manortor oleh kelompok kerabat (Harahap

2016:160). Arti kata Gondang sangat rumit penggunaannya, maka dari itu kata Gondang

hanya bisa dipahami apabila mengerti apa konteks penggunaannya dan bagaimana

Gondang itu digunakan.

Gondang sebagai Ensambel memiliki dua jenis. Pertama, Gondang Sabangunan

yang terdiri dari Sarune Bolon, Taganing, Gordang Bolon, Ogung, dan Hesek. Terdapat

juga Odap dalam ensambel Gondang Sabangunan, namun ini jarang terlihat karena

Odap dalam Gondang Sabangunan hanya dapat ditemukan dalam Ritual Upacara

Sipaha Lima yang dilakukan oleh kelompok parmalim, karena Odap dianggap sebagai

alat musik yang sakral. Gondang Sabangunan dapat juga disebut sebagai Gondang

Bolon yang memiliki art i ensambel besar, dan biasanya dilakukan di halaman terbuka.

Kedua, Gondang Hasapi terdiri dari Sarune Etek, Hasapi Ende, Hasapi Doal,
Garantung, dan Hesek. Ensambel Gondang Hasapi merupakan ensambel skala kecil

yang dapat digunakan didalam ruangan.

Saat ini Gondang sudah banyak digunakan sebagai hiburan, ataupun juga

digunakan dalam pertunjukan. Gondang di dalam pertunjukan memiliki kegunaan

sebagai musik pengiring atau pertunjukan repertoar musik. Pada Pertunjukan Tortor

Siboru Mauliate iringan musik yang digunakan merupakan Gondang Hasapi.

Pada pertunjukan tersebut Pargonsi terdiri dari Satu (1) orang yang memainkan

alat musik Sarune Etek; Satu (1) orang yang memainkan Garantung; Satu (1) orang

memainkan Hasapi Ende; Dua (2) orang memainkan Hasapi Doal; Satu (1) orang yang

memainkan alat musik Hesek.

Garangtung

Hasapi Doal

Sarune Etek Hesek


Hasapi Ende
Gambar 9. Ensambel Gondang Hasapi

a. Sarune Etek

Sarune Etek merupakan alat musik tiup berlidah tunggal (single tongue aerophone)

yang memiliki empat lobang jari dibangian depan dan satu lobang jari dibelakang. Sarune
Etek atau terompet dengan ukuran kecil ini memiliki panjang rata-rata lebih kurang 26-

30cm saja. Bagian-bagian Sarune etek terdiri dari sayap, angar-angar, porda, ambong-

ambong, dan ipit-ipit. Sarune Etek dalam ensambel Gondang Hasapi memiliki peran

sebagai pembawa melodi.

Gambar 10. Sarune etek

b. Hasapi Doal

Hasapi merupakan alat musik dawai sejenis lute yang dipetik dan memiliki dua senar.

Hasapi dibedakan menurut fungsinya, Hasapi Doal dalam ensambel memiliki fungsi

sebagai pembawa melodi konstan. Nama Hasapi Doal diambil dari salah satu set ogung

pada Gondang sabangunan yaitu ogung doal yang dapat disejajarkan atau dibandingkan

dengan Hasapi Doal.

Gambar 11. Hasapi Doal

c. Hasapi Ende

Sangat berbeda, Hasapi Ende dalam ensambel memiliki peran sebagai pembawa

melodi utama. Hasapi ende dan HadapiDoal memiliki bentuk fisik yang sama, namun

letak perbedaannya hanya pada fungsinya dalam permainan ensambel. Hasapi Ende atau
disebut juga dengan hasapi tagading karena perannya sama dengan tagading yaitu,

pembawa melodi. Bagian-bagian hasapi terdiri dari ulu, pinggol, tangan-tangan, butuha,

pusok, dan ihur.

Gambar 12 Hasapi Ende

d. Garantung

Alat musik Garantung adalah sejenis xilofon yang terbuat dari kayu. Cara memainkan

Garantung adalah dengan memuluk bilah kayu dengan pemuluk atau palu-palu. Setiap

bilah-bilah garantung disusun dari nada tertinggi sebelah kiri ke sebelah kanan yang

terendah. Garantung dalam ensambel memiliki peran sebagai pembawa melodi variatif.

Gambar 13 Garantung

e. Hesek

Hesek merupakan alat musik idiophone. Hesek atau hesek-hesek merupakan alat

musik perkusi. Alat musik hesek merupakan plat besi dan dipukul dengan sepotong besi.
Selain dengan plat besi hesek juga dapat dimainkan dengan satau botol kosong, dan

dipukul dengan sepotong kayu. Hesek dalam sebuah ensambel memiliki peran sebagai

pembawa ritem konstan.

Gambar 14 Hesek

3.3.4 Tata Rias dan Busana

a. Tata rias

Setiap kebudayaan memiliki ciri khas dalam penggunaan tata rias dan busana. Pada

pengunaan tata rias dalam kehidupan keseharian masyakat Batak Toba dulunya tidak

begitu diperhatikan. Namun saat ini tata rias untuk wanita sudah sangat wajib digunakan

baik didalam upacara perkawinan ataupun juga upcara kematian, juga dalam pementasan

atau pertunjukan tata rias merupakan salah satu hal yang harus di perhitungkan. Karena

dalam pertunjukan visual merupakan hal yang utama.

b. Busana

Pada dasarnya busana pokok yang digunakan saat manortor adalah Ulos5. Ulos

dulunya digunakan sebagai busana sehari-hari masyarakat Batak Toba dan digunakan

juga sebagai busana manortor. Sebutan kain ulos pada busana wanita adalah Sampe-

sampe yang merupakan kain selendang yang letakkan pada bahu sebelah kanan, terdapat

5
Ulos merupakan seni tekstil masyarakat Batak Toba. Ulos adalah kain tenunan dengan motif gorga
dengan warna yang dominan dengan merah (melambangkan keberanian), hitam (simbol dari
kepemimpinan), putih (dan simbol kesucian), dan pada beberapa ulos terdapat hiasi dengan benang
berwarna emas atau perak. Ulos dugunakan dalam kehidupan sehari-hari yaitu didalam acara syukuran
kandungan, kelahiran, membuat nama anak, perkawinan, dan kematian. (Sannur 2012:104)
juga kain ulos yang dililitkan untuk menutupi bagian dada sampai ke pinggang disebut

sebagai Hohop-hohop, pada bagian pinggang hingga ke ujung mata kaki dililitkan ulos

dengan sebutan Sabe-Sabe.

Saat ini busana wanita sudah menggunakan pakaian kebaya didalam dan diluarnya

menggunakan kain ulos yang diletakkan pada bahu kanan. Ulos yang saat ini sering

digunakan sebagai selendang bahu merupakan ulos sadum yaitu ulos yang sudah

modifikasi dengan motif modern dan dengan warna yang bervariasi. Rok yang digunakan

merupakan kain bermotif ulos, dipakai pada bagian pinggang hingga ujung mata kaki.

Aksesoris pada perempuan disebut sebagai Sortali berwarna merah dengan hiasan benang

emas yang digunakan pada dahi.

Sampe-
sampe

Gambar 15. Busana Panortor Kebaya

Sortali

Busana yang digunakan Panortor dalam pertunjukan

Sabe-sabe

Tortor Siboru Mauliate dapat dikatakan sebagai busana Batak Toba semi modern.

Dimana panortor menggunakan pakaian kebaya 6 berwarna merah, sampe-sampe atau

selendang dengan motif ulos bintang maratur (ulos yang diartikan sebagai membawa
6
Kebaya di Malaya berasal dari dari Surabaya mengikuti pakaian perempuan Jawa dan Cina peranakan (H.
Mohd Saod, H. Sulaiman 1876-1955). Saat ini kebaya sudah menjadi pakaian Nusantara.
suka cita digunakan untuk memberkati anak yang memasuki rumah baru), sabe-sabe

dengan motif ulos pucca (ulos ini biasanya digunakan dalam perkawinan Batak Toba),

dan menggunakan sortali.

3.3.5 Tata Panggung

Tata Panggung merupakan tata letak yang digunakan sebagai latar belakang

tempat pertunjukan, baik itu bagain dari musik atau tari. Tata panggung juga termasuk

dalam suasana yang diciptakan dan visualisasi yang diberikan kepada penonton. Tata

Panggung pertunjukan Tortor Siboru Mauliate menempatkan pernortor sebagai inti dari

pertunjukan, karena penari dalam pertunjukan tersebut tunggal dan letaknya yang berada

didepan. Kemudiaan terdapat juga pemain musik dan alat musik yang berada di bagian

belakang penari, dengan susunan Hesek, Sarune, Garantung, dan ketiga pemain Hasapi.

Gambar 16. Tata letak panggung

3.3.6 Penonton
Penonton dalam sebuah pertunjukan merupakan hal penting, karena setiap

pertunjukan memerlukan penilaian, dan kritikan. Penonton juga dapat direpresentasikan

menjadi sebuah keberhasilan dalam sebuah pementasan. Pertunjukan seni yang

ditampilkan dapat dikomunikasikan kepada penonton, baik perasaan sedih, senang,

kagum dapat penonton rasakan.

Pertunjukan Tortor Siboru Mauliate dan Gondang Siboru Mauliate Gondang

Parbinsar Mataniari mendapatkan respon yang sangat baik di Jerman. Setiap penonton

sangat antusias dengan pertunjukan yang ditampilkan, dipertengahan pertunjukan saat

perpindangan dari Gondang Siboru Mauliate ke Gondang Parbinsar Mataniari

dimainkan terdengar tepuk tangan yang sangat meriah memenuhi ruangan. Terdapat juga

satu momen yang sangat membekas dalam memori panortor yaitu Niesya Harahap yang

mengatakan “Saat sedang Manortor, saya melihat respon dari seorang anak kecil yang

merupakan penyandang down sindrom ikut lompat kegirangan sambil menirukana

gerakan yang saya lakukan dan menikmati pertunjukan tersebut”. Dan juga Rithaony

Hutajulu yang berada diposisi tempat duduk bersama dengan penonton merasakan

meriahnya reaksi yang diberikan penonton, juga sesaat setelah selesai pertunjukan Ibu

Ritha mendapatkan apresiasi oleh salah satu perwakilan dari negara Indonesia.
BAB IV

DESKRISPI STRUKTUR GERAK DAN MUSIK

4.1 Struktur Gerak

Sruktur memiliki tiga ide dasar yaitu, ide kesatuan, ide transformasi, ide

pengeturan diri sendiri. Pertama, strurktur merupakan keseluruhan yang bulat yaitu

bagian-bagian yang memberntuknya tidak dapat berdiri sendiri di luar struktur itu. Kedua,

struktur itu berisi gaya transformasi dalam arti bahwa struktur tidak itu tidak statis.

Struktur itu mampu melakukan prosedur itu. Ketiga, struktur itu mengatur diri sendiri dan

setiap unsur mempunyai fungsi berdasarkan letaknya. (Hawkes 1978; dalam Sinaga

2012 : 182)

Struktur secara umum memiliki pengertian sebagai sistem organisasi yang

didalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berhubungan dan gerak merupakan sebuah

perubahan yang melibatkan ruang dan waktu, dangan gerak maka terjadinya perubahan

tempat, perubahan posisi dari tubuh penari. Maka dalam struktur gerak dapat disimpulkan

sebagai susunan setiap unsur-unsur gerak yang saling berhubungan dalam sebuah tarian.

(Martin dan Pesovar 1961; Suharto 1987; dalam Wahyuni 2020:5) mengatakan

pentingnya kejelasan morfologi dan struktur yaitu konstruksi organik sebuah tari hanya

dapat diungkapkan dengan memisah-misahkan tari ke dalam komponen-komponen yang

dikategorikan sebagai bagian dan berikutnya disebut dengan istilah motif. Yang

merupakan unit organik terkecil dalam tari, yaitu unit dimana pola ritme dan kinetik

membentuk suatu struktur yang secara relatif mirip dan berulang atau muncul kembali.

4.1.1 Motif gerak

Motif gerak dasar Tortor Siboru Mauliate diuraikan sebagi berikut:


No Foto Nama Uraian Gerak
Gerak
1 Tangan Ini merupakan
Dibutuha gerakan
(Tangan pembuka. Posisi
diperut) tangan diletakkan
diatas perut
dengan tangan
kanan diatas
tangan kiri.

2 Marsanta Gerakan ini


bi dilakukan oleh
diparatea panortor untuk
tean menggambarkan
(Hormat kesopanan dan
sedalam- menghormati
dalamnya orang-orang yang
) sudah hadir.
Posisi tangan
disatukan seperti
sedang
bermohon, titik
pada ujung
kelima jari yang
disatukan dan
siku pergelangan
tanganlah yang
diayun dari
bawah ditarik ke
atas.
3 Bungka Buka tangan.
Tangan Dari posisi
(Membuk marsantabi
a tangan) diparateatean,
perlahan kedua
telapak tangan
dibuka dan
diangkat sampai
kebahu namun
tidak sampai
melewati telinga.

4 Ampe di Gerakan
abara bersambung
(Meletak setelah
tangan di melakukan
bahu) bungka tangan
kemudian
mengayunkan
badan kekiri dan
kekanan.
5 Rap udur Gerakan yang
juruk tu dilakukan dengan
jolo mendorong
(Bersama- kedua tangan
sama yang berada
bergerak dibahu dengan
menuju perlahan
kedepan) diturunkan
hingga tangan
berada tepat pada
samping kiri dan
kanan paha kaki,
kemudian badan
diayunkan kekiri
dan kekanan.

6 Margolo Gerakan yang


m-golom dilakukan dengan
masak tangan kanan
(Mengge berada disebelah
mgam pinggang dengan
hidangan) tangan sedikit
ditekut
kebelakang,
tangan kiri
diluruskan
kemudian dengan
perlahan tangan
kiri ditarik ke
tengah.
Sebaliknya
tangan kanan
diarahkan ke
pinggang ke
pinggang sebelah
kiri.
7 Mangamb Gerakan ini
alhon dilakukan dengan
tangan seperti
(Mengayu mengangkat dan
nkan kemudian
tangan) membuang. Titik
tumpu pada
gerakan ini
merupakan siku,
dan yang
bergerak adalah
perggelangan
tangan dan
telapak tangan.

8 Maremba Gerakan
s dilakukan
(Menghen dengan tangan
takkan dikepal dan
tangan) salah satu kaki
dihentakkan,
yaitu dengan
tangan kanan
diayunkan
ditekuk kearah
perut dan
tangan kiri lagi
dihempaskan
kebelakang.
Begitu
sebaliknya
tangan kiri
ditekuk
kedepan dan
tangan kanan
dihempas
kebelakang.
Tabel 1. Motif Gerak Tortor Siboru Mauliate

4.1.2 Pola Lantai


Pola lantai adalah garis-garis dilantai yang dilalui oleh penari. Pola lantai

merupakan gambaran dari banyak gerakan dilakukan oleh penari yang berpindah posisi

dari satu titik ke titik lain.


No Pola Lantai Gondang Gerakan Keterangan
1 Gondang Siboru 2x tangan diperut, = posisi titik
Mauliate 2x menyembah, 2x utama panortor.
buka tangan, 5x
ampe diabara, 2x
mundur bersama, 3x
mangeol
Gondang Parbinsar 4x buka tangan, 4x
Mataniari ampe diabara, 4x
mangeol, 1x
menyembah, 2x
tangan diayun, 1
mundur bersama
2 Gondang Siboru 2x marsomba = gerakan
Mauliate memutar
ditempat searah
dengan jarum jam.
Dengan ketukan
1x8.

3 Gondang Siboru 2x bergerak = titik


Mauliate kekanan sementara
= kaki
bergerser ke kanan
Gondang Parbinsar 2x bergerak menuju titik
Mataniari kekanan sementara, kaki
memberntuk
segitiga dengan
ketukan 1x4
4 Gondang Siboru 2x bergerak kekiri =kaki
Mauliate bergerser ke kiri
kembali ke titik
Gondang Parbinsar 2x bergerak kekiri utama, kaki
Mataniari memberntuk
segitiga dengan
ketukan 1x4

5 Gondang Siboru 2x bergerak kekiri =kaki


Mauliate bergerser ke kiri
menuju titik
sementara, kaki
Gondang Parbinsar 2x bergerak kekiri memberntuk
Mataniari segitiga dengan
ketukan 1x4

6 Gondang Siboru 2x bergerak =kaki


Mauliate kekanan
bergerser ke kanan
menuju titik utama,
kaki memberntuk
Gondang Parbinsar 2x bergerak segitiga dengan
Mataniari kekanan ketukan 1x4

7 Gondang Siboru 1x bersama maju = kaki maju


Mauliate serong
kanan ke
Gondang Parbinsar 1x menghentak, 1x titik sementara,
Mataniari maju bersama dengan hitungan 1x
4

8 Gondang Siboru 1x buka tangan = kaki


Mauliate mundur
serong ke
kiri ke titik utama,
Gondang Parbinsar 1x buka tangan dengan hitungan 1x
Mataniari 4
9 Gondang Siboru 1x maju bersama == kaki
Mauliate maju serong
kiri ke titik
Gondang Parbinsar 2x menghentak sementara, dengan
Mataniari tangan hitungan 1x 4

10 Gondang Siboru 1x buka tangan = kaki


Mauliate mundur
serong ke
kanan ke titik
utama, dengan
hitungan 1x 4

11 Gondang Siboru 1x maju bersama = kaki maju


Mauliate kedepan dengan
hitungan 1x4
Gondang Parbinsar 1x menyembah, 1x
Mataniari maju bersama

12 Gondang Siboru 1x buka tangan = mundur


Mauliate posisi tetap
mengahdapap
kedepan, dengan
Gondang Parbinsar 1x menyembah, 1x hitungan 1x4
Mataniari maju bersama, 1x
mangeol

Tabel 2. Pola Lantai Tortor Siboru Mauliate

4.2. Hubungan Gondang pada Tortor

Perlunya dilakukan penganalisisan terhadap hubungan antara tarian dan musik

yang megiringi, untuk dapat mengetahui bagaimana hubungan antara setiap motif gerakan

dengan alunan musik. Pada pertunjukan ini, terdapat dua jenis iringan musik yaitu

Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari. Kedua Gondang ini

tidak memiliki syair lagu yang artinya Gondang ini memiliki makna sebagai musik

repertoar.
Dalam pertunjukan Tortor Siboru Mauliate terdapat dua Gondang yang

dimainkan yaitu Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari. Alasan

memilih dua Gondang repertoar ini kedalam pertunjukan karena alunan bunyi yang

dihasil dari kedua Gondang ini selaras dan menarik. Dengan Gondang Siboru Mauliate

yang memiliki tempo pelan dan lembut, dan kemudian disambung dengan Gondang

Parbinsar Mataniari yang memiliki tempo lebih cepat dan gembira dari Gondang

pertama sehingga menciptakan suasana pertunjukan memuncak.

Dalam pertunjukan Tortor Siboru Mauliate terdapat dua Gondang yang

dimainkan yaitu Gondang Siboru Mauliate dan Gondang Parbinsar Mataniari. Alasan

memilih kedua Gondang repertoar ini kedalam pertunjukan karena alunan bunyi yang

dihasil dari kedua Gondang ini selaras dan menarik. Dengan Gondang Siboru Mauliate

yang memiliki tempo pelan dan lembut, dan kemudian disambung dengan Gondang

Parbinsar Mataniari yang memiliki tempo lebih cepat dan gembira dari Gondang

pertama sehingga menciptakan suasana pertunjukan memuncak.

Gondang Siboru Mauliate adalah Gondang yang dibuat oleh seorang raja yang

memiliki boru (anak perempuan) yang sangat disayanginya dan dimanjakan. Sehingga

pada suatu ketika raja tersebut meminta seorang pargonsi untuk membuatkan satu

Gondang untuk borunya. Gondang itu disebut sebagai Gondang Siboru Mauliate yang

diTortor kan oleh boru dari raja tersebut. Gondang Siboru Mauliate didalam upacara

dpat dimainkan dalam upacara kematian ataupun upacara perkawinan.

Binsar ni Mataniari atau munculnya matahari. Gondang Parbinsar Mataniari

merupakan Gondang yang menggambarkan terbitnya matahari pagi yang siap untuk

menyinari bumi. Hal itu digambarkan dari tempo cepat lagu ini, yang memberikan

semangat dan kegembiraan. Gondang Parbinsar Mataniari tidak dimainkan diawal atau
akhir dari upacara, namun dimainkan dipertengahan upacara saat acara muda-mudi atau

juga tidak terikat dengan sebuah upacara. Gondang Parbinsar Mataniari biasanya

dimainkan saat paminta Gondang meminta Gondang mangaliat untuk melakukan

Tortor Mangaliat. Gondang ini memiliki makna sebagai repertoar musik yang tidak

memiliki komposisi lagu.

4.2.1 Uraian Gerak


a. Gondang Siboru Mauliate
No Uraian Gerak Hitungan
1 Gerakan mengejotkan kaki sesuai dengan ketukan dengan posisi mendak 1x8
dengan tangan kanan menimpan tangan kiri dibagian perut
2 Gerakan menyembah ditempat, tangan berada didepan wajah, titik pada 2x8
ujung kelima jari yang disatukan dan siku pergelangan tanganlah yang (2x)
diayun dari bawah ditarik ke atas dengan hitungan 1x8. Kemudian
dilanjut dengan gerakan menyembah sambil berputar ditempat 1x8.
3 Kedua tangan dibuka menghadap muka kemudian telapak tangan ditolak 1x8
dan ditarik sampai ke bahu hitungan 1x4. Dengan posisi yang sama (2x)
dilanjut dengan menggerakkan bahu dan badan kekiri dan kekanan
hitungan 1x4.
4 Telapak tangan masih berada di bahu, sedangkan kaki dan badan 2x8
bergeser 1x4 kekanan secara bersamaan dengan telapak kaki membentuk (2x)
segitiga, kemudian balik keposisi kiri dengan cara yang sama 1x4.
Gerakan ini dilakukan kembali dengan hitungan yang sama namun
dengan arah yang berbeda.
5 Gerakan kaki dan badan maju kedepan 1x4, dengan tangan yang berada 1x8
dibahu didorong hingga tangan berada di bawah. Dengan posisi yang
masih didepan panortor melakukan mangeol yaitu badan bergerak kekiri
dan dikanan sambil mengenjotkan kaki dengan hitungan 1x4.
6 Dari posisi depan kembali tangan yang dibawah kembali dibuka tangan 1x8
dengan ditarik hingga kebahu, sembari mundur 1x4. Kemudian
melakukan gerakan ampe diabara kekiri dan kekanan 1x4.
7 Tangan kanan berada disebelah pinggang dengan tangan sedikit ditekut 2x8
kebelakang, tangan kiri diluruskan kemudian dengan perlahan tangan
kiri ditarik ke tengah bertemu dengan tangan tangan kanan. Gerakan ini
dilakukan masing-masing 1x8
8 Gerakan kaki menyerong kekanan 1x4 dengan gerakan rap udur tu jolo 1x8
dengan perlahan, kemudian dengan gemulai mangeolkan badan kekiri
dan kekanan ditempat 1x4
9 Gerakan tangan yang berada dibawah diangkat kembali hingga kebahu 1x8
sembari mundur dengan posisi serong kekiri 1x4. Selanjutnya
melakukan gerakan ampe diabara 1x4 ditempat.
10 Gerakan kaki menyerong kekiri 1x4 dengan gerakan rap udur tu jolo 1x8
dengan perlahan, kemudian dengan gemulai mangeolkan badan kekiri
dan kekanan ditempat 1x4
11 Gerakan tangan yang berada dibawah diangkat kembali hingga kebahu 1x8
sembari mundur dengan posisi serong kekanan 1x4. Selanjutnya
melakukan gerakan ampe diabara 1x4 ditempat.
Tabel 3. Uraian gerak Tortor Siboru Mauliate dalam Gondang Siboru Mauliate

b. Gondang Parbinsar Mataniari


No Uraian gerak Hitungan
1 Gerakan menyembah maju kedepan, tangan berada didepan wajah, titik 1x8
pada ujung kelima jari yang disatukan dan siku pergelangan tanganlah
yang diayun dari bawah ditarik ke atas dengan hitungan 1x8.
2 Kedua tangan dibuka menghadap muka kemudian telapak tangan ditolak 1x8
dan ditarik sampai ke bahu hitungan 1x4. Dengan posisi yang sama (3x)
dilanjut dengan menggerakkan bahu dan badan kekiri dan kekanan
hitungan 1x4
3 Gerakan selanjutnya dilakukan dengan mendorong kedua tangan atau 1x8
rap udur tu jolo perlahan kaki mundur 1x4, kemudian dengan gemulai
mangeolkan badan kekiri dan kekanan ditempat 1x4
4 Gerkan mendorong kedua tangan atau rap udur tu jolo perlahan kaki 1x8
maju 1x4, kemudian dengan gemulai mangeolkan badan kekiri dan
kekanan ditempat 1x4
5 Kedua tangan diayunkan seperti mengangkat dan kemudian membuang. 2x8
Titik tumpu tangan bedada pada siku, dan yang bergerak adalah (2x)
perggelangan tangan dan telapak tangan, sedangkan kaki dan badan
bergeser 1x4 kekanan secara bersamaan dengan telapak kaki membentuk
segitiga, kemudian balik keposisi kiri dengan cara yang sama 1x4.
Gerakan ini dilakukan kembali dengan hitungan yang sama namun
dengan arah sebaliknya.
6 Gerakan mangembas dilakukan dengan maju menyerong ke kiri 1, 2x8
dengan mengentakkan kaki secara bergantian dan dengan hitungan 1x8. (2x)
Hentakan tangan dilakukan dengan mengayunkan sebelaj tangan hingga
menekuk kearah perut dan satu tangan lagi dihempaskan kebelakang.
Gerakan ini dilakukan kembali dengan hitungan yang sama dan gerakan
yang sama namun dengan arah sebaliknya.
7 Gerakan menganyunkan tangan seperti mengangkat dan kemudian 1x4
membuang ini dilakukan dengan posisi kaki ditempat 1x4. Gerakan ini (3x)
titik jeda setelah melakukan mangembas dan sebelum melakukan
mangembas kembali dengan arah yang berbeda.
8 Gerakan selanjutnya dilakukan dengan mendorong kedua tangan atau 1x8
rap udur tu jolo perlahan kaki ditempat 1x4, kemudian dengan gemulai
mangeolkan badan kekiri dan kekanan ditempat 1x4
9 Gerakan kaki menyerong kekanan 1x4 dengan gerakan rap udur tu jolo 1x8
dengan perlahan, kemudian dengan gemulai mangeolkan badan kekiri
dan kekanan ditempat 1x4
10 Gerakan tangan yang berada dibawah diangkat kembali hingga kebahu 1x8
sembari mundur dengan posisi serong kekiri 1x4. Selanjutnya
melakukan gerakan ampe diabara 1x4 ditempat.
Tabel 4. Uraian gerak Tortor Siboru Mauliate dalam Gondang Parbinsar Mataniari

4.2.2 Transkrip

Anda mungkin juga menyukai