1. Latar Belakang
Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang luas wilayahnya,
kaya akan kesenian dan kebudayaan daerah, kesenian ini perlu mendapatkan perhatian
secara terus menerus, teratur dan terarah sesuai dengan perkembangan dan kemajuan
Kesenian daerah memiliki corak dan rgam yang berbeda. Oleh karena itu perlu terus
dibina dan dikembangkan. Untuk membina dan mengembangkan kesenian daerah perlu
adanya upaya pelestarian, terutama kesenian yang berada penuh didaerah Indonesia
Kekayaan seni tradisional Indonesia merupakan identitas dari setiap daerah karena
memiliki keaslian budaya dan sejarah. Salah satu unsur dari kesenian adalah seni tari
tradisional. Setiap daerah memiliki hasil kebudayaan berupa tari tradisional. Seni tari
mengubah alam (widagdho, dkk, 2010:18). Menurut R.linto ( dalam widagdho, dkk,
2010:19). Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang
tertentu. Kebudayan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya
manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar (widagdho, dkk, 2010:21).
Dapat disimpulkan Pengertian kebudayaan adalah tingkah laku aktivitas manusia untuk
1
mengelolah dan mengubah alam serta diteruskan oleh anggota masyarakat untuk
memenuhi kehidupannya.
terhadap keindahan dan nilai-nilai yang di temuinya dalam kehidupan (widagdho, dkk,
2010:7). Isi jiwa seniman yang terdiri dari perasaan pikiran dan gagasan memberikan
(dalam Sartono, 2008:3) Seni adalah alat buatan manusia (penggubah) untuk
imajinasi yang rasional. Jadi seni merupakan kebudayaan yang tumbuh, hasi curahan
batin berupa penjabatan dari ide, renungan,perasaan, atau pengalaman seniman. Dapat
disimpulkan bahwa seni adalah keterampilan isi jiwa seniman dari perasaan pemikiran
dan gagasan memberikan kesatuan nilai-nilai curahan batin berupa penjabatan dari ide,
seni yang paling abstrak, tapi tiap orang menyukainya. Melalui karya seni masyarakat
kesenian dapat dibedakan menjadi 3 yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari. Seni
merupakan hasil karya imajinasi yang dislurkan melalui indera serta mempunyai nilai
keindahan tertentu, secara umum kesenian dapat dibedakan menjadi tiga yaitu seni
rupa,seni musik dan seni tari yang dapat dilihat, didengar, dan dirasa oleh indera itu
sendiri.
2
Tari adalah sebagai bentuk kebudayaan merupakan bagian yang mendasar
\dalam pola hidup dan prilaku manusia (Rochayati, 2015:12). Tari adalah gerak tubuh
secara berirama yang dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan,
tari tersebut dapat disimpulkan bahwa tari merupakan aspek komposisi tercipta suatu
karya yang unsur utamanya gerak dan ekspresi yang mendasar dalam pola hidup serta
prilaku manusia dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan dan
perasaan.
Seni tari di kabupaten Musi Banyuasin berkembang sangat pesat, salah satunya
kecamatan babat toman, terdapat kesenian Tari Begambo karena kabupaten Musi
Banyuasin sendiri memiliki banyak hasil kebudayaan berupa tari-tarian. Menurut Bapak
Nazar (Hasil wawancara pada tanggal 1 maret 2017 jam 15.00 WIB) menjelaskan Desa
Toman berada di Wilayah Kecamatan Babat Toman Musi Banyuasin. Pada zaman
dahulu ada orang datangan dari Padang, Jawa, dan Palembang ke Musi Banyuasin lalu
membentuk perdesaan dengan menebas hutan yang rimba dan terbentuklah suatu
perkampungan untuk orang-orang tinggal. Dengan mata pencarian terdiri dari karet,
rotan, minyak, sawah dan berkebun tetapi yang lebih produktif yaitu gambir baik terdiri
daun gambir maupun getah gambir yang sampai saat ini getah gambir sudah
Dengan demikian terciptalah sebuah tarian yaitu tari Begambo, yang sampai saat
ini seniman Babat Toman tidak tahu siapa hak cipta dari tari ini, Tapi berkat Bapak
Nazar, Ibu Siti Hawa seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang
menjadi tari hiburan ditampilkan pada saat perpisahan sekolah, penyambut Bupati,
festival-festival, dan acara-acara yang ada didesa toman Kecamatan Babat Toman. Tari
3
Begambo ini ditarikan oleh para remaja putri. Tari Begambo ini menceritakan aktifitas
para petani yang menanam, merumput, dan memanen daun gambir dikebun yang
untuk mendapatkan informasi sebagai rasa tanggung Jawab dan kepribadian serta
kecintaan peneliti terhadap perkembangan tari rakyat khususnya tari begambo yang ada.
Penelitian Ini Menetapkan Fokus Penelitian Pada Bentuk Penyajian Tari Begambo di
Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Dalam penelitian bertujuan agar
pembaca.
3. Rumusan Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang harus ada dengan
kenyataan yang ada (Margono, 2009:1). Berdasarkan uraian diatas dan melibat kembali
pada latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah
Musi Banyuasin ?
4. Tujuan Penelitian
4
Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha pemecahan masalah. Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk menjelaskan
Bentuk Penyajian Tari Begambo kedalam bentuk penjabaran dan membagi pengalaman
5. Manfaat Penelitian
Kabupaten Musi Banyuasin Terbagi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara
1) Manfaat Teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta
Indonesia (PGRI) Palembang. Serta Bagi pembaca, dapat dijadikan salah satu
bahan acuan dalam melakukan peneliian yang sejenis dengan penelitian ini, agar
2) Manfaat Praktis dari penelitian bagi penulis kiranya bermanfaat untuk mengetahui
Selatan Khususnya Tari tradisi Begambo. Dan bagi Program Studi Sendratasik
penulis ini diharapkan sebagai sumber ilmiah dan kajian dunia akademik,
5
dan muatan local kesenian daerah yang dapat diajarkan kepada peserta didik
kegiatan ekstrakurikuler.
6. LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Landasan Teori merupakan salah satu upaya untuk meninjau sejauh mana peneliti
memahami suatu yang berkaitan dengan tari Begambo yang masih berfungsi dalam
Kabupaten Musi Banyuasin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan
peniliti yang akan penulis lakukan, sekaligus untuk menentukan perbedaan kajian
Dari sisi lain landasan teori merupakan langkah awal untuk menentukan penelitian
ini serta berupaya untuk mencari teori-teori yang relavan dengan kajian yang hendak
dibahas dalam tulisan ini sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Tinjauan pustaka ini
akan dilakukan untuk mencari buku-buku sumber sebagai referensi yang akan dijadikan
sebagai kajian teori, baik dari tulisan dan hasil penelitian yang terdahulu yang dianggap
1) Seni
Menurut Sumardjo (2010:10) seni adalah dunia medium antara materialisme dunia
dan kerohaniah yang kekal. Seni adalah sesuatu yang memuat hal-hal yang
transendental, sesuatu yang tak kita kenal sebelumnya, dan kita kenal lewat karya
seorang seniman.
yang berisi pembayangan (imaji) dan penjadian (proses). Suatu olah seni patut disebut
6
seni apabila ia mampu memberi kebahagiaan, memberikan makanan kepada rasa,
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seni adalah sesuatu pengalaman yang
memuat ha-hal yang tidak kita kenal sebelumnya dan kita kenal lewat karya seorang
seniman yang memberikan rasa kebahagiaan dan pengalaman itu dirasakan berbeda bagi
2) Tari
mencakup hal-hal yang menunjang terciptanya suatu karya tari antara lain: dari unsur
Menurut Problem of Art (dalam Pekerti 2007:4.5) menyebutkan, bahwa tari adalah
gerak yang dibentuk secara ekspresif yang diciptakan oleh manusia untuk dapat
dinikmati dengan rasa. Menurut Sedyawati (1981:187) tari dapat diartikan sebagai
segala gerak yang berirama, atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian tari adalah segala gerak
yang dibentuk secara ekspresif dan berirama yang diciptakan oleh manusia untuk
Fungsi seni merupaka untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional seniman dan
orang lain. Menurut Pekerti (2007: 1.45 1.57) Tari mempunyai beberapa fungsi yaitu :
7
Tari yang berfungsi sebagai sarana dalam upacara disebut tari upacara, baik
upacara keagaaman atau upacara adat. Tapi upacara merupakan media persembahan
dan pemujaan terhadap kekuasaan yang lebih tinggi. Maksud dari upacara yaitu
Indonesia tari upacara diadakan diantaranya di daerah Bali, Papua, dan lainnya. Di
Fungsi tari yang kedua adalah sebagai hiburan. Tari hiburan ini bersifat ringan,
ditata secara longgar atau bebas (tidak pakem). Bagi penarinya, tari ini sekedar
acara. Tari gembira dan tari pergaulan termasuk dalam golongan tari hiburan.
Contohnya:
Seni pertunjukan ini disebut juga teatrikal. Seni jenis ini lebih menekankan segi
estetisnya.
8
bagi perkembangan fungsi jasmani dan rohani. Lewat pendidikan seni, sekolah
Seni melatih gerak-gerak fisik, baik gerak kasar (motor kasar) maupun
gerak halus (motor halus). Di samping itu seni tari melatih gerak mengalir dan
gerak lentur; gerak lambat dan gerak cekatan. Pendidikan seni tari mempunyai
nilai bagi pembentukan sikap dan perilaku yang berkenaan dengan tubuh
(ragawi).
watak tertentu dan tari yang mengandung pesan tertentu, maka ulah pemikiran
anak diharapkan dapat menyerap makna dan pesan yang disampaikan lewat tari
tersebut. Melalui tari baik anak maupun guru akan makin akrab dan menyatu
dengan lingkungannya serta dekat dengan Yang Maha Pencipta. Tidak dapat di
sangkal bahwa sikap disiplin, percaya diri dan keteguhan jiwa anak dapat
terbentuk melalui tari. Dengan demikian teriring juga rasa bangga sebagai warga
5. Jenis Tari
indah dari dan lahir dari tubuh yang bergerak berirama dan berjiwa sesuai
9
dikelompokan menjadi:
1. Tari Representasional
telah distilir.
seorang petani. Contoh lain adalah Tari Timba Laour dari Maluku, tari ini
penangkap ikan).
2. Tari non-representasional
menekankan pada gerak semata Seperti: Tari Saman dari Aceh dan Tari
1. Tari Tradisional
Tari tradisional adalah tari yang paling tua. Tari ini telah melewati
perjalanan sejarah yang cukup panjang. Tari ini bertumpu dan berpijak kuat
pada tradisi suatu bangsa, suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu.
Tari tradisional dapat digolongkan menjadi tari rakyat dan tari klasik.,
temurun yang tumbuh, hidup dan dianut serta berkembang pada suatu
10
kelompok masyarakat tertentu oleh masyarakat pemilik tari tersebut.
Karena sifatnya yang tradisional, maka tari ini baik bergerak maupun
perlengkapannya bersifat pakem atau tetap, tidak dapat diubah. Tari ini
kelompok.
Pada masa feodal, rakyat terdiri atas dua golongan yakni: kelompok
mempunyai nilai seni lebih tinggi dan matang, sementara tari yang tumbuh
orang banyak. Kelompok jenis tari tradisional lain adalah tari klasik. Kata
klasik berasal dari bahasa Latin, Classici sebuah nama golongan masyarakat
classici untuk menyebut karya-karya penulis Romawi yang baik. Ciri khas
tari klasik adalah memiliki nilai artistik atau nilai seni yang tinggi. Seni
Rasa ini tidak dibangkitkan oleh gerak tarinya saja, tetapi juga oleh tata
daya pikat yang tinggi karena keindahannya. Tari klasik timbul, hidup dan
11
Tari Kreasi tidak ditata berdasarkan tradisi. M. Jazuli membedakan
antara tari kreasi dan modern (modo = baru) dan tari kontemporer ( = saat
ini).
Tari kreasi ditata berdasarkan pola tarinya yang sudah ada . seperti tari
Tengah), J.Mario (Bali), dan Tjetje Sumantri (Jawa Barat). Tari kreasi
tari Kipas (Sumatera). Pada penciptaan tari ini digunakan unsur gerak dasar
penata tari maupun penarinya bebas berekspresi. Cita rasa geraklah yang
Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena Indonesia sangat kaya dengan
Adapun tari kontemporer, yang berarti tari saat ini adalah sejenis tari
kreasi yang sifatnya lebih sesaat muncul berkembang pada masa kini.
Biasanya tari ini terlepas dari pola-pola tradisional. Contoh: Tari Ciptaan
Boy G. Sakti.
Yunani, choros (tarian bersama) dan grapho (=tulisan atau catatan). Jadi
12
dalamnya termasuk pula pengertian tentang bentuk serta gaya tari. Bila kita
merancang menyusun tari, kita menentukan pula jumlah penari dan bentuk
berpasangan dan tari kelompok. Pembagaian ini tentu berdasar pada jumlah
penarinya.
1. Tari Tunggal
Tari tunggal, sesuai namanya adalah tari yang dibawakan seorang penari,
Tari merak Jawa tengah, tari topeng kelana Jawa tengah, tari panji semirang bali,
biasanya ditarikan oleh satu orang, walaupun demikian tidak berarti bahwa tari
ini tidak bisa digelar oleh lebih dari satu orang. Hal yang menarik pula ialah
bahwa tari yang ditarikan satu orang tersebut mengandung cerita penuh yang
kadang-kadang panjang.
2. Tari Pasangan
Tari pasangan adalah tarian yang dilakukan oleh sepasang penari. Antara
penari satu dengan yang lainnya saling bertautan dan saling merespon, bisa
campuran laki-laki dan perempuan. Dapat jua ditarikan lebih dari sepasang
penari, misalnya dua pasang, tiga pasang dan seterusnya. Contohnya tari
Bambangan Cakil dari Jawa Tengah, tari Oleg Tambulilin dan Bali, tari Gale-
3. Tari Kelompok
kelompok dengan jumlah besar penari, disebut tari missal. Tari missal ini berasal
dari tari tunggal yang ditarikan sejumlah orang, tari Golek dari Jawa Tengah
misalnya. Ada pula tari missal yang mengikat satu penari dengan lainnya. Tari
13
seperti ini antara lain yakni: Tari Saman dari Sumatera, tari Kipas dari Korea
Selatan. Tari Kipas dari Korea ini harus menggelar formasi sedemikian rupa
sehingga kipas-kipas mereka dapat membentuk setangkai bunga besar yang amat
6. Bentuk Penyajian
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bentuk adalah gambaran, rupa atau wujud
yang ditampilkan (tampak). Bentuk (form) adalah totalitas dari karya seni. Bentuk
merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung
karya (Dharsono, 2007:33). Bentuk kaitannya dengan seni merupakan suatu perwujudan
dan emosi dari sebuah karya seni yang disebut ekspresi bentuk yang di ungkapkan
oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1203), penyajian adalah
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian adalah suatu
akan diuraikan bentuk penyajian Tari Begambo Kecamatan Babat Toman Kabupaten
a) Tema
Tema adalah pokok yang menjadi sumber dari apa yang ingin disampaikan/makna
yang terkait dalam sebuah karya. Tema dapat diambil dari kejadian sehari-hari,
pengalamn hidup, cerita rakyat dan sebagiannya. Tema juga disesuaikan dengan katya
14
akan dibuat dalam penulisan. Dalam judul karya ini Bentuk Penyajian Tari Begambo
di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin ini yang temanya Berkebun.
Sehingga terciptalah Tari Begambo di desa Babat Toman, lalu terciptalah suatu gerak
memetik daun gambir, menumbuk, memeras daun gambir sehingga menghasilkan getah
gambir.
b) Gerak
Gerak merupakan gerakan yang indah di dalam tari bukanlah gerak keseharian,
melainkan gerak yang telah mengalami perubahan menjadi gerak yang indah. Yang
dimaksud dengan gerak yang indah adalah gerak keseharian yang telah distilir atau
didistorsi. Hal ini disebut juga dengan gerak yang telah diberi sentuhan seni akan
Dalam gerak tari terkandung dua jenis, yaitu gerak maknawi dan gerak murni.
Gerak maknawi mempunyai maksud sedangkan gerak murni tidak mempunyai maksud.
Dengan demikian Tari Begambo ini termaksud dalam jenis gerak maknawi karena
menggambarkan aktifitas masyarakat Desa Babat Toman berkebun gambir. Maka dalam
c) Tata Rias
Tari Begambo ini menggunakan tata rias yang biasa-biasa saja. Karena tari ini
d) Tata Busana
15
Tata Busana adalah Busana dalam tari sebaiknya bukan hanya sekedar untuk
menutup tubuh semata, melainkan harus mendukung tema dan isi dari tarian, suasana
Dalam tata busana Tari Begambo ini adalah memberikan kesan kepada
penonton, bahwa ada hubungan antara peran yang satu dengan peran yang lainnya agar
memperkuat dalam karekter tarian itu sendiri. Busana yang dipakai oleh penari Tari
Begambo ini baju kebayak lama, kain pendek selutut, dan diatas kepalanya memakai
Musik adalah Apabila elemen dasar dari tari adalah gerak, maka elemen dasar dari
musik adalah bunyi. Musik dan tari merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan,
karena sejak zaman prasejarah sampai sekarang orang selalu menyebutkan bahwa, di
Dalam Tari Begambo pada zaman dahulu ini memakai alat musik seperti orgen
(Nazar,Februari2017).
f) Tempat Pentas
dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tempat terbuka dan tertutup. Tempat terbuka
Sedangkan di tempat tertutup adalah tempat pertunjukan yang ada di dalam gedung,
16
Dalam Tari Begambo ini tari ini di tampilkan pada saat penyambutan tamu yang
datang ke desa maka dari itu tari ini di pentaskan di gedung balai desa dan acara di
terhadap proses penciptaan tari, seperti yang dilakukan oleh Rahil (2015) yang meneliti
tentang Proses Penyajian Tari Burung Putih Karya M.Nasir yang menjelaskan tentang
Proses Penyajian Tari Burung Putih dan peneliti juga membandingkan dengan peneliti
yang relavan yang dilakukan oleh ayu (2016) tentang Bentuk Penyajian Tari Mantang
Parah di kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Kedua kajian yang
relawan tersebut penulis menyimpulkan adanya perbedaan objek yang diteliti, yang
mana pada penelitian Rahil menjelaskan tentang Tari Burung Putih Kemudian yang
kedua dalam Ayu yang meneliti tentang Tari Mantang Parah sedangkan peneliti
Berdasarkan kedua kajian yang terdahulu yang relavan ini dapat disimpulkan adanya
persamaan pada objek penelitian dan persamaan pada metedo penilitian yang
digunakan. Dengan Demikian, bahan-bahan kajian terdahulu yang relavan ini sangat
membantu peneliti untuk membahas lebih lanjut mengenai Bentuk Penyajian Tari.
C. Kerangka Berpikir
dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai maslaah yang penting
(Sugiyono, 2009:60). Dalam uraian diatas kerangka berpikir Tari begambo ini, merupa
kan tari yang terdapat didesa Babat Toman, tari Begambo ini dahulunya adalah tari
17
yang diambil dari masyarakat penghasilan gambir, dan tari ini sampai sekarang tetap
ada dikalangan masyarakat desa Babat Toman, Tapi berkat Bapak Nazar, Ibu Siti Hawa
seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang menjadi tari hiburan
untuk masyarakat Babat Toman dan tari Begambo ini diajarkan di SMP N 1 Babat
Toman tempat Ibu Siti Hawa mengajar. Anak-anak murid Ibu Siti Hawa sangat antusias
mengikuti latian menari dan ekspresikan diri dalam berlatih tari Begambo di desa Babat
Toman.
Dalam penelitian ini membahas Deskripsi Tari Begambo di desa Babat Toman, Agar
lebih mudah memahami kerangka konsep penelitian, Maka dapat dilihat pada bagan
Budaya Kabupaten
Musi Banyuasin
18
Kerangka Berpikir Bentuk Penyajian Tari Begambo
terhadap proses penciptaan tari, seperti yang dilakukan oleh Rahil (2015) yang meneliti
tentang Proses Penyajian Tari Burung Putih Karya M.Nasir yang menjelaskan tentang
Proses Penyajian Tari Burung Putih dan peneliti juga membandingkan dengan peneliti
yang relavan yang dilakukan oleh ayu (2016) tentang Bentuk Penyajian Tari Mantang
Parah di kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Kedua kajian yang
relawan tersebut penulis menyimpulkan adanya perbedaan objek yang diteliti, yang
mana pada penelitian Rahil menjelaskan tentang Tari Burung Putih Kemudian yang
kedua dalam Ayu yang meneliti tentang Tari Mantang Parah sedangkan peneliti
Berdasarkan kedua kajian yang terdahulu yang relavan ini dapat disimpulkan adanya
persamaan pada objek penelitian dan persamaan pada metedo penilitian yang
digunakan. Dengan Demikian, bahan-bahan kajian terdahulu yang relavan ini sangat
membantu peneliti untuk membahas lebih lanjut mengenai Bentuk Penyajian Tari.
19
B. Kerangka Berpikir
dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai maslaah yang penting
(Sugiyono, 2009:60). Dalam uraian diatas kerangka berpikir Tari begambo ini, merupa
kan tari yang terdapat didesa Babat Toman, tari Begambo ini dahulunya adalah tari
yang diambil dari masyarakat penghasilan gambir, dan tari ini sampai sekarang tetap
ada dikalangan masyarakat desa Babat Toman, Tapi berkat Bapak Nazar, Ibu Siti Hawa
seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang menjadi tari hiburan
untuk masyarakat Babat Toman dan tari Begambo ini diajarkan di SMP N 1 Babat
Toman tempat Ibu Siti Hawa mengajar. Anak-anak murid Ibu Siti Hawa sangat antusias
mengikuti latian menari dan ekspresikan diri dalam berlatih tari Begambo di desa Babat
Toman.
Dalam penelitian ini membahas Deskripsi Tari Begambo di desa Babat Toman, Agar
lebih mudah memahami kerangka konsep penelitian, Maka dapat dilihat pada bagan
Budaya Kabupaten
Musi Banyuasin
Tari Begambo
20
7. Metodelogi Penelitian
lokasi penelitian ini didasarkan pada saat peneliti sedang pulang ke desanya Sugiwaras
Kecamatan Babat Toman, pada saat di sana peneliti bertanya kepada seniman disana
mengenai tari yang ada di kampong halamannya, sehingga peneliti tertarik untuk
melestarikan lagi mengenai bentuk penyajian Tari Begambo yang ada di Kecamatan
Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin tersebut. Waktu penelitian ini dilakukan
pada bulan Februari 2017 di Desa Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin selama satu
minggu dan survei langsung serta mewawancarai seniman dan masyarakat yang ada di
21
B. Objek dan Informan Penelitian
Objek penelitian adalah bahan utama yang akan diteliti, Peneliti ini adalah Tari
ini mencakup bentuk penyajian Tari Begambo, Seniman tari serta tokoh-tokoh yang
C. Metode Penelitian
berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang
dunia sekitarnya. Uraian tentang pengertian metode penelitian diatas, maka data yang
diperoleh bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dengan metode kualitatif
Tari Begambo ini yang mana pada hasil akhirya nanti akan dipaparkan dalam hasil
Kabupaten Musi Banyuasin dan memperoleh data-data yang lengkap dan mendalam.
fokus dan tujuan penelitian (Sugiyono, 2008:181). Dari pendapat tersebut sumber data
yang diperoleh oleh peneliti dari seniman Babat Toman ibu Siti Hawa dan bapak Nazar,
Masyarakat Babat Toman, Guru Smp Negeri 1 Babat Toman, siswa SMP Negeri 1
Babat Toman
22
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Teknik Observasi
terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2009:158). Dari pendapat
tersebut bahwa observasi merupakan survei ketempat yang diteliti. Dalam penelitian ini,
peneliti melakukan observasi langsung ke Babat Toman Musi Banyuasin dari tanggal 1
maret sampai 5 maret mulai dari observasi ke seniman daerah, guru, dan lingkungan
masyarat setempat.
2. Teknik Komunikasi
Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan
pribadi antara pengumpul data dengan sumber data (Margono, 2009:165). Dari pendapat
tersebut peneliti akan memperoleh data dengan lewat komunikasi secara langsung
menggunakan seniman tari atau tokoh yang terkait dengan Tari Begambo di Kecamatan
3.Teknik Wawancara
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan
23
dari wawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Margono,
2009:165). Teknik wawancara ini di ajukan kepada Bapak Nasar selaku seniman tari
yang terkait dengan Tari Begambo Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasi.
1) Perpanjangan pengamatan
hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk, semakin akrab,
2) Meningkatkan Ketekunan
peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis (Sugiyono, 2009:272).
Dari uraian diatas penulis melakukan pengecekan kembali dari data yang di
peroleh pada saat observasi, Maka dari itu peneliti harus melakukan pengamatan
24
terus-menerus dengan membaca berbagai referensi tentang bentuk penyajian
tari.
3) Triangulasi
Triangulasi dalam penguji kredibiltas ini diartikan sebagai pengecekan data dari
tari begambo dari seniman di Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin, setelah
data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009:275). Dari uraian di
data yang ditemukan oleh peneliti menggunakan alat perekam, camera sehingga
lokasi yang berada tidak jauh dari daerah desa tempat peneliti tinggal, maka
25
dari itu peneliti hanya mendapat informasi bahwa di Desa Babat Toman
wawancara selanjutnya.
lalu mencatat semua informasi yang di dapat untuk melengkapi data yang
masalah penelitian yang diajukan (Sugiyono, 2009:284). Dari uraian di atas rumusan
26
Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Tari ini dahulunya adalah tari yang diambil
dari masyarakat penghasil daun gambir. Tarian ini ditarikan pada saat penyambutan
tamu pada acara pernikahan. Dari kerangka berpikir tersebut Tari Begambo ini
mempunyai gerak, rias, busana, properti dan pola lantai yang menjadi ciri khas dari
I. Jadwal Kerja
Bulan / Minggu
N
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Usul Judul
2 Proposal
3 Seminar
4 BAB I
5 BAB II
6 BAB III
7 Penelitian
8 BAB IV
9 BAB V
1 Skripsi
27
Daftar Pustaka
RajaGrafindo Persada.
Terbuka.
PGRI Palembang.
28
Sumardjo, Jakob.2000. Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
Pustaka.
Bandung:Alfabeta.
29
30