Anda di halaman 1dari 30

PROPOSAL

BENTUK PENYAJIAN TARI BEGAMBO KECAMATAN BABAT TOMAN

KABUPATEN MUSI BANYUASIN

1. Latar Belakang

Sumatera Selatan sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang luas wilayahnya,

kaya akan kesenian dan kebudayaan daerah, kesenian ini perlu mendapatkan perhatian

secara terus menerus, teratur dan terarah sesuai dengan perkembangan dan kemajuan

zaman, sehingga diharapkan dapat memperkaya kesenian dan kebudayaan Indonesia.

Kesenian daerah memiliki corak dan rgam yang berbeda. Oleh karena itu perlu terus

dibina dan dikembangkan. Untuk membina dan mengembangkan kesenian daerah perlu

adanya upaya pelestarian, terutama kesenian yang berada penuh didaerah Indonesia

Kekayaan seni tradisional Indonesia merupakan identitas dari setiap daerah karena

memiliki keaslian budaya dan sejarah. Salah satu unsur dari kesenian adalah seni tari

tradisional. Setiap daerah memiliki hasil kebudayaan berupa tari tradisional. Seni tari

tradisional menduduki fungsi dan nilai-nilai yang melambangkan atau menyimbolkan

suatu maksud tertentu dari suatu daerah.

Kebudayaan merupakan segala daya aktivitas manusia untuk mengelolah dan

mengubah alam (widagdho, dkk, 2010:18). Menurut R.linto ( dalam widagdho, dkk,

2010:19). Kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku dan hasil laku, yang

unsur-unsur pembentukannya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat

tertentu. Kebudayan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia untuk memenuhi kehidupannya dengan cara belajar (widagdho, dkk, 2010:21).

Dapat disimpulkan Pengertian kebudayaan adalah tingkah laku aktivitas manusia untuk

1
mengelolah dan mengubah alam serta diteruskan oleh anggota masyarakat untuk

memenuhi kehidupannya.

Seni adalah perwujudan kekaguman dan sekaligus penghargaan manusia

terhadap keindahan dan nilai-nilai yang di temuinya dalam kehidupan (widagdho, dkk,

2010:7). Isi jiwa seniman yang terdiri dari perasaan pikiran dan gagasan memberikan

kesatuan nilai-nilai melalui bentuknya (Sumardjo, 2000:47). Menurut Thomas Munro

(dalam Sartono, 2008:3) Seni adalah alat buatan manusia (penggubah) untuk

menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain(penerima) yang melihatnya. Efek-

efek tersebut mencakup segala tanggapan yang berwujud pengamatan, pengenalan,

imajinasi yang rasional. Jadi seni merupakan kebudayaan yang tumbuh, hasi curahan

batin berupa penjabatan dari ide, renungan,perasaan, atau pengalaman seniman. Dapat

disimpulkan bahwa seni adalah keterampilan isi jiwa seniman dari perasaan pemikiran

dan gagasan memberikan kesatuan nilai-nilai curahan batin berupa penjabatan dari ide,

renungan, perasaan, atau pengalaman seniman mencakup segala tanggapan yang

berwujud pengamatan, pengenalan, imajinasi yang rasional.

Menurut Schopenhauer dalam (Sartono, 2008:2). Mengatakan seni adalah suatu

usaha untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Meskipun musik adalah

seni yang paling abstrak, tapi tiap orang menyukainya. Melalui karya seni masyarakat

berupaya mengekspresikan pemahaman, pengalaman, dan imajinasinya.. Secara umum

kesenian dapat dibedakan menjadi 3 yaitu seni rupa, seni musik dan seni tari. Seni

merupakan hasil karya imajinasi yang dislurkan melalui indera serta mempunyai nilai

keindahan tertentu, secara umum kesenian dapat dibedakan menjadi tiga yaitu seni

rupa,seni musik dan seni tari yang dapat dilihat, didengar, dan dirasa oleh indera itu

sendiri.

2
Tari adalah sebagai bentuk kebudayaan merupakan bagian yang mendasar

\dalam pola hidup dan prilaku manusia (Rochayati, 2015:12). Tari adalah gerak tubuh

secara berirama yang dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan,

mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran (Aminudin, 2009:7). Berbagai definisi

tari tersebut dapat disimpulkan bahwa tari merupakan aspek komposisi tercipta suatu

karya yang unsur utamanya gerak dan ekspresi yang mendasar dalam pola hidup serta

prilaku manusia dilakukan ditempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan dan

perasaan.

Seni tari di kabupaten Musi Banyuasin berkembang sangat pesat, salah satunya

kecamatan babat toman, terdapat kesenian Tari Begambo karena kabupaten Musi

Banyuasin sendiri memiliki banyak hasil kebudayaan berupa tari-tarian. Menurut Bapak

Nazar (Hasil wawancara pada tanggal 1 maret 2017 jam 15.00 WIB) menjelaskan Desa

Toman berada di Wilayah Kecamatan Babat Toman Musi Banyuasin. Pada zaman

dahulu ada orang datangan dari Padang, Jawa, dan Palembang ke Musi Banyuasin lalu

membentuk perdesaan dengan menebas hutan yang rimba dan terbentuklah suatu

perkampungan untuk orang-orang tinggal. Dengan mata pencarian terdiri dari karet,

rotan, minyak, sawah dan berkebun tetapi yang lebih produktif yaitu gambir baik terdiri

daun gambir maupun getah gambir yang sampai saat ini getah gambir sudah

kemancanegara untuk obat tradisional dan membatik.

Dengan demikian terciptalah sebuah tarian yaitu tari Begambo, yang sampai saat

ini seniman Babat Toman tidak tahu siapa hak cipta dari tari ini, Tapi berkat Bapak

Nazar, Ibu Siti Hawa seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang

menjadi tari hiburan ditampilkan pada saat perpisahan sekolah, penyambut Bupati,

festival-festival, dan acara-acara yang ada didesa toman Kecamatan Babat Toman. Tari

3
Begambo ini ditarikan oleh para remaja putri. Tari Begambo ini menceritakan aktifitas

para petani yang menanam, merumput, dan memanen daun gambir dikebun yang

menceritakan aktifitas rakyat.

Berdasarkan Uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian

untuk mendapatkan informasi sebagai rasa tanggung Jawab dan kepribadian serta

kecintaan peneliti terhadap perkembangan tari rakyat khususnya tari begambo yang ada.

Peneliti mengangkat judul Bentuk Penyajian Tari Begambo Kecamatan Babat

Toman Kabupaten Musi Banyuasin.

2. Fokus dan SubFokus Penelitian

Untuk Mempermudah Penulis Dalam Menganalisis Hasil Penelitian, Maka

Penelitian Ini Menetapkan Fokus Penelitian Pada Bentuk Penyajian Tari Begambo di

Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Dalam penelitian bertujuan agar

tidak meluasnya pokok permasalahan yang akan diteliti mengingat luasnya

permasalahan yang berkaitan sehingga tidak menimbulkan salah penafsiran bagi

pembaca.

3. Rumusan Masalah

Masalah adalah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang harus ada dengan

kenyataan yang ada (Margono, 2009:1). Berdasarkan uraian diatas dan melibat kembali

pada latar belakang penelitian, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Begambo Di Kecamatan Babat Toman Kabupaten

Musi Banyuasin ?

4. Tujuan Penelitian

4
Tujuan penelitian ini berkaitan dengan usaha pemecahan masalah. Tujuan yang

ingin dicapai dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah untuk menjelaskan

Bentuk Penyajian Tari Begambo kedalam bentuk penjabaran dan membagi pengalaman

estetis kepada pembaca terhadap hasil dari penelitian.

5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian Bentuk Penyajian Tari Begambo Di Kecamatan Babat Toman

Kabupaten Musi Banyuasin Terbagi dua yaitu manfaat secara teoritis dan secara

praktis seperti yang dipaparkan sebagai berikut ini :

1) Manfaat Teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi serta

menambah literatur dan meningkatkan perkembangan pengetahuan seni tari bagi

Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik(Sendratasik). Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Universitas Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI) Palembang. Serta Bagi pembaca, dapat dijadikan salah satu

bahan acuan dalam melakukan peneliian yang sejenis dengan penelitian ini, agar

dapat melakukan penelitian yang lebih baik lagi

2) Manfaat Praktis dari penelitian bagi penulis kiranya bermanfaat untuk mengetahui

tentang Tari Begambo di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin

dan dapat memberikan pengetahuan baru serta mampu mengaplikasikan ilmu

yang telah didapat selama menempuh perkuliahan di Jurusan Pendidikan Kesenian

Program Studi Sendratasik, serta dapat membangkitkan keinginan untuk terus

melestarikan kesenian tradisional dibidang tari-tarian yang ada di Sumatera

Selatan Khususnya Tari tradisi Begambo. Dan bagi Program Studi Sendratasik

penulis ini diharapkan sebagai sumber ilmiah dan kajian dunia akademik,

khususnya dilembaga pendidikan seni sehingga materi pembelajaran seni budaya

5
dan muatan local kesenian daerah yang dapat diajarkan kepada peserta didik

dalam kegiatan belajar-mengajar dikelas, baik keinginan intrakurikuler maupun

kegiatan ekstrakurikuler.

6. LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

Landasan Teori merupakan salah satu upaya untuk meninjau sejauh mana peneliti

memahami suatu yang berkaitan dengan tari Begambo yang masih berfungsi dalam

kehidupan sosial budaya masyarakat, khususnya tari-tarian yang ada di daerah

Kabupaten Musi Banyuasin. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi tumpang tindih dengan

peniliti yang akan penulis lakukan, sekaligus untuk menentukan perbedaan kajian

dengan penelitian yang akan dilakukan.

Dari sisi lain landasan teori merupakan langkah awal untuk menentukan penelitian

ini serta berupaya untuk mencari teori-teori yang relavan dengan kajian yang hendak

dibahas dalam tulisan ini sesuai dengan masalah yang dirumuskan. Tinjauan pustaka ini

akan dilakukan untuk mencari buku-buku sumber sebagai referensi yang akan dijadikan

sebagai kajian teori, baik dari tulisan dan hasil penelitian yang terdahulu yang dianggap

relavan dengan masalah yang akan dibahas dalam pertemuan ini.

1) Seni

Menurut Sumardjo (2010:10) seni adalah dunia medium antara materialisme dunia

dan kerohaniah yang kekal. Seni adalah sesuatu yang memuat hal-hal yang

transendental, sesuatu yang tak kita kenal sebelumnya, dan kita kenal lewat karya

seorang seniman.

Seni mempunyai nilainya sebagai penikmat, yang terwujud sebagai pengalaman

yang berisi pembayangan (imaji) dan penjadian (proses). Suatu olah seni patut disebut

6
seni apabila ia mampu memberi kebahagiaan, memberikan makanan kepada rasa,

melalui pengalaman tersebut. Pengalaman-pengalaman itu bisa berbeda-beda dirasakan

setiap individu (Sedyawati, 1981:58).

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa seni adalah sesuatu pengalaman yang

memuat ha-hal yang tidak kita kenal sebelumnya dan kita kenal lewat karya seorang

seniman yang memberikan rasa kebahagiaan dan pengalaman itu dirasakan berbeda bagi

setiap individu yang merasakannya.

2) Tari

Menurut Pekerti (2007:4.3) Tari adalah aspek komposisi yang di dalamnya

mencakup hal-hal yang menunjang terciptanya suatu karya tari antara lain: dari unsur

utamanya yaitu gerak serta unsur-unsur lainnya yaitu: Iringan/musik pengiringnya,

tema, rias dan busana, pagung serta penataanya.

Menurut Problem of Art (dalam Pekerti 2007:4.5) menyebutkan, bahwa tari adalah

gerak yang dibentuk secara ekspresif yang diciptakan oleh manusia untuk dapat

dinikmati dengan rasa. Menurut Sedyawati (1981:187) tari dapat diartikan sebagai

segala gerak yang berirama, atau sebagai segala gerak yang dimaksudkan untuk

menyatakan keindahan, ataupun kedua-duanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian tari adalah segala gerak

yang dibentuk secara ekspresif dan berirama yang diciptakan oleh manusia untuk

menyatakan suatu keindahan gerak sehingga dapat dinikmati dengan rasa.

3) Fungsi Seni Tari

Fungsi seni merupaka untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional seniman dan

orang lain. Menurut Pekerti (2007: 1.45 1.57) Tari mempunyai beberapa fungsi yaitu :

1. Tari sebagai sarana upacara

7
Tari yang berfungsi sebagai sarana dalam upacara disebut tari upacara, baik

upacara keagaaman atau upacara adat. Tapi upacara merupakan media persembahan

dan pemujaan terhadap kekuasaan yang lebih tinggi. Maksud dari upacara yaitu

untuk mendapat perlindungan, kesehatan, dan kebahagian bagi masyarakat. Di

Indonesia tari upacara diadakan diantaranya di daerah Bali, Papua, dan lainnya. Di

Bali hampir semua upacara keagamaan dipenuhi oleh tari-tarian.

2. Tari untuk hiburan

Fungsi tari yang kedua adalah sebagai hiburan. Tari hiburan ini bersifat ringan,

ditata secara longgar atau bebas (tidak pakem). Bagi penarinya, tari ini sekedar

menyalurkan kesenangan. Tari ini digelar sebagai pelengkap meramaikan sebuah

acara. Tari gembira dan tari pergaulan termasuk dalam golongan tari hiburan.

Contohnya:

1. Tari Cepat-cepit dari Banyumas, Jawa Tengah.

2. Tari Serampang Dua Belas dari Sumatera Barat.

3. Tari Yosim dari Sarmi, Irian Jaya.

4. Tari Gale-gale dari Biak, Irian Jaya.

3. Tari untuk Tontonan atau Pertunjukkan

Fungsi ketiga, tari sebagai tontonan atau pertunjukan (performing art).

Seni pertunjukan ini disebut juga teatrikal. Seni jenis ini lebih menekankan segi

estetisnya.

4. Tari Sebagai Media Pendidikan

Fungsi keempat tari sebgaai media pendidikan. Pendidikan seni

bertujuan mengembangkan kemampuan kecerdasan, selain itu tujuan pendidikan

diantaranya adalah membentuk manusia seutuhnya yang selaras dan seimbang

8
bagi perkembangan fungsi jasmani dan rohani. Lewat pendidikan seni, sekolah

turut menciptakan warga negara yang kreatif, produktif, berkepribadian mantap,

menyatu dengan lingkungannya dan beriman.

Seni melatih gerak-gerak fisik, baik gerak kasar (motor kasar) maupun

gerak halus (motor halus). Di samping itu seni tari melatih gerak mengalir dan

gerak lentur; gerak lambat dan gerak cekatan. Pendidikan seni tari mempunyai

nilai bagi pembentukan sikap dan perilaku yang berkenaan dengan tubuh

(ragawi).

Pendidikan seni tari juga mempunyai nilai-nilai bagi pembentukan

kepribadian dengan membawakan dan menyimak tari-tari yang menggambarkan

watak tertentu dan tari yang mengandung pesan tertentu, maka ulah pemikiran

anak diharapkan dapat menyerap makna dan pesan yang disampaikan lewat tari

tersebut. Melalui tari baik anak maupun guru akan makin akrab dan menyatu

dengan lingkungannya serta dekat dengan Yang Maha Pencipta. Tidak dapat di

sangkal bahwa sikap disiplin, percaya diri dan keteguhan jiwa anak dapat

terbentuk melalui tari. Dengan demikian teriring juga rasa bangga sebagai warga

negara Indonesia yang berbudaya tinggi. Mudah-mudahan Anda makin merasa

yakin betapa pentingnya penidikan seni dan khusunya tari di sekolah.

5. Jenis Tari

Menurut M. Jazuli ( dalam Pekerti, 2007:1.43-1.44) bentuk gerak yang

indah dari dan lahir dari tubuh yang bergerak berirama dan berjiwa sesuai

dengan maksud dan tujuan gerak tersebut.

a. Berdasarkan Bentuk geraknya

Menurut Pekerti (2007:1.43-1.44) berdasarkan bentuk geraknya tari

9
dikelompokan menjadi:

1. Tari Representasional

Tari representasional yang menggambarkan sesuatu dengan jelas dan

mudah dimengerti. Di sini penari menggunakan gerak-gerak wantah yang

telah distilir.

Contohnya : Tari begambo dari Sumatera selatan yang melukis kegiatan

seorang petani. Contoh lain adalah Tari Timba Laour dari Maluku, tari ini

menggambarkan kegiatan nelayan secara gambling. Bahkan mereka, para

nelayan kecuali mengenakan pakaian nelayan juga membawa seser (alat

penangkap ikan).

2. Tari non-representasional

Tari non-representasional adalah tari yang menggambarkan sesuatu

menekankan pada gerak semata Seperti: Tari Saman dari Aceh dan Tari

Ganrang Bulo dari Sulawesi Selatan.

b. Berdasarkan Cara atau Pola Garapan

Menurut Pekerti (2007:1.48-1.50) berdasarkan pola garapannya tari

dapat dikelompokkanmenjadi tari tradisional dan tari kreasi baru.

1. Tari Tradisional

Tari tradisional adalah tari yang paling tua. Tari ini telah melewati

perjalanan sejarah yang cukup panjang. Tari ini bertumpu dan berpijak kuat

pada tradisi suatu bangsa, suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu.

Tari tradisional dapat digolongkan menjadi tari rakyat dan tari klasik.,

seluruhnya berpijak dan berpedoman kuat pada adat kebiasaan turun-

temurun yang tumbuh, hidup dan dianut serta berkembang pada suatu

10
kelompok masyarakat tertentu oleh masyarakat pemilik tari tersebut.

Karena sifatnya yang tradisional, maka tari ini baik bergerak maupun

perlengkapannya bersifat pakem atau tetap, tidak dapat diubah. Tari ini

mengandung ciri tradisional kerakyatan ini biasanya ditarikan dalam

kelompok.

Pada masa feodal, rakyat terdiri atas dua golongan yakni: kelompok

bangsawan dan kelompok rakyat. Keduanya mempunyai kehidupan sosial

yang berbeda. Garapan tari yang tumbuh di kalangan bangsawan

mempunyai nilai seni lebih tinggi dan matang, sementara tari yang tumbuh

di kalangan rakyat, lebih menonjolkan harapan dan keinginan rakyat atau

orang banyak. Kelompok jenis tari tradisional lain adalah tari klasik. Kata

klasik berasal dari bahasa Latin, Classici sebuah nama golongan masyarakat

terttinggi pada jaman Romawi Kuno. Aulus Gellius menggunakan istilah

classici untuk menyebut karya-karya penulis Romawi yang baik. Ciri khas

tari klasik adalah memiliki nilai artistik atau nilai seni yang tinggi. Seni

dikatakan bernilai artistik tinggi jika pelaku seni maupun pengamatnya

menikmati keindahan yang tinggi terhadap karya seni yang dihidangkan.

Rasa ini tidak dibangkitkan oleh gerak tarinya saja, tetapi juga oleh tata

busana dan iringan musiknya.

Disimak dari asal-usulnya, sebuah tari dapat dikatakan klasik maupun

tetap bersifat tradisional, asal mempunyai nilai kesungguhan dan memiliki

daya pikat yang tinggi karena keindahannya. Tari klasik timbul, hidup dan

berkembang di kalangan istana.

2. Tari Kreasi Baru

11
Tari Kreasi tidak ditata berdasarkan tradisi. M. Jazuli membedakan

antara tari kreasi dan modern (modo = baru) dan tari kontemporer ( = saat

ini).

Tari kreasi ditata berdasarkan pola tarinya yang sudah ada . seperti tari

yang diciptakan oleh seniman-seniman. Bagong Kusudiharjo (Jawa

Tengah), J.Mario (Bali), dan Tjetje Sumantri (Jawa Barat). Tari kreasi

mereka adakah Olehg Tambulilingan (Bali), Koransih (Jawa Tengah) dan

tari Kipas (Sumatera). Pada penciptaan tari ini digunakan unsur gerak dasar

tari yang telah ada.

Sedangkan tari modern bersifat bebas dalam pengungkapannya. Baik

penata tari maupun penarinya bebas berekspresi. Cita rasa geraklah yang

mendasari selutuh gerak tari. Walaupun demikian sentuhan warna tari

tradisional dapat dipergunakan, seperti yang dijumpai pada tari modern di

Indonesia. Hal ini mungkin terjadi karena Indonesia sangat kaya dengan

seni tradisionalnya, telah menjiwai para senimannya. Warna tradisional

mungkin tidak Nampak tajam pada tari kreasi ini.

Adapun tari kontemporer, yang berarti tari saat ini adalah sejenis tari

kreasi yang sifatnya lebih sesaat muncul berkembang pada masa kini.

Biasanya tari ini terlepas dari pola-pola tradisional. Contoh: Tari Ciptaan

Boy G. Sakti.

c. Berdasarkan Bentuk Koreografi

Menurut Pekerti (2007:1.50-1.53) kata koreografi berasal dari bahasa

Yunani, choros (tarian bersama) dan grapho (=tulisan atau catatan). Jadi

koreografi berarti pengetahuan penyusunan tari dan hasil susunannya. Di

12
dalamnya termasuk pula pengertian tentang bentuk serta gaya tari. Bila kita

merancang menyusun tari, kita menentukan pula jumlah penari dan bentuk

tariannya. Menurut bentuknya tari di bedakan antara tari tunggal, tari

berpasangan dan tari kelompok. Pembagaian ini tentu berdasar pada jumlah

penarinya.

1. Tari Tunggal

Tari tunggal, sesuai namanya adalah tari yang dibawakan seorang penari,

Tari merak Jawa tengah, tari topeng kelana Jawa tengah, tari panji semirang bali,

biasanya ditarikan oleh satu orang, walaupun demikian tidak berarti bahwa tari

ini tidak bisa digelar oleh lebih dari satu orang. Hal yang menarik pula ialah

bahwa tari yang ditarikan satu orang tersebut mengandung cerita penuh yang

kadang-kadang panjang.

2. Tari Pasangan

Tari pasangan adalah tarian yang dilakukan oleh sepasang penari. Antara

penari satu dengan yang lainnya saling bertautan dan saling merespon, bisa

campuran laki-laki dan perempuan. Dapat jua ditarikan lebih dari sepasang

penari, misalnya dua pasang, tiga pasang dan seterusnya. Contohnya tari

Bambangan Cakil dari Jawa Tengah, tari Oleg Tambulilin dan Bali, tari Gale-

gale atau Yosim dan Irian Jaya.

3. Tari Kelompok

Tari Kelompok adalah tarian yang dilakukan sejumlah orang. Tarian

kelompok dengan jumlah besar penari, disebut tari missal. Tari missal ini berasal

dari tari tunggal yang ditarikan sejumlah orang, tari Golek dari Jawa Tengah

misalnya. Ada pula tari missal yang mengikat satu penari dengan lainnya. Tari

13
seperti ini antara lain yakni: Tari Saman dari Sumatera, tari Kipas dari Korea

Selatan. Tari Kipas dari Korea ini harus menggelar formasi sedemikian rupa

sehingga kipas-kipas mereka dapat membentuk setangkai bunga besar yang amat

indah. Tari yang di sajikan. Pada peristiwaa-peristiwa besar seperti pembukaan

(Pekan Olahraga Nasinal) pembukaan Pekan Raya, pembukaan Olimpiade,

sering disajikan secara missal.

6. Bentuk Penyajian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bentuk adalah gambaran, rupa atau wujud

yang ditampilkan (tampak). Bentuk (form) adalah totalitas dari karya seni. Bentuk

merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung

karya (Dharsono, 2007:33). Bentuk kaitannya dengan seni merupakan suatu perwujudan

dan emosi dari sebuah karya seni yang disebut ekspresi bentuk yang di ungkapkan

oleh manusia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1203), penyajian adalah

pengaturan penampilan sebuah pertunjukan yang sungguh memuaskan penonton.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk penyajian adalah suatu

penggambaran atau perwujudan yang ditampilkan secara totalitas dari sebuah

pertunjukan karya seni dalam satu kesatuan yang mempunyai unsur-unsur

pendukungnya dalam memuaskan penonton. Dengan demikian, dalam penelitian ini

akan diuraikan bentuk penyajian Tari Begambo Kecamatan Babat Toman Kabupaten

Musi Banyuasin yang meliputi sebagai berikut:

a) Tema

Tema adalah pokok yang menjadi sumber dari apa yang ingin disampaikan/makna

yang terkait dalam sebuah karya. Tema dapat diambil dari kejadian sehari-hari,

pengalamn hidup, cerita rakyat dan sebagiannya. Tema juga disesuaikan dengan katya

14
akan dibuat dalam penulisan. Dalam judul karya ini Bentuk Penyajian Tari Begambo

di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin ini yang temanya Berkebun.

Sehingga terciptalah Tari Begambo di desa Babat Toman, lalu terciptalah suatu gerak

yang melambangkan beraktifitas rakyat yang di kebun dengan gerak merumput,

memetik daun gambir, menumbuk, memeras daun gambir sehingga menghasilkan getah

gambir.

b) Gerak

Gerak merupakan gerakan yang indah di dalam tari bukanlah gerak keseharian,

melainkan gerak yang telah mengalami perubahan menjadi gerak yang indah. Yang

dimaksud dengan gerak yang indah adalah gerak keseharian yang telah distilir atau

didistorsi. Hal ini disebut juga dengan gerak yang telah diberi sentuhan seni akan

menghasilkan gerak tari yang indah (Pekerti, 2007:4.9).

Dalam gerak tari terkandung dua jenis, yaitu gerak maknawi dan gerak murni.

Gerak maknawi mempunyai maksud sedangkan gerak murni tidak mempunyai maksud.

Dengan demikian Tari Begambo ini termaksud dalam jenis gerak maknawi karena

menggambarkan aktifitas masyarakat Desa Babat Toman berkebun gambir. Maka dalam

Tari Begambo ini menggunakan gerak maknawi.

c) Tata Rias

Tata rias adalah cara menandani, merawat tubuh yang memperhatikan

kecantikan dengan menggunakan bahan-bahan kosmetik (hera,2013:10). Pada tata rias

Tari Begambo ini menggunakan tata rias yang biasa-biasa saja. Karena tari ini

mencerminkan para masyarakat yang sedang berkebun gambir.

d) Tata Busana

15
Tata Busana adalah Busana dalam tari sebaiknya bukan hanya sekedar untuk

menutup tubuh semata, melainkan harus mendukung tema dan isi dari tarian, suasana

tempat menari (Pekerti, 2007:4.33).

Dalam tata busana Tari Begambo ini adalah memberikan kesan kepada

penonton, bahwa ada hubungan antara peran yang satu dengan peran yang lainnya agar

memperkuat dalam karekter tarian itu sendiri. Busana yang dipakai oleh penari Tari

Begambo ini baju kebayak lama, kain pendek selutut, dan diatas kepalanya memakai

kain selendang yang dibentuk.

e) Musik / Iringan Tari

Musik adalah Apabila elemen dasar dari tari adalah gerak, maka elemen dasar dari

musik adalah bunyi. Musik dan tari merupakan pasangan yang tidak dapat dipisahkan,

karena sejak zaman prasejarah sampai sekarang orang selalu menyebutkan bahwa, di

mana ada tari di sana pasti ada musik (Pekerti, 2007:4.28-4.29)

Dalam Tari Begambo pada zaman dahulu ini memakai alat musik seperti orgen

tunggal. Sedangkan zaman sekarang musiknya itu menggunakan kaset

(Nazar,Februari2017).

f) Tempat Pentas

Menurut pekerti (2007:4.33-4.46) dalam suatu pertunjukan apa pun bentuknya,

selalu memerlukan tempat untuk menyelenggarakan pertunjukan. Tempat pertunjukan

dapat dibedakan menjadi dua, yaitu tempat terbuka dan tertutup. Tempat terbuka

misalnya di halaman, Pendopo (bangunan khas Jawa), lapangan dan sebagainya.

Sedangkan di tempat tertutup adalah tempat pertunjukan yang ada di dalam gedung,

misalnya di aula, proscenium stage (pentas proscenium dan sebagainya).

16
Dalam Tari Begambo ini tari ini di tampilkan pada saat penyambutan tamu yang

datang ke desa maka dari itu tari ini di pentaskan di gedung balai desa dan acara di

kampong Babat Toman.

B. Kajian Terdahulu yang Relavan

Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dengan penelitian yang relavan

terhadap proses penciptaan tari, seperti yang dilakukan oleh Rahil (2015) yang meneliti

tentang Proses Penyajian Tari Burung Putih Karya M.Nasir yang menjelaskan tentang

Proses Penyajian Tari Burung Putih dan peneliti juga membandingkan dengan peneliti

yang relavan yang dilakukan oleh ayu (2016) tentang Bentuk Penyajian Tari Mantang

Parah di kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Kedua kajian yang

relawan tersebut penulis menyimpulkan adanya perbedaan objek yang diteliti, yang

mana pada penelitian Rahil menjelaskan tentang Tari Burung Putih Kemudian yang

kedua dalam Ayu yang meneliti tentang Tari Mantang Parah sedangkan peneliti

membahas objek peneliti Tari Begambo.

Berdasarkan kedua kajian yang terdahulu yang relavan ini dapat disimpulkan adanya

persamaan pada objek penelitian dan persamaan pada metedo penilitian yang

digunakan. Dengan Demikian, bahan-bahan kajian terdahulu yang relavan ini sangat

membantu peneliti untuk membahas lebih lanjut mengenai Bentuk Penyajian Tari.

C. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaiman ateori hubungan

dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai maslaah yang penting

(Sugiyono, 2009:60). Dalam uraian diatas kerangka berpikir Tari begambo ini, merupa

kan tari yang terdapat didesa Babat Toman, tari Begambo ini dahulunya adalah tari

17
yang diambil dari masyarakat penghasilan gambir, dan tari ini sampai sekarang tetap

ada dikalangan masyarakat desa Babat Toman, Tapi berkat Bapak Nazar, Ibu Siti Hawa

seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang menjadi tari hiburan

untuk masyarakat Babat Toman dan tari Begambo ini diajarkan di SMP N 1 Babat

Toman tempat Ibu Siti Hawa mengajar. Anak-anak murid Ibu Siti Hawa sangat antusias

mengikuti latian menari dan ekspresikan diri dalam berlatih tari Begambo di desa Babat

Toman.

Dalam penelitian ini membahas Deskripsi Tari Begambo di desa Babat Toman, Agar

lebih mudah memahami kerangka konsep penelitian, Maka dapat dilihat pada bagan

kerangka konsep sebagai berikut :

Budaya Kabupaten
Musi Banyuasin

Seniman Tari Begambo Penikmat

Bentuk Penyajian Tari


Begambo

Gerak Rias Busana Properti Pola Lantai

18
Kerangka Berpikir Bentuk Penyajian Tari Begambo

A. Kajian Terdahulu yang Relavan

Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan dengan penelitian yang relavan

terhadap proses penciptaan tari, seperti yang dilakukan oleh Rahil (2015) yang meneliti

tentang Proses Penyajian Tari Burung Putih Karya M.Nasir yang menjelaskan tentang

Proses Penyajian Tari Burung Putih dan peneliti juga membandingkan dengan peneliti

yang relavan yang dilakukan oleh ayu (2016) tentang Bentuk Penyajian Tari Mantang

Parah di kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Kedua kajian yang

relawan tersebut penulis menyimpulkan adanya perbedaan objek yang diteliti, yang

mana pada penelitian Rahil menjelaskan tentang Tari Burung Putih Kemudian yang

kedua dalam Ayu yang meneliti tentang Tari Mantang Parah sedangkan peneliti

membahas objek peneliti Tari Begambo.

Berdasarkan kedua kajian yang terdahulu yang relavan ini dapat disimpulkan adanya

persamaan pada objek penelitian dan persamaan pada metedo penilitian yang

digunakan. Dengan Demikian, bahan-bahan kajian terdahulu yang relavan ini sangat

membantu peneliti untuk membahas lebih lanjut mengenai Bentuk Penyajian Tari.

19
B. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaiman ateori hubungan

dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai maslaah yang penting

(Sugiyono, 2009:60). Dalam uraian diatas kerangka berpikir Tari begambo ini, merupa

kan tari yang terdapat didesa Babat Toman, tari Begambo ini dahulunya adalah tari

yang diambil dari masyarakat penghasilan gambir, dan tari ini sampai sekarang tetap

ada dikalangan masyarakat desa Babat Toman, Tapi berkat Bapak Nazar, Ibu Siti Hawa

seniman Babat Toman lah sampai sekarang tari ini berkembang menjadi tari hiburan

untuk masyarakat Babat Toman dan tari Begambo ini diajarkan di SMP N 1 Babat

Toman tempat Ibu Siti Hawa mengajar. Anak-anak murid Ibu Siti Hawa sangat antusias

mengikuti latian menari dan ekspresikan diri dalam berlatih tari Begambo di desa Babat

Toman.

Dalam penelitian ini membahas Deskripsi Tari Begambo di desa Babat Toman, Agar

lebih mudah memahami kerangka konsep penelitian, Maka dapat dilihat pada bagan

kerangka konsep sebagai berikut :

Budaya Kabupaten
Musi Banyuasin

Seniman Karya Seni Penikmat

Tari Begambo

Bentuk Penyajian Tari


Begambo

20

Gerak Rias Busana Properti Pola Lantai


Kerangka Berpikir Bentuk Penyajian Tari Begambo

7. Metodelogi Penelitian

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat adalah dimana sebenarnya penelitian dilakukan sedangkan waktu penelitian

adalah kapan saat penelitian dilakukan (Sugiyono,2008:145). Dari uraian diatas

penelitian ini di lakukan di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin,

lokasi penelitian ini didasarkan pada saat peneliti sedang pulang ke desanya Sugiwaras

Kecamatan Babat Toman, pada saat di sana peneliti bertanya kepada seniman disana

mengenai tari yang ada di kampong halamannya, sehingga peneliti tertarik untuk

melestarikan lagi mengenai bentuk penyajian Tari Begambo yang ada di Kecamatan

Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin tersebut. Waktu penelitian ini dilakukan

pada bulan Februari 2017 di Desa Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin selama satu

minggu dan survei langsung serta mewawancarai seniman dan masyarakat yang ada di

desa Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin.

21
B. Objek dan Informan Penelitian

Objek penelitian adalah bahan utama yang akan diteliti, Peneliti ini adalah Tari

Begambo Di Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Objek penelitian

ini mencakup bentuk penyajian Tari Begambo, Seniman tari serta tokoh-tokoh yang

terkait dengan bentuk penyajian Tari Begambo.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian kualitatif, dalam Sugiyono (

Dalam Nasution, 1988:5) Penelitian kualitatif adalah untuk menemukan model

alternatif pada hakekatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya,

berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang

dunia sekitarnya. Uraian tentang pengertian metode penelitian diatas, maka data yang

diperoleh bermakna sehingga tujuan penelitian dapat tercapai. Dengan metode kualitatif

Tari Begambo ini yang mana pada hasil akhirya nanti akan dipaparkan dalam hasil

penelitian tentang bentuk penyajian Tari Begambo Di Kecamatan Babat Toman

Kabupaten Musi Banyuasin dan memperoleh data-data yang lengkap dan mendalam.

D. Data dan Sumber Data

Sumber dan teknik pengumpulan data dalam penelitian disesuaikan dengan

fokus dan tujuan penelitian (Sugiyono, 2008:181). Dari pendapat tersebut sumber data

yang diperoleh oleh peneliti dari seniman Babat Toman ibu Siti Hawa dan bapak Nazar,

Masyarakat Babat Toman, Guru Smp Negeri 1 Babat Toman, siswa SMP Negeri 1

Babat Toman

22
E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Teknik Observasi

Teknik observasi adalah sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Margono, 2009:158). Dari pendapat

tersebut bahwa observasi merupakan survei ketempat yang diteliti. Dalam penelitian ini,

peneliti melakukan observasi langsung ke Babat Toman Musi Banyuasin dari tanggal 1

maret sampai 5 maret mulai dari observasi ke seniman daerah, guru, dan lingkungan

masyarat setempat.

2. Teknik Komunikasi

Teknik komunikasi adalah cara mengumpulkan data melalui kontak atau hubungan

pribadi antara pengumpul data dengan sumber data (Margono, 2009:165). Dari pendapat

tersebut peneliti akan memperoleh data dengan lewat komunikasi secara langsung

menggunakan seniman tari atau tokoh yang terkait dengan Tari Begambo di Kecamatan

Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin.

3.Teknik Wawancara

Teknik Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interview) yang mengajukan pertanyaan

23
dari wawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Margono,

2009:165). Teknik wawancara ini di ajukan kepada Bapak Nasar selaku seniman tari

yang terkait dengan Tari Begambo Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasi.

F.Teknik Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemerikasaan pelaksaan

atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif. (Sugiyono, 2009:270).

Adapun teknik pemeriksaan keabsahan data yang akan dilakukan adalah:

1) Perpanjangan pengamatan

Dalam kutipan (Susan Stainback,1988) Perpanjangan pengamatan ini bearti

hubungan peneliti dengan nara sumber akan semakin terbentuk, semakin akrab,

semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang

disembunyikan lagi. Dari uraian diatas penulis tidak hanya mengadakan

pengamatan terus- menerus tetapi juga melakukan wawancara secara intensif

2) Meningkatkan Ketekunan

Meningkatkan ketekunan berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan

berkesinambungan. Dengan cara tersebut maka kepastian data dan urutan

peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis (Sugiyono, 2009:272).

Dari uraian diatas penulis melakukan pengecekan kembali dari data yang di

peroleh pada saat observasi, Maka dari itu peneliti harus melakukan pengamatan

24
terus-menerus dengan membaca berbagai referensi tentang bentuk penyajian

tari.

3) Triangulasi

Triangulasi dalam penguji kredibiltas ini diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu (Sugiyono,

2009:272). Dari uraian di atas peneliti mendapatkan sumber informasi mengenai

tari begambo dari seniman di Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin, setelah

mewawancarai seniman peneliti melakukan observasi langsung melihat gadis di

Kecamatan Babat Toman sedang latihan Tari Begambo.

4) Menggunakan bahan referensi

Menggunakan bahan referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti (Sugiyono, 2009:275). Dari uraian di

atas peneliti menggunakan bahan referensi untuk mendukung serta membuktikan

data yang ditemukan oleh peneliti menggunakan alat perekam, camera sehingga

data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi dengan foto-foto atau

dokumentasi sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

G.Teknik Analisis Data

1. Analisis sebelum dilapangan

Analisis sebelum dilapangan adalah melakukan analisis data sebelum

peneliti memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan

atau data sekunder yang digunakan untuk fokus penelitian (Sugiyono,

2009:245). Dalam uraian diatas sebelum peneliti melakukan survei langsung

lokasi yang berada tidak jauh dari daerah desa tempat peneliti tinggal, maka

25
dari itu peneliti hanya mendapat informasi bahwa di Desa Babat Toman

mempunyai Tari Begambo.

2. Analisi data dilapangan

Analisis data dilapangan adalah analisis dilakukan saat pengumpulan data

berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu

(Sugiyono, 2009:246). Dari uraian diatas peneliti sudah melakukan analisis

data dilapangan dengan mewawancarai seniman di Babat Toman, namun

dari wawancara yang telah dilakukan, bila jawaban yang diwawancarai

terasa belum lengkap, maka peneliti akan melakukan melanjutkan

wawancara selanjutnya.

3.Analisis data selama di lapangan

Analisis data dilapangan adalah setelah memasuki lapangan, dimulai

dengan menetapkan seseorang informan yang beribawa dan kunci yang

merupakan dapat dipercaya (Sugiyono, 2009:253). Dari uraian diatas maka

analisis data dilapangan setelah peneliti melakukan survei dan wawancara

ke seniman daerah yang penulis teliti langsung di Kecamatan Babat Toman

Kabupaten Musi Banyuasin serta melihat langsung bentuk Tari Begambo

lalu mencatat semua informasi yang di dapat untuk melengkapi data yang

penulis sedang teliti tersebut.

H. Kriteria Penguji Hipotesis

Kriteria penguji hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan

masalah penelitian yang diajukan (Sugiyono, 2009:284). Dari uraian di atas rumusan

masalah peneliti adalah Bagaimana Bentuk Penyajian Tari Begambo Di Kecamatan

26
Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin. Tari ini dahulunya adalah tari yang diambil

dari masyarakat penghasil daun gambir. Tarian ini ditarikan pada saat penyambutan

tamu pada acara pernikahan. Dari kerangka berpikir tersebut Tari Begambo ini

mempunyai gerak, rias, busana, properti dan pola lantai yang menjadi ciri khas dari

daerah Kecamatan Babat Toman Kabupaten Musi Banyuasin.

I. Jadwal Kerja

Bulan / Minggu
N
Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
o
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Usul Judul

2 Proposal

3 Seminar

4 BAB I

5 BAB II

6 BAB III

7 Penelitian

8 BAB IV

9 BAB V

1 Skripsi

27
Daftar Pustaka

Sedyawati.2012.Budaya Indonesia, Kajian Arkeologi, seni, dan sejarah,Jakarta:PT

RajaGrafindo Persada.

Kartika.2009.Budaya Nusantara:Bandung:Rekayasa Sains Bandung.

Pekerti,Widia.2007.Pendidikan Seni Musik-Tari musik drama,Jakarta:Universitas

Terbuka.

Sartono.2008.Bahan Ajar Pengantar Pengetahuan Kesenian. Palembang:Universitas

PGRI Palembang.

Margono.2009.Metode Penelitian Pendidikan:Jakarta.Katalok Dalam Terbitan.

28
Sumardjo, Jakob.2000. Filsafat Seni. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Aminudin.2009.Apresiasi Karya Seni Tari Daerah Nusantara,Bandung:PT Puri

Pustaka.

Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D,

Bandung:Alfabeta.

29
30

Anda mungkin juga menyukai