Oleh
Nomi Kusuma Wardana
05111031
Aden Rizki
05111001
Luthfi Kusmanto
05111025
Naviela
05111050
Dosen
Dr.Ir.Indah Sulistyawati, MT
Ir. Yan Agustina, MT
JURUSAN TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS TRISAKTI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk
yang memiliki keanekaragaman di dalam berbagai aspek kehidupan.
Bukti nyata adanya kemajemukan di dalam masyarakat kita terlihat
dalam beragamnya kebudayaan di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri
bahwa kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa, karsa manusia yang
menjadi sumber kekayaan bagi bangsa Indonesia.
Tidak ada satu masyarakat pun yang tidak memiliki kebudayaan.
Begitu pula sebaliknya tidak akan ada kebudayaan tanpa adanya
masyarakat. Ini berarti begitu besar kaitan antara kebudayaan dengan
masyarakat. Kebiasaan masyarakat yang berbeda-beda di karenakan
setiap masyarakat / suku memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda
dengan suku liannya.
Masyarakat Batak, adalah salah satu masyarakat Indonesia yang
berada di kawasan Sumatra. Setiap masyarakat pastilah memiliki
kebudayaan yang berbeda dengan masyarakat lainnya yang menjadi
penanda keberadaan suatu masyarakat / suku. Begitu juga dengan
masyarakat Batak yang memiliki karekteristik kebudayaan yang
berbeda.
Keunikan
kebudayaan
kharakteristik
yang
mereka
suku
miliki
Batak
baik
dari
ini
tercermin
segi
agama,
dari
mata
iii.
iv.
v.
II.
III.
IV.
V.
BAB II
PEMBAHASAN
A. IDENTIFIKASI
Suku / masyarakat Batak hidup di kawasan Sumatra Utara.
Sebagian masyarakat yang tinggal di daerah ini adalah masyarakat
Batak. Suku Batak pertama sekali mendiami daerah karo dan kawasan
danau Toba.
Sebagai bagian dari sejarah bangsa, budaya Batak sudah ada
sejak
berabad-abad
tahun
yang
lalu.
Dimulai
dari
kerajaan
interaksi
kedudukan,
hak,
masyarakat,
dan
yang
kewajiban
berfungsi
masyarakat,
menentukan
mengatur
serta
Istilah
hagabeon
berarti
mempunyai
adalah
hagabeon
plus
hamoraon.
Untuk
mencapai
suku
bangsa
Batak.
Pewarisan,
internalisasi,
dan
penggagas,
terakumulasi
dan
pelaku,
dan
termanifestasi
penghasil.
dalam
Ketiga
prestasi
peran
ini
(achievement).
Suku bangsa yan terdapat dala masyarakat Batak ialah Karo, Toba, dan
simalungun. Dari suku bagsa ini terdiri dari beberapa marga dan sub
marga.
Masyarakat Batak memiliki falsafah, azas sekaligus sebagai struktur
dan sistem dalam kemasyarakatannya yakni yang dalam Bahasa Batak
Toba disebut Dalihan na Tolu. Berikut penyebutan Dalihan Natolu
menurut keenam puak Batak
1. Dalihan Na Tolu (Toba) Somba Marhula-hula Manat Mardongan
Tubu Elek Marboru
2. Dalian Na Tolu (Mandailing dan Angkola) Hormat Marmora Manat
Markahanggi Elek Maranak Boru
3. Tolu Sahundulan (Simalungun) Martondong Ningon Hormat,
Sombah Marsanina Ningon Pakkei, Manat Marboru Ningon Elek,
Pakkei
4. Rakut Sitelu (Karo) Nembah Man Kalimbubu Mehamat Man
Sembuyak Nami-nami Man Anak Beru
5. Daliken Sitelu (Pakpak) Sembah Merkula-kula Manat Merdengan
Tubuh Elek Marberru
dalam
tata
kekerabatan,
semua
orang
Batak
harus
dan di panen sekali setahun. Dalam bercocok tanam orang batak selalu
bergoto royong baik saat bertanam maupun saat panen tiba.
Di smping bercocok tanam, pertenakan juga merupakan suatu
mata pencaharian yang penting bagi orang batak umumnya. Hewan
yang biasa diternakan ialah kerbau, babi, bebek, ayam, dan kambing
Di daerah pinggiran danau toba, biasanya masyarakat Batak
menagkap ikan dengan perahu lesung. Penangkapn ikan dilaksanakan
pada waktu-waktu tertentu, seperti bulan Juni sampai Agustus. Hasil
tangkapan ikan di jual kepasar.
D. RELIGI
Tanah batak dipengaruhi oleh beberapa agama, seperti Islam dan
Protestan. Agama ini masuk pada Abad ke-19. Masyarakat Batak pada
umumnya beragama kristen dan hanya sedikit yang memeluk agama
Islam. Walaupun demikian masyarakat perdesaan suku Batak tetap
memepertahankan agama aslinya.
Orang batak percaya bahwa, yang menciptakan alam semesta ini
adalah debata (ompung) mulajadi na bolon. Dia tinggal diatas langit
dan mempunyai nama-nama seseui tugasnya.
Suku batak memiliki tiga konsep dalam masalah roh, tondi,
sahala, dan begu. Tondi adalah jiwa orang itu sendiri dan sekaligus juga
merupakan kekeuatan. Sahala ialah jiwa kekuatan yang dimiliki oleh
seseorang yang di dapati melalui pembelajaran. Begu ialah tondinya
orang yang meninggal.
10
RUMAH BATAK
Nenek moyang bangsa Batak (Bangso Batak) menyebut Rumah Batak
yaitu jabu na marampang na marjual. Ampang dan Jual adalah
tempat mengukur padi atau biji bijian seperti beras/kacang dll. Jadi
Ampang dan Jual adalah alat pengukur, makanya Rumah Gorga, Rumah
Adat itu ada ukurannya, memiliki hukum hukum, aturan aturan, kriteria
kriteria serta batas batas.
Biarpun Rumah Batak itu tidak memiliki kamar/dinding pembatas tetapi
ada wilayah (daerah) yang di atur oleh hukum hukum. Ruangan Ruma
Batak itu biasanya di bagi atas 4 wilayah (bahagian) yaitu:
1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari
pintu masuk rumah, daerah ini biasa di tempati oleh keluarga
tuan rumah.
2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah.
Bahagian ini di tempati oleh anak anak yang belum akil balik
(gadis)
3. Jabu Suhat ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu
masuk. Daerah ini di tempati oleh anak tertua yang sudah
berkeluarga, karena zaman dahulu belum ada rumah yang di
ongkos (kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki
rumah menempati jabu suhat.
4. Jabu Tampar Piring ialah daerah sudut kanan di bahagian depan
dekat dengan pintu masuk. Daerah ini biasa disiapkan untuk
para tamu, juga daerah ini sering di sebut jabu tampar piring
atau jabu soding jolo-jolo.
Disamping tempat keempat sudut utaman tadi masih ada daerah
antara Jabu Bona dan Jabu Tampar Piring, inilah yang dinamai Jabu
11
Tongatonga Ni Jabu Bona. Dan wilayah antara Jabu Soding dan Jabu
Suhat disebut Jabu Tongatonga Ni Jabu Soding.
Itulah sebabnya ruangan Ruma Batak itu boleh dibagi 4 (empat) atau 6
(enam), makanya ketika orang batak mengadakan pertemuan (rapat)
atau RIA di dalam rumah sering mengatakan sampai pada saat ini;
Marpungu hita di jabunta na mar Ampang na Marjual on, jabu na
marsangap na martua on. Dan seterusnya
yang
menempati
jabu
Soding
jabu
SUHAT
dan
jabu
TAMPARPIRING. Tentunya rumah seperti ini sudah agak lebih besar, dan
sifat seperti ini adalah sisa sisa sifat masyarakat kommunal. Namun
biarpun adanya nampak sifat sifat kommunal pada keluarga seperti ini,
mereka seisi rumah saling menghormati terutama terhadap wanita.
Tidak pernah ada perkosaan ataupun perselingkuhan seperti marak
maraknya di zaman yang serba materialis ini. Nenek moyang suku
Batak pada waktu itu menghormati istri kawannya yang kebetulan
suaminya berada di luar rumah.
Disinilah keindahan bahagian dalam rumah Batak itu terutama di
bidang
moral.
Mereka
menghormati
hak
hak
orang
lain
dan
12
menyebutnya
di
namakan
Tari
Sopo
dan
biasanya
tari
sopo
tidak
TUA,
menurut
sumber
yang
layak
di
percayai
BAGANDING TUA itu adalah sebuah mahluk yang juga ciptaan Allah,
wujudnya seperti seekor ular yang panjangnya paling paling 2 jengkal
jari tangan. Bagi orang yang bernasib mujur bisa saja BAGANDING TUA
datang rumahnya dan pasti membawa rejeki yang melimpah ruah.
Pokoknya bila Ruma itu memiliki BAGANDING TUA pemiliki Ruma itu
akan kedatangan rejeki dari berbagai penjuru. Demikianlah Suku Batak
itu sering memakai kata kata penghalus dan sastra untuk menunjukkan
13
Namarjual
diartikan
bagi
sebuah
rumah
yang
itu
meninggal
dunia,
maka
boraspati
(cecak)
akan
BALE BALE:
14
15
jaman dahulu dan jaman sekarang ada juga kita dapati rumah EMPER
bahkan jumlahnya jauh melebihi dari Ruma Batak.
Menurut cerita yang didapat dari hasil bincang bincang antara penulis
dengan orang yang layak dipercayai bahwa pada zaman dahulu ada
terdapat budak di Samosir. Dan kalau budak itu mau makan terlebih
dahulu bersuara ngeong (mar ngeong) seperti suara kucing barulah
tuannya meletakkan nasi di lantai rumah. Dan kalau budak sudah
merdeka di buatlah rumah pondoknya dengan tanda jumlah anak
tangga rumahnya genap seperti 2 atau 4.
Pada zaman zaman permulaan Kemerdekaan Indonesia penulis masih
sempat mendengar bahwa anak pemilik rumah yang bertangga genap
sangat sulit mendapat jodoh yang cantik. Jadi secara jelasnya bahwa
Rumah Batak itu tidak ada yang beranak tangga yang gogop.
DATU
Di dalam masyarakat Batak yang lama, Datu adalah sangat berperan
baik dalam rangka penyediaan bahan bahan bagunan dari hutan
seperti kayu, ijuk (bahan untuk atap rumah), rotan, batu pondasi dll.
Sebab bukan tidak mungkin bahan bahan bagunan itu adalah milik dari
mahluk mahluk halus di hutan. Misalnya batu itu adalah sebagai
tempat duduk duduknya (santai santai) mahluk halus di hutan dan
terambil oleh manusia untuk bahan pondasi Ruma ini akan membawa
malapetaka bagi penghuni Ruma. Begitu juga kayu itu, ada juga
miliknya
penguasa
penguasa
hutan
yang
tak
boleh
digunakan
manusia, begitu juga rotan sebagai bahan pengikat ada juga miliknya
penguasa Hutan (Begu).
Datu
itu
memiliki
pengetahuan
metafisik
yang
dapat
melihat,
mendengar dan mencium yang tak dapat dilihat dan didengar oleh
manusia biasa. Untuk memulai pembangunan ruma dan memasuki
16
dilangkahi,
bisa-bisa
rohnya
merasa
malu,
terkejut
atau
17
Datu,
diyakini
selalu
mengatakan
yang
benar,
mensyaratkan
dan
kekebasan
mengaktualisasikan
diri
dalam
adalah
tempat-tempat
penyimpanan
benda-benda
keramat
(ugasan homitan).
18
Menurut seorang peneliti dan penulis Gorga Batak (Ruma Batak) tahun
1920 berkebangsaan Belanda bernama D.W.N. De Boer, di dalam
bukunya Het Toba Batak Huis, ketiga benua itu adalah :
1. Banua toru (bawah)
2. Banua tonga (tengah)
3. Banua ginjang (atas)
Selanjutnya suku Batak Toba yang lama telah berkeyakinan bahwa
ketiga dunia (banua) itu diciptakan oleh Maha Dewa yang disebut
dengan perkataan Mula Jadi Na Bolon. Seiring dengan pembagian alam
semesta (jagad raya) tadi yang terdiri dari 3 bagian, maka orang Batak
Toba pun membagi/ merencanakan ruma tradisi mereka menjadi 3
bagian.
Rumah tradisi mempunyai tiga tingkat sesuai dengan tingkat kosmos,
demikian tulisan Achim Sibeth. Atap rumah tradisi itu adalah ijuk (serat
batang pohon enau) yang 20 cm rapi dan berseni. Di bawah ijuk ada
disusun dengan tebal lais-lais kecil yang banyak, bahannya diambil
dari pohon enau juga dinamai hodong. Di atas ijuk tersebut ditaruh
dengan lidi tarugit itu bukan asal diletakkan semuanya, disusun
dengan seni Batak tertentu sehingga bagian atas ruma Batak itu
nampak gagah, anggun, dan berseni.
Tentang Tarugit
Tarugit adalah suatu benda untuk menciptakan suatu ungkapan yang
dapat menjadi suatu pedoman hidup orang Batak Toba. Bangsa Batak
sering berkata Ni arit tarugit Pora-pora, molo tinean uli teanon do
dohot gora, atau dengan kata lain unang hita ripe sitean uli so dohot
tumean gora.
19
Sebagai inti sari dari ungkapan ini adalah uli dan gora, namun uli dan
gora adalah 2 kata yang sangat berlawanan tetapi sangat berguna
untuk pedoman hidup orang Batak Toba. Uli adalah menggambarkan
keberuntungan (laba), kehormatan, kejayaan, keharuman nama. Gora
adalah menggambarkan pengeluaran tenaga, modal, pengorbanan
waktu dan berbagai perjuangan. Sebagai contoh : Untuk menjadi orang
sukses terkenal/ beruntung atau sebagai orang pintar kita harus
mengeluarkan modal yang besar, waktu dan tenaga yang berlebih dan
berbagai promosi sebagai goranya.
Untuk menjadi seorang pintar dan sarjana atau jenderal, seseorang
harus kuat bekerja dan berjuang serta memakan gizi baik. Dalam
pesan para leluhur (ompung ta na parjolo) janganlah menjadi manusia
ripe. Manusia si ripe artinya orang yang hanya memikirkan dan
memperoleh keuntungan tanpa melalui pengorbanan dan perjuangan.
Makanya di zaman yang serba canggih ini banyak kita jumpai manusiamanusia yang tidak beres karena manusia itu telah meninggalkan poda
ni ompu itu; Ni arit tarugit pora-pora unang hita ripe sitean uli so dohot
tumea gora.
disebelah
selatan,
fungsinya
sebagai
rumah
tinggal,
20
ATAP
Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung kerbau,
bentuknya yang melengkung menambah nilai keaerodinamisannya
dalam melawan angin danau yang kencang.
Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah
setempat. Suku batak menganggap Atap sebagai sesuatu yang suci,
sehingga digunakan untuk menyimpan pusaka mereka.
BADAN RUMAH
Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi batak
disebut dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat aktivitas
manusia seperti masak, tidur, bersenda gurau. Bagian badan rumah
dilengkapi hiasan berupa ipon ipon untuk menolak bala.
PONDASI
21
Mengapa
memakai
pondasi
umpak?,
karena
pada
waktu
ORGANISASI RUANG
Bentuk-bentuk ruang ruang dimana posisinya dalam ruang diatur oleh
pola grid, hal ini dapat dilihat dari kolom-kolom yang tersusun secara
modular pada denah.
KESEIMBANGAN
Keseimbangan pada rumah batak toba adalah simetris, baik pada
denah maupun fasade bangunan, hal ini dapat dilihat jika kita menarik
garis lurus tepat pada as gambar denah dan fasade
SIRKULASI RUANG
22
Sirkulasi Ruang pada rumah batak toba adalah tersamar, karena harus
melewati jalan lurus sebelum berbelok ke bangunan utamanya
23
pandingdingan,
parhongkom,
urur,
ninggor,
ture-ture,
bahan
bangunan
tersebut
telah
lengkap
maka
teknis
membuat
rumah
disebut
tukang)
untuk
merancang
dan
24
dipersatukan
dengan
parhongkom
dengan
dan
mempunyai
pergaulan
yang
harmonis
dengan
tetangga.
Untuk mendukung rangka bagian atas yang disebut bungkulan
ditopang oleh tiang ninggor. Agar ninggor dapat terus berdiri tegak,
ditopang oleh sitindangi, dan penopang yang letaknya berada di
depan tiang ninggor dinamai sijongjongi. Bagi orang Batak, tiang
ninggor selalu diposisikan sebagai simbol kejujuran, karena tiang
tersebut posisinya tegak lurus menjulang ke atas. Dan dalam
menegakkan
kejujuran
tersebut
termasuk
dalam
menegakkan
25
Pemanfaatan Ruangan
Pada bagian dalam rumah (interior) dibangun lantai yang dalam
pangertian Batak disebut papan. Agar lantai tersebut kokoh dan tidak
26
goyang maka dibuat galang lantai (halang papan) yang disebut dengan
gulang-gulang. Dapat juga berfungsi untuk memperkokoh bangunan
rumah sehingga ada ungkapan yang mengatakan Hot do jabu i hot
margulang-gulang, boru ni ise pe dialap bere i hot do i boru ni
tulang.
Untuk menjaga kebersihan rumah, di bagian tengah agak ke belakang
dekat tungku tempat bertanak ada dibuat lobang yang disebut dengan
talaga. Semua yang kotor seperti debu, pasir karena lantai disapu
keluar
melalui
lobang
tersebut.
Karena
itu
ada
falsafah
yang
berbentuk
panggung
yang
disebut
pangabang,
pansalongan.
Pir
ma
tondi
luju-luju
ma
27
Karena
itu
ada
falsafah
yang
berbunyi
bahwa
Gorga
Disebelah depan rumah dihiasi dengan oramen dalam bentuk ukiran
yang disebut dengan gorga dan terdiri dari beberapa jenis yaitu
gorga sampur borna, gorga sipalang dan gorga sidomdom di robean.
Gorga itu dihiasi (dicat) dengan tlga warna yaitu wama merah (narara),
putih (nabontar) dan hitam (nabirong). Warna merah melambangkan
28
Perabot Penting
Berbagai bentuk dan perabotan yang bernilai bagi orang Batak antara
lain adalah ampang yang berguna sebagai alat takaran (pengukur)
untuk padi dan beras. Karena itu ada falsafah yang mengatakan
Ampang di jolo-jolo, panguhatan di pudi-pudi. Adat na hot
29
orang
Batak
mempunyai
karakter
yang
mengagungkan
barang-barang
yang
disebut
dengan
rumbi
yang
30
31
Denah
Tampak
Potongan
32
Detail Potongan
Simetris Denah
33
Simetris Fasade
Boraspati
Rumah batak
Universitas Trisakti-Teknik Sipil
34
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Suku / masyarakat Batak hidup di kawasan Sumatra Utara.
Sebagian masyarakat yang tinggal di daerah ini adalah masyarakat
Batak. Suku Batak pertama sekali mendiami daerah karo dan kawasan
danau Toba.
35
36
III.2Rekomendasi
Dalam menjaga agar budaya lokal tetap menjadi pilar-pilar yang kokoh
bagi ketahanan budaya bangsa sepantasnya kita jangan pernah
melupakan setiap bagian provinsi, pendapatan harus terditribusi
secara merata di setiap daerah. Jangan pernah membedakan sukusuku lain (rasisme), junjung tinggi rasa toleransi dan solidartas, serta
kerukunan antar suku dan umat beragama. Tingkatkan rasa kepedulian
serta rasa saling menolong. Peliharalah lingkungan alam kita, darat,
laut, maupun udara. Tegakkan hukum dan peraturan secara tegas dan
bertanggung jawab, adili pelanggaran-pelanggaran hak yang pernah
terjadi dari sabang sampai merauke, dengan begitu kedepannya tidak
akan ada lagi pemberontakan, terorisme dan, pastinya indonesia akan
makmur sejahtera dan dengan sendirinya kebudayaan Nasional dapat
kita jaga.
B. SARAN
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah satu
kekayaan yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga
kelestariannya. Dengan membuat makalah suku Batak ini diharapkan
dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai kebudayaan suku Batak
tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang pada
kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan
37
Daftar Pustaka :
1. Ama Morlan Simanjuntak (Panggorga),
http://tanobatak.wordpress.com
2. R B Marpaung, http://tanobatak.wordpress.com
3. Insinyur Dullah, http://insinyurdullah.blogspot.com
4. http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
38