Anda di halaman 1dari 21

Makalah

Pendidikan Kewarganegaraan
“Penerapan Sila Keadilan Sosial dalam Kehidupan
Masyarakat”

Disusun Oleh :
Vitrail Gloria Nancy Mairi
17101106020
Sistem Informasi

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FALKUTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Penerapan Sila Keadilan Sosial dalam Kehidupan Masyarakat” ini dengan baik meskipun
masih banyak kekurangan didalamnya. Dan pada kesempatan ini, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kami kepada semua pihak yang telah membimbing,
membantu, dan mendorong dalam pembuatan makalah ini.

Penulis sangat berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca, khususnya bagi
penulis sendiri dalam rangka menambah wawasan dan pengetahuan serta menumbuhkan rasa
peduli akan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dan dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penulis juga sepenuhnya menyadari bahwa
makalah ini masih sangat dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan
adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun demi perbaikan makalah yang akan
dibuat di masa yang akan datang nantinya, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa
adanya saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi
bagi para pembaca.

Penyusun,

Vitrail Gloria Nancy Mairi

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 3
C. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................... 4

A. Keadilan Sosial ............................................................................................. 4

BAB III PENUTUP .................................................................................................. 9

A. Kesimpulan ................................................................................................... 9
B. Saran ............................................................................................................. 10

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... iii

LAMPIRAN ............................................................................................................. iv

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia, memberi


kekuatan hidup serta membimbingdalam mengejar kehidupan lahir batin yang makin baik di
dalam masyarakat.Diterimanya Pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar negara
membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai Pancasila harus selalu dijadikan landasan
pokok, landasan fundamental bagi pengaturan serta penyelenggaraan negara. Pancasila
sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki nilai-nilai luhur. Nilai- nilai pancasila menjadi
sumber segala aturan baik aturan yang bersifat fomal maupun informal. Pendidikan nasional
merupakan aspek pokok harus berlandasakn pancasila.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional diperlukan strategi dan usaha serta
dukungan dari segala aspek baik secara materi maupun fisikal. Pelaksanaan nilai-nilai
pancasila semakin mengalami kemerosotan. Kemerosotan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila
semakin terasa ketika tidak berlakunya lagi TAP MPR No. II/MPR/1978 dengan
dikeluarkannya TAP MPR No. XVIII/MPR/1998. TAP MPR No. II/MPR/1978 berisikan
pedoman tentang bagaimana mengamalkan nilai-nilai pancasila yang lebih umum dikenal
sebagai P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila).

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur
yang terkandung dalam Pancasila adalah dengan menerapkan Pendidikan Pancasila atau yang
saat ini sering disebut dengan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). Pendidikan Pancasila
adalah salah satu materi pelajaran moral yang ada di setiap bangku pendidikan. Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang berfungsi sebagai
pendidikan nilai, yaitu mata pelajaran yang mensosialisasikan dan menginternalisasikan nilai-
nilai Pancasila atau budaya bangsa Indonesia seperti yang tertuang dalam kurikulum PKn.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, baik, dan berguna bagi manusia. Definisi lain tentang
nilai adalah harga, makna, isi dan pesan, semangat, atau jiwa yang tersurat dan tersirat dalam
fakta, konsep, dan teori, sehingga bermakna secara fungsional. Disini, nilai difungsikan untuk
mengarahkan, mengendalikan, dan menentukan kelakuan seseorang, karena nilai dijadikan
standar perilaku. Nilai adalah suatu penetapan atau suatu kualitas terhadap suatu kualitas yang
menyangkut jenis dan minat. Nilai juga merupakan suatu penghargaan atau suatu kualitas

4
terhadap suatu hal yang dapat menjadi dasar penentu tingkah laku manusia, karena suatu itu
berguna, keyakinan, memuaskan, menarik, menguntungkan dan menyenangkan (Winarno,
2007:3).

Pancasila terutama dalam sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
menggaris bawahi dengan jelas bahwa Negara Indonesia merupakan Negara kesatuan yang
menjunjung tinggi keadilan sosial bagi seluruh warga negaranya tanpa terkecuali. Namun
dalam kenyataanya penerapan sila keadian sosial dalam kehidupan masyarakat Indonesia
masih sangat jauh dari cita-cita luhur pancasila. Di saat negara membutuhkan soliditas dan
persatuan hingga sikap gotong royong, sebagian kecil masyarakat terutama yang ada di
perkotaan justru lebih mengutamakan kelompoknya, golongannya bahkan negara lain
dibandingkan kepentingan negaranya. Untuk itu sebaiknya setiap komponen masyarakat
saling berinterospeksi diri untuk dikemudian bersatu bahu membahu membawa bangsa ini
dari keterpurukan dan krisis multidimensi.Seperti yang telah kita ketahui bahwa di Indonesia
terdapat berbagaimacam suku bangsa, adat istiadat hingga berbagai macam agama dan aliran
kepercayaan

Pancasila sebagai ideology dasar bagi negara Indonesia juga harus diketahui dan
diterapkan oleh seluruh warga negara Indonesia. Dengan demikian warga negara Indonesia
mengerti dan meyakini Pancasila sebagai pedoman hidup bangsa dan mengamalkan
Pancasila tersebut dalam setiap langkah mereka. Masih banyak masyarakat yang belum
memahami betul makna yang terkandung dari Sila pertama sampai ke lima. Banyak
masyarakat hanya memahami bacaan dari sila-sila Pancasila namun belum memahami butir-
butirnya sehingga banyak penyelewengan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Penerapan nilai-nilai Pancasila (nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai
kerakyatan, nilai keadilan) seharusnya timbul dan tumbuh di kalangan masyarakat tanpa
adanya rekayasa.Penerapan nilai-nilai Pancasila harus disertai dengan kesadaran masyarakat
itu sendiri dalam menjalani kehidupanya serta tidak dipaksakan.

5
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana peran serta Pancasila dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara
di Indonesia?
2. Bagaimana masyarakat memahami peran Pancasila tersebut?
3. Apakah dalam kenyataannya Pancasila dengan Masyarakat Indonesia telah sejalan?
4. Bagaimana penerapan Pancasila di dalam kehidupan bermasyarakat?
5. Sudah terwujudkah keadilan di bangsa Indonesia ini?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui dan memahami peranan Pancasila dalam mengatur kehidupan berbangsa


dan bernegara di Indonesia.
2. Mengetahui pemahaman masyarakat mengenai peran Pancasila.
3. Menganalisis perkembangan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
4. Mengetahui penerapan Pancasila dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
5. Menganalisis apakah keadilan sudah terwujud di Indonesia.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Keadilan Sosial

Menurut Noor Ms Bakry Istilah keadilan berasal dari pokok kata adil, yang berarti
memperlakukan dan memberikan sebagai rasa wajib sesuatu hal yang telah menjadi haknya,
baik terhadap diri sendiri, sesama manusia maupun terhadap Tuhan. Adil dalam sila Keadilan
sosial ini adalah khusus dalam artian adil terhadap sesama yang dijiwai oleh adil terhadap diri
sendiri serta adil terhadap Tuhan. Keadilan dalam sila kelima ini diartikan sifat-sifat dan
keadaan yang sesuai dengan hakikat adil untuk mengakui hak sesama (1997:124)

Menurut Noor Ms Bakry sosial berasal dari kata “socius” (bahasa latin) yang berarti
kawan atau teman. Dalam bahasa latin ada suatu istilah “homo homini socius”, yang artinya
manusia satu adalah teman manusia yang lain, manusia memandang manusia lain sebagai
teman (1997:126-127)

Keadilan sosial berarti keadilan yang berlaku dalam masyarakat di segala bidang
kehidupan baik materil maupun spiritual Hal ini berarti keadilan itu tidak hanya berlaku bagi
orang yang kaya saja, tetapi berlaku pula bagi orang miskin, bukan hanya untuk para pejabat,
tetapi untuk rakayta biasa pula Seluruh Rakyat Indonesia ; Seluruh rakyat Indonesia berarti
bahwa setiap orang yang menjadi rakyat Indonesia baik yang berdiam di wilayah kekuasaan
Republik Indonesia maupun warga Negara Indonesia yang berada di Negara lain. Keadilan
sosial adalah sebuah konsep yang membuat para filsuf terkagum- kagum sejak Plato
membantah filsuf muda, Thrasymachus karena ia menyatakan bahwa keadilan adalah apa pun
yang ditentukan oleh si terkuat. Dalam Republik, Plato meresmikan alasan bahwa sebuah
negara ideal akan bersandar pada empat sifat baik: kebijakan keberanian, pantangan (atau
keprihatinan), dan keadilan Penambahan kata sosial adalah untuk membedakan keadilan
sosial dengan konsep keadilan dalam hukum Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Keadilan sosial juga merupakan salah satu butir dalam Pancasila 45 butir pengamalan
Pancasila seperti yang tertuang dalam P4 (Pedoman Penghayatan dan
Pengamalan Pancasila) pada Tap MPR No. II/MPR/1978.

Pancasila dibuat untuk mengatur Masyarakat sesuai dengan sila-sila dan norma-norma di
dalam berkehidupan sosial. Pancasila disini berfungsi untuk mengatur dan menyelaraskan
kehidupan bermasyarakat, agar kehidupan bermasyarakat di Indonesia dapat rukun, memiliki
semangat gotong royong, dan kebersamaan yang kuat, Pancasila mempunyai tujuan untuk
7
menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari banyak suku, agama, budaya, bahasa dalam
satu wadah kerukunan dan perdamaian. Sila keadilan sosial ini berhubungan dengan perilaku
kita dalam bersikap adil terhadap semua orang. Contohnya seperti : Menjunjung tinggi
semangat kekeluargaan dan gotong royong. Peduli terhadap penderitaan yang dialami orang
lain. Tidak melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan pihak umum. Suka melakukan
perbuatan dalam rangka mewujudkan kemajuan dan keadilan sosial. Mengembangkan
perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekluargaan dan
kegotongroyongan. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. Menghormati hak-hak
orang lain. Suka memberi pertolongan kepada orang lain. Tidak bersifat boros, dan suka
bekerja keras Tidak bergaya hidup mewah. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial.

Dalam kehidupan kita sehari-hari peran Pancasila tersebut sudah berjalan dengan baik
dan selaras dengan tujuan dari Pancasila tersebut. Namun tidak semua dapat berhasil, masih
terdapat di beberapa daerah yang kehidupan bermasyarakatnya masih belum satu tujuan
dengan Pancasila. Banyak terdapat didaerah kerusuhan yang mengatas namakan suatu
golongan, ras, suku, dan agama tertentu. Hal seperti ini tidak dibenarkan oleh Pancasila yang
notabene adalah sebagai dasar Negara. Masih banyak masyarakat yang belum memahami
betul apa itu Pancasila, ini disebabkan oleh banyak hal yang terjadi di Indonesia. Hal itu
adalah akibat tidak meratanya pembangunan di Bangsa ini, pembangunan ini meliputi
pembangunan Ekonomi, Pendidikan dll. Sehingga tidak heran jika terdapat daerah yang kaya
raya, pembangunannya maju, Sumber Daya Manusianya juga maju. Namun ada pula daerah
yang masih tertinggal. Ini merupakaan PR bagi pemerintah pusat, pemerintah daerah dan
masyarakat Indonesia untuk menyelaraskan semua bidang pembangunan di setiap daerah.

Penerapan Pancasila pada umumnya kini masih timpang tindih, banyak yang memahami
secara mendalam, sekedar tahu atau bahkan acuh terhadap Pancasila itu sendiri. Pancasila
dipelajari hanya oleh kaum terpelajar dan negarawan saja. Bagi penduduk bawah Pancasila
hanya di mengerti sila 1 sampai dengan sila 5, ini dia yang menjadikan penerapan Pancasila
hanya berlaku untuk kaum terpelajar dan negarawan saja. Jika dikritisi, semua rakyat jika
memahami betul apa itu pancasila maka rakyat akan mengerti bagaimana tatanan hidup
bersosial dan bernegara. Sehingga kesejahteraan, keadilan, keamanan mampu tumbuh di
tengah-tengah bangsa Indonesia. Sehingga apa yang diharapkan para pendiri bangsa dapat
diwujudkan di masa-masa kemerdekaan ini.

8
Pancasila terutama sila ke lima “Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia” yang
menjadi topik utama dalam peaper ini menjelaskan masalah-masalah penghambat maupun
solusi yang terjadi di tengah-tengah pembangunan bangsa ini. Berbicara keadilan, keadilan itu
sendiri adalah menaruh sesuatu tepat pada tempatnya, jika tidak maka belum dapat dikatakan
sebagai adil/keadilan. Berbicara keadilan di Indonesia, rasanya dengan melihat realita
keadaan di masyarakat, masih jauh dari kata adil perbedaan antara si kaya dan si miskin
sangat Nampak, apalagi di kota-kota besar. Pemerintah seakan tak pernah memperhatikan
rakyatnya tidur di kolong-kolong jembatan, di pinggiran rel kereta api, di pinggir-pinggir
bantaran sungai dan memakan makanan yang tak layak konsumsi sedangkan beberapa orang
mendirikan gedung pencakar langit, tidur di apartemen mewah dan ber AC. Menurut devinisi
dari adil di atas realita ini sebenarnya sudah terlihat secara kasat mata, pemerintah daerah
maupun pusat seharusnya menyelesaikan ini terlebih dahulu, namun kenyatannya setelah
berganti 6 pemimpin bangsa persoalan ini belum juga disentuh, hanya saat kampanye saja
para pemimpin memeperhatikan rakyat kecil. Sebuah pemandangan yang ironis betul,
mengingat bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan sumber daya alamnya dari gunung
hingga dasar laut tak terbatas nikmat yang diberikan Tuhan. Sehingga boleh dikatakan
keadilan di negri ini masih jauh dari kata ada.

Keadilan yang tidak merata di Indonesia sebenarnya di picu oleh beberapa hal dan
permasalahan, salah satunya adalah belum adanya konseptor yang betul-betul mampu
mengkonsep Negara ini sesuai dengan kekayaan sumber daya alam dan mausianya. Penyakit
lainnya adalah budaya korupsi berjamaah, ini adalah salah satu penyakit paling kronis di bumi
nusantara ini. Penyakit yang menggerogoti secara perlahan dan mematikan bangsa Indonesia.
Tak heran jika kekayaan alam Indonesia hanya dapat dirasakan orang-orang berjas dan
berdasi saja. Jika di nalar menggunakan logika, orang paling kaya di Indonesia adalah petani,
peternak, nelayan, karena bangsa Indonesia adalah bangsa maritim. Pemerintah seolah tidak
tahu akan hal seperti ini, di zaman reformasi orang yang hidupnya makmur dan berkecukupan
adalah orang yang mampu berkuasa, bukan orang yang bekerja dengan tenaga dan pikirannya.
Di negri ini tampaknya sudah menjadi budaya, pemimpin baru, sistimnya baru, mentri baru,
sistimnya jg baru, ini membuat bangsa ini tidak konsisten dalam melaksanakan tata cara
berbangsa dan bernegara dari rakyat, oleh rakyat, untuk rakyat. Jika para pemimpin kita patuh
pada Pancasila dan Undang-undang maka ketidak konsistenan ini dapat dihindari. Pemimpin
kita sekarang banyak yang takut dengan partai politik dan koalisinya tidak takut akan rakyat
yang jelas-jelas ada pada undang-undang bahwa rakyat memiliki kekuasaan tertinggi di
Indonesia.

9
Jika berbicara mengenai keadilan sosial, dimensi yang menonjol adalah dimensi
struktural atau “kesenjangan antara kelompok yang memperoleh banyak dan ada yang
sedikit.” Berkaitan dengan hal ini, upaya pencapaian keadilan sering kali dikaitkan dengan
pengurangan kesenjangan (Sujatmiko, 2006). Jika demikian, realitas di Indonesia yang
menunjukkan lebarnya jurang kesenjangan sosial yang mengantarai kaum elite dan kaum
yang termarjinalkan telah mengindikasikan adanya masalah ketidakadilan sosial di Indonesia.

Salah satu contoh konkret adalah kasus ketidakadilan yang terjadi di bumi Papua.
Berdasarkan hasil studi dan penelitian yang dilakukan LIPI pada 2008, wacana pembangunan
dalam perspektif rakyat Papua dimaknai sebagai upaya negara dalam melakukan marjinalisasi
rakyat Papua dan mengenalkan sistem kapitalisme yang bermuara pada eksploitasi sumber
alam di Tanah Papua. Selain itu, mereka yang relatif lebih diuntungkan dari pembangunan di
Tanah Papua adalah warga pendatang (Widjojo, dkk., 2009).

Ketidakadilan sosial yang dirasakan oleh para penduduk asli Papua ini secara jelas
dinyatakan oleh mantan Ketua DPRD Papua (1974-1977) dan Wakil Gubernur (1977-1982)
Ellyas Paprindey. Menurutnya, perasaan tidak puas, ketidakadilan bagi rakyat Papua dalam
pembangunan—khususnya untuk meningkatkan kesejahteraan—mengakibatkan munculnya
tuntutan kemerdekaan oleh masyarakat Papua (Maniagasi, 2001). Hal ini juga didukung oleh
hasil studi dan penelitian yang dilakukan Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif, dan
Kemitraan Masyarakat Sipil Indonesia (YAPPIKA) yang menyatakan bahwa para penduduk
Papua merasa diperlakukan secara tidak adil oleh pemerintah dan aparat keamanan yang
dianggap lebih berpihak kepada kaum pemilik modal yang merupakan masyarakat pendatang
dibandingkan dengan penduduk asli Papua. Alat-alat produksi juga dikuasai kaum pendatang,
sehingga penduduk lokal sangat tergantung kepada mereka. Selain itu, masyarakat lokal juga
sulit mencapai akses ke pasar, sehingga membatasi pengembangan produk pertanian dan
pengolahan hasil bumi lainnya (Raweyai, 2002). Daftar panjang ketidakadilan yang diterima
rakyat Papua itu ditambah lagi dengan penanganan konflik di Papua yang cenderung
diabaikan atau hanya diselesaikan secara sepihak, sehingga tidak hanya menimbulkan
kebingungan, kecurigaan serta apatisme di kalangan masyarakat Papua (Widjojo, dkk., 2009).

Melalui kasus di Tanah Papua ini dapat dikatakan bahwa masalah ketidakadilan sosial
kini telah menjadi salah satu masalah utama bangsa Indonesia yang dapat mengancam
kebersamaan dan keintegrasian bangsa. Masalah yang berakar pada adanya ketimpangan
sosial akibat pengimplementasian keadilan sosial yang tidak sempurna ini akan menimbulkan
kecemburuan bagi kaum yang merasa tertindas dan berdampak pada hilangnya perasaan

10
senasib dan tekad bersama untuk bersatu sebagai satu bangsa, yaitu bangsa Indonesia. Jika
kelompok-kelompok identitas yang menunjukkan adanya gerakan separatis mulai muncul,
integrasi bangsa, yang lebih merupakan suatu ikatan moril, akan terancam keberadaannya.

Masalah keadilan di negri ini yang tak kunjung selesai membuat rakyat semakin sengsara
dan pesimis akan program-program pemerintah yang tidak pro rakyat kecil. Seharusnya
pemerintah melakukan perubahan yang cepat dan dapat dirasakan langsung oleh rakyat
kecil,pemerintah juga seharusnya membuat program-program yang pro rakyat agar rakyat
hidup bahagia dan sejahtera. Sebagai Negara yang kaya akan SDM dan SDA nya, para
petinggi negri ini seharusnya tidak pusing-pusing untuk pengelolaanya. Namun pemerintah
malah banyak melibatkan pihak asing dalam pengelolaannya, sedangkan masyarakat pribumi
hanya dijadikan budak dinegri sendiri. Ini mungkin yang menjadikan fenomena di tanah
Papua, SDM yang melimpah namun hasilnya di berikan pada pihak asing, sedangkan rakyat
papua hanya mendapatkan segelintir rupiah dari penjualan emas ber juta-juta kilogram. Jika
pemerintah pusat dan daerah benar-benar berkomitmen mengabdi untuk rakyat berpedoman
dan memegang teguh Pancasila dan Undang-undang maka kesejahteraan rakyat adalah harga
mati untuk didapatkan.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia bahwa sesunguhnya keadilan adalah hak
semua masyarakat. Tetapi di balik hak itu masyarakat juga harus tahu kewajiban masyarakat
untuk negaranya sendiri khusunya Negara Republik Indonesia. Keadilan tidak dapat
terlaksana jika masyarakan, pemimpin negeri, dan pemerintah tidak saling bersosialisasi dan
bermusyawarah dengan bijak serta saling menghargai pendapat yang tercipta di antara
masyarakat, pemimpin negeri serta pemerintah negeri. Seperti yang diketahui bahwa
ketimpang tindihan keadilan di negri ini masih banyak terjadi. Pemerintah seakan
mengabaikan peraturan yang telah diatrunya sendiri, kini perlahan UU dan Pancasila mulai
diabaikan dan lebih mementingkan kepentingan partai ataupun koalisi partai. Melimpahnya
sumber daya manusia dan alam tidak menjamin negri ini untuk memakmurkan semua
rakyatnya, yang mendapatkan hasilnya hanya segelintir rakyat yang berkuasa saja. Untuk
itu pemimpin dan pemerintah negeri ini harus memberikan apa yang jadi hak masyarakatnya,
memikirkan masyarakatnya agar tercipta kesejahteraan dan berlaku adil untuk seluruh
rakyatnya di Indonesia tanpa menyampingkan budaya yang sudah terlahir lebih lama dari
pemerintahan Negara Republik Indonesia.

Sebaliknya untuk seluruh rakyat juga harus mematuhi semua aturan yang dibuat oleh
Negara ini. Jika rakyat tidak dapat menerima aturan-aturan yang dibuat Negara ini, rakyat
dapat bersosialisasikan dengan damai tanpa ada pertumpahan darah antar manusia.

Pemerintah dan masyarakat harus sadar sedalam-dalamnya bahwa Pancasila adalah


pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik Indonesia serta merasakan bahwa
Pancasila adalah sumber kejiwaaan masyarakat dan Negara Republik Indonesia, maka
manusia Indonesia menjadikan pengamalan Pancasila sebagai perjuangan utama dalam
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Oleh karena itu pengamalannya harus dimulai
dari setiap warga negara Indonesia, setiap penyelenggara Negara yang secara meluas akan
berkembang menjadi pengamalan Pancasila oleh setiap lembaga kenegaraan dan lembaga
kemasyarakatan, baik di pusat maupun di daerah.

Dengan demikian Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa dan Dasar Negara Republik
Indonesia akan mempunyai arti nyata bagi manusia Indonesia dalam hubungannya dengan

12
kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan. Untuk itu perlu usaha yang sungguh-sungguh dan
terus-menerus serta terpadu demi terlaksananya penghayatan dan pengamalan Pancasila.

B. Saran

1. Pemerintah pusat, daerah dan pihak yang ikut dalam pembuatan kebijakan
seharusnya mengkaji semua kebujakan-kebijakannya, sehingga semua rakyat
menikmati hasil dari pembangunan di negri ini.
2. Profesionalisme seharusnya lebih dikedepankan, tidak malah mementingkan
kelompok/ golongannya untuk ramai-ramai korupsi berjamaah.
3. Pelayanan layanan masyarakat harus lebih ditingkatkan dan diawasi pelayanan
terhadap warga miskin. Pemerintah harus lebih memperhatikan pelayanan warga
miskin karena selama ini terlihat ada ketimpangan pelayanan antara warga miskin
dan warga kaya.
4. Perbaikan terhadap kebijakan yang telah dibuat pemerintah dengan peninjauan
kembali terhadap kebijakan dan merubah atau menyesuaikan kebijakan dengan fakta
dilapangan untuk kemudian di perbaiki dan diterapkan kembali setelah mengalami
perbaikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Ms Bakry,Noor(1997), Orientasi Filsafat Pancasila ,Liberty ,Yogyakarta.

Pangeran Alhaj S.T.S Drs., Surya Partia Usman Drs., 1995. Materi Pokok Pendekatan
Pancasila. Jakarta; Universitas Terbuka Depdikbud.

Sujatmiko, I. G. (2006). Keadilan Sosial dalam Masyarakat Indonesia. Dalam Irfan Nasution
dan Ronny Agustinus (Eds.), Restorasi Pancasila. Bogor: Brighten Press.

Suryawasita, A. (1989). Asas Keadilan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Siregar, Christian. 2014. Pancasila, Keadialan Sosial, dan Persatuan Indonesia. BINUS
University. Jakarta

Sudibyo,Tahajudin Drs. 2011. Pengamalan Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
Indonesia Timpang Tindihnya Keadilan Di Negeri Kepulauan. Sekolah Tinggi Teknik
Informatika dan Komputer Amikom. Yogyakarta.

Melano, Mario Olyvius Ora. 2011. Penerapan Sila Keadilan bagi Seluruh Rakyat Indonesia.
Sekolah Tinggi Teknik Informatika dan Komputer Amikom. Yogyakarta.

Anisa, Farida Nurul. 2011. Penerapan Sila Keadilan Sosial dalam Kehidupan Masyarakat.
STMIK. Yogyakarta.

14
LAMPIRAN

15
Kegiatan Bakti Sosial

(Bakti Sosial KMK FMIPA UNSRAT di Panti Asuhan Melania Langoan)

16
(Aksi Peduli Bencana Mahasiswa Sulawesi Utara)

(Pengobatan Grastis dan Penyuluhan Pascasarjana UNSRAT)

17
Menjaga Kerukunan antar-umat Beragama
(Study keagamaan Keluarga Mahasiswa Katolik FMIPA UNSRAT ke Vihara Buddhayana
dan Masjid Agung Al-Falah Kyai Modjo)

18
(Gotong-royong dan tolong-menolong)

19
(Bantuan kepada orang miskin dan bantuan beasiswa kepada siswa kurang mampu)

20
21

Anda mungkin juga menyukai