OLEH ALFA’19 C
-Thomas Paine -
nucleon.
Halaman
Judul.....................................................................................................1
Prakata……….....................................................................................3
Daftar Isi..............................................................................................4
Pembahasan
BAB I (Sifat-sifat inti)………………………………………………...5
BAB II (Sifat-sifat inti Atom)………………………………………..15
BAB III (Mekanika Kuantum)………………………………………..23
BAB IV (Hukun dan hasil peluruhan radiaoaktif)…………………....70
BAB V (Hasil peluruhan radioaktif)………………………….............80
BAB VI (Peluruhan)………………………………………………….89
BAB VII (Peluruhan Beta)…………………………………………....98
BAB VIII (Peluruhan Beta ganda)…………………………………..113
BAB IX (Peluruhan Gamma)……………………………………..…118
BAB X (Interaksi sinar gamma dengan materi)…………………..…140
BAB XI (Reaksi Inti)……………………………………...…………148
BAB XII (Reaksi Fisi)……………………………………………….160
BAB XIII (Reaksi Fusi)……………………………………………...169
Penutup
Daftar Pustaka……………………………………………………...176
A. Pendahuluan inti
Teori Atom Dalton Pada 1808, ilmuwan berkebangsaan Inggris, John
Dalton, mengemuka-kan teorinya tentang materi atom yang dipublikasikan
dalam A New System of Chemical Philosophy. Berdasarkan penelitian dan
hasil-hasil perbandingannya,
Dalton menyimpulkan sebagai berikut:(1)Materi terdiri atas atom yang tidak
dapat dibagi lagi.(2) Semua atom dari unsur kimia tertentu memiliki massa
dan sifat yang sama(3)Unsur kimia yang berbeda akan memiliki jenis atom
yang berbeda(4)Selama reaksi kimia, atom-atom hanya dapat bergabung
atau dipecah menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom tidak dapat
dihancurkandan tidak dapat diubah selama reaksi kimia tersebut(5)Suatu
senyawa terbentuk dari unsur-unsurnya melalui penggabungan
atom tidak sejenis dengan perbandingan yang sederhana.
Model Atom Thomson Seorang fisikawan Inggris, Joseph John
Thomson, pada 1897 me-nemukan elektron, suatu partikel bermuatan
negatif yang lebih ringandaripada atom. Dia memperlihatkan bahwa
elektron merupakan partikel subatomik. Dari penemuannya ini, J. J.
Thomson mengemukakan dugaan (hipotesis) sebagai berikut: "karena
elektron bermuatan negatif, sedangkan atom bermuatan listrik netral maka
haruslah ada muatan listrik positif yang mengimbangi muatan elektron
dalam atom". Maka ia mengusulkan suatu model atom yang dikenal
dengan model atom roti kismis sebagai berikut(1)Atom berbentuk bola
pejal bermuatan positif yang homogen (diibaratkan sebagai roti)
(2)Elektron bermuatan negatif tersebar di dalamnya (seperti kismis
yang tersebar di dalam roti)
m = nqrBE
Dengan B1 adalah energi ikat elektron ke-i. Dalam atom berat energi-
energi ikat elektron berorde 10 – 100 keV, sedangkan energi massa atomnya
berorde A × 1000 MeV; oleh karena itu kita dapat mengabaikan suku
terakhir dalam
Persamaan (1.4)
Energi ikat B dari suatu inti adalah perbedaan energi massa antara
intiEnergi ikat B dari suatu inti adalah perbedaan energi massa antara intiA
z XN dan unsur penyusunnya Z proton dan N neutron.
Penyelesaian:
Penyelesaian
5. 2
1H + 23H 42He + 10n + E
Diketahui massa ini adalah
2
1H = 2,0147 sma,31H = 3,0169 SMA 42He = 4,0039 sma ’10n = 1,0089 sma
1 sms = 931 MeV
Maka reaksi fusi di atas melepaskan energi sebesar …
Penyelesaian :
2
1H + 31H 42He + 10n + E
2
1H =2,0147 sma,31H = 3,0169 SMA 42He = 4,0039 sma
10n = 1,0089 sma sma 1 sms = 931 MeV
E = {(M21H + 31H) – (M 42He + M 10n)}931 MeV
= {(2,0147 + 3,0169) – (4,0039 + 1,0089)}931 MeV
= (5,0316 – 50128)931 MeV
E = 17.502 MeV
L=I.ω
B. Momentum Magnetik
Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik
terhadap medan magnet luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan
pada dasarnya berasal dari gerakan spin dan gerakan orbital elektron
mengelilingi intinya. Dari gerakan ini akan menghasilkan momen magnetik
spin dan momen magnetik orbital pada suatu elektron. Momen magnetik
total suatu atom merupakan resultan dari dua momen magnetik tersebut.
Momen magnetik atom pada bahan akan berpasangan satu sama lain,
sejajar, berlawanan, atau tidak sejajar dan tidak berlawanan. Suatu momen
μl=gl µN( l)
s= gs µN( s)
μ= l+ s=(gll+ gss)
atau
untuk j =l+12
untuk j =l+12
Seperti elektron atom, inti atom juga berada di beberapa tingkat energi,
dengan perbedaan celah energi antara tingkat-tingkat inti lebih besar
dibandingkan tingkat-tingkat elektronik. Pada umumnya, energi pemisahan
dan tingkat-tingkat inti berorde juta eV. Jika (E2-E1) sebesar 1 MeV atau
106 eV, maka panjang gelombang radiasi dari transisi tersebut adalah 1,2 x
1012 cm.
D. Model Tetes Cair dan Model Kulit
1. Model Tetes Cair
Model tetes cairan (liquid drop model) adalah model kolektif yang
paling banyak dipakai. Model ini mula-mula diusulkan oleh George Gamow
dan kemudian dikembangkan oleh Niels Bohr dan John Archibald Wheeler.
Model ini diilhami oleh kesamaan sifat inti dengan sifat tetes cairan. Di
antara sifat tetes cairan adalah :
a. kerapatannya homogen,
b. ukuran tetes cairan berbanding lurus dengan jumlah partikel /
molekul penyusunnya, dan
c. kalor uap nya berbanding lurus dengan jumlah partikel
pembentuknya, cuap=konstanta × jumlah prtikel.Misalkan kita mengukur
kalor uap per jumlah partikelnya, maka mengacu pada sifat no (iii),
tentunya kita akan mendapat nilai yang konstan, tanpa bergantung pada
jumlah partikel penyusunnya.
Model tetes cairan mengandaikan inti sebagai tetes cairan fluida tak
mampat, yang tersusun oleh nukleon, yakni gabungan proton dan netron
yang terikat oleh gaya nuklir kuat. Model tetes cairan tidak memerinci sifat
individual nukleon, tetapi menerangkan sifat kolektif nukleon yang
f= BA = av bernilai konstan.
2. Model Kulit
Sekalipun model tetes cairan dan model gas Fermi cukup berhasil
menerangkan berbagai fenomena inti, khususnya terkait dengan energi dan
kestabilan inti, masih ada hasil eksperimen yang belum bisa dijelaskan.
a. Elektron dalam suatu atom berada dalam kulit-kulit.
b. Ada beberapa atom yang stabil, yaitu: He, Ne, Ar, Kr dan Xe
dengan Z= 2, 10, 18, 36, 54.
Ada beberapa atom yang stabil, yaitu: He, Ne, Ar, Kr dan Xe
dengan Z= 2, 10, 18, 36, 54.
MEKANIKA KUANTUM
A. Potensial Barier
2 2
ℏ d ψ2
+( E−V o )ψ 2=0
2 me dx 2
Syarat kontinu:
Sepanjang perjalanannya energi total elektron, E< Vo. Karena V=0, fungsi
gelombang elektron sebagai solusi persamaan Schrodinger dalam daerah
x<0 sama dengan:
Elektron terperangkap dalam daerah –a<x<a, dan sama sekali tak dapat ke
luar daerah itu.
Dengan perkata lain peluang elektron berada di x>a dan di x <-a sama
dengan nol. Oleh sebab itu, jika ψ(x) adalah fungsi gelombangnya, maka :
1
V ( x )= k x 2
2
1 2 2
V (x) = mω x
2
Oleh karena, V(x) tidak bergantung pada waktu, maka kita dapat
menggunakan persamaan schrödinger tak bergantung waktu bentuk satu
dimensi, yaitu:
2 2
ℏ d φ( x )
- + V ( x )φ (x)= E φ( x)
2m dx 2
2
−ℏ2 d φ( x) 1
+ mω 2 x 2 φ(x)=E φ(x )(3)
2m dx 2
2
1 ℏ d 2 1 2 2
( ) φ (x)+ mω x φ(x )=E φ( x)
2m i dx 2
[
1 ℏ d 2 2 2 2
(
2m i dx ]
) +m ω x φ( x ) = E φ( x)
Maka ruas kiri persamaan ( 3 . 6 ) kita nyatakan dalam bentuk dalam bentuk
perkalian dua faktor, yaitu
1
2m [( ) ℏ d 2 2 2 2
i dx
+m ω x φ( x )→
1 ℏ d
2 m i dx
−imωx]ℏ d
i dx
+ imωx φ(x ) ( )( )
→
1 ℏ d
(
√ 2 m i dx
−imωx ) √ 2m ( i dx +imωx ) φ( x)
1 ℏ d
→ a−a + ¿φ ( x )
¿
a
−¿=
1
( ℏ d −imωx)¿
√ 2 m i dx
a
+ ¿=
1
( ℏ d +imωx)¿
√ 2 m i dx
produk dari a−¿a+ ¿¿ ¿, jika bekerja pada suatu fungsi, misalnya f (x).
a−¿a ¿
+ ¿f ( x)=
1
( ℏ d −imωx ) √21m ( ℏi dxd +imωx ) f (x)¿
√2 m i dx
¿
1 ℏ d
(
√ 2 m i dx
−imωx
ℏ d f (x)
i dx
+imωx f (x) )( )
{( ) d [ x f (x)]
}
2 2
1 ℏ d f ( x) d f (x) 2 df ( x )
¿ + ℏ mω −ℏ mωx + ( mωx )
√2 m i dx
2
dx dx dx
{( )
2 2
1 ℏ d f ( x) d f (x) df (x) 2
¿ + ℏ mωf ( x)+ℏ mωx −ℏ mωx + ( mωx ) f
√2 m i dx
2
dx dx
{( ) d 2 f (x)
} {( )
2 2
1 ℏ d 2 1 ℏ d
¿ ( m ωx ) f ( x )+ ℏ mω f (x)= + ( mωx )2 +
2m i dx dx
2
2 m i dx
{( ) }
2
1 ℏ d 2
+ ( m ωx ) +ℏ mω =a−¿a ¿
2m i dx + ¿−
ℏω
2
(10)¿
a−¿a ¿
+ ¿φ (x)= E+
( ℏω
2 )
φ( x)(12) ¿
H op φ( x )=Eφ( x)(13)
yaitu:
a−¿a ¿
{( ) }
2
1 ℏ d 2 ℏω
+ ¿= + (m ωx ) − (14)¿
2m i dx 2
a−¿a ¿
(
+ ¿φ (x)= E−
ℏω
2 )
φ( x)(17) ¿
H op φ( x )=Eφ( x)(18)
untuk osilator harmonik. Selanjutnya kita lihat bagaimana sifat dari operasi
menghasilkan
¿¿
¿ a−¿a + ¿a ¿ ¿
−¿φ (x )− ℏ ω a ¿
2 −¿ φ( x) ¿
(
¿ E−
ℏω
a )
2 −¿φ (x)− ℏω
2
a −¿φ ( x)¿ ¿
¿ E− ( ℏω ℏω
2
−
2
a−¿ φ(x)¿ )
¿(E−ℏ ω) ϕ (x )( 19)
n
¿ a¿ φ (x)¿
Maka
Lalu bagaimana sifat dari operasi a+ ¿¿ jika bekerja pada fungsi eigen φ (x)?
¿¿
¿ a+¿ a −¿ a ¿ ¿
+ ¿ φ(x )+ ℏω a ¿
2 +¿ φ( x )¿
H op ϕ ( x)=a
(
+¿ E +
ℏω
2
φ(x)+
ℏω
)a
2 + ¿φ (x) ¿
¿
¿ E+( ℏ ω ℏω
2
+
2
a+¿φ (x)¿ )
¿( E +ℏ ω)ϕ ( x)(21)
n
¿ a+¿ φ( x) ¿
Maka
Sampai saat ini, kita belum memperoleh bentuk spesifik dari φ (x). Untuk
itu, kita perhatikan kembali persamaan (19). jika kita operasikkan a_
berkali-kali pada φ (x) maka suatu saat akan dicapai suatu keadaan dengan
energi terendah. Keadaan dengan energi terendah biasa disebut dengan
a−¿φ ( x )=0 ¿
o
1 ℏ d
(
√2 m i dx
−imωx φo ( x )=0 )
(
1 ℏ d φo (x )
√2 m i dx
−imωx φo ( x ) =0 )
d φo ( x ) mωx φo ( x )
=
dx ℏ
d φo ( x ) −mω
= xdx
dx ℏ
d φo ( x ) −mω
∫ dx
=
ℏ
∫ xdx
mω 2
ln φ o ( x )=−¿ x +C ¿
2ℏ
−mω 2
x +C
2ℏ
φ o ( x )=e
−mω 2
x
2ℏ
φ o ( x )= A o e ( 23 )
φ n ( x )=¿ ¿
φ n ( x )= A n ¿ ¿
Selanjutnya kita cari berapa energi osilator harmonik pada keadaan dasar.
Caranya adalah dengan memecahkan persamaan Schödinger pada
a+ ¿a ℏω ¿
−¿ φo( x )+ φ ( x )=E o φo ( x )¿
2 o
ℏω
φ ( x ) =Eo φ o ( x )
2 o
ℏω
Eo = ( 25 )
2
Ternyata energi pada keadaan dasar dari osilator harmonik juga tidak sama
dengan nol seperti pada kasus partikel dalam sumur potensial tak hingga.
Kemudian untuk mendapatkan energi pada keadaan tereksitasi ke n, En kita
diturunkan dari persamaan ( 22 ) , diperoleh :
En =Eo +n ℏω
( 12 ) ℏ ω ( 26 )
En = n+
∞
Ψ ( x , t )=∑ c n φn ( x ) e−i Ε t /ℏ
n
n=1
∞
Ψ ( x , t )= ∑ c a An ¿ ¿ ¿
n=1
Contoh
Solusi
−mω 2
x
2ℏ
φ o ( x )= A o e
∫ |φo| dx=1
2
−∞
∫ φo ( x ) φ o ( x ) dx=1
−∞
∞ −mω 2 −mω 2
x x
∫ A o e 2ℏ Ao e 2ℏ
dx=1
−∞
∞ −mω 2
x
Ao
2
∫e 2ℏ
dx =1
−∞
∞ −mω 2
x
Ao 2 ∫ e
2 2ℏ
dx=1
−∞
Ao 2
2
( 12 √ mω
πℏ
)=1
( )
1
mω 4
Ao =
πℏ
( )
1 −mω 2
mω 2ℏ
x
φ o ( x )= 4
e
πℏ
Contoh
Solusi
φ n ( x )= A n ¿ ¿
φ 1 ( x )= A1 a −mω 2
2ℏ
x
+¿ e ¿
( )
−mω 2
1 ℏ d 2ℏ
x
¿ A1 + ℑ ωx e
√ 2 m i dx
( )
−mω 2 −mω 2
A1 ℏ d x x
¿ e 2ℏ
+ ℑ ωx e 2ℏ
√2 m i dx
(( ) )
−mω 2 −mω 2
A1 ℏ −m ω 2ℏ
x
2ℏ
x
¿ xe + ℑ ωx e
√ 2 m i ℏ
(x e )
−mω 2
2 ℑ ω A1 2ℏ
x
¿
√2 m
−mω 2
x
¿ i ω Α1√2 m x e 2ℏ
−mω 2
x
¿ Cx e 2ℏ
, denganC ≡iω A 1 √ 2 m
Materi Fisika Inti | BAB III 45
Melakukan normalisasi terhadap φ 1 ( x )
∞ −mω 2
x
C 2 ∫ x2 e 2ℏ
dx=1
−∞
| | √
∞ −mω 2 ∞
x 1 π
C 2∫ x e dx =1 →∫ x 2 e−a x dx=
2
2 2 2ℏ
0 0 4a a
√ ( )
3
2 4 mω
C
π ℏ
[ ( )]
3 1
4 mω
2 4
C=
π ℏ
[ ( )]
3 1 −mω 2
4 mω 4 2ℏ
x
C= xe
π ℏ
1. Hukum Hooke1
2. Hukum II Newton,
F = m.a
m . a=−k . x
−k
a= x
m
1
Maka V k = mω 2 x 2
2
1 2 2
Energi Potensial, V p= mω x
2
Tinjauan energi pegas pada mekanika kuantum
[ ]
2 2
−ђ d 1 2 2
+ mω x ψ ( x )=E ( x )
2 m dx 2
2
diperoleh
H p2 1 2 2
( p , x )= + mω x
2m 2
Dimana
Hψ (x )=Eψ( x )
Maka:
1
(d
ђ +i⏞ mωx
√2 m dx )√ (1 d
ђ −i⏞ mωx
2 m dx )
b. Annihillation Operator dan Creation Operator
Dimulai dengan metode elegan Operator Dirac, yang didasarkan pada karya
sebelumnya dari M.Borndan N.Wiener, untuk mendapatkan energi
eigenkets dan energi eigen dariosilator harmonic sederhana, dengan dasar
dari Hamiltonian yaitu
dimanaω adalah frekuensi sudut dari osilator klasik terkait dengan konstanta
c. EnergiEigenketsdanEnergiNilai Eigen
jadi kita memiliki hubungan penting antara sejumlah operator dan operator
Hamiltonian:
Untuk menghargai arti fisik a, a+, dan N, pertama mari kita perhatikan
bahwa:
Dan:
Kita dapat memperoleh eigenkets Operator numerik dengan lebih kecil dan
lebih kecil sampai urutan berakhir, yang pasti akan terjadi setiap kali kita
mulai dengan bilangan bulat positif n. Orang mungkin berpendapat bahwa
jika kita mulai dengan nonintegern, urutan akan tidak menghentikan, yang
yang berarti bahwa n tidak pernah bisa negatif! Jadi kami menyimpulkan
bahwa urutan harus mengakhiri dengann = 0 dan nilai-nilai yang diizinkan
n adalah bilangan bulat non-negatif. Karena nilai terkecil yang mungkin
dari n adalah nol, keadaan dasar dari osilator harmonik memiliki
Dari (2.3.16), (2.3.17), dan kebutuhan untuk ortho normality (1 n)}, kita
memperoleh elemen matriks
kita gunakan. Hal ini tidak mengherankan karena x dan p, seperti dan
, tidak komutatif dengan N. Metode operator juga dapat digunakan untuk
mendapat kaneigen functions energi dalam ruang posisi. Mari kita mulai
dengan keadaan dasar yang didefinisikan oleh
Yang menetapkan skala panjang osilator. Kita melihat bahwa solusi dinor
malisasike (2.3.28) adalah
Juga
seperti yang diharapkan dari Teorema virial. Dari (2.3.25a) dan (2.3.25b),
berarti
yang juga berlaku untuk keadaan tereksitasi. Oleh karena itu kita harus
dan kita melihat bahwa hubungan ketidakpastian puas dalam bentuk produk
ketidakpastian minimum:
Menyamakan H ermitian dan anti H ermitian bagian dari kedua belah pihak
secara terpisah, kami menyimpulkan
Contoh :
∞ ∞
F ave =−m ω
2
∫ ψ n (x )x Ψ n xdx=−ω √ mℏ ω ∫ ψ n ( z) z ψ n z d (x )
−∞ −∞
1 2
V = mω x
2
∞ ∞
1 1
V ave = m ω ∫ ψ n (x ) x Ψ n xdx= ℏ ω ∫ ψ n (z ) z ψ n z d( x)
2 2 2
2 −∞ 2 −∞
K
[ ] [ ]
2 ∞ 2 ∞ 2
ℏ
ave=¿ ∫ Ψ n(x) d 2 dx=−1
2 m −∞ 2
d
ℏω ∫ ψ n z 2 Ψ n( z) d ( z)¿
dx −∞ d
1. Momentum Sudut
L^
2
Akhirnya, diperoleh fungsi eigen bagi operator:
Sifatortogonalitas:
s untuk ℓ =0,
p untuk ℓ =1
2. Komponen-z
Karena maka
A.Pengertian Radioaktif
Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa
terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan
pancaran partikel alfa (inti helium), partikel beta (elektron), atau radiasi
gamma (gelombang elektromagnetik gelombang pendek). Sinar-sinar
yang dipancarkan tersebut disebut sinar radioaktif, sedangkan zat yang
memancarkan sinar radioaktif disebut denganzat radioaktif. Proses
peluruhan inti merupakan proses tak distrik kebolehjadian suatu inti.
Untuk sejumlah sejenis kebolehjadian meluruh adalah masing-masing inti
dan boleh dikatakan tak bergantung dari waktu atau sebanding dari
waktu. Peluruhan zat radioaktif merupakan proses berubahnya inti atom
yang tidak stabil menjadi init atom yang stabil. Peluruhan juga dapat
berarti sebagai proses pemancaran sinar zat radioaktif oleh zat radioaktif.
B.Proses Peluruhan Radioaktif
Selain itu proses peluruhan bersifat acak.Inti-inti atom ini tidak meluruh
sekaligus pada suatu waktu tetapi satu per satu dalam selang waktu
tertentu. Untuk itu maka zat radioakatif memiliki waktu paruh sebagai
yang diperlukan suatu zat radioaktif agar sebagian atau setengah dari inti
radioaktif meluruh. Pada praktikum peluruhan zat radioaktif ini,
dNN=-λdt
R= -dNdt=λN0e-λt=λN
f. PELURUHAN GAMMA
Peluruhan Gamma ( γ ) merupakan radiasi gelombang elektromagnetik
dengan energi sangat tinggi sehingga memiliki daya tembus yang sangat
kuat. Sinar gamma dihasilkan oleh transisi energi inti atomdari suatu
keadaan eksitasi ke keadaan dasar.
Saat transisi berlangsung terjadi radiasi energi tinggi (sekitar 4,4 MeV)
dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Sinar gamma bukanlah partikel sehingga tidak memiliki nomor atom
(A=0) maka dalam peluruhan sinar-γ tidak dihasilkan inti atom baru.
Sinar gamma adalah gelombang elektromagnetik atau foton yang berasal
dari inti atom, bergerak dengan kecepatan cahaya, dengan panjang
gelombang antara 1,7 x 10 -8
sampai 4,1 x 10 -6
m. . Sinar gamma juga
menghasilkan fluoresensi, dapat mengionisasi gas, tetapi tidak sebesar
sinar alfa dan beta. Daya tembus sinar gamma 100 kali lebih besar dari
daya tembus sinar beta Sinar gamma tidak dapat dihentikan oleh
aluminium yang tebalnya beberapa cm, tetapi dapat diserap oleh
lembaran timah hitam yang tipis.
A(t) = {½ }nA0
A(t) /A0 = 2,5 × 1010 Bq
=1/4 = {1/2}2
n = 2, sehingga waktu paronya adalah T½ =t/n = 10 jam / 2= 5 jam
3. Suatu unsur radioaktif mempunyai massa 10 gram dan waktu paruh 30
menit banyaknya zat radioaktif yang meluruh selama 2 jam adalah...
Pembahasan :
Pada soal ini diketahui:
N0 = 10 gram
T½ = 30 menit = 0,5 jam
t = 2 jam
penyelesaian :
N =N0 (½)t/T½
N = 10 gr (½) 2 jam/0,5 jam
N = 10 gr (½)4 = 10 gr × 1/16 =0,625 gram
Jadi banyaknya zat yang meluruh 10 gram – 0,625 gram = 9,375 gram
4. Jika dalam kurun waktu 24 jam suatu unsur radioaktif telah meluruh
sebanyak 63/64 bagian, maka waktu paruh unsur radioaktif tersebut
adalah
Pembahasan :
Diketahui :
t = 24 jam
N = 1- 63/64 = 1/64 N0
Berdasarkan rumus :
N =N0 (½)n
1/64 N0 = N0 (½)n
SOAL LATIHAN
1. Suatu zat radioaktif mempunyai waktu paruh 20 tahun. 25
gram zat itu disimpan selama 60 tahun. Berapakah gram
sisanya ….
A. Pengertian Radioaktivitas
Inti Radioaktif adalah unsur inti atom yg mempunyai sifat
memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma.Radioaktivitas
adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi
dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan
dan inti atom yang takstabil disebut radionuklida. Materi yang
mengandung radionuklida disebut zat radioaktif. Peluruhan ialah
perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang lain, atau
berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain. Peluruhan
radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti atom
yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi).
Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah
nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit untuk
memprediksi peluruhan sebuah atom.
B. Sejarah Penemuan Radioaktif
Pada tahun 1895 Williem K. Rontgen menemukan sinar-X dengan
jalan menembakkan sinar katoda pada pelat aluminium. Para
Peluruhan Radioaktif
Kestabilan inti
Inti atom terdiri atas netron dan proton. Proton bermuatan
positif, sedangkan netron tidak bermuatan (netral). Netron dalam
inti berfungsi menjaga gaya tolak-menolak antarproton. Oleh karena
itu kestabilan inti ditentukan oleh perbandingan banyaknya proton
dengan netron. Jika digambarkan grafik nomor atom (jumlah
proton) terhadap jumlah netron pada inti yang stabil (tidak
radioaktif), akan diperoleh suatu grafik berupa pita yang dinamakan
pita kestabilan inti (stability band).
Suatu inti yang tidak stabil dapat meluruh menjadi inti yang lebih
ringan dengan memancarkan partikel alfa (inti atom helium). Pada
peluruhan alfa terjadi pembebasan energi. Energi yang dibebaskan
akan menjadi energi kinetik partikel alfa dan inti anak. Inti anak
memiliki energi ikat per nukleon yang lebih tinggi dibandingkan
induknya.
Contoh :
92238U 90234Th + 24He
pada inti . Deret ini juga disebut dengan deret 4n, sebab
nomor massanya selalu kelipatan 4.
2. Deret Neptunium
inti . Deret ini juga disebut deret (4n +1), karena nomor
massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n +1
3. Deret Uranium Deret uranium dimulai dari inti
induk 92U dan berakhir pada 82Pb . Deret ini disebut juga
238 206
4. Deret Aktinium
Aktivitas Radioaktif
PELURUHAN
AX → z-2A-4Y+42α
Peluruhan alfa terjadi pada inti-inti atom yang punya nomor atom lebih
besar dari 82 atau punya nomor masa lebih besar dari 200. Partikel alpha
ini merupakan inti atom Helium yang terdiri dari 2 proton dan 2 neutron.
Pada saat peluruhan terjadi partikel alfa ini akan kehilangan 2 proton, jadi
jika sebuah inti atom memancarkan partikel alpha maka akan terbentuk
inti baru dengan nomor massa A – 4 dan nomor atom z – 2 sehingga
radiasi alfa disamakan dengan pembentukan inti Helium yang bermuatan
+2 ( ). Partikel alpha ini tidak dapat menembus kulit manusia karena
partikel alpha langsung kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan
atom atau molekul materi yang dilaluinya, tabrakan itu mengakibatkan
atom atau molekul yang dilaluinya mengalami ionisasi.
Q=[m(X)-m(X’)-m(α)] c2
BAB VII
PELURUHAN β
A. Peluruhan β
Persamaan peluruhan beta Peluruhan beta terjadi jika suatu inti memiliki
kelebihan netron, atau rasio netron terhadap protonnya melebihi rasio
stabilnya. Pada kurva kestabilan inti, (kurva jumlah netron N sebagai
fungsi jumlah proton Z), suatu inti akan cenderung mengalami peluruhan
beta jika terletak di atas kurva kestabilan inti. Suatu inti yang kelebihan
netron (yang juga berarti kekurangan proton) akan berusaha mencapai
kestabilan dengan cara merubah netron menjadi proton,
10 n→11 p +0-1e
Pada persamaan di atas, 0-1e adalah elektron, yang pada saat emisi
tersebut pertama kali diamati, dikenal sebagai partikel beta. Reaksi
. (5.21)
Az X → Az+1 . (5.22)
Pada Persamaan (5.21) dan Persamaan (5.22), Qβ− adalah energi yang
dilepaskan, yang membuat reaksi peluruhan beta memenuhi hukum
kekekalan massa-energi. Mengacu pada Persamaan (5.21), nilai Qβ−
adalah
β− =[mn − mp − me − mνe]c2
Q
Sekarang kita coba menghitung nilai Qβ− untuk peluruhan beta dari suatu
inti, dengan mengacu pada Persamaan (5.21). Dalam hal ini maka
Dengan demikian :l
Contoh :
Penyelesaian
Reaksi peluruhan β untuk Bi-210 adalah
Po +
Sekarang kita coba menghitung nilai Qβ− untuk peluruhan beta dari suatu
inti, dengan mengacu pada Persamaan (5.21). Dalam hal ini maka
Kita sudah diskusikan sebelum ini bahwa peluruhan beta terjadi karena
inti memiliki rasio N/P di atas (N/P)stabil. Selengkapnya jenis reaksi yang
terkait dengan rasio N/P adalah
Gambar 5.6: Plot jumlah partikel beta sebagai fungsi energi kinetik dari
inti induk Bi-210. (Sumber: Krane, 1987).
Reaksi ini terjadi jika inti memiliki rasio N/P di bawah (N/P)stabil.Untuk itu,
inti perlu menambah nilai N dan mengurangi nilai P, dengan cara merubah
proton menjadi netron, dan sebagai konsekuensinya, inti akan
memancarkan positron. Reaksi pemancaran positron dapat ditulis sebagai
. (5.28)
Karena massa proton lebih kecil dari massa netron yang dihasilkannya,
maka pemancaran positron hanya bisa terjadi di dalam inti. Pemancaran
positron menghasilkan inti yang nomor massanya A tetap, tetapi nomor
Reaksi ini terjadi jika inti memiliki rasio N/P di bawah (N/P)stabil. Untuk itu,
inti perlu menambah nilai N dan mengurangi nilai P, antara lain
dengan cara menangkap elektron dari luar inti (biasanya dari kulit K) di
mana elektron tersebut kemudian bereaksi dengan proton menghasilkan
netron. Reaksi pemancaran positron dapat ditulis sebagai
. (5.30)
Materi Fisika Inti | BAB III 10
8
Penangkapan elektron menghasilkan inti yang nomor massanya A tetap,
tetapi nomor atomnya Z berkurang satu. Contoh peluruhan beta adalah
64
29 Cu + Ni + νe + QEC. Nilai energi yang terkait dengan reaksi
penangkapan elektron dari inti X sehingga menghasilkan inti baru X 0 adalah
Secara umum, tipikal nilai QEC adalah 0,2 ≤ QEC ≤ 2MeV. Reaksi
penangkapan elektron bersaing dengan reaksi pemancaran positron, sebagai
cara untuk mendekati (N/P)stabil bagi inti dengan dengan N/P di bawah
(N/P)stabil. Pada inti berat, jarijari orbit K lebih kecil sehingga peluang
penangkapan elektron menjadi lebih besar
. (5.32)
adalah 24
11 Na+ Mg+ + ¯νe +QPC. Nilai energi yang terkait dengan
. (5.34)
Pada persamaan di atas, i. Biasanya Vfi ditulis sebagai Vfi = g2 |Mfi|2, di mana
|Mfi|2 adalah elemen matriks dan diberikan oleh
. Keadaan awal
direpresentasikan oleh Ψinitial = Ψnetron pada keadaan dasar, sedang keadaan
akhir dinyatakan oleh gabungan dari 3 fungsi gelombang dari 3 partikel,
atau Ψ∗f = Ψ∗protonΨ∗elektronΨ∗antineutrino. ρ(Ef) menyatakan rapat
keadaan energi pada keadaan akhir. Salah satu bentuk akhir dari
Persamaan (5.34) adalah
. (5.37)
17
N → 17O ( Se (1− → 0+), dan
87
Rb → 97Sr ( ) dan 40K → 40Ca (4− → 0+).
reaksi terlarang orde keempat di mana ∆I = 4,5 dan tidakada∆π,
AZ X.
Peluruhan beta ganda bisa terjadi akibat salah satu dari hal berikut:
Contoh untuk kasus ini adalah adalah Ca-48. Jika Ca-48 meluruh
.
Elektron yang dipancarkan bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron
yang semula berada di dalam inti atom, karena asas ketidakpastian
melarang elektron mempunyai di dalam inti atom. Elektron tersebut
“diciptakan” oleh inti atom dari energi yang berada. Jika beda energi diam
selang kedua inti atom sekurang-kurangnya E=mc², karenanya hal
tersebut memang mungkin terjadi. Dalam peluruhan β +, sebuah proton
dikonversi dijadikan sebuah netron, sebuah positron dan sebuah neutrino:
B. Spektrometer Gamma
Spektrometer gamma adalah spektrometer yang digunakan untuk
menganalisa sebuah sampel yang memancarkan radiasi gamma sehingga
diketahui energi gamma yang dihasilkan. Apabila radiasi gamma memasuki
tabung detektor, maka akan terjadi interaksi antara radiasi gamma dengan
bahan NaI(Tl). Interakasi itu dapat menghasilkan efek foto listrik, hamburan
Compton dan produksi pasangan. Karena interaksi ini maka elektron-
elektron atom bahan detektor akan terpental keluar sehingga atom-atom itu
berada dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom yang tereksitasi akan kembali
ke keadaan dasarnya sambil memancarkan kerlipan cahaya. Cahaya yang
dipancarkan itu selanjutnya diarahkan ke foto katoda sensitif. Apabila foto
katoda terkena kerlipan cahaya, maka dari permukaan foto katoda itu akan
dilepaskan elektron.
C. Peluruhan Gamma
1. Proses De-eksitasi
Inti dalam keadaan tereksitasi kemungkinan memberikan energi
eksitasinya dan kembali ke keadaan dasar dengan berbagai cara.
Tansisi yang paling banyak terjadi adalah pemancaran gelombang
elektromagnetik. Radiasi semacam ini disebut sebagai radiasi
gamma, sinar gamma memiliki frekuensi yang ditentukan dan
energinya E = h.v. Seringkali transisi tidak terjadi secara langsung
Apabila
Dimana
πI : paritas awal
πf : paritas awal
Eek= E* - EK
dimana,
E* : energi eksitasi
H. Energetika peluruhan
Jika sebuah inti meluruh dengan sebuah partikel seperti alfa atau
beta, biasanya inti anak yang terbentuk berada dalam keadaan
eksitasi. Kemudian inti akan bertransisi dari tingkat energi yang lebih
tinggi, Ei , ke tingkat energi yang lebih rendah, E f dengan
melepaskan kelebihan energi sebesar
A X A
Z Z
1
1 3
2
2
1
Ei
3
Materi Fisika Inti | BAB III 13
3
Ef
Tidak seperti halnya peluruhan alfa dan beta, peluruhan gamma tidak
menimbulkan perubahan nomor atom dan nomor massa dari inti. Jika sinar
gamma menembus bahan dengan ketebalan x , dengan intesitas awal I,
intensitas akan berkurang sebesar I setelah menembus bahan. Perubahan
intensitas sebanding dengan I, x dan jenis bahan, µ, yaitu koefisien
absorbsi (atenuasi) atau secara matematis ditulis sebagai :
∆ I =μI ∆ x
dI =−μIdx
Persamaan akan menghasilkan
−μx
I =I e
1
Ketebalan setengah X , adalah ketebalan yang diperlukan agar intensitas
2
sinar gamma menjadi setengah harga semula atau
1
I 1 − μx 2
= =e
IO 2
0,693
X 1/2=
μ
Interaksi sinar gamma dengan materi ini meliputi 3 proses yaitu :
Effek fotolistrik
Effek Compton
Produksi pasangan
Effek fotolistrik terjadi jika energi sinar gamma sebesar 0,01
Mev sampai 0,5 Mev, hamburan Compton terjadi jika energi
sinar gamma dari 0,1 Mev sampai 10 Mev dan produksi
pasangan (menghasilkan sepasang electron-positron) terjadi jika
energi sinar gamma mulai dari 1.02 Mev dan meningkat dengan
meningkatnya energi sinar gamma. Kebanyakan inti tereksitasi
memiliki usia paroh yang pendek terhadap peluruhan gamma,
tetapi beberapa tetap tereksitasi selama beberapa jam. Inti
tereksitasi yang berumur panjang Inti tereksitasi yang berumur
panjang disebut isomer dari inti yang sama dalam keadaan dasar.
2. Konversi internal
K e =E γ −E B
Bilamana sinar gamma memiliki energi lebih besar dari 1,02 Mev,
interaksi dengan bahan adalah berupa produksi pasangan. Harga 1.02
ini sama dengan dua kali massa diam electron (2m0c2). Ternyata jika
inti yang tereksitasi memiliki energi >2m 0c2, inti akan melakukan
deeksitasi dengan menghasilkan sepasang elektron-positron. Proses ini
disebut dengan produksi pasangan internal. Energi total yang tersedia
untuk terjadinya transisi ini adalah :
2
E0 =2 m0 c + K +¿+K −¿¿ ¿
di mana K+ dan K-_ adalah energi kinetik dari positron dan elektron
masing-masing , dan 2m0c2 adalah jumlah dari energi diam positron dan
elektron. Perhitungan probabilitas internal pasangan-konversi yang
memberikan prediksi teoritis, yang bersesuaian dengan eksperimen,
menunjukkan hasil sebagai berikut :
1. Metoda absorpsi
2 d sinθ=n λ
1) Massa inti atom 20Ca40 adalah 40,078 sma. Jika massa proton = 1,0078
sma dan neutron = 1,0087 sma, defek massa
pembentukan 20Ca adalah
40
Pembahasan:
Diketahui :
Z = 20
A = 40
N = A – Z = 40 – 20 = 20
mi = 40,078 sma
mP = 1,0078 sma
mN = 1,0087
Ditanya: Δm = …
Jawab:
Δm = [(Z . mP + N . mN) – mi]
Δm = [(20 . 1,0078 + 20 . 1,0087) – 40,078]
Δm = (20,156 + 20,174) – 40,078
Δm = 40,33 – 40,078 = 0,252 sma
Jadi besarnya defek massa pembentukan adalah 0, 252 sma
2) Perhatikan reaksi fusi berikut: 1H2 + 1H2 → 1H3+ 1H1 + energy. Jika
massa inti 1H2 = 2,0141 sma, 1H3 = 3,0160 sma dan 1H1 = 1,0078 sma,
maka energi yang dihasilkan pada reaksi fusi tersebut adalah…
Pembahasan
N=¿
y=¿
y 1
=
x 16
x 16
=
y 1
¿ 16 :1
()
Nt 1 t
= T
N0 2
40 ( 2 )
N t 1 15
= 5
=( )
N 1 t
3
40 2
Nt 1
=
40 8
40
Nt=
8
N t =5 gram
Jadi berkurang sebanyak 35 gram
K. Soal Latihan
1. Apakah yang menyababkan kestabilan inti!
2. Apakah yang menyebabkan kemantapan ukuran inti!
3. Apa penyebab terjadinya peluruhan gamma!
4. Jelaskan bagaimana fisi inti dapat terjadi!
A. Klasifikasi Peluruhan Gamma
Radiasi elektromagnetik dihasilkan oleh muatan titik yang bergerak.
Pada kenyataannya inti atom merupakan distribusi muatan yang lebih
luas. Aliran arus listrik dibangkitkan oleh gerakan spin dan orbit nukleon-
nukleon. Medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan dalam transisi
keadaan inti adalah sangat kompleks
Dalam perhitungan klasik, distribusi arus-muatan aktual
dikembangkan dalam momentum multipol. Untuk distribuasi muatan
statis ei ditempatkan pada (xi, yi, zi). Momen multipol memiliki
dimensionalitas dengan L menyatakan orde momen. Sebagai contoj jika
L = 0, maka merupakan muatan total. Jika L = 1, maka merupakan
komponen momen dipol listrik sistem. Jika zarah-zarah membawa momen
magnetik sebagaimana muatan, maka kita dapat mengembangkan
distribusi magnetisasi dalam momen multipol magnet
Pada saat muatan-muatan berosilasi, masing-masing momen multipol
memancarkan pola medan listrik dan medan magnet yang khas (kecuali
untuk momen dengan L = 0). Medan-medan yang dipancarkan dapat
dikelompokkan, pertama, berdasarkan orde momen yang memancarkan;
kedua berdasarkan efek dari operasi paritas. Radiasi dipol listrik
memancarkan medan listrik yang mengubah tanda dalam operasi paritas,
B. Tabel 10.1 Klasifikasi Radiasi Gamma
Nama Singkatan Lr r
Dipol listrik E1 1 -1
Dipol magnet M1 1 +1
Kuadrupol listrik E2 2 +1
Kuadrupol M2 2 -1
magnet
Oktupol listrik E3 3 -1
C. Tabel 10.2 Contoh-Contoh Peleruhan Gamma
2+ 0+ E2 ♦
1+ 0+ M1 ♦
½- ½+ E1 ♦
2+ 2+ M1
9/2+ ½- M4
Q 1,m = ∫ r 1 Y*1,m ρ dг
R/ χ = v/c << 1
3) Produksi pasangan
Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan
medan listrik dalam inti atom berat. Jika interaksi itu terjadi, maka
foton akan lenyap dan sebagai gantinya akan timbul sepasang elektron-
positron. Karena massa diam elektron ekivalen dengan energi 0,51
BAB XI
REAKSI INTI
X (a,b)A4Y
A1
Contoh :
35
Cl (n,p) 35S
23
Na (n, ) 24Na
24
Mg (d,a) 22Na
63
Cu (p,p3n9a) 24Na
4 m M sin2 θ/2
EM = Em
Materi Fisika Inti | BAB III 15
5
(m + M)2
Dimana EM adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa
m, dan EM adalah energi kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan
massa M. Teta (q) adalah besar sudut penyimpangan dari arah datang
semula dengan arah setelah menumbuk inti sasaran. Hamburan elastik
digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di dalam
reaktor nuklir.
b. Hamburan inelastic
Contoh :
107
Ag (n,n) 107mAg Ag
107
44,3 detik
c. Reaksi photonuklir
Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon g berenergi
tinggi (>1 Me V) dipandang sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam
reaksi ini a = g dan b lebih sering adalah n atau p dan bila
menggunakan photon dengan energi sangat tinggi maka b
kemungkinan besar adalah d, t atau a atau bahkan campuran partikel-
partikel
d. Tangkapan radiaktif
23
Na (n, g) 24Na, 31P (n, g) 32P, 179Au (n, g) 180Au
Selain reaksi (n, g) ada pula reaksi (p, g,) tetapi disini inti hasilnya bukan
isotop dari inti sasaran.
Contoh :
19
F (p, g) 20Ne, 27Al (p, g) 28Si
Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n, p), (p, n), (n, a), (a,n),
(d, p), (d, n), (a, t)
Penguapan (evaporation)
Contoh :
Materi Fisika Inti | BAB III 15
7
27
Al (d, pa) 24Na
Spalasi
yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah besar
nukleon dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti
sasaran.
Contoh :
63
Cu (p, p3n9a) 24Na
Fisi
yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara
lain, membelah meniadi dua bagian yang massanya seimbang.
Contoh :
235
U+n 236
U. 137
Te
+ Zr + 2n
97
235
U+n 134
Xe
+ 100
Sr + 2n
f. Inti gabung
Neutron tidak bermuatan dan memiliki momen magnetik yang sangat
kecil, sehingga dalam perialanannya neutron tidak berinteraksi dengan
elektron atomik, tetapi hanya berinteraksi dengan intinya. Neutron
dapat berinteraksi dengan inti secara elastis (energi kinetiknya kekal)
atau secara tak elastis. fika tumbukannya tak elastis, inti ditinggalkan
dalam keadaan tereksitasi, kemudian energi eksitasinya dikeluarkan
dalam peluruhan gamma. Tidak setiap gabungan neutron dan proton
p+ + e- n°
Salah satu contoh reaksi inti dengan inti gabung adalah reaksi fusi. Misal
pada:
H+H He + n
V (R) = V1 + I V2
F. Parameter reaksi
Interaksi nuklir antara dua buah inti yang bereaksi bisa didekati dengan
potensial yang berbentuk Woods-Saxon:
VN (r) = -V0 / 1 + exp [(r – R0)/ a]
R0 = r0 (A1/3P + A1/3T )
AP dan AT adalah massa inti proyektil dan massa inti target, serta r 0 adalah
parameter radius dari potensial inti. Parameter-parameter potensial nuklir
tersebut secara teknologi dapat diatur sehingga data eksperimen dijelaskan
dengan baik.
G. Hamburan coulomb
H. Hamburan inti
V = 1/4πɛo . zZe2/r
Jawab :
BAB XII
REAKSI FISI
Reaksi fisi nuklir adalah proses reaksi nuklir yang terjadi karena inti
atom terbelah menjadi partikel-partikel inti yang lebih ringan karena
Produk fisi dari reaksi fisi uranium-235 bisa saja tidak berupa
barium-141 dan kripton-92, tetapi barium-144 dan kripton-90, atau
zirkonium-94 dan telurium-139.
Pada reaktor nuklir, jumlah fisi per satuan waktu dikontrol oleh
penyerapan kelebihan neutron sehingga secara rata-rata, satu neutron dari
235
U + 10n ‹ [236U] ‹ A1X + A2T + s10n
92 92 Z1 Z2
a b c d