Anda di halaman 1dari 185

FISIKA INTI

OLEH ALFA’19 C

“Semakin sulit perjuangannya semakin besar kemenangannya“

-Thomas Paine -

Materi Fisika Inti | BAB III 1


F
isika inti merupakan salah satu matakuliah di

Pendidikan Fisika semester V dengan bobot 3 sks.

Adapaun dalam matakuliah ini akan mempelajari

tentang partikel-partikel pembentuk inti atom yang tidak

lain adalah proton dan neutron atau sering disebut

nucleon.

Materi Fisika Inti | BAB III 2


PRAKATA
Setiap atom memiliki inti atom yang dikelilingi oleh elektron-
elektron yang bergerak dalam orbitnya masing-masing, di dalam setiap inti
atom tersebut (11H),  terdapat dua jenis partikel yaitu proton dan neutron.
Beberapa atom memiliki inti atom yang tidak stabil, yang sewaktu-waktu
dapat mengemisikan partikel dan atau gelombang radiasi elektromagnetik
yang terjadi secara spontan. Fenomena seperti ini di dalam kimia inti
dikenal sebagai radioaktifitas.
Zat yang mengandung inti yang tidak stabil disebut zat radioaktif.
Semua unsur yang memiliki nomor atom diatas 83 merupakan zat
radioaktif. Contohnya, isotop Po-210, Ra-226, dan U-235. Inti yang tidak
stabil akan mengemisikan partikel-partikel tertentu melalui proses yang di
sebut sebagai REAKSI INTI atau REAKSI NUKLIR. Reaksi inti berbeda
dengan reaksi kimia pada umumnya, reaksi inti menyangkut perubahan
pada susunan inti atomnya sedangkan reaksi kimia hanya melibatkan
perubahan elektron pada kulit atom untuk pembentukan atau pemutusan
ikatan kimia.

Materi Fisika Inti | BAB III 3


DAFTAR ISI

Halaman
Judul.....................................................................................................1
Prakata……….....................................................................................3
Daftar Isi..............................................................................................4
Pembahasan
BAB I (Sifat-sifat inti)………………………………………………...5
BAB II (Sifat-sifat inti Atom)………………………………………..15
BAB III (Mekanika Kuantum)………………………………………..23
BAB IV (Hukun dan hasil peluruhan radiaoaktif)…………………....70
BAB V (Hasil peluruhan radioaktif)………………………….............80
BAB VI (Peluruhan)………………………………………………….89
BAB VII (Peluruhan Beta)…………………………………………....98
BAB VIII (Peluruhan Beta ganda)…………………………………..113
BAB IX (Peluruhan Gamma)……………………………………..…118
BAB X (Interaksi sinar gamma dengan materi)…………………..…140
BAB XI (Reaksi Inti)……………………………………...…………148
BAB XII (Reaksi Fisi)……………………………………………….160
BAB XIII (Reaksi Fusi)……………………………………………...169
Penutup
Daftar Pustaka……………………………………………………...176

Materi Fisika Inti | BAB III 4


BAB I

SIFAT – SIFAT INTI

A. Pendahuluan inti
Teori Atom Dalton Pada 1808, ilmuwan berkebangsaan Inggris, John
Dalton, mengemuka-kan teorinya tentang materi atom yang dipublikasikan
dalam A New System of Chemical Philosophy. Berdasarkan penelitian dan
hasil-hasil perbandingannya,
Dalton menyimpulkan sebagai berikut:(1)Materi terdiri atas atom yang tidak
dapat dibagi lagi.(2) Semua atom dari unsur kimia tertentu memiliki massa
dan sifat yang sama(3)Unsur kimia yang berbeda akan memiliki jenis atom
yang berbeda(4)Selama reaksi kimia, atom-atom hanya dapat bergabung
atau dipecah menjadi atom-atom yang terpisah, tetapi atom tidak dapat
dihancurkandan tidak dapat diubah selama reaksi kimia tersebut(5)Suatu
senyawa terbentuk dari unsur-unsurnya melalui penggabungan
atom tidak sejenis dengan perbandingan yang sederhana.
Model Atom Thomson Seorang  fisikawan  Inggris,  Joseph  John 
Thomson,  pada  1897  me-nemukan  elektron,  suatu  partikel  bermuatan 
negatif  yang  lebih  ringandaripada  atom.  Dia  memperlihatkan  bahwa 
elektron  merupakan  partikel subatomik.  Dari  penemuannya  ini,  J.  J. 
Thomson  mengemukakan  dugaan (hipotesis)  sebagai  berikut:  "karena 
elektron  bermuatan  negatif,  sedangkan atom bermuatan listrik netral maka
haruslah ada muatan listrik positif yang mengimbangi  muatan  elektron 
dalam  atom".  Maka  ia  mengusulkan  suatu model  atom  yang  dikenal 
dengan  model  atom  roti  kismis  sebagai  berikut(1)Atom berbentuk bola
pejal bermuatan positif yang homogen (diibaratkan sebagai  roti)
(2)Elektron  bermuatan  negatif  tersebar  di  dalamnya  (seperti  kismis 
yang tersebar  di  dalam  roti)

Materi Fisika Inti | BAB III 5


Ahli fisika Inggris, Ernest Rutherford beserta temannya Geiger dan
Marsden pada 1911 melakukan eksperimen yang dikenal dengan
penghamburan partikel alfa oleh selaput tipis emas (0,0004 mm). Setelah-
kali melakukan percobaan, akhirnya Rutherford berhasil mengungkapkan
fakta-fakta berikut(1)Sebagian besar partikel alfa menembus selaput tipis
emas. Berarti, sebagian besar atom adalah ruang kosong(2)Sedikit dari
partikel alfa (yang bermuatan positif) dibelokkan keluar oleh sesuatu hal ini
menunjukkan adanya sesuatu yang bermuatan positif yang dapat
membelokkan partikel alfa(3)Lebih sedikit lagi dari partikel alfa itu (hanya
1 dari 20.000) terpantul dari selaput tipis emas. Dengan kenyataan ini,
Rutherford sempat tercengang dan berkomentar, “sungguh luar biasa, seolah
Anda menembak selembar kertas tisu dengan peluru setebal 40 cm dan
peluru itu kembali menghantam Anda sendiri”.
Hal ini menunjukkan adanya sesuatu yang sangat kecil (belakangan
disebut sebagai inti), namun massa terpusat di sana sehingga partikel alfa
yang menumbuk pusat massa itu akan terpantulkan
B. Jari-jari Inti
Eksperimen  hamburan Rutherford  bukti pertama  bahwa  inti 
mempunyai  ukuran  berhingga.  Kita dapat belajar mengenai  ukuran  dan
struktur inti  dengan eksperimen  hamburan- Dengan  menggunakan sinar
masuk yang terdiri  elektron-elektron berenergi  tinggi (H+  200 MeV)
sehingga  panjang gelombang  de  Broglie-nya  akan cukup kecil supaya 
elektron-elektron  bertindak  sebagai benda-benda  kecil  inti  yang sensitif
untuk  menyelidiki  struktur inti.
Eksperimen  sesungguhnya  untuk menentukan ukuran  inti telah 
memakai  elektron  berenergi  beberapa ratus MeV sampai 1 GeV(1  GeV  =
1000  MeV = 109 eV)  dan neutron dengan  energi  20 MeV  ke atas. Dalam
setiap  kasus secara umum didapatkan  volume  sebuah  inti berbanding 
lurus dengan  banyaknya  nukleon yang  dikandungnya(nomor massanya 

Materi Fisika Inti | BAB III 6


A).  Hal  ini memperlihatkan  bahwa  kerapatan nukleon  hampir sama 
dalam  bagian-bagian  inti.
Jika jari-jari  inti adatah  R, volumenya 34πrR3,sehingga R3
berbanding  lurus dengan  A. Hubungan ini jika sdinyatakan dalam
hubungan kebalikannya  maka R = RoA1/3 dengan  Ro ialah Ro ≈ l,2 X l0 -15
m  (Arthur Beiser dalam Fisika Modem,  1999). Tanda  Ro  dalam  tanda
kira-kira  karena inti tidak mempunyai  batas yang taiam. Namun  harga R
dapat  mewakili  ukuran  inti  atom  secara efektif.
Inti begitu  kecil  sehingga  satuan paniang  yang  lebih memadai 
untuk  memperkirakannya adalah  femtometer (fm) dengan 1O-15 Angslrom-
Femtomeley  disebut juga  dengan Fermi.  ladi dapat  ditulis  R ≈ l,2 A1/3
fm  untuk jari-jari  inti. Dari  rumus,  ini didapat jari- jari  inti 12
6C   ialah R
l,2 x (12) 1/3
fm 2,7  .fm . Jari-iari inti '!] eg itan s,z t^dan inti liU ialah  7,4
fm. 

C. Massa dan  kelimpahan


Pengukuran massa inti mempunyai peranan penting dalam
perkembangan fisika inti. Spektroskopi massa merupakan teknik pertama
dalam pengukuran massa inti yang mempunyai ketelitian tinggi. Karena
massa inti bertambah secara teratur dengan penambahan satu proton atau
neutron, pengukuran massa-massa inti memungkinkan semua isotop stabil
dipetakan.

Materi Fisika Inti | BAB III 7


Untuk menentukan massa inti dan kelimpahan (abudance) relatif dalam
suatu sampel bahan yang mungkin merupakan campuran isotop-isotop yang
berlainan, kita harus mempunyai cara untuk memisahkan isotop satu dengan
isotolainnya berdasarkan massanya. Untuk mengukur massa inti dengan
ketelitian tinggi diperlukan alat canggih yang dikenal sebagai spektroskop
massa. Massa-massa yang dipisahkan bisa difokuskan untuk membuat
bayangan pada pelat fotografis; dalam hal ini instrumen itu disebut
spektrograf. 
Apabila massa-massa yang dipisahkan dilewatkan celah pendeteksi dan
direkam secara elektronis (misalnya sebagai arus), maka instrumen itu
disebut spektrometer. Gambar 1.1 menunjukkan bagan spektrograf massa.
Semua spektroskop massa diawali oleh sumber ion, yang menghasilkan
berkas atom atau molekul terionisasi. Sering kali uap dari bahan yang sedang
diselidiki ditembaki dengan elektron-elektron untuk menghasilkan ion-ion;
dalam kasus lain ion-ion dapat dibentuk sebagai hasil lucutan bunga api.
Antara elektrode-elektrode yang dilapisi dengan bahan tersebut. Ion-ion
yang muncul dari sumber mempunyai rentangan kecepatan yang luas, seperti
yang diduga untuk distribusi termal dan sudah barang tentu terdiri atas
berbagai massa yang berbeda-beda. antara elektrode-elektrode yang dilapisi
dengan bahan tersebut. Ion-ion yang muncul dari sumber mempunyai
rentangan kecepatan yang luas, seperti yang diduga untuk distribusi termal
dan sudah barang tentu terdiri atas berbagai massa yang berbeda-beda.

Materi Fisika Inti | BAB III 8


Gambar Bagan Spektrograf Massa
Sumber ion menghasilkan berkas dengan distribusi termal kecepatan.
Selektor kecepatan hanya melewatkan ion-ion yang dengan kecepatan
tertentu, dan pemilihan momentum dilakukan oleh medan magnet seragam
yang memungkinkan identifikasi massa secara individual.
Bagian berikutnya adalah selektor kecepatan, terdiri dari medan listrik
dan medan magnet yang saling tegak lurus. Dalam Gambar 1.1 medan
listrik E akan melakukan gaya qE yang cenderung membelokkan ion-ion ke
atas; medan magnet B akan melakukan gaya ke bawah sebesar qvB. Jika
kedua gaya itu sama, ion-ion itu akan melewati selektor tanpa pembelokan,
sehingga
qE = qvB
atau
v  =  EB

 Karena q, v, dan B dapat ditentukan secara unik, masing-masing massa m


muncul dengan r yang khusus. Sering kali medan magnet selektor kecepatan

dan selektor momentum dijadikan satu sehingga

m =  nqrBE

Materi Fisika Inti | BAB III 9


D. Energi ikat inti
Energi massa mNc2 dari nuklide tertentu adalah energi massa atomnya
dikurangi energi massa total dari z elektron dan energi ikat elektron total:

Dengan B1 adalah energi ikat elektron ke-i. Dalam atom berat energi-
energi ikat elektron berorde 10 – 100 keV, sedangkan energi massa atomnya
berorde A × 1000 MeV; oleh karena itu kita dapat mengabaikan suku
terakhir dalam
Persamaan (1.4) 
Energi ikat B dari suatu inti adalah perbedaan energi massa antara
intiEnergi ikat B dari suatu inti adalah perbedaan energi massa antara intiA
z  XN   dan unsur penyusunnya Z proton dan N neutron.

Kita telah menghilangkan cetak-alas (subscript) pada mA yang selalu


kita hubungkan dengan massa atomik. Jadi energi ikat inti dapat
didefinisikan sebagai energi minimum yang dilepaskan bilamana sejumlah
proton dan sejumlah neutron yang bersesuaian tergabung membentuk inti.
Menggabungkan massa Z proton dan massa Z elektron menjadi massa Z
atom hidrogen netral, kita dapat menuliskan kembali persamaan (1.5)
sebagai.

      

Materi Fisika Inti | BAB III 10


Karena  massa-massa  tersebut  biasanya  dinyatakan  dalam  satuan 
massa  atomik,  kiranya  lebih  mudah  jika  kita  menggunakan  faktor 
konversi  satuan  dalam c2, dengan c2 = 931,50 MeVU .  Jadi energi ikat inti
sama dengan jumlah massa unsur-unsur penyusunnya dikurangi dengan
massa inti yang terbentuk dan semuanya dikalikan dengan c 2.
Jika B > 0, inti dalam keadaan stabil dan energi harus diberikan dari
luar untuk memisahkan menjadi komponen-komponennya. Jika B < 0, inti
dalam keadaan tidak stabil dan inti ini akan meluruh dengan sendirinya. Jika
Z proton dan N neutron tergabung membentuk inti stabil, sejumlah massa
( m) akan hilang dalam bentuk energi yang terlepas (biasanya dalam bentuk
energi sinar ). Massa m ini disebut defek massa, yang besarnya sama
dengan massa Z proton ditambah massa N neutron dikurangi dengan massa
inti yang terbentuk.
Sifat penting lainnya adalah energi pisah neutron dan energi pisah
proton. Energi pisah neutron Sn adalah jumlah energi yang diperlukan untuk
mengeluarkan sebuah neutron dari inti Z XN, yang besarnya sama dengan
A

perbedaan energi ikat antara Z XN dan


A A-

CONTOH SOAL DAN PEMBAHASAN


1. Inti 22688Ra memiliki waktu paruh 1,6×10³ tahun. Jumlah inti 3× 10¹6.
Berapakah aktivitas inti pada saat itu?

 Penyelesaian:

Materi Fisika Inti | BAB III 11


Besaran yang diketahui: N= 3x 1016
  T = (1,6 × 10 th)(3,16 x 107 s/th) 
             T = 5,1×10 ¹0 s 
            sehingga :
                          λ  = 0,693T
               λ  =  0,6935,1 X 1010S   = 0,14 x 10-10  = 1,4 x  1011/s
             A =  λ .N  
                             = (1,4× 10-¹¹) (3x 10¹)
                             = 4,2x 105 peluruhan/s
           A  = 4,2 Bq
Aktivitas inti pada saat itu adalah 4,2 Bq
2. Apabila elektron berpindah dari lintasan n = 4 ke lintasan n = 2 sedangkan
energi dasar elektron = - 13,6 eV dan 1 eV = 1,6.10-19 J maka besar energi
yang di pancarkan adalah....
Penyelesaian 
      Diketahui :
             n1 = 4
             n2 = 2
      Ditanya   :  △E =
      Jawab      :
                      △E = - 13,6 eV ( 1n2^2-1n1^2) 
                      △E = -13,6 eV . 0,1875 =  - 2,55 eV
                      △E = - 2,55 . 1,6 .10-19 J = 4,08 . 10-19 J
Jadi besar energi yang di pancarkan adalah 4,08 . 10-19 J
3. Massa isotop 73Li adalah 7,018. Hitung,defek massa,energy ikat,dan energy
ikat per neukleon. ( massa H = 1,008 sma; massa neutron = 1,009 sma dan 1
= 931Mev)

Penyelesaian

Materi Fisika Inti | BAB III 12


Diketahui :
                Z = 3
                A = 7
                N = 4
Ditanya    : defek massa,energy ikat,dan energy ikat per neukleon ?
Jawab       :
                         Defek massa 
                                         △m = (Z mp + N mn) - minti
                                                                = ( 3 x 1,008 + 4x 1,009) -7,018
                                                = ( 3,024 + 4,036)  - 7,018
                                                = 7,06 – 7,018
                                                = 0,042
                         Energy ikat 
                                           △E = △m x c2 
                                                  = 0,042  x 931 Mev
                                                  = 39,102 Mev
                                Energy ikat per Nukleon
                                            △EA= 39,1027 = 5,586 Mev/nikleo
4. Hitunglah energy yang dibebaskan pada raksi ( 1 sma = 931,5) :
9
3Be ( , n) 126C
Jika mBe = 9,012 sma
       mn  = 1,008 sma
       m    = 4,002 sma
       m    = 12,000 sma
 penyelesaian                           
 reaksi inti : 94Be + 42            C  + n  + Q
 Q    =  {(mBe  + ma) – ( mc + mn)} x 931,5 Mev
                  = {(9,012 + 4,002) – (12,000 + 1,008)} x 932,5
                  = {13,014 – 13,008} x 931,5 Mev

Materi Fisika Inti | BAB III 13


                  = 0,006 x 931,5 Mev
           Q    = 5,589 Mev

5. 2
1H + 23H                 42He  + 10n + E
Diketahui massa ini adalah 
2
1H = 2,0147 sma,31H = 3,0169 SMA 42He = 4,0039 sma ’10n =  1,0089 sma
1 sms = 931 MeV
Maka reaksi fusi di atas melepaskan energi sebesar …
Penyelesaian :
2
1H + 31H                 42He + 10n + E
2
1H =2,0147 sma,31H = 3,0169 SMA 42He = 4,0039 sma
                        10n =  1,0089 sma sma 1 sms = 931 MeV
             
                        E = {(M21H + 31H) – (M 42He + M 10n)}931 MeV
                           = {(2,0147 + 3,0169) – (4,0039 + 1,0089)}931 MeV
                           = (5,0316 – 50128)931 MeV 
                        E = 17.502 MeV

Materi Fisika Inti | BAB III 14


BAB II

SIFAT – SIFAT INTI ATOM

A. Momentum Angular dan Varitas


Jika momentum linear adalah momentum yang dimiliki oleh benda-
benda yang bergerak pada lintasan lurus, maka momentum sudut
merupakan momentum yang dimiliki oleh benda-benda yang melakukan
melingkar atau gerak rotasi. Dikatakan sudut, karena ketika melakukan
gerak rotasi, setiap benda mengitari sudut tertentu. Dalam hal ini, benda
berputar terhadap poros alias sumbu rotasi.
Persamaan momentum sudut itu mirip dengan persamaan momentum
linear. Untuk menurunkan persamaan momentum sudut, kita cukup
menggantikan momentum (p) dengan momentum sudut (L), massa (m)
dengan momen Inersia (I),kecepatan (v), dengan kecepatan sudut ω
(omega). Atau dapat ditulis : 

L=I.ω
B. Momentum Magnetik
Secara makroskopis, magnetisasi adalah respon bahan magnetik
terhadap medan magnet luar. Secara mikroskopis, magnetisasi suatu bahan
pada dasarnya berasal dari gerakan spin dan gerakan orbital elektron
mengelilingi intinya. Dari gerakan ini akan menghasilkan momen magnetik
spin dan momen magnetik orbital pada suatu elektron. Momen magnetik
total suatu atom merupakan resultan dari dua momen magnetik tersebut.
Momen magnetik atom pada bahan akan berpasangan satu sama lain,
sejajar, berlawanan, atau tidak sejajar dan tidak berlawanan. Suatu momen

Materi Fisika Inti | BAB III 15


magnetik atomik dapat berorientasi acak jika tidak ada interkasi antara satu
dengan yang lain. (Wu,2008)
Penggambaran momen magnetik spin dan momen magnetik orbital
dapat ditunjukkan seperti berikut ini :

Gambar a) momen magnetik spin, b) momen magnetik orbital

Di dalam inti, proton memiliki gerakan orbital. Karena proton adalah


partikel bermuatan, maka gerakannya menimbulkan ‘arus listrik’.
Berikutnya, ‘arus listrik’ tersebut akan menjadi sumber kemagnetan inti.
Menurut model kulit, momen magnetik dari inti dengan A ganjil bersumber

Materi Fisika Inti | BAB III 16


dari nukleon tak berpasangan. Jika nukleon tak berpasangan tersebut adalah
proton, maka (menurut mekanika klasik) gerakan orbitalnya akan
menghasilkan momen dipol magnetik

l= ⅇl2mp= eℏ2mp= l= µN( l)

di mana µN = ⅇ12mp dikenal sebagai magneton nuklir. Sebuah


neutron, karena tidak bermuatan, tidak memiliki momen magnetik orbital.
Secara umum, momen magnetik orbital nukleon adalah 

μl=gl µN( l)

di mana gl = 1 untuk proton dan gl= 0 untuk netron. Sumber


kemagnetan inti yang lain adalah sifat magnetik intrinsik nukleon akibat
spin nukleon yang tak berpasangan. Momen magnetik intrinsik akibat spin
adalah 

s= gs µN( s)

di mana gs = 5,59 untuk proton dan gs = −3.83 untuk neutron. Dengan


menggabungkan dua persamaan di atas, didapatkan momen magnetik total
untuk inti tunggal tak berpasangan yaitu :

μ= l+ s=(gll+ gss)

Persamaan terakhir dapat ditulis sebagai

μ= μN[12gl+ gsl+s+ 12gl- gsl-s]

Sekarang kita dapat menghitung perkalian titik antara µ dan J (dimana


J = l+s), sebagai berikut :

μ.J= μN[12gl+ gs J2+ 12gl- gsl2-s2]

Materi Fisika Inti | BAB III 17


Mengingat <µ> = jℏ<J>, maka proyeksi momentum dipole magnetik µ
terhadap J adalah <μ.J> = jℏ j (j+1) 2, sehingga

μ(j+1)= μN[12gl+ gs j (j+1)+ 12gl- gs(ll+1)-s(s+1)]

atau

μ(j+1)= μN[12gl+ gs j+ 12gl- gs (l-s)l+s+1(j+1)]

Selanjutnya, karena s = 12  dan j =l±12  , maka

μ={ µN[jgl + j2j+1gl- gs    untuk j =l-12 µN[jgl-12 gl-gs                

untuk j =l+12

Persamaan terakhir juga dapat ditulis :

μ={  jj+1 [j + 32 gl - 12gs]µN   untuk j =l-12    [j12gl+12gs]µN

untuk j =l+12

Yang dikenal sebagai nilai Schmidt. Nilai magneton nukleon adalah


μN=3,1525 ×10-8 eVT5 . Seringkali nilai µ dinyatakan dalam nuclear
magneton, μN, dan disingkat sebagai nm.

C. Tingkat-tingkat Energi Eksitasi Inti


Dalam fisika, eksitasi adalah naiknya energi sebuah sistem (seperti
atom, inti atom, atau molekul) sehingga lebih tinggi dari keadaan dasarnya.
Dalam mekanika kuantum, eksitasi tidak dapat terjadi dengan besar energi
sembarang, tetapi hanya energi dengan nilai-nilai tertentu. Tingkat terendah
disebut keadaan dasar atau tingkat dasar dan tingkat-tingkat di atasnya

Materi Fisika Inti | BAB III 18


disebut tingkat eksitasi atau keadaan tereksistasi.  Misal, atom hidrogen
dalam keadaan dasar membutuhkan energi eksitasi 10,2 eV untuk mencapai
tingkat eksitasi pertama dan 12,1 eV untuk mencapai tingkat eksitasi kedua.

Seperti elektron atom, inti atom juga berada di beberapa tingkat energi,
dengan perbedaan celah energi antara tingkat-tingkat inti lebih besar
dibandingkan tingkat-tingkat elektronik. Pada umumnya, energi pemisahan
dan tingkat-tingkat inti berorde juta eV. Jika (E2-E1) sebesar 1 MeV atau
106 eV, maka panjang gelombang radiasi dari transisi tersebut adalah 1,2 x
1012 cm.
D. Model Tetes Cair dan Model Kulit
1. Model Tetes Cair
Model tetes cairan (liquid drop model) adalah model kolektif yang
paling banyak dipakai. Model ini mula-mula diusulkan oleh George Gamow
dan kemudian dikembangkan oleh Niels Bohr dan John Archibald Wheeler.
Model ini diilhami oleh kesamaan sifat inti dengan sifat tetes cairan. Di
antara sifat tetes cairan adalah  :
a. kerapatannya homogen,
b. ukuran tetes cairan berbanding lurus dengan jumlah partikel /
molekul penyusunnya, dan 
c. kalor uap nya berbanding lurus dengan jumlah partikel
pembentuknya, cuap=konstanta × jumlah prtikel.Misalkan kita mengukur
kalor uap per jumlah partikelnya, maka mengacu pada sifat no (iii),
tentunya kita akan mendapat nilai yang konstan, tanpa bergantung pada
jumlah partikel penyusunnya.
Model tetes cairan mengandaikan inti sebagai tetes cairan fluida tak
mampat, yang tersusun oleh nukleon, yakni gabungan proton dan netron
yang terikat oleh gaya nuklir kuat. Model tetes cairan tidak memerinci sifat
individual nukleon, tetapi menerangkan sifat kolektif nukleon yang

Materi Fisika Inti | BAB III 19


sekaligus merepresentasikan sifat inti. Dengan menganalogikan inti sebagai
tetes cairan nukleon, inti diasumsikan punya sifat berikut :

 Inti tersusun atas nukleon tak termampatkan sehingga R∝A1/3  


(Perilaku ini setara dengan sifat tetes cairan, di mana ukurannya berbanding
lurus dengan jumlah molekul penyusunnya.)
 Gaya inti antar nukleon mengalami saturasi dengan cepat, dalam
arti hanya memiliki jangkauan yang sangat terbatas, atau hanya efektif
untuk nukleon tetangganya langsung. Dengan demikian, energi ikat inti
sebanding dengan jumlah nukleonnya. (Ini sama dengan sifat tetes cairan, di
mana kalor uapnya berbanding lurus dengan jumlah partikel
pembentuknya) 
 Jika gaya tolak elektrostatik diabaikan, maka gaya inti bernilai
sama besar di antara proton dan netron.
Berdasarkan asumsi di atas, kita dapat merumuskan energi ikat inti
sebagai 

B∝A= avA , di mana av adalah suatu konstanta. 

Berdasarkan rumusan di atas, kita dapat menghitung bahwa energi ikat


inti per nukleon adalah

f= BA = av bernilai konstan. 

2. Model Kulit
Sekalipun model tetes cairan dan model gas Fermi cukup berhasil
menerangkan berbagai fenomena inti, khususnya terkait dengan energi dan
kestabilan inti, masih ada hasil eksperimen yang belum bisa dijelaskan.
a. Elektron dalam suatu atom berada dalam kulit-kulit.
b. Ada beberapa atom yang stabil, yaitu: He, Ne, Ar, Kr dan Xe
dengan Z= 2, 10, 18, 36, 54.

Materi Fisika Inti | BAB III 20


Salah satu fakta eksperimen yang cukup mencolok adalah keberadaan
bilangan ajaib ( magic number ), yaitu 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126.
Kemunculan bilangan ajaib bisa terwujud dalam bentuk

 bilangan ajaib tunggal, di mana suatu inti memiliki Z bilangan


ajaib, dengan nilai N sembarang
 bilangan ajaib tunggal, di mana suatu inti memiliki N bilangan
ajaib, dengan nilai Z sembarang
 bilangan ajaib ganda, di mana suatu inti memiliki N dan Z
bilangan ajaib.
 Elektron dalam suatu atom berada dalam kulit-kulit.

 Ada beberapa atom yang stabil, yaitu: He, Ne, Ar, Kr dan Xe
dengan Z= 2, 10, 18, 36, 54.

Model kulit termasuk model independent. Model kulit diangkat


berdasarkan pada suatu kenyataan  bahwa nuklida  yang memiliki jumlah
proton atau netron sesuai dengan bilangan-bilangan bulat tertentu memiliki
stabilitas yang tinggi, ia sukar mengalami reaksi nuklir. Bilangan bulat yang
dimaksud adalah 2, 8, 20, 28, 50, 82, dan 126. Contoh nuklida yang yang
memiliki nukleus stabil yang mengandung sejumlah proton dan netron yang
masing-masing sesuai dengan bilangan tersebut adalah 8O16 dan 16S32.
Contoh nuklida dengan nukleus yang stabil yang mengandung jumlah
proton dan netronnya merupakan bilangan ganjil adalah nuklida dari 6C13
dan 8O17. Contoh nuklida dengan dengan nukleus stabil yang jumlah
protonnya merupakan bilangan ganjil dan netronnya merupakan bilangan
genap adalah nuklida 15P31 dan 9F19. Bila beberapa nuklida dengan
nukleus yang memiliki jumlah proton dan netronnya merupakan bilangan
genap, yang bila disusun secara berurutan dari kecil  ke yang besar hasilnya
mirip dengan jumlah maksimum elektron yang dapat mengorbit di orbital

Materi Fisika Inti | BAB III 21


elektron utama terluar sesuai dengan konfigurasi elektron dalam uklida-
nuklida yang stabil , yang jika dituliskan secara berurutan hasilnya yaitu 2,
8 ,18, 32, 50, 72. Bilangan-bilangan ini sering disebut dengan bilangan
ajaib. Oleh karena telah diketahui bahwa elektron-elektron dalam
mengorbit  nukleus sesuai dengan tingkatan energi masing-masing , maka
susunan nukleon –nukleon dalam nukleon mirip  dengan susunan elektron 
pada orbital nuklida.

Nukleon-nukleon pembentuk nukleus bergerak mengorbit pusat


nukleus pada orbitalnya masing-masing sesuai dengan tingkat energinya.
Energi yang dimiliki  oleh nukleon  yang ada di permukaan nukleus lebih
besar dibandingkan dengan yang ada di pusat nukleus. Untuk
mempertahankan  posisinya nukleon yang ada di permukaan nukleus  harus
mengeluarkan energinya yang cukup besar. Bila ketersediaan energinya
kurang  maka nukleon-nukleon yang ada di permukaan nukleus  akan
mudah meninggalkan posisinya. Bila hal ini terjadi  maka susunan nukleon
dalam nukleus akan berubah,  artinya menjadi reaksi nuklir.

Materi Fisika Inti | BAB III 22


BAB III

MEKANIKA KUANTUM

A. Potensial Barier

1. Pengertian Potensial Barier

Potensial barier ( perintang potensial: sawar potensial ) adalah lokasi


atau “ bukit” dengan puncak potensial sehingga mencegah partikel
berpindah dari lokasi disatu sisi ke sisi yang lain. Dalam teori fisika klasik,
sebuah partikel harus memiliki energi melebihi tinggi puncak agar bisa
menembusnya. Namun, mekanika kuantum terdapat fenomena yang disebut
penerowongan kuantum sehingga sebuah partikel dapat menembuh
perintang ini dengan probabilitas tertentu jika memiliki energi dibawah
tinggi perintang potensial.

Materi Fisika Inti | BAB III 23


2. Potensial Tangga

Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x-positif. Di x=0


elektron itu menghadapi potensial tangga sebesar Vo. Jika energi total
elektron, E< Vo, secara klasik elektron akan terpantul sepenuhnya.

Di daerah x<0, V=0; misalkan fungsi gelombangnya adalah ψ1(x).

Di daerah x>0, V=Vo; misalkan fungsi gelombang elektron adalah ψ2(x)

2 2
ℏ d ψ2
+( E−V o )ψ 2=0
2 me dx 2

Materi Fisika Inti | BAB III 24


Karena E<Vo, maka solusi bagi fungsi ψ2(x) merupakan fungsi
eksponensial menurun seperti:

Di x=0, ψ1 dan ψ2 harus bersambung agar fungsi gelombang itu kontinu;

Syarat kontinu:

Kerapatan peluang elektron di x>0 dapat dihitung dengan menggunakan


ψ2(x):

Jadi, meskipun mengalami potensial penghalang yang lebih besar dari


energinya, elektron masih mempunyai peluang berada di x>0. Peluang itu

Materi Fisika Inti | BAB III 25


menuju nol jika Vo>>E, atau di x=∞. |C/A| 2= 4k/(k2+K2)=4E/Voadalah
koefisien transmisi yang secara klasik tak dapat diramalkan.

3. Potensial Tangga Persegi

Sebuah elektron datang dari x-negatif menuju x- positif. Eleketron


menghadapi potensial tangga seperti:

Sepanjang perjalanannya energi total elektron, E< Vo. Karena V=0, fungsi
gelombang elektron sebagai solusi persamaan Schrodinger dalam daerah
x<0 sama dengan:

Dalam daerah 0<x<a, karena E<Vo: fungsi gelombang sebagai solusi


persamaan Schrodinger adalah :

Materi Fisika Inti | BAB III 26


Di daerah x>a, V=0; maka fungsi gelombang di sana adalah:

Syarat kontinuitas di x=0 dengan menggunakan fungsi-fungsi ψ 1(x) dan


ψ2(x), akan memberikan hubungan:

dan syarat kontinuitas di x=a dengan menggunakan ψ 2(x) dan ψ3(x),


memberikan

Dengan mengeliminasi C dan D, akan diperoleh:

Ilustrasi fungsi gelombang-fungsi gelombang:

Materi Fisika Inti | BAB III 27


merupakan koefisien pantulan di x=0 dan adalah
koefisien transmisi di x=a. Jadi, secara kuantum elektron dapat menerobos
potensial penghalang meskipun energinya lebih kecil daripada potensial
penghalang. Fenomena inilah yang disebut sebagai efek terobosan (tunnel
effect).

Terobosan partikel berlangsung dalam peluruhan radioaktif. Suatu partikel-


α (= inti atom He) mengalami gaya dorong elektrostatik inti hingga jarak
10-8μm dari inti Uranium. Kurang dari jarak itu gaya bersifat tarikan dan
berbentuk sumur potensial seperti diperlihat kan dalam Gb. Partikel-α
dalam sumur itu dapat menerobos penghalang (tarikan) dan selanjutnya

Materi Fisika Inti | BAB III 28


terdorong keluar. Eksperimen menunjukkan bahwa energi partikel itu lebih
kecil daripada penghalang.

4. Sumur Potensial Persegi Tak Terhingga


Andaikanlah suatu elektron dalam pengaruh potensial berbentuk sumur tak
terhingga berdimensi-1 seperti berikut:

Elektron terperangkap dalam daerah –a<x<a, dan sama sekali tak dapat ke
luar daerah itu.

Dengan perkata lain peluang elektron berada di x>a dan di x <-a sama
dengan nol. Oleh sebab itu, jika ψ(x) adalah fungsi gelombangnya, maka :

Karena V=0 dalam daerah –a<x<a, maka persamaan Schrödinger bagi


elektron tersebut adalah:

Materi Fisika Inti | BAB III 29


Solusinya adalah dan

Dengan syarat batas di x=a diperoleh

Harga C dan D dihitung melalui normalisasi fungsi, yakni:

Hasilnya adalah C=D=1/√a, sehingga fungsi-fungsi eigen adalah:

Fungsi-fungsi ini membentuk set ortonormal; artinya:

Selanjutnya, diperoleh harga eigen energi:

Materi Fisika Inti | BAB III 30


Energi ini berharga diskrit (tidak kontinu, tapi bertingkat-tingkat) ditandai
oleh bilangan kuantum n.

B. Efek Terobosan ( Tunnel Effect)

“Tunnel effect” atau “quantum tunneling” adalah fenomena fisika, dan


sebuah proses mekanika kuantum dimana partikel dapat melewati
penghalang energi potensial yang lebih tinggi daripada energi partikel. Efek
ini digunakan untuk menjelaskan pelepasan partikel alfa dari inti atom. 

Materi Fisika Inti | BAB III 31


Terobosan kuantum berdasarkan pada konsep bahwa partikel kuantum
( dalam hal ini elektron ) memiliki sifat dualisme, yaitu bersifat sebagai
gelombang sekaligus partikel. Sifat gelombang elektron dirumuskan dalam
besaran matematis yang disebut fungsi gelombang ( wave function ).

Efek terobosan merupakan partikel yang dapat menembus perintang


walaupun energinya kecil. Efek terobosan memerlukan suhu 700°C.

Persamaan (3.2) adalah persamaan diferensial orde dua dengan akar-akar


bilangan kompleks yang berlainan, solusinya adalah

x (t)= A sin ω t+ B cos ω t

Dan energi potensial sistem adalah

1
V ( x )= k x 2
2

1 2 2
V (x) = mω x
2

Lalu bagaimana tinjauan osilator harmonik dalam mekanika kuantum?.


Dalam mekanika kuantum, fungsi gelombang dari osilator harmonik
diperoleh dengan memecahkan persamaan schrödinger dengan potensial V
(x) berbentuk

Materi Fisika Inti | BAB III 32


1 2 2
V (x) = mω x
2

Oleh karena, V(x) tidak bergantung pada waktu, maka kita dapat
menggunakan persamaan schrödinger tak bergantung waktu bentuk satu
dimensi, yaitu:

2 2
ℏ d φ( x )
- + V ( x )φ (x)= E φ( x)
2m dx 2

2
−ℏ2 d φ( x) 1
+ mω 2 x 2 φ(x)=E φ(x )(3)
2m dx 2
2

Untuk menyelesaikan persamaan (3.5), kita gunakan metode aljabar, bentuk


persamaan (3.5) dapat ditulis menjadi

1 ℏ d 2 1 2 2
( ) φ (x)+ mω x φ(x )=E φ( x)
2m i dx 2

[
1 ℏ d 2 2 2 2
(
2m i dx ]
) +m ω x φ( x ) = E φ( x)

Dengan menggunakan sifat aljabar bahwa

Materi Fisika Inti | BAB III 33


2 2
a + b =( a−ib )( a+ib )

Maka ruas kiri persamaan ( 3 . 6 ) kita nyatakan dalam bentuk dalam bentuk
perkalian dua faktor, yaitu

1
2m [( ) ℏ d 2 2 2 2
i dx
+m ω x φ( x )→
1 ℏ d
2 m i dx
−imωx]ℏ d
i dx
+ imωx φ(x ) ( )( )


1 ℏ d
(
√ 2 m i dx
−imωx ) √ 2m ( i dx +imωx ) φ( x)
1 ℏ d

→ a−a + ¿φ ( x )
¿

Dengan a−¿¿dan a+ ¿¿ adalah suatu operator yang didefenisikan sebagai


berikut

a
−¿=
1
( ℏ d −imωx)¿
√ 2 m i dx

a
+ ¿=
1
( ℏ d +imωx)¿
√ 2 m i dx

Materi Fisika Inti | BAB III 34


a−¿dan a +¿ ¿ ¿ adalah operator, dan bukan bilangan biasa. Pada umumnya

operator tidak bersifat komut ( a op b op ≠ b op a op ) sehingga perlu dicek

produk dari a−¿a+ ¿¿ ¿, jika bekerja pada suatu fungsi, misalnya f (x).

a−¿a ¿
+ ¿f ( x)=
1
( ℏ d −imωx ) √21m ( ℏi dxd +imωx ) f (x)¿
√2 m i dx

¿
1 ℏ d
(
√ 2 m i dx
−imωx
ℏ d f (x)
i dx
+imωx f (x) )( )

{( ) d [ x f (x)]
}
2 2
1 ℏ d f ( x) d f (x) 2 df ( x )
¿ + ℏ mω −ℏ mωx + ( mωx )
√2 m i dx
2
dx dx dx

{( )
2 2
1 ℏ d f ( x) d f (x) df (x) 2
¿ + ℏ mωf ( x)+ℏ mωx −ℏ mωx + ( mωx ) f
√2 m i dx
2
dx dx

{( ) d 2 f (x)
} {( )
2 2
1 ℏ d 2 1 ℏ d
¿ ( m ωx ) f ( x )+ ℏ mω f (x)= + ( mωx )2 +
2m i dx dx
2
2 m i dx

Dengan mengeliminasi f(x)maka didapatkan produk dari a−¿a+ ¿, yaitu:¿ ¿

Materi Fisika Inti | BAB III 35


a−¿a ¿
{( ) }
2
1 ℏ d 2 ℏω
+ ¿= + (m ωx ) + (9)¿
2m i dx 2

{( ) }
2
1 ℏ d 2
+ ( m ωx ) +ℏ mω =a−¿a ¿
2m i dx + ¿−
ℏω
2
(10)¿

engan mensubstitusikan persamaan (9) ke persamaan (6), didapatkan bentuk


persamaan Schődinger baru, yaitu:

a−¿a ¿
+ ¿φ (x)= E+
( ℏω
2 )
φ( x)(12) ¿

Persamaan (11) dapat dituliskan dengan :

H op φ( x )=Eφ( x)(13)

Dengan H op=a−¿ a ℏω ¿, adalah satu betuk dari operasi Hamiltonian


+¿− ¿
2

untuk osilator harmonik. Persamaan (13) merupakan persamaan nilai eigen,


dengan φ (x) adalah fungsi eigen ( yaitu solusi dari persaman Schődinger )
dan nilai eigennya E. Perhatikan kembali uraian untuk mendapatkan produk
dari a−¿a + ¿¿ ¿!. Dengan cara serupa, akan didapatkan produk dari a−¿a + ¿¿ ¿

yaitu:

a−¿a ¿
{( ) }
2
1 ℏ d 2 ℏω
+ ¿= + (m ωx ) − (14)¿
2m i dx 2

Materi Fisika Inti | BAB III 36


{( ) }
2
1 ℏ d 2
+ ( m ωx ) =a−¿a ¿
2m i dx + ¿+
ℏω
2
(15)¿

Dengan mensubstitusikan persamaan (15) ke persamaan (6), diperoleh


bentuk persamaan Schődinger lain yaitu:

a−¿a ¿
(
+ ¿φ (x)= E−
ℏω
2 )
φ( x)(17) ¿

Persamaan (16) dapat dituliskan dengan

H op φ( x )=Eφ( x)(18)

Dengan H op=a−¿ a ℏω ¿, adalah dua betuk dari operasi Hamiltonian


+¿− ¿
2

untuk osilator harmonik. Selanjutnya kita lihat bagaimana sifat dari operasi

a−¿¿jika bekerja pada fungsi eigen φ (x). Misalkan suatu fungsi,

ϕ ( x )≡ a−¿ φ(x)¿maka H op=a−¿ a +¿−


ℏω
¿
¿ bekerja pada ϕ (x ),
2

menghasilkan

H op ϕ ( x)=H op a−¿ φ(x)¿

¿¿

¿ a−¿a + ¿a ¿ ¿
−¿φ (x )− ℏ ω a ¿
2 −¿ φ( x) ¿

Dengan mensubstitusikan persamaan (17), diperoleh

Materi Fisika Inti | BAB III 37


(
¿ E−
ℏω
2
a )
−¿φ (x)−
ℏω
2
a −¿φ ( x)¿ ¿

(
¿ E−
ℏω
a )
2 −¿φ (x)− ℏω
2
a −¿φ ( x)¿ ¿

¿ E− ( ℏω ℏω
2

2
a−¿ φ(x)¿ )
¿(E−ℏ ω) ϕ (x )( 19)

Bandingkan persamaan (19) dengan persamaan (13)!. Persamaan


adalah juga persamaan nilai eigen. Jika fungsi eigen ϕ(x) adalah
suatu solusi bagi persamaan Schődinger dengan nilai eigen E maka
fungsi eigen ϕ ( x ) juga merupkan solusi dari persamaan Schődinger

dengan niali E−ℏ ω. Namun, nilai eigen dari ϕ ( x ) turun sebesar


ℏ ω dibandingkan dengan nilai eigen E−ℏ ω. Namun,nilaieigendari
φ (x) turun sebesar ℏm dibandingkan dengan nilai eigen dari φ (x). Hal
ini menunjukkan bahwa operator a– menurunkan energi sebesar ℏm.
Demikian juga jika operator a–a–bekerja pada φ ( x) maka akan
menurunkan energi sebesar 2ℏm, danseterusnya.
Jika

ϕ (x )=a−¿a −¿a−¿ ... a ¿ ¿


¿
− ¿ φ(x )¿

n
¿ a¿ φ (x)¿
Maka

Materi Fisika Inti | BAB III 38


H op Φ(x )=( E−n ℏ ω ) ϕ ( x)(20)

Lalu bagaimana sifat dari operasi a+ ¿¿ jika bekerja pada fungsi eigen φ (x)?

Misalkan suatu fungsi, H op ϕ (x)=H op a+¿φ( x)¿

¿¿

¿ a+¿ a −¿ a ¿ ¿
+ ¿ φ(x )+ ℏω a ¿
2 +¿ φ( x )¿

Dengan mensubstitusikan persamaan (12), menghasilkan

H op ϕ ( x)=a
(
+¿ E +
ℏω
2
φ(x)+
ℏω
)a
2 + ¿φ (x) ¿
¿

¿ E+( ℏ ω ℏω
2
+
2
a+¿φ (x)¿ )

¿( E +ℏ ω)ϕ ( x)(21)

Terlihat bahwa ϕ (x )memiliki nilai eigen E+ℏ ω . Hal ini menunjukkan


bahwa operasi a+ ¿¿bersifat menaikkan energi sebesar ℏ ω. Demikian juga
jika operator a−¿a + ¿¿ ¿ bekerja pada φ ( x)maka akan menaikkan energi

sebesar 2 ℏ ω, begitu seterusnya.

Materi Fisika Inti | BAB III 39


Sehingga jika

ϕ (x )=a+ ¿a +¿a+¿ ... a ¿ ¿


¿
+ ¿ φ(x)¿

n
¿ a+¿ φ( x) ¿

Maka

H op Φ( x )=( E+n ℏ ω ) ϕ( x)(22)

Sampai saat ini, kita belum memperoleh bentuk spesifik dari φ (x). Untuk
itu, kita perhatikan kembali persamaan (19). jika kita operasikkan a_
berkali-kali pada φ (x) maka suatu saat akan dicapai suatu keadaan dengan
energi terendah. Keadaan dengan energi terendah biasa disebut dengan

keadaan dasar (ground state). Misalkan φ o ( x)adalah solusi untuk keadaan

dasar maka pengoperasian operator a−¿¿ pada φ o ( x) akan menghasilkan


nol karena tidak ada lagi keadaan dengan energi yang lebih rendah.

a−¿φ ( x )=0 ¿
o

1 ℏ d
(
√2 m i dx
−imωx φo ( x )=0 )
(
1 ℏ d φo (x )
√2 m i dx
−imωx φo ( x ) =0 )

Materi Fisika Inti | BAB III 40


ℏ d φo ( x )
=imωx φ o ( x )
i dx

d φo ( x ) mωx φo ( x )
=
dx ℏ

d φo ( x ) −mω
= xdx
dx ℏ

d φo ( x ) −mω
∫ dx
=

∫ xdx

mω 2
ln φ o ( x )=−¿ x +C ¿
2ℏ

−mω 2
x +C
2ℏ
φ o ( x )=e

−mω 2
x
2ℏ
φ o ( x )= A o e ( 23 )

Persamaan (23) merupakan fungsi gelombang dari isolator pada keadaan


dasar yang belum ternormalisasi. Setelah fungsi gelombang untuk keadaan
dasar diperoleh maka kita dapat menentukan fungsi gelombang pada

keadaan tereksitasi ke n, φ n ( x )dengan bantuan operator a+ ¿¿, yaitu :

φ n ( x )=¿ ¿

Materi Fisika Inti | BAB III 41


φ n ( x )=¿ ¿

φ n ( x )= A n ¿ ¿

Selanjutnya kita cari berapa energi osilator harmonik pada keadaan dasar.
Caranya adalah dengan memecahkan persamaan Schödinger pada

persamaan (16) untuk φ x sama dengan φ o ( x ) .

a+ ¿a ℏω ¿
−¿ φo( x )+ φ ( x )=E o φo ( x )¿
2 o

Oleh karena a−¿φ o ( x ) =0 maka ¿

ℏω
φ ( x ) =Eo φ o ( x )
2 o

ℏω
Eo = ( 25 )
2

Ternyata energi pada keadaan dasar dari osilator harmonik juga tidak sama
dengan nol seperti pada kasus partikel dalam sumur potensial tak hingga.
Kemudian untuk mendapatkan energi pada keadaan tereksitasi ke n, En kita
diturunkan dari persamaan ( 22 ) , diperoleh :

En =Eo +n ℏω

Materi Fisika Inti | BAB III 42


ℏω
En =n ℏ ω+
2

( 12 ) ℏ ω ( 26 )
En = n+

Akhirnya kita peroleh solusi umum dari persamaan schödinger yang


tergantung waktu, yaitu:


Ψ ( x , t )=∑ c n φn ( x ) e−i Ε t /ℏ
n

n=1


Ψ ( x , t )= ∑ c a An ¿ ¿ ¿
n=1

Contoh

Tentukan fungsi gelombang ternormalisasi bentuk tak bergantung waktu


dari osilator harmonik yang berada pada keadaan dasar!

Solusi

Fungsi gelombang tak bergantung waktu dari osilator harmonik pada


keadaan dasar adalah

−mω 2
x
2ℏ
φ o ( x )= A o e

Syarat normalisasi adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 43


∫ |φo| dx=1
2

−∞

∫ φo ( x ) φ o ( x ) dx=1
−∞

∞ −mω 2 −mω 2
x x
∫ A o e 2ℏ Ao e 2ℏ
dx=1
−∞

∞ −mω 2
x
Ao
2
∫e 2ℏ
dx =1
−∞

∞ −mω 2
x
Ao 2 ∫ e
2 2ℏ
dx=1
−∞

Ao 2
2
( 12 √ mω
πℏ
)=1
( )
1
mω 4
Ao =
πℏ

Dengan demikian, fungsi gelombang ternormalisasinya adalah

( )
1 −mω 2
mω 2ℏ
x
φ o ( x )= 4
e
πℏ

Contoh

Materi Fisika Inti | BAB III 44


Tentukan fungsi gelombang tak bergantung waktu dari osilator harmonik
pada keadaan tereksitasi pertama, kemudian lakukan normalisasi terhadap
fungsi gelombang tersebut!

Solusi

φ n ( x )= A n ¿ ¿

Maka untuk keadaan tereksitasi pertama, n=1 sehingga

φ 1 ( x )= A1 a −mω 2
2ℏ
x
+¿ e ¿

( )
−mω 2
1 ℏ d 2ℏ
x
¿ A1 + ℑ ωx e
√ 2 m i dx

( )
−mω 2 −mω 2
A1 ℏ d x x
¿ e 2ℏ
+ ℑ ωx e 2ℏ

√2 m i dx

(( ) )
−mω 2 −mω 2
A1 ℏ −m ω 2ℏ
x
2ℏ
x
¿ xe + ℑ ωx e
√ 2 m i ℏ

(x e )
−mω 2
2 ℑ ω A1 2ℏ
x
¿
√2 m
−mω 2
x
¿ i ω Α1√2 m x e 2ℏ

−mω 2
x
¿ Cx e 2ℏ
, denganC ≡iω A 1 √ 2 m
Materi Fisika Inti | BAB III 45
Melakukan normalisasi terhadap φ 1 ( x )

∞ −mω 2
x
C 2 ∫ x2 e 2ℏ
dx=1
−∞

| | √
∞ −mω 2 ∞
x 1 π
C 2∫ x e dx =1 →∫ x 2 e−a x dx=
2
2 2 2ℏ

0 0 4a a

√ ( )
3
2 4 mω
C
π ℏ

[ ( )]
3 1
4 mω
2 4
C=
π ℏ

Dengan demikian φ 1 ( x ) ternormalisasinya adalah

[ ( )]
3 1 −mω 2
4 mω 4 2ℏ
x
C= xe
π ℏ

Materi Fisika Inti | BAB III 46


C. Osilator Sederhana

Osilator harmonic sederhana merupakan salah satu masalah yang paling


penting dalam mekanika kuantum. Tidak hanya menggambarkan banyak
konsep-konsep dasar dan metode mekanika quantum tetapi juga
memilikibanyak nilaipraktis. Pada dasarnya setiap potensi dapat didekati
dengan baik pada osilator harmonik sederhana, sehingga menggambarkan
fenomena dari getaran molekul hingga struktur nuklir. Selain itu, karena
Hamiltonian pada dasarnya adalah jumlah kuadrat dari dua variable
konjugat kanonik, yang juga merupakan titik awal yang penting untuk
banyak teori kuantum.

a. Hubungan Operator Hamilton Dengan Energi Pada Schrodinger

Berawal dari mekanika klasik, osilator harmonik merupakan sistem pegas


massa yang terikat pada salah satu ujung pegas.

1. Hukum Hooke1

Membahas tentang gaya pemulih pada pegas, F= - k x

2. Hukum II Newton,

F = m.a

m . a=−k . x

−k
a= x
m

Materi Fisika Inti | BAB III 47


2
d x
dimana a= 2
dt
2 k
ω=
m
3. Energi pada pegas

 Energi Kinetik , dengan v= ω x

1
Maka V k = mω 2 x 2
2

1 2 2
 Energi Potensial, V p= mω x
2
Tinjauan energi pegas pada mekanika kuantum

1. Menggunakan Persamaan Schrodinger


Diperoleh

[ ]
2 2
−ђ d 1 2 2
+ mω x ψ ( x )=E ( x )
2 m dx 2
2

2. Menggunakan Operator Hamiltonian

diperoleh

H p2 1 2 2
( p , x )= + mω x
2m 2

Dimana

Hψ (x )=Eψ( x )

Maka:

Materi Fisika Inti | BAB III 48


[( ) ]
2
1 d 2
ђ + ( mωx ) =0
2m dx

Dengan menggunakan sifat aljabar, diperoleh:

1
(d
ђ +i⏞ mωx
√2 m dx )√ (1 d
ђ −i⏞ mωx
2 m dx )
b. Annihillation Operator dan Creation Operator

Dimulai dengan metode elegan Operator Dirac, yang didasarkan pada karya
sebelumnya dari M.Borndan N.Wiener, untuk mendapatkan energi
eigenkets dan energi eigen dariosilator harmonic sederhana, dengan dasar
dari Hamiltonian yaitu

dimanaω adalah frekuensi sudut dari osilator klasik terkait dengan konstanta

pegas dalam hukum Hooke melalui . Operatorx dan p, tentu


saja, Hermitian. Hal ini mudah untuk menentukan dua operator non-
Hermitian,

Materi Fisika Inti | BAB III 49


yang dikenal sebagai annihilation operator dan creation operator, masing-
masing,untuk alasan yang akan menjadi jelas segera. Menggunakan
hubungan pergantian kanonik, diperoleh

c. EnergiEigenketsdanEnergiNilai Eigen

Untuk sejumlah operator digunakan

Hal ini mudahuntuk menunjukkan bahwa

jadi kita memiliki hubungan penting antara sejumlah operator dan operator
Hamiltonian:

Karena H adalah fungsi linier dari N, N dapat di diagonalkan bersamaan

Materi Fisika Inti | BAB III 50


dengan H, yang menunjukkan sebuah energi eigenketN oleheigenvaluen,
sehingga

Kemudian akan ditunjukkan bahwa harus bilangan bulat positif. Karena


(2.3.6) kami juga memiliki

yang berarti bahwa nilai energi yang diberikan oleh

Untuk menghargai arti fisik a, a+, dan N, pertama mari kita perhatikan
bahwa:

dimana kita telah menggunakan(2.3.3). Demikian juga, kita dapat


memperoleh

Materi Fisika Inti | BAB III 51


Sebagai hasilnya,

Dan:

Hubungan ini menyiratkan bahwa juga merupakan eigen ket


N dengan nilai eigen meningkat (menurun) per satu.Karena kenaikan
(penurunan) nper satu jumlah penciptaan (pemusnahan) dari satu unit
kuantum energi ђω, penciptaan istilah Operator (pemusnahan

operator)selama dianggap tepat. Persamaan (2.3.1 2b) menyiratkan

bahwa dan saya adalah sama hingga konstan perkalian.


Kami menulis

di mana c adalah konstan tanumerik yang akan ditentukan dari persyaratan

yang baik dan menjadi normal. Pertama, perhatikan bahwa:

Materi Fisika Inti | BAB III 52


Kita dapat mengevaluasi ruas kiri dari (2.3. 14) dengan mencatat bahwa

hanya operator nomor,sehingga

Mengambil cmenjadi nyatadan positifoleh konvensi, akhirnyadidapatkan

Demikian, mudah untuk menunjukkan bahwa

Misalkan menerapkan operator pemusnahan untuk kedua sisi (2.3.16)

Kita dapat memperoleh eigenkets Operator numerik dengan lebih kecil dan
lebih kecil sampai urutan berakhir, yang pasti akan terjadi setiap kali kita
mulai dengan bilangan bulat positif n. Orang mungkin berpendapat bahwa
jika kita mulai dengan nonintegern, urutan akan tidak menghentikan, yang

Materi Fisika Inti | BAB III 53


mengarah keeigenkets dengan nilai negatifn. Tapi kami juga memiliki

persyaratan positif untuk norma dari

yang berarti bahwa n tidak pernah bisa negatif! Jadi kami menyimpulkan
bahwa urutan harus mengakhiri dengann = 0 dan nilai-nilai yang diizinkan
n adalah bilangan bulat non-negatif. Karena nilai terkecil yang mungkin
dari n adalah nol, keadaan dasar dari osilator harmonik memiliki

Kita sekarang dapat berturut-turut menerapkan operator penciptaan sampai

keadaan dasar menggunakan (2.3.17), kita memperoleh:

Materi Fisika Inti | BAB III 54


Dengan cara ini kita telah berhasil membangun eigenkets simultan N dan H
dengan nilai eigen energi

Dari (2.3.16), (2.3.17), dan kebutuhan untuk ortho normality (1 n)}, kita
memperoleh elemen matriks

Menggunakan ini bersama-sama dengan

Materi Fisika Inti | BAB III 55


kita memperoleh elemen matriks x dan p operator:

Perhatikan bahwa baik x maupun p adalah diagonal dalam representasi N

kita gunakan. Hal ini tidak mengherankan karena x dan p, seperti dan
, tidak komutatif dengan N. Metode operator juga dapat digunakan untuk
mendapat kaneigen functions energi dalam ruang posisi. Mari kita mulai
dengan keadaan dasar yang didefinisikan oleh

Materi Fisika Inti | BAB III 56


Dengan representasi-x, dibaca

Mengingat (1.7.17), kita bisa menganggap ini sebagai persamaan diferensial

untuk fungsi gelombang keadaan dasar

di mana kami telah memperkenalkan

Yang menetapkan skala panjang osilator. Kita melihat bahwa solusi dinor
malisasike (2.3.28) adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 57


Kami juga dapat memperoleh eigen functions energi untuk keadaan
tereksitasi dengan mengevaluasi.

Ini adalah petunjuk untuk melihat nilai-nilai harapan x2 dan p2 untuk


keadaan dasar. Pertama, perhatikan bahwa

Ketika kita mengambil nilai harapan x2,hanya terminologi lalu di (2.3.33)


menghasilkan menghilang kontribusinon:

Juga

Materi Fisika Inti | BAB III 58


Oleh karena itu nilai-nilai harapan kinetik dan energi potensial, masing-
masing,

seperti yang diharapkan dari Teorema virial. Dari (2.3.25a) dan (2.3.25b),
berarti

yang juga berlaku untuk keadaan tereksitasi. Oleh karena itu kita harus

dan kita melihat bahwa hubungan ketidakpastian puas dalam bentuk produk
ketidakpastian minimum:

Materi Fisika Inti | BAB III 59


Hal ini tidak mengherankan karena fungsi gelombang keadaan dasar
memiliki bentuk Gaussian. Sebaliknya, produk ketidakpastian untuk
keadaan tereksitasi yanglebih besar:

sebagai pembaca mungkin dengan mudah memverifikasi.

d. Pengembangan Waktu Oscillator


Sejauh ini kita belum membahas evolusi waktu osilator keadaan
ketsatau diamati seperti x dan p. Segala sesuatu yang kitalakukanseharusnya
mengadakan beberapa waktu instan, katakan pada t= 0; operatorx, p, a, dan
a+yang dianggap baik sebagai operator gambaran-Schrodinger (di semuat)
atau sebagai operator gambaran-Heisen bergpada t = 0. Dalam bagian yang
tersisa dari bagian ini, kami bekerja secara eksklusif pada gambaran
Heisenberg, yang berarti bahwax, p, a, dan a+ pada semua tergantung waktu

meskipun kita tidak secara eksplisit menulis , dan sebagainya.


Persamaan gerak Heisenberg untuk pand x adalah, dari (2.2.32) dan(2.2.33),

Materi Fisika Inti | BAB III 60


Sepasang persamaan diferensial digabungkan setara dengan dua persamaan
diferensial tidak berpasangan, yaitu,

Dimana solusi adalah

Kebetulan, hubungan ini secara eksplisit menunjukkan bahwa N dan H


adalah waktu independen operator bahkan dalam gambaran H eisenberg.
Dalam halxdanp, kita dapat menulis ulang (2.3.43) sebagai

Menyamakan H ermitian dan anti H ermitian bagian dari kedua belah pihak
secara terpisah, kami menyimpulkan

Materi Fisika Inti | BAB III 61


Ini terlihat sama dengan persamaan gerak klasik. Kita melihat bahwa x dan
p operator "berosilasi" seperti analog klasik mereka.Untuk alasan
pedagogis, kita sekarang menyajikan derivasi alternatif (2.3.45a). Alih-alih
memecahkan persamaan H eisen berggerak, kita mencoba untuk
mengevaluasi

Untuk itu, kami mencatat formula yang sangat berguna:

Dimana G adalah operator Hermitian dan A adalah parameter nyata. Kami


meninggalkan bukti rumus ini, yang dikenal sebagai Baker Hausdor
fflemma, sebagai latihan. Mengaplikasikan formula ini untuk (2.3.46), kita
peroleh

Materi Fisika Inti | BAB III 62


Setiap istilah disisikanan dapat dikurangi baik x atau p dengan berulang kali
menggunakan

sesuai dengan (2.3.45a).

Contoh :

1. Hitunglah gaya pegas rata-rata!

Materi Fisika Inti | BAB III 63


2
F=m ω x

∞ ∞
F ave =−m ω
2
∫ ψ n (x )x Ψ n xdx=−ω √ mℏ ω ∫ ψ n ( z) z ψ n z d (x )
−∞ −∞

2. Hitunglah harga rata -rata energi potensial!

1 2
V = mω x
2

∞ ∞
1 1
V ave = m ω ∫ ψ n (x ) x Ψ n xdx= ℏ ω ∫ ψ n (z ) z ψ n z d( x)
2 2 2
2 −∞ 2 −∞

3. Hitunglah harga rata-rata energi kinetik!


2 2
ℏ d
K=
2 m dx 2

K
[ ] [ ]
2 ∞ 2 ∞ 2

ave=¿ ∫ Ψ n(x) d 2 dx=−1
2 m −∞ 2
d
ℏω ∫ ψ n z 2 Ψ n( z) d ( z)¿
dx −∞ d

Materi Fisika Inti | BAB III 64


e. Potensial Sentral

Pengertian Potensial sentral

Potensial sentral adalah potensial yeng mempunyai energi potensial yang


hanya merupakan fungsi jarak antara partikel yang dikaji dengan titik yang
merupakan sumber potensial (gaya) yang mempengaruhi partikel tersebut.

f. Tinjauan Mekanika Kuantum Momentum Anguler

1. Momentum Sudut

Harga eigen dan fungsi eigen operator L^ 2 ditentukan sebagai berikut.


Andaikan Y(θ,ϕ) adalah fungsi eigen dengan harga eigennya L 2:

Untuk pemisahan variable misalkan

Materi Fisika Inti | BAB III 65


Persamaan ini identik dengan persamaan Legendre terasosiasi dengan:

ℓ adalah bilangan bulat positif 0, 1, 2, …..; bilangan ini disebut bilangan


kuantum orbital. Untuk suatu harga ℓ ada (2 ℓ +1) buah harga mℓ,yakni
mℓ= -ℓ , -(ℓ -1),...,-1, 0, 1,..., (ℓ-1), ℓ. Lz=mℓħ adalah hasil proyeksi L pada
sumbu-z.

L^
2
Akhirnya, diperoleh fungsi eigen bagi operator:

Materi Fisika Inti | BAB III 66


yang biasa disebut fungsi harmonik bola (spherical harmonics).

Sifatortogonalitas:

Tiga sifat penting dari fungsi ini adalah

Beberapa contoh fungsi harmonik bola adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 67


Dengan fungsi dan harga eigen seperti di atas, persamaan harga eigen
adalah:

Persamaan-persamaan di atas menunjukkan kuantisasi momentum sudut.


Orbital-orbital elektron dibentuk dari fungsi-fungsi Yℓ mℓdalam bentuk ril.

s untuk ℓ =0,

p untuk ℓ =1

Materi Fisika Inti | BAB III 68


d untuk ℓ =2

Dalam pembentukan molekul dari beberapa atom, ikatan antar atom


berlangsung melalui orbital-orbital tersebut di atas.

1. Operator Momentum Sudut

Dalam mekanika klasik, momentum sudut suatu partikel merupakan

perkalian vektor posisi dan vektor momentum,

Komponen-komponennya merupakan operator-operator dari partikel


tersebut:

Selain itu, momentum kuadrat adalah operator juga:

Dalam koordinat bola berlaku hubungan berikut:

Materi Fisika Inti | BAB III 69


Materi Fisika Inti | BAB III 70
Komutator-komutator:

2. Komponen-z

Harga eigen dan fungsi eigen operator


L^ z dapat ditetapkan sebagai
berikut. Misalkan Φ(ϕ)adalah fungsi eigen bersangkutan dengan harga
eigen Lz sehingga:

Karena maka

Materi Fisika Inti | BAB III 71


Jadi

adalah faktor normalisasi.

Lz sebagai komponen momentum sudut pada sumbu-z ternyata merupakan


besaran yang diskrit atau terkuantisasi. Dalam eksperimen, sumbu-z
dinyatakan sebagai sumbu di mana arah medan magnet statik ditetapkan.
Oleh sebab itu ml disebut bilangan kuantum magnetik

Materi Fisika Inti | BAB III 72


BAB IV

HUKUM DAN HASIL PELURUHAN RADIOAKTIF

A.Pengertian Radioaktif
Radioaktivitas disebut juga peluruhan radioaktif, yaitu peristiwa
terurainya beberapa inti atom tertentu secara spontan yang diikuti dengan
pancaran partikel alfa (inti helium), partikel beta (elektron), atau radiasi
gamma (gelombang elektromagnetik gelombang pendek). Sinar-sinar
yang dipancarkan tersebut disebut sinar radioaktif, sedangkan zat yang
memancarkan sinar radioaktif disebut denganzat radioaktif. Proses
peluruhan inti merupakan proses tak distrik kebolehjadian suatu inti.
Untuk sejumlah sejenis kebolehjadian meluruh adalah masing-masing inti
dan boleh dikatakan tak bergantung dari waktu atau sebanding dari
waktu. Peluruhan zat radioaktif merupakan proses berubahnya inti atom
yang tidak stabil menjadi init atom yang stabil. Peluruhan juga dapat
berarti sebagai proses pemancaran sinar zat radioaktif oleh zat radioaktif.
B.Proses Peluruhan Radioaktif
Selain itu proses peluruhan bersifat acak.Inti-inti atom ini tidak meluruh
sekaligus pada suatu waktu tetapi satu per satu dalam selang waktu
tertentu. Untuk itu maka zat radioakatif memiliki waktu paruh sebagai
yang diperlukan suatu zat radioaktif agar sebagian atau setengah dari inti
radioaktif meluruh. Pada praktikum peluruhan zat radioaktif ini,

Materi Fisika Inti | BAB III 73


dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sifat penyerapan zat
radioaktif, menetukan koefisien penyerapan plat seng dan lempeng
plastik terhadap sinar radioaktif secara grafik zat radioaktif dan panjang
kehidupannya. Untuk mengetahui ketiga hal tersebut maka dalam
praktikum ini dilakukan pengamatan terhadap zat radioaktif cobalt (C0-
60) menggunakan detektor Geiger Muller untuk mendeteksi dan
mencacah radiasi yang dipancarkan oleh sumber radioaktif kemudian
ditampilkan hasil cacahannya oleh Nova 5000. Dalam percobaan ini
digunakan 2 bahan sebagai penghalang radiasi :
C. Hukum Peluruhan Radioaktif 
Bilamana inti dari suatu atom memancarkan sebuah partikel alfa,
partikel beta, sebuah sinar gamma atau partikel lainnya atau bila
menangkap sebuah electron dari kulit terluar sebuah atom, prosesnya
disebut peluruhan radioaktif.  Jika ada N inti yang belum meluruh,
sejumlah dN, akan meluruh dalam waktu dt, yang besarnya adala h  
dN=-λdtN

Dimana λ adalah probabilitas inti untuk meluruh, yang disebut juga


sebagai konstanta peluruhan atau konstanta disintegrasi. Tanda minus
menunjukkan bahwa N berkurang ketika t bertambah. Persamaan 3.1
dapat ditulis

 dNN=-λdt

Integrasi Persamaan dengan asumsi bahwa ketika t = 0, jumlah atom


radioaktif yang ada adalah N 0 akan menghasilkan  N(t)=N0e-λt dimana
N(t) adalah jumlah atom radioaktif yang ada pada waktu t.  Probabilitas 
λ, yang digunakan pada persamaan di atas disebut dengan konstanta
disintegrasi atau konstanta peluruhan. Aktivitas dari suatu sampel

Materi Fisika Inti | BAB III 74


radioaktif didefinisikan sebagai jumlah peluruhan per detik. Dari
Persamaan  diperoleh aktivitas R sebagai  

R= -dNdt=λN0e-λt=λN

Dengan demikian aktifitas sutau sampel tergantung pada jumlah inti


yang ada, dan konstanta peluruhan λ

a. SINAR ALFA ( SINAR α )


Sinar alfa adalah sinar yang dipancarkan oleh unsur radioaktif. Sinar ini
ditemukan secara bersamaan dengan penemuan fenomena
radioaktivitas, yaitu peluruhan inti atom yang berlangsung secara
spontan, tidak terkontrol, dan menghasilkan radiasi. Sinar alfa terdiri
atas dua proton dan dua neutron.  nPartikel alfa adalah inti helium,
menimbulkan ionisasi dalam gas yang dilewatinya, dan jika energi habis
setelah ionisasi, dapat menangkap electron menjadi atom helium netral.
Kebanyakan partikel alfa memiliki kecepatan antara 1,4 x 10 -7 ms-1 dan
2,2 x 10 -7ms -1. Partikel alfa dapat menimbulkan fluoresensi untuk
beberapa bahan.
Berikut ini adalah sifat alamiah sinar alfa.
 Sinar alfa merupakan inti He.

 Dapat menghitamkan pelat film (yang berarti memiliki daya


ionisasi). Daya ionisasi sinar alfa paling kuat daripada sinar
beta dan gamma.
 Mempunyai daya tembus paling lemah di antara ketiga sinar
radioaktif.
 Dapat dibelokkan oleh medan listrik maupun medan magnet.

 Mempunyai jangkauan beberapa sentimeter di udara


dan 102 mm di dalam logam.
b. PELURUHAN ALFA

Materi Fisika Inti | BAB III 75


Suatu inti yang tidak stabil dapat meluruh menjadi inti yang lebih ringan
dengan memancarkan partikel alfa (inti atom helium). Pada peluruhan
alfa terjadi pembebasan energi. Energi yang dibebaskan akan menjadi
energi kinetik partikel alfa dan inti anak. Inti anak memiliki energi ikat
per nukleon yang lebih tinggi dibandingkan induknya. Peluruhan alfa
menyebabkan nomor atom berkurang dua dan nomor massa berkurang
empat, dan karena itu sebuah inti baru akan terbentuk.

c. SINAR BETA ( SINAR β )


Sinar beta merupakan elektron berenergi tinggi yang berasal dari inti
atom. Berikut ini beberapa sifat alamiah sinar beta.Partikel beta adalah
electron yang berasal dari inti, menimbulkan ionisasi sedikit
dibandingkan partikel alfa, Partikel beta tidak dapat dihentikan oleh
selembar kertas, tetapi lembaran aluminium tipis dapat menyerap sebagia
besar partikel beta. Kecepatan partikel beta dapat mencapai 0,99 c.
Partikel beta menghasilkan fluoresensi yang terang, warnanya tergantung
dari jenis bahan yang disinarinya.
 Mempunyai daya ionisasi yang lebih kecil dari sinar alfa.
 Mempunyai daya tembus yang lebih besar daripada sinar
alfa.
 Dapat dibelokkan oleh medan listrik maupun medan
magnet.
d. PELURUHAN BETA

Materi Fisika Inti | BAB III 76


Peluruhan beta (β) adalah suatu proses peluruhan radioaktif dengan
muatan inti berubah tetapi jumlah nukleonnya tetap. Radiasi beta
disamakan dengan pemancaran elektron dari suatu inti atom. Bentuk
peluruhan ini terjadi pada inti yang kelebihan neutron dan pada umumnya
disertai juga dengan radiasi gamma. Radiasi beta (baik yang positif
maupun yang negatif) mempunyai spektrum energi yang sinambung
(continous) serta diikuti oleh antineutrino yang membawa kelebihan
energi yang dimiliki oleh zarah beta. Seperti halnya pada radiasi Alpha,
makin tinggi energi yang dimiliki maka makin pendek umurnya. Pada
radiasi Beta, nomor atomnya akan bertambah satu, sedang nomor
massanya tetap.

e. SINAR GAMMA ( SINAR γ )


Sinar gamma adalah radiasi gelombang elektromagnetik yang terpancar
dari inti atom dengan energi yang sangat tinggi yang tidak memiliki
massa maupun muatan. Sinar gamma ikut terpancar ketika sebuah inti
memancarkan sinar alfa dan sinar beta. Peluruhan sinar gamma tidak
menyebabkan perubahan nomor atom maupun massa atom. 

Sinar gamma adalah gelombang elektromagnetik atau foton yang berasal


dari inti atom, bergerak dengan kecepatan cahaya, dengan panjang
gelombang antara 1,7 x 10-6 m sampai 4,1 x 10-6 m. . Sinar gamma juga
menghasilkan fluoresensi, dapat mengionisasi gas, tetapi tidak sebesar
sinar alfa dan beta. Daya tembus sinar gamma 100 kali lebih besar dari
daya tembus sinar beta Sinar gamma tidak dapat dihentikan oleh

Materi Fisika Inti | BAB III 77


aluminium yang tebalnya beberapa cm, tetapi dapat diserap oleh
lembaran timah hitam yang tipis.
memiliki beberapa sifat alamiah berikut ini.
 Sinar gamma tidak memiliki jangkauan maksimal di udara,
semakin jauh dari sumber intensitasnya makin kecil.
 Mempunyai daya ionisasi paling lemah.
 Mempunyai daya tembus yang terbesar.Tidak membelok dalam
medan listrik maupun medan magnet

f. PELURUHAN GAMMA
Peluruhan Gamma ( γ ) merupakan radiasi gelombang elektromagnetik
dengan energi sangat tinggi sehingga memiliki daya tembus yang sangat
kuat. Sinar gamma dihasilkan oleh transisi energi inti atomdari suatu
keadaan eksitasi ke keadaan dasar. 
Saat transisi berlangsung terjadi radiasi energi tinggi (sekitar 4,4 MeV)
dalam bentuk gelombang elektromagnetik.
Sinar gamma bukanlah partikel sehingga tidak memiliki nomor atom
(A=0) maka dalam peluruhan sinar-γ tidak dihasilkan inti atom baru.   
Sinar gamma adalah gelombang elektromagnetik atau foton yang berasal
dari inti atom, bergerak dengan kecepatan cahaya, dengan panjang
gelombang antara 1,7 x 10 -8
sampai 4,1 x 10 -6
m. . Sinar gamma juga
menghasilkan fluoresensi, dapat mengionisasi gas, tetapi tidak sebesar
sinar alfa dan beta. Daya tembus sinar gamma 100 kali lebih besar dari
daya tembus sinar beta Sinar gamma tidak dapat dihentikan oleh
aluminium yang tebalnya beberapa cm, tetapi dapat diserap oleh
lembaran timah hitam yang tipis.

Materi Fisika Inti | BAB III 78


g. WAKTU PARUH
Waktu paruh adalah waktu yang diperlukan oleh zat radioaktif untuk
berkurang menjadi separuh (setengah) dari jumlah semula. Dengan
mengetahui waktu paruh suatu unsur radioaktif, dapat ditentukan jumlah
unsur yang masih tersisa setelah selang waktu tertentu. Setiap unsur
radioaktif mempunyai waktu paruh tertentu, misalnya karbon -14 (C-14)

memiliki waktu paruh 5.730 tahun.

Nt = massa zat sisa


No = massa zat mula - mula
T = waktu meluruh
1
T = Waktu paruh
2
Contoh soal:

1. Suatu unsur radioaktif memiliki waktu paro 20 hari. Berapa


baiankah dari jumlah asalnya zat radioaktif yang belum
meluruh setelah 60 hari.
Penyelesaian: 
Waktu paro T½ hari; selang waktu peluruhn t=60 hari kita hitung
dahulu n dengan 
n = t/ T /½ = 60 hari/ 20 hari = 3
bagian zat radioaktif yang belum meluruh, N/N 0, dihitung dengan
persamaan, N = {1/2}nN0
N/N0 = {1/2}3 = 1/8 bagian
2. Aktivitas suatu nuklida radioaktif tertentu turun dari 1,0 × 10 11 Bq
menjadi 2,5 × 1010 Bq dalam 10 jam. Hitung waktu paro nuklida itu.

Materi Fisika Inti | BAB III 79


Penyelesaian : 
Aktivitas awal A 0 = 1,0 × 1011 Bq; untuk t = 10 jam, aktivitas A(t)
=2,5 × 10 Bq.
10

A(t) = {½ }nA0
A(t) /A0 = 2,5 × 1010 Bq
=1/4 = {1/2}2
n = 2, sehingga waktu paronya adalah T½ =t/n = 10 jam / 2= 5 jam 
3. Suatu unsur radioaktif  mempunyai massa 10 gram dan waktu paruh 30
menit banyaknya zat radioaktif  yang meluruh selama 2 jam adalah...
Pembahasan : 
Pada soal ini diketahui:
N0 = 10 gram
T½ = 30 menit = 0,5 jam
t = 2 jam
penyelesaian : 
N =N0 (½)t/T½
N = 10 gr (½) 2 jam/0,5 jam
N = 10 gr (½)4 = 10 gr × 1/16 =0,625 gram
Jadi banyaknya zat yang meluruh 10 gram – 0,625  gram = 9,375 gram
4. Jika dalam kurun waktu 24 jam suatu unsur radioaktif telah meluruh
sebanyak 63/64 bagian, maka waktu paruh unsur radioaktif tersebut
adalah 
Pembahasan :
Diketahui : 
t = 24 jam 
N = 1- 63/64 = 1/64 N0
Berdasarkan rumus : 
N =N0 (½)n
1/64 N0 = N0 (½)n

Materi Fisika Inti | BAB III 80


1/64 = (½)n
(½ )6 = (½)n
n=6
selanjutnya : 
6 = t/T/½
6T½ = t
6T½ = 24 jam
T½ = 4 jam
5. Jika suatu unsur radioaktif yang memiliki waktu paruh 9 hari meluruh
selama 36 hari sehingga unsur yang tersisa memiliki massa 4 gram,
maka massa awal unsur tersebut adalah...
Pembahasan :
Dik: T½ = 9 hari, m = 4 gram, t = 36 hari, n = 36/9= 4
Rumus jumlah unsur yang tersisa juga berlaku untuk massa yang
tersisa. Jumlah massa yang tersisa setelah meluruh selama kurun
waktu tertentu dapat dihitung dengan rumus :
m = m0(1/2)n
dengan n = t/T½
berdasarkan rumus maka :
m = m0(1/2) n
4 = m0 (1/2)4
4= m0 (1/16)
m0  = 64 gram.

SOAL LATIHAN 
1. Suatu zat radioaktif mempunyai waktu paruh 20 tahun. 25
gram zat itu disimpan selama 60 tahun. Berapakah gram
sisanya ….

Materi Fisika Inti | BAB III 81


2. Suatu isotop 32-P yang memiliki waktu paruh 14.3 hari
digunakan pada suatu studi biokimia untuk menyelidiki
jalur metabolismenya pada makhluk hidup. Keberadaannya
dideteksi melalui emisi partikel beta negatif. Berapakah
besar aktivitas dari 1 mg sampel 32-P (satuan atom per
sekon)?
3.  Suatu radioaktif mempunyai waktu paruh 18 hari. Jika
unsur radioaktif tersebut disimpan selama 72 hari, maka
sisa unsur radioaktif tersebut adalah..
4. Suatu zat radioaktif mempunyai waktu paruh 20 tahun. 25
gram zat itu disimpan selama 60 tahun. Berapakah gram
sisanya ….

Materi Fisika Inti | BAB III 82


BAB V

HASIL PELURUHAN RADIOAKTIF

A. Pengertian Radioaktivitas
Inti Radioaktif adalah unsur inti atom yg mempunyai sifat
memancarkan salah satu partikel alfa, beta atau gamma.Radioaktivitas
adalah kemampuan inti atom yang tak-stabil untuk memancarkan radiasi
dan berubah menjadi inti stabil. Proses perubahan ini disebut peluruhan
dan inti atom yang takstabil disebut radionuklida. Materi yang
mengandung radionuklida disebut zat radioaktif. Peluruhan ialah
perubahan inti atom yang tak-stabil menjadi inti atom yang lain, atau
berubahnya suatu unsur radioaktif menjadi unsur yang lain. Peluruhan
radioaktif adalah kumpulan beragam proses di mana sebuah inti atom
yang tidak stabil memancarkan partikel subatomik (partikel radiasi).
Peluruhan terjadi pada sebuah nukleus induk dan menghasilkan sebuah
nukleus anak. Ini adalah sebuah proses acak sehingga sulit untuk
memprediksi peluruhan sebuah atom.
B. Sejarah Penemuan Radioaktif
 Pada tahun 1895 Williem K. Rontgen menemukan sinar-X dengan 
jalan menembakkan sinar katoda pada pelat aluminium. Para

Materi Fisika Inti | BAB III 83


ilmuwan menyadari bahwa ada beberapa unsur yang dapat
memancarkan sinar tertentu, walaupun pada saat itu belum
memahami tentang sifat sinar tersebut, mengapa unsur tersebut
memancarkan sinar?
 Pada tahun 1896, Henry Becquerel mengamati garam uranium yang
dapat memancarkan radiasi. Radiasi yang dipancarkan ini dapat
menghitamkan pelat film meskipun film tersebut ditutup rapat
dengan kertas hitam. Henry Becquerel mengatakan bahwa garam
uranium memancarkan sinar secara spontan. Unsur yang
memancarkan sinar secara spontan disebut unsur radioaktif dan sinar
yang dipancarkan ini disebut sinar radioaktif.
 Kemudian pada tahun 1898 suami istri Piere Curie dan Marie Curie
dapat menemukan unsur polonium (Po) dan radium (Ra) yang juga
bersifat radioaktif.
 Pada tahun 1903 Ernest Rutherford menemukan sinar yang
bermuatan positif disebut sinar alfa (α), yang merupakan inti helium
(He). Rutherford juga menemukan sinar bermuatan negatif yang
disebut sinar beta (β).
 Pada waktu itu pula Paul Ulrich Villard menemukan sinar yang tidak
bermuatan disebut sinar gamma (γ). Sinar ini merupakan gelombang
elektromagnetik dengan panjang gelombang sangat pendek.
 Pada tahun 1905 Einstein mengemukakan adanya hubungan masa
dengan energi dalam rumus :
E = mc2
Dimana 
E = energi (erg) 
c = kecepatan cahaya (3 x 1010cm/detik)
m= massa (gram)

Materi Fisika Inti | BAB III 84


Dari rumus di atas, 1 gram materi dapat dihasilkan energi sebesar 9.
1020 erg natau setara dengan ledakan 20.000 ton TNT. Pada saat ini
sudah banyak ilmuwan yang memikirkan bagaimana memanfaatkan
energi yang terkandung dalam atom untuk meningkatkan kesejahteraan
umat manusia, serta bagaimana mengatasi dampak negatif dari
pemanfaatan energi tersebut.

C. Sifat-Sifat Sinar Radioaktif


Meskipun tidak dapat dilihat dengan mata namun secara umum sinar
radioaktif memiliki sifat-sifat:
 menghitamkan pelat film,

 dapat mengionkan gas yang dilewati,

 memiliki daya tembus yang besar, serta

  menyebabkan benda-benda berlapis ZnS dapat berpendar


(mengalami fluoresensi).
Sinar yang dipancarkan unsur radioaktif ada tiga macam, yaitu sinar alfa
(α), sinar beta (β), dan sinar gamma (γ).
Perbedaan ketiga jenis sinar tersebut dapat dilihat pada tabel berikut
Sinar alfa ( α ) Sinar beta Sinar
(β) gamma ( γ )

1. Merupakan Inti Helium, Bermasa 4 1.Merupakan 1.Merupakan


Dan Bermuatan +2, Simbolnya 24  Elektron Gelombang
Atau 24He Berkecepatan E L E K T
2. Daya Ionisasinya Tinggi, Romagnetik,
Besar Tidak Tidak
3. Daya Tembusnya Bermassa Bermassa
Kecil Dan Dan

Materi Fisika Inti | BAB III 85


Bermuatan Tidak
Negatif Bermuatan,
Satu (-1), Simbolnya
Simbolnya- 00
10 Atau  - 2.Daya
10e Ionisasinya
2.Daya Kecil
Ionisasi Α > 3.Daya
>γ Tembusnya
3.Daya Besar
Tembus  Α <

Dengan jenis muatan yang dimilikinya, bila sinar radioaktif dilewatkan


dalam medan magnet maka akan terurai sebagai berikut.
a. Sinar alfa (α): akan tertarik ke medan magnet negatif.
b. Sinar beta (β): tertarik ke medan magnet positif.
c. Sinar gamma (γ): tidak dibelokkan oleh medan magnet

Peluruhan Radioaktif

Kestabilan inti
Inti atom terdiri atas netron dan proton. Proton bermuatan
positif, sedangkan netron tidak bermuatan (netral). Netron dalam
inti berfungsi menjaga gaya tolak-menolak antarproton. Oleh karena
itu kestabilan inti ditentukan oleh perbandingan banyaknya proton
dengan netron. Jika digambarkan grafik nomor atom (jumlah
proton) terhadap jumlah netron pada inti yang stabil (tidak
radioaktif), akan diperoleh suatu grafik berupa pita yang dinamakan
pita kestabilan inti (stability band).

Materi Fisika Inti | BAB III 86


Disintegrasi inti adalah peristiwa berubahnya inti atom
mejadi inti atom lain yag berlangsung dengan sendirinya. Inti-inti
yang tidak stabil akan meluruh (bertransformasi) menuju
konfigurasi yang baru yang mantap (stabil). Dalam proses peluruhan
akan terpancar sinar alfa, sinar beta, atau sinar gamma dan energi
peluruhan. Jika inti radioaktif meluruh, akan menjadi inti baru yang
beda sifat kimianya.

Unsur radioaktif secara spontan memancarkan radiasi,


yang berupa partikel atau gelombang elektromagnet (non partikel).

 Peluruhan Sinar Alfa

Suatu inti yang tidak stabil dapat meluruh menjadi inti yang lebih
ringan dengan memancarkan partikel alfa (inti atom helium). Pada
peluruhan alfa terjadi pembebasan energi. Energi yang dibebaskan
akan menjadi energi kinetik partikel alfa dan inti anak. Inti anak
memiliki energi ikat per nukleon yang lebih tinggi dibandingkan
induknya.

Ernest Rutherford menemukan bahwa partikel α adalah atom-atom


helium tanpa elektron dan partikel α atau β keluar dari atom, jenis
atom berubah. Perubahan demikian dapat menyebabkan radiasi γ.

Peluruhan alfa menyebabkan nomor atom berkurang dua dan nomor


massa berkurang empat, dan karena itu sebuah inti baru akan
terbentuk. Adapun pada peluruhan beta akan menambah atau
mengurangi nomor atom sebesar satu (nomor massa tetap sama). 

Contoh :
92238U 90234Th + 24He

Materi Fisika Inti | BAB III 87


88226Ra 86222Th + 24He
 
 Peluruhan Sinar Beta
Salah satu bentuk peluruhan sinar beta adalah peluruhan neutron.
Neutron akan meluruh menjadi proton, elektron, dan antineutrino.
Antineutrino merupakan partikel netral yang mempunyai energi,
tetapi tidak memiliki massa. Bentuk peluruhan sinar beta yang lain
adalah peluruhan proton. Proton akan meluruh menjadi neutron,
positron, dan neutrino. Neutrino memiliki sifat yang sama dengan
antineutrino. Peluruhan sinar beta bertujuan agar perbandingan
antara proton dan neutron di dalam inti atom menjadi seimbang
sehingga inti atom tetap stabil.
ZAX Z+1AY + -10    X = Inti Induk
ZAX Z-1AY + +10    Y = Inti Anak
Contoh : 
614C 714C + -10    
712N 612C + +10    
 Peluruhan Sinar Gamma
Suatu inti atom yang berada dalam keadaan tereksitasi dapat
kembali ke keadaan dasar (ground state) yang lebih stabil dengan
memancarkan sinar gamma. Peristiwa ini dinamakan peluruhan
sinar gamma. Atom yang tereksitasi biasanya terjadi pada atom
yang memancarkan sinar alfa maupun sinar beta, karena
pemancaran sinar gamma biasanya menyertai pemancaran sinar alfa
dan sinar beta. Peluruhan gamma hanya mengurangi energi saja,
tetapi tidak mengubah susunan inti.
ZAX* ZAX + X + γ
D. Deret Peluruhan Radioaktif

Materi Fisika Inti | BAB III 88


Deret peluruhan radioaktif adalah deret yang menyatakan rangkaian
peluruhan unsur. Suatu unsur meluruh dan membentuk unsur yang baru,
unsur baru tersebut meluruh kembali menjadi unsur yang lain hingga
menjadi stabil. Deret peluruhan menggambarkan urutan peluruhan unsur
dan juga jenis peluruhan yang terjadi pada tiap-tiap unsur. Dilansir dari
Encyclopedia Britannica, deret peluruhan radioaktif terbagi menjadi
empat yaitu deret thorium, deret uranium, deret aktinium dan deret
neptunium. Setiap unsur pada ujung deret dapat menjadi stabil dengan
cara kembali ke energi dasar. Hal ini dilakukan dengan melepaskan energi
yang berlebih atau dinamakan peluruhan gamma.
1. Deret Thorium

Deret torium dimulai dari inti induk   dan berakhir

pada inti  . Deret ini juga disebut dengan deret 4n, sebab
nomor massanya selalu kelipatan 4.
2. Deret Neptunium

Deret Neptunium dimulai dari induk   dan berakhir pada

inti  . Deret ini juga disebut deret (4n +1), karena nomor
massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n +1
3. Deret Uranium Deret uranium dimulai dari inti
induk 92U  dan berakhir pada 82Pb . Deret ini disebut juga
238 206

deret (4n +2), karena nomor massanya selalu dapat


dinyatakan dalam bentuk 4n + 2.
Contoh Reaksi Peluruhan pada Deret uranium :

Materi Fisika Inti | BAB III 89


Deret uranium tersebut dapat ditulis secara singkat menjadi :

Berikut Tabel dari Reaksi Peluruhan pada Deret uranium :

 
4. Deret Aktinium

Deret aktinium dimulai dari inti induk   dan berakhir

pada  . Deret ini juga disebut deret (4n +3), sebab

Materi Fisika Inti | BAB III 90


nomor massanya selalu dapat dinyatakan dalam bentuk 4n +
3.
E. Besaran Radioaktif
 Waktu paruh 

Waktu yang diperlukan agar banyaknya radionuklida (inti)


yang belum berdisintegrasi tinggal setengah dari semula.
Radiasi radionuklida mempunyai sifat yang khas (unik)
untuk masing-masing inti. Peristiwa pemancaran radiasi
suatu radionuklida sulit untuk ditentukan, tetapi untuk
sekumpulan inti yang sama, keboleh jadian peluruhannya
dapat diperkirakan.  Waktu paruh bersifat khas terhadap
setiap jenis inti

 Aktivitas Radioaktif

Aktivitas radioaktif adalah banyaknya inti yang


berdisintegrasi dalam waktu 1 detik. Semakin besar
aktivitasnya, semakin banyak inti atom yang
berdisintegrasi perdetik. (Aktivitas tidak bersangkut
paut dengan jenis peluruhan atau radiasi yang
dipancarkan oleh cuplikan, atau dengan energi radiasi
yang dipancarkan. Aktivitas haya ditentukan oleh
jumlah peluruhan perdetik).

Materi Fisika Inti | BAB III 91


BAB VI

PELURUHAN

A. Definisi Partikel Alf


1. Pengertian Partikel Alfa
Partikel alfa ialah inti helium yang dipancarkan oleh suatu inti
yang tidak stabil. Partikel alfa terdiri dari 2 proton dan 2 neutron atau
identik dengan inti helium. Partikel ini sangat masif dan juga berenergi
tinggi serta dipancarkan dari inti isotop radioaktif yang memiliki rasio
neutron terhadap proton yang terlalu rendah. Oleh sebab itu lambang
partikel sama dengan lambang inti helium atau juga sering ditulis dengan
2α4. Partikel bermuatan positif (+2e), dan pada saat bergerak diudara akan
menimbulkan ionisasi yang cukup besar dan paling besar dibandingkan
partikel dan . Bahkan pada partikel ini tidak dapat menembus kertas

Materi Fisika Inti | BAB III 92


Suatu sinar alfa terbentuk ketika suatu unsur radioaktif
memancarkan partikel alfa dan membentuk unsur baru dalam suatu proses
yang disebut peluruhan alfa (alpha decay). Daya ionisasi yang ada pada
partikel alfa sangat besar, kurang lebih 100 kali daya ionisasi dari partikel
beta dan 10.000 kali daya ionisasi sinar gamma. Karena adanya muatan
listrik yang besar maka partikel alfa menjadi mudah dipengaruhi oleh
medan listrik yang ada disekitarnya. Partikel alfa tidak mampu menembus
pori-pori pada kulit kita bahkan pada lapisan yang paling luar sekalipun
karena mempunyai ukuran yang besar. Peluruhan alfa merupakan salah satu
bentuk dari peluruhan radioaktif di mana pada sebuah inti atom berat tidak
stabil dalam melepaskan sebuah partikel alfa dan meluruh menjadi inti lebih
ringan. Dalam peluruhan alfa dipancarkan sinar alfa yang terdiri dari
partikel alfa, berupa partikel yang bermuatan listrik positif yang terbentuk
di dalam inti atom dengan terdiri dari dua proton dan dua neutron.
a. Apabila suatu atom memancarkan sinar, maka nomor atom berkurang 2 dan
nomor massa berkurang 4. Sifat-sifat sinar Alfa yaitu :
 Sinar Alfa memiliki daya tembus kecil tetapi daya ionisasinya sangat besar
 Sinar Alfa dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet
 Sinar Alfa bermuatan listrik positif
 Sinar Alfa terdiri atas inti helium

B. Kesetaraan Energi Pada hukum kekekalan energy


Dijelaskan mengenai peluruhan mana yang paling mungkin
terjadi serta bagaimana menghitung energi diam atau kinetik dari hasil
peluruhan. Sebagai contoh, apabila sebuah inti X hanya dapat meluruh
menjadi sebuah inti X’ yang lebih ringan.Kecepatan dan energi dari sebuah
partikel alfa dapat dijelaskan menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

Materi Fisika Inti | BAB III 93


 Pengukuran yang akurat pada suatu partikel alfa dapat menentukkan
energi yang berbeda hanya dengan jumlah kecil dan juga dapat
menyebabkan radionuklida memancarkan spektrum partikel
 Dengan adanya pengetahuan tentang energi suatu komponen dari
spektrum memungkinkan dapat menetapkan tingkat energi nuklir
 Dalam metode untuk menentukkan energi dari suatu partikel yang
dapat digunakan pada proton dan deuteron
 Pada nilai-nilai yang akurat dari suatu energi partikel dapat digunakan
untuk pengembangan dalam teori partikel alfa
 Dapat diketahui dari ke empat metode tersebut bahwa metode yang
memberikkan hasil yang paling tepat untuk kecepatan dan energi dari
suatu partikel itu bergantung pada pengukuran defleksi dari jalur
partikel pada medan magnet. Saat suatu partikel bermuatan bergerak
dalam medan magnet dan orbit hal itu merupakan radius lingkaran
yang ditentukkan oleh relasi sebagai berikut:

Hqv = Menurut Mostava, dalam pengukuran secara akurat dari enegri


partikel alfa antara lain berguna sebagai:

 Untuk menentukan spectrum partikel alfa yang dipancarkan oleh inti


radioaktif
 Dengan adanya spektrum alfa, maka dapat diketahui level dari energi
nuklir
 Pada pengukuran energi yang akurat, akan menghasilkan harga muatan
Q sehingga massa nuklir dapat diketahui
 Harga partikel alfa diperlukan dalam teori peluruhan alfa. Pengukuran
secara presisi dari kecepatan dan energy alfa salah satunya adalah
dengan menggunakan metode defleksi magnetic, dan menggunakan

Materi Fisika Inti | BAB III 94


sebuah instrument: Magnetic Spectograph. Kesetaraan Massa Mx =
My + M.

Dimana kelebihan energy massa inti kita sebut dengan nilai Q


peluruhan.Selanjutnya ia memancarkan pula satu atau lebih besar dari pada
massa diam total X’ +
Disini MN adalah suatu massa diam inti (nucleus). Peluruhan ini hanya
akan terjadi apabila Q bernilai positif. Kelebihan energy pada Q ini muncul
sebagai energy kinetik partikel-partikel hasil dari peluruhan (dengan
menganggap X mula-mula diam)Pada partikel alfa didapatkan dari
peluruhan atom secara spontan

C. Emisi Partikel Alfa Pada peluruhan alfa


Sebuah atom induk Mengemisikan suatu partikel dan menghasilkan
sebuah nuklida anak, Selanjutnya emisi partikel alfa, pada atom anak
masih memiliki elektron-elektron Z dari induknya sehingga atom anak
memiliki dua elektron dan harus ditunjukkan dengan Elektron tambahan
ini akan segera hilang setelah emisi partikel alfa yang melepaskan atom
anak secara listrik netral. Sebagai tambahan, partikel alfa akan melambat
dan kehilangan energi kinetiknya. Pada energi rendah partikel alfa akan
mendapatkan dua elektron agar menjadi sebuah atom helium netral.
Partikel alfa pada dasarnya terdiri dari 2 proton dan 2 netron atau identik
dengan inti helium. Partikel ini sangat masif dan berenergi tinggi serta
dipancarkan dari inti isotop radioaktif yang memiliki rasio netron
terhadap proton yang terlalu rendah. Suatu Partikel yang diberikan
nuklida akan memancarkan partikel dengan jumlah energi yang berbeda.
Hal ini menunjukan bahwa seluruh partikel α .Memiliki kecepatan dan
energi awal yang sama dari nuklida yang aktif. Keberadaan jarak partikel
ini pertama kali diamati oleh Rutherford dan Wood yang mempelajari

Materi Fisika Inti | BAB III 95


penyerapan sinar α dari sampel ThC. Torium C memancarkan partikel
dengan rata-rata 4,73 cm. Selain itu juga Rutherford dan Wood
menemukkan bahwa beberapa partikel dari suatu sumber melalui layar
dapat menyerap ketebalan partikel berkisar 8,6 cm.
D. Daya Ionisasi Mekanisme utama
Hilangnya energi partikel alfa adalah melalui ionisasi dan eksitasi. Dalam
udara partikel alpha rata-rata kehilangan energi sebesar 3,5. eV untuk
menghasilkan pasangan ion (p, e). Sementara eksitasi terjadi ketika energi
yang ditransfer ke elektron atom medium, tidak cukup untuk melepaskan
elektron dari pengaruh ikatan inti. Partikel alpha bergerak cukup pelan
karena massanya yang relatif besar. Karena muatannya juga besar (2e),
maka ionisasi spesifik sangat tinggi. Ionisasi sepisifik adalah banyaknya
pasangan ion yang terbentuk per satuan panjang lintasan. Pasangan ion
yang terbentuk dalam orde puluhan ribu paangan ion per centimeter
lintasan di udara. Ionisasi spesifik (Is) dirumuskan: Ka adalah energi
partikel alpha (eV) dan W adalah energi yang diperlukan untuk
membentuk 1 pasang ion di udara, 35 eV/pasang
E. Peluruhan Partikel Alfa
Peluruhan alfa adalah emisi partikel alfa (inti helium) yang dapat
dituliskan sebagai 24 He atau 24α. Ketika sebuah inti tak stabil
mengeluarkan sebuah partikel alfa, nomor atom berkurang dua dan nomor
massa berkurang empat. Peluruhan alfa dapat ditulis:

AX → z-2A-4Y+42α

Sebagai contoh 234U meluruh dan mengeluarkan sebuah partikel alfa :

92Z234 U→230 233

Materi Fisika Inti | BAB III 96


Th+α

Peluruhan alfa terjadi pada inti-inti atom yang punya nomor atom lebih
besar dari 82 atau punya nomor masa lebih besar dari 200. Partikel alpha
ini merupakan inti atom Helium yang terdiri dari 2 proton dan 2 neutron.
Pada saat peluruhan terjadi partikel alfa ini akan kehilangan 2 proton, jadi
jika sebuah inti atom memancarkan partikel alpha maka akan terbentuk
inti baru dengan nomor massa A – 4 dan nomor atom z – 2 sehingga
radiasi alfa disamakan dengan pembentukan inti Helium yang bermuatan
+2 ( ). Partikel alpha ini tidak dapat menembus kulit manusia karena
partikel alpha langsung kehilangan energinya ketika bertabrakan dengan
atom atau molekul materi yang dilaluinya, tabrakan itu mengakibatkan
atom atau molekul yang dilaluinya mengalami ionisasi.

a. Energi Peluruhan Alfa Dalam peluruhan


Dibebaskan energi, karena inti hasil peluruhan terikat lebih erat dari
pada inti semula. Energi yang dibebaskan muncul sebagai energi
kinetik partikel alfa Kα dan energi kinetik inti anak (inti hasil) K Y,
yang dapat dihitungdengan persamaan.Karena energi yang dilepas
muncul sebagai energi kinetik, maka:
Dengan asumsi kita memilih kerangka acuan laboratorium (dijelaskan
pada reaksi inti). Selanjutnya, kita dapat menghitung energi kinetik
alfa dengan persamaan Energi yang dibebaskan menjadi energi kinetik
alfa dan energi kinetik anak.
Peluruhan alfa merupakan salah satu peristiwa efek trobosan (tunneling
effect), seperti dibahas dalam mekanika kuantum. Diasumsikan dua
netron dan dua proton yang berada dalam inti membentuk partikel alfa.
Dua proton dan dua netron ini bergerak terus di dalam inti, yang
kadang-kadang bergabung dan terkadang berpisah. Di dalam inti

Materi Fisika Inti | BAB III 97


partikel alfa terikat oleh gaya inti yang sangat kuat. Tetapi jika partikel
alfa inti bergerak lebih jauh dari jari-jari inti ia akan segera merasakan
tolakan gaya Coulomb
b. Sistematika Peluruhan Alfa
Dua proton dan dua netron ini bergerak terus di dalam inti, yang
kadang-kadang bergabung dan terkadang berpisah. Di dalam inti
partikel alfa terikat oleh gaya inti yang sangat kuat yang jauh lebih
kuat dari gaya elektrostatik. Tetapi jika partikel alfa inti bergerak lebih
jauh dari jari-jari inti ia akan segera merasakan tolakan gaya Coulomb.
Karena semua proton bermuatan positif, mereka saling tolak dan inti
tidak akan pernah stabil, karena gaya inti yang kuat yang mengikat
mereka bersama-sama.
Peluruhan alfa merupakan salah satu bentuk peluruhan radioaktif yang
memancarkan partikel alfa ketika inti radioaktif itu meluruh. Partikel alfa
ini terdiri dari 2 proton dan 2 neutron. Selain memancarkan partikel alfa,
inti radioaktif ini juga akan membantuk inti yang baru (inti anak).
Secara sistematis, ketika sebuah inti memancarkan sinar alfa/partikel
alfa,inti tersebut kehilangan empat nukleon dua diantaranya adalah proton
dan dua lagi adalah neutron.Dalam peluruhan dibebaskan energi, karena inti
hasil peluruhan terikat lebih erat dari pada inti semula. Energi yang
dibebaskan muncul sebagai energi kinetik partikel alfa. Massanya dapat
dihitung dari massa semua inti yang terlibat menurut persamaan:

Q=[m(X)-m(X’)-m(α)] c2

Dimana Q menyatakan kelebihan energi massa inti (berupa energi kinetik).


Q=KX'+Kα
Karena massa elektron saling menghapuskan maka digunakan massa atom
saja.
c. Kegunaan Partikel Alfa

Materi Fisika Inti | BAB III 98


Muatan positif dari partikel alfa sangat berguna dalam industri, misalnya:
 Radium-226 dapat digunakan untuk pengobatan kanker, yakni
dengan memasukkan jumlah kecil radium ke daerah yang terkena
tumor
 Polonium-210 berfungsi sebagai alat static eliminator dari paper
mills di pabrik kertas dan industri lainnya
 Beberapa Detektor asap memanfaatkan emisi alfa dari americium-
241untuk membantu menghasilkan arus listri sehingga mampu
membunyikan alarm saat kebakaran
Contoh soal
1) Berapakah energi kinetik partikel alfa yang dipancarkan dalam
peluruhan inti? Anggaplah inti meluruh dalam keadaan diam dan
seluruh energi reaksi diberikan ke energi kinetik partikel alfa. ( 232U =
232,0371 sma; 228Th = 228,0287 sma)
Jawab:
Peluruhan alfa adalah salah satu bentuk peluruhan radioaktif dimana
sebuah inti atom berat tidak stabil melepaskan sebuah partikel alfa (inti
helium) yang dapat dituliskan sebagai 4He2  atau 4α2.
Dengan partikel alfa dapat dihasilkan dari reaksi berikut,
232
U92 → 228Th90  + 4α2 + QDengan Q = energi yang dibebaskan dalam
reaksi dan besarnya adalah
Q = (mU – mTh – mα)c2
   = (232,0371u – 228,0287u – 4,0015u)c2
Q = 0,0068 x 931 MeV = 6,3308 MeV
Energi kinetik dari partikel alfa adalah
K = (A – 4)Q/A
   = (232 – 4) x 6,3308 MeV/(232)
K = 6,222 MeV

Materi Fisika Inti | BAB III 99


2) Berapakah energi maksimum elektron yang dipancarkan dalam
peluruhan beta dari 3H1? (3H = 3,01605 sma, 3He = 3,01603 sma)
Jawab:
Reaksi peluruhan beta dari 3H1 adalah
3
H1 → 3He + β + Q
Dengan Q = energi yang dibebaskan dalam reaksi dan besarnya adalah
Q = (mH – mHe)c2
   = (3,01605 – 3,01603)uc2
Q = 0,00002 x 931 MeV = 0,01862 MeV = 18,62 keV
Energi maksimum elektron dalam peluruhan beta sama dengan Q
K = Q = 18,62 keV
3) Sebuah inti 232U92 memancarkan partikel α dengan energi kinetik 5,32
MeV. Apakah inti hasil peluruhannya dan berapakah massa atomnya
(dalam sma) secara berdekatan? (232U = 232,0371 sma, α = 4,0026
sma)
Jawab:
Diketahui: energi kinetik partikel alfa K = 5,32 MeV.
Persamaan peluruhan 232U92 adalah
232
U92 → AXZ + α + Q
232
U92 → 228X90 + α + Q
Atom yang memiliki nomor atom Z = 90 adalah Thorium (Th)
Dengan hubungan antara Q dan K adalah
K = (A – 4)Q/A
Q = KA/(A – 4)
    = (5,32 MeV)(232)/(232 – 4)

PERTANYAAN DAN SOAL-SOAL

Materi Fisika Inti | BAB III 10


0
1) Tritium memiliki umur paroh 12,5 tahun terhadap peluruhan beta.
Berapa fraksi dari sampel tritium akan tertinggal tidak meluruh
setelah 25 tahun
2) Umur paroh ialah 15 hari. Berapa lamakah waktu yang diperlukan
supaya 80 % dari sampel ini meluruh
3) Aktivitas radionuklida tertentu menurun 15 % dari aktivitas
semula dalam waktu 10 hari. Carilah usia parohnya
4) Satu gram beraktivitas 1 Ci. Tentukan umur paroh .
5) Massa 1 milicurie adalah 3 x 10-14kg. Tentukan konstanta
peluruhan.

BAB VII

PELURUHAN β

A. Peluruhan β

Persamaan peluruhan beta Peluruhan beta terjadi jika suatu inti memiliki
kelebihan netron, atau rasio netron terhadap protonnya melebihi rasio
stabilnya. Pada kurva kestabilan inti, (kurva jumlah netron N sebagai
fungsi jumlah proton Z), suatu inti akan cenderung mengalami peluruhan
beta jika terletak di atas kurva kestabilan inti. Suatu inti yang kelebihan
netron (yang juga berarti kekurangan proton) akan berusaha mencapai
kestabilan dengan cara merubah netron menjadi proton, 

Materi Fisika Inti | BAB III 10


1
10 n→11 p

Sayangnya reaksi di atas tidak mungkin terjadi karena tidak memenuhi


hukum kekekalan muatan listrik. Seperti kita tahu, netron adalah partikel
yang netral secara elektrik, sedangkan proton bermuatan positif, atau +e.
Untuk memastikan hukum kekekalan muatan listrik tidak dilanggar, maka
reaksi di atas dituliskan sebagai :

10 n→11 p +0-1e

Pada persamaan di atas,  0-1e adalah elektron, yang pada saat emisi
tersebut pertama kali diamati, dikenal sebagai partikel beta. Reaksi

       

Gambar 5.5: Gambaran peluruhan beta (kiri) dan diagram Feynman


terkait dengan peluruhan tersebut. (Sumber: wikipedia)

Terakhir sudah memenuhi hukum kekekalan muatan listrik. Meskipun


demikian, masih ada hukum lain yang dilanggar, yaitu hukum kekekalan
momentum sudut atau spin. Spin netron, proton, dan elektron masing-

masing adalah . Dengan demikian total spin sebelum reaksi adalah ,


sedangkan total spin setelah reaksi adalah nol. Untuk mengatasi hal
tersebut, W. Pauli (1930) mengajukan gagasan bahwa reaksi peluruhan

Materi Fisika Inti | BAB III 10


2
beta juga menghasilkan suatu partikel lain dengan spin , dengan massa
diam yang sangat kecil. Partikel tersebut kemudian dikenal sebagai anti
neutrino νe. Dengan demikian, reaksi peluruhan beta dapat dituliskan
sebagai :

. (5.21)

Secara umum, reaksi peluruhan β dapat ditulis sebagai

Az X → Az+1 . (5.22)

Pada persamaan di atas, notasi Qβ− dipakai untuk membedakannya dari Q


untuk  reaksi beta yang lain. Pada reaksi alfa yang terjadi hanya
perubahan pengelompokkan netron dan proton, dan     karenanya terkait
dengan gaya nuklir kuat. Pada reaksi beta, terjadi perubahan proton
menjadi netron, elektron, dan anti neutrino, sehingga terkait dengan gaya
nuklir lemah. Kita akan membahas kedua gaya tersebut di bab
selanjutnya.

B. Energi pada peluruhan beta

Pada Persamaan (5.21) dan Persamaan (5.22), Qβ− adalah energi yang
dilepaskan, yang    membuat reaksi peluruhan beta memenuhi hukum
kekekalan massa-energi. Mengacu pada Persamaan (5.21), nilai Qβ−
adalah

β− =[mn − mp − me − mνe]c2
Q

Materi Fisika Inti | BAB III 10


3
  = 939,573MeV − 938,280MeV − 0,511MeV − mνec2

  = 0,782MeV − mνec2. (5.23)

Karena reaksi peluruhan beta menghasilkan 3 partikel, maka energi Qβ−


seharusnya dibagi sebagai energi kinetik ketiga partikel tersebut.
Sekalipun demikian, karena massa proton jauh lebih besar, maka energi
kinetiknya (0,3 keV) jauh lebih kecil dibanding energi kinetik kedua
partikel yang lain, sehingga

Qβ− = Tp + Te− + Tνe ≈ Te− + Tνe. (5.24)

Hasil pengukuran menunjukkan bahwa energi kinetik maksimum


elektron, yang dihasilkan dari peluruhan netron bebas, adalah Te−,maks =
(0,782 ± 0,013) MeV, di mana 13 keV adalah ketelitian alatnya. Karena
Temaks = Qβ− (Persamaan (5.23)), maka dapat disimpulkan bahwa neutrino
adalah partikel dengan massa diam nol. Dengan demikian, nilai Qβ− pada
peluruhan beta dari netron bebas adalah (Persamaan (5.21)) dapat ditulis
sebagai

                 Qβ− = [mn − mp − me]c2 (5.25)

Sekarang kita coba menghitung nilai Qβ− untuk peluruhan beta dari suatu
inti, dengan mengacu pada Persamaan (5.21). Dalam hal ini maka

Qβ− = [mX − mX0 − me]c2. (5.26)


Materi Fisika Inti | BAB III 10
4
Pada persamaan di atas, m adalah massa inti. Sebagai alternatif, kita dapat
menyatakan nilai Qβ− dalam massa atom M, di mana MX = mX + Zme − Σzi
Be,i dengan Be,i adalah energi ikat elektron ke-i.

Dengan demikian :l

Selanjutnya dengan pendekatan Σ ,


maka didapatkan

Qβ− = [MX − MX0]c2 (5.27)

Contoh :

1) Menghitung energi kinetik partikel β , hitunglah kinetik


elektron maksimum T- yang dihasilkan dari inti Bi-210.

  Penyelesaian
Reaksi peluruhan β untuk Bi-210 adalah

  Po +  

νe+Qβ−. Nilai Qβ− dapat dihitung dengan menggunakan Pers. (5.27)

  Qβ− =MPo−210 − MBi−210

             = (209,984095u − 209,982848u) × 931,502Mev/u = 1,161MeV


Materi Fisika Inti | BAB III 10
5
Dengan demikian, maka Temaks = Qβ− = 1,161MeV. Plot partikel beta sebagai
fungsi Te− ditunjukkan pada Gambar 5.6. Secara umum, tipikal nilai Qβ−
adalah  0,5 ≤ Qβ− ≤ 2MeVQβ− = [mn − mp − me]c2 (5.25)

Sekarang kita coba menghitung nilai Qβ− untuk peluruhan beta dari suatu
inti, dengan mengacu pada Persamaan (5.21). Dalam hal ini maka

Qβ− = [mX − mX0 − me]c2. (5.26)

C. Jenis peluruhan beta

Kita sudah diskusikan sebelum ini bahwa peluruhan beta terjadi karena
inti memiliki rasio N/P di atas (N/P)stabil. Selengkapnya jenis reaksi yang
terkait dengan rasio N/P adalah

Gambar 5.6: Plot jumlah partikel beta sebagai fungsi energi kinetik dari
inti  induk    Bi-210. (Sumber: Krane, 1987).

a. Reaksi pemancaran beta (β−, beta emssion, BE)

Materi Fisika Inti | BAB III 10


6
Seperti sudah kita bahas, reaksi ini terjadi jika inti memiliki rasio N/P
di atas   (N/P)stabil. Reaksi ini merupakan salah satu modus untuk
mengurangi nilai N dan menambah nilai P, dengan cara merubah
netron menjadi proton, mengikuti pola

ada persamaan di atas biasa dituliskan sebagai e− dan dikenal


sebagai partikel    β (lengkapnya: beta negatif), elektron, atau
negatron. Peluruhan beta menghasilkan inti yang nomor massanya A
tetap, tetapi nomor atomnya Z bertambah satu

Contoh peluruhan beta adalah N+

Perhatikan bahwa rasio pada 14


6 C dan turun menjadi N/P = 1
pada 14
7 N.

b. Reaksi pemancaran positron (β+, positron emssion, PE)

Reaksi ini terjadi jika inti memiliki rasio N/P di bawah (N/P)stabil.Untuk itu,
inti perlu menambah nilai N dan mengurangi nilai P, dengan cara merubah
proton menjadi netron, dan sebagai konsekuensinya, inti akan
memancarkan positron. Reaksi pemancaran positron dapat ditulis sebagai

. (5.28)

Materi Fisika Inti | BAB III 10


7
Pada persamaan di atas biasa dituliskan sebagai e+ dan dikenal sebagai
positron atau beta positif. Positron memiliki sifat yang sama dengan
elektron, kecuali muatannya, di mana positron bermuatan +1, sedang
elektron bermuatan-1. Partikel νe dikenal sebagai neutrino.

Karena massa proton lebih kecil dari massa netron yang dihasilkannya,
maka pemancaran positron hanya bisa terjadi di dalam inti. Pemancaran
positron menghasilkan inti yang nomor massanya A tetap, tetapi nomor

atomnya Z berkurang satu. Contoh peluruhan beta adalah

Ni+ . Perhatikan bahwa rasio pada 64


Cu
29

dan naik menjadi pada 64


28 Ni. Nilai energi yang terkait
dengan reaksi pemancaran positron dari inti X sehingga menghasilkan
inti baru X0 adalah

Qβ+ = [MX − MX0 − 2me]c2. (5.29)

Secara umum, tipikal nilai Qβ+ adalah 2 ≤ Qβ− ≤ 4MeV

c.Reaksi penangkapan elektron (electron capture, EC)

Reaksi ini terjadi jika inti memiliki rasio N/P di bawah (N/P)stabil. Untuk itu,
inti   perlu menambah nilai N dan mengurangi nilai P, antara lain       
dengan cara menangkap elektron dari luar inti (biasanya dari kulit K) di
mana elektron tersebut kemudian bereaksi dengan proton menghasilkan
netron. Reaksi pemancaran positron dapat ditulis sebagai

. (5.30)
Materi Fisika Inti | BAB III 10
8
Penangkapan elektron menghasilkan inti yang nomor massanya A tetap,
tetapi nomor atomnya Z berkurang satu. Contoh peluruhan beta adalah
64
29 Cu + Ni + νe + QEC. Nilai energi yang terkait dengan reaksi
penangkapan elektron dari inti X sehingga menghasilkan inti baru X 0 adalah

QEC = [MX − MX0]c2. (5.31)

Secara umum, tipikal nilai QEC adalah 0,2 ≤ QEC ≤ 2MeV. Reaksi
penangkapan elektron bersaing dengan reaksi pemancaran positron, sebagai
cara untuk mendekati (N/P)stabil bagi inti dengan dengan N/P di bawah
(N/P)stabil. Pada inti berat, jarijari orbit K lebih kecil sehingga peluang
penangkapan elektron menjadi lebih besar

d. Reaksi penangkapan positron (positron capture, PC)

Reaksi ini merupakan kebalikan dari reaksi pemancaran positron, dan


terjadi jika inti memiliki rasio N/P di atas (N/P)stabil. Untuk itu, inti perlu
mengurangi nilai N dan menambah nilai P, antara lain dengan cara
menangkap positron dari luar inti, di mana positron tersebut kemudian
bereaksi dengan netron menghasilkan proton. Reaksi penangkapan positron
dapat ditulis sebagai

. (5.32)

Penangkapan positron menghasilkan inti yang nomor massanya A tetap,


tetapi nomor atomnya Z bertambah satu. Contoh penangkapan positron

adalah 24
11 Na+ Mg+ + ¯νe +QPC. Nilai energi yang terkait dengan

Materi Fisika Inti | BAB III 10


9
reaksi penangkapan positron dari inti X sehingga menghasilkan inti baru X 0
adalah

QPC = [MX − MX0 + 2me]c2.(5.33)

Reaksi penangkapan positron bersaing dengan reaksi pemancaran elektron,


sebagai cara untuk mendekati (N/P)stabil bagi inti dengan dengan N/P di atas
(N/P)stabil. Kenyataannya, reaksi penangkapan positron sangat jarang terjadi
karena (i) hampir tiada positron bebas di alam, serta (ii) baik inti maupun
po-

Materi Fisika Inti | BAB III 11


0
                        

Gambar 5.7: Jenis peluruhan beta

sitron keduanya bermuatan positif sehingga cenderung saling menolak.

Materi Fisika Inti | BAB III 11


1
D. Teori peluruhan beta

Konstanta peluruhan beta diberikan oleh Fermi golden rule, sebagai


berikut

. (5.34)

Pada persamaan di atas, i. Biasanya Vfi ditulis sebagai Vfi = g2 |Mfi|2, di mana
|Mfi|2 adalah elemen matriks dan diberikan oleh

. Keadaan awal
direpresentasikan oleh Ψinitial = Ψnetron pada keadaan dasar, sedang keadaan
akhir dinyatakan oleh gabungan dari 3 fungsi gelombang dari 3 partikel,
atau Ψ∗f = Ψ∗protonΨ∗elektronΨ∗antineutrino. ρ(Ef) menyatakan rapat
keadaan energi pada keadaan akhir. Salah satu bentuk akhir dari
Persamaan (5.34) adalah

Persamaan di atas terdiri atas 3 suku penting, yaitu:

Materi Fisika Inti | BAB III 11


2
 faktor statistik p2e (Q − Te)2 yang merepresentasikan
keadaan akhir atau momentum akhir elektron.
 Fungsi Fermi F (ZD,pe) yang menampung efek dari
medan Coulumb
 Elemen matriks |Mfi|2yang menampung faktor interaksi
antara keadaan awal dan keadaan akhir Karena

, maka pola λ yang merupakan pola bagi


jumlah elektron yang dihasilkan pada peluruhan beta.
Dengan demikian, kita dapat menulis

N (pe) ∝ F (ZD,pe)p2e (Q − Te)2 . (5.36)

Persamaan terakhir menunjukkan bahwa N bernilai nol bila pe = 0 atau Te


= Q, dan mencapai maksimum di antara keduanya. Dengan demikian, jika
kita membuat plot partikel beta berdasarkan momentumnya, maka kurva
akan bernilai nol ketika pe = 0 atau pe = pemaks, seperti ditunjukkan pada
Gambar 5.8. Gambar tersebut dikenal juga sebagai spektrum peluruhan
beta. Selanjutnya, Persamaan (5.36) dapat ditulis sebagai

. (5.37)

Berdasarkan persamaan terakhir, maka plot sebagai


fungsi Te, akan menghasilkan kurva dengan slope negatif. Kurva
tersebut dikenal sebagai kurva Kurie, kurva Fermi, atau kurva Fermi-
Kurie.

Materi Fisika Inti | BAB III 11


3
E. Aturan seleksi: momentum sudut dan paritas
Pada peluruhan beta negatif, sebuah inti induk X meluruh menjadi inti
anak X0, elektron e dan anti neutriono ¯νe. Misalkan elektron dan anti
neutriono dihasilkan di r = 0 sehingga momentum sudutnya l = r × p =
0, maka momentum sudut total keduanya hanya bersumber dari spin

masing-masing, atau dan . Jika elektron dan anti-


neutriono anti paralel maka jumlahan momentum sudut keduanya adalah
nol sehingga ∆I = |IX − IX0| = 0, dan dikenal sebagai peluruhan Fermi.
Jika keduanya paralel maka jumlahan momentum sudut keduanya
adalah 1 sehingga ∆I = |IX − IX0| = 1, dan dikenal sebagai peluruhan
Gamow-Teller. Selanjutnya perubahan paritas terkait dengan (−1) l
sedangkan le = lν¯e = 0, maka pada peluruhan beta tidak ada perubahan
paritas, ∆π, antara inti induk dan inti anak. Dengan demikian, peluruhan
beta akan dimungkinkan terjadi bila :
∆I = 0,1 tidakada∆π. (5.40)

Beberapa contoh peluruhan beta yang memenuhi Persamaan (5.40)


sehingga diijinkan adalah

 transisi Fermi dengan ∆I = 0 dan tidakada∆π yang merupakan


transisi yang sangat diijinkan, seperti 14O → 14N∗ (0− → 0−), 10C
→ 10B∗ (0+ → 0+), dan 34Cl → 34S (0+ → 0+).
 transisi Gamow-Teller dengan ∆I = 1 dan tidakada∆π, yang
merupakan transisi yang diijinkan, seperti 6He → 6Li∗ (0+ →1+),

13B → 13C ( ), dan 111Sn → 111In (


Beberapa peluruhan beta yang tidak diijinkan adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 11


4
 reaksi terlarang orde pertama di mana ∆I = 0,1,2 dan ada∆π, seperti

17
N → 17O ( Se (1− → 0+), dan

122Sb → 122Sn∗(2− → 2+).

 reaksi terlarang orde kedua di mana ∆I = 2,3 dan tidakada∆π,

seperti 22Na → 22Ne (3− → 0−) dan 137Cs → 137Ba (


 reaksi terlarang orde ketiga di mana ∆I = 3,4 dan ada∆π, seperti

87
Rb → 97Sr ( ) dan 40K → 40Ca (4− → 0+).
 reaksi terlarang orde keempat di mana ∆I = 4,5 dan tidakada∆π,

seperti 115In → 115Sn (

F. Peluruhan beta ganda

Pada peluruhan beta ganda, dua   netron secara bersamaan berubah


menjadi dua proton diikuti dua elektron dan dua anti neutrino, tanpa
melalui keadaan transisi,

AZ X.

Peluruhan beta ganda bisa terjadi akibat salah satu dari hal berikut:

 Peluruhan beta (tunggal) tidak mungkin terjadi karena aturan


seleksi, sekalipun Q reaksinya positif. Sebaliknya peluruhan beta
ganda merupakan transisi yang sangat diijinkan

Contoh untuk kasus ini adalah adalah Ca-48. Jika Ca-48 meluruh

mengikuti Sc + β− + νe maka energi yang dilepaskan


adalah Q = 0,281MeV yang harusnya merupakan reaksi yang
Materi Fisika Inti | BAB III 11
5
spontan. Sekalipun demikian, karena spin untuk Ca-48 adalah 0 +
sedangkan keadaan yang mungkin untuk Sc-48 adalah 4 −, 5−, dan
6−, maka peluruhan tersebut termasuk peluruhan yang tidak
dijinkan orde kempat atau keenam. Sebaliknya, reaksi

Ti+2β−+2νe mungkin menghasilkan Ti-48 dengan


spin 0+, sehingga merupakan reaksi yang sangat diijinkan.

 Peluruhan beta (tunggal) tidak mungkin terjadi karena Q


reaksinya negatif. Sebaliknya peluruhan beta ganda merupakan
transisi dengan Q yang bernilai positif

Contoh untuk kasus ini adalah adalah Te-128. Jika Te-128

meluruh mengikuti maka nilai Q-

nya adalah negatif. Sebaliknya, reaksi Xe+2β−


+2νe menghasilkan Q yang bernilai positif sehingga bisa
berlangsung secara spontan

Contoh unsur yang teramati mengalami peluruhan beta ganda


adalah Ca-48, Ge-76, Se-82, Zr-96, Mo-100, Cd-116, Te-128,
Te-130, Ba-130, Xe-136, Nd-150, dan U-238.

Materi Fisika Inti | BAB III 11


6
BAB VIII
PELURUHAN β GANDA

A. Pengertian Peluruhan Beta


Peluruhan beta merupakan peluruhan radioaktif yang memancarkan
partikel beta (elektron atau positron). Pada kasus pemancaran sebuah
elektron, peluruhan ini dinamakan sbg peluruhan beta minus (β−),
sementara pada pemancaran positron dinamakan sbg peluruhan beta plus
(β+). Pada tingkatan partikel dasar, peluruhan beta terjadi karena konversi
sebuah quark bawah dijadikan sebuah quark atas oleh pemancaran sebuah
boson W. Pada peluruhan β−, interaksi lemah mengubah sebuah netron
dijadikan sebuah proton ketika sebuah elektron dan sebuah anti-neutrino
dipancarkan:

.
Elektron yang dipancarkan bukanlah elektron orbital. Juga bukan elektron
yang semula berada di dalam inti atom, karena asas ketidakpastian
melarang elektron mempunyai di dalam inti atom. Elektron tersebut
“diciptakan” oleh inti atom dari energi yang berada. Jika beda energi diam
selang kedua inti atom sekurang-kurangnya E=mc², karenanya hal
tersebut memang mungkin terjadi. Dalam peluruhan β +, sebuah proton
dikonversi dijadikan sebuah netron, sebuah positron dan sebuah neutrino:

Materi Fisika Inti | BAB III 11


7
Jadi, tidak seperti peluruhan beta minus, peluruhan beta plus tidak bisa
terjadi dalam isolasi, karena harus berada suplai energi dalam bagian
“penciptaan” massa, karena massa netron (sebagai inti anak) ditambah
massa positron dan neutrino semakin luhur daripada massa proton
(sebagai inti induk)
Jika proton dan netron merupakan anggota dari inti atom, bagian
peluruhan men-transmutasikan satu elemen kimia ke dalam wujud
lainnya. 
B. Aturan seleksi: momentum sudut dan paritas
Pada peluruhan beta negatif, sebuah inti induk X meluruh menjadi
inti anak X0 , elektron e dan anti neutriono ¯νe. Misalkan elektron dan
anti neutriono dihasilkan di r = 0 sehingga momentum sudutnya l = r × p
= 0, maka momentum sudut total keduanya hanya bersumber dari spin
masing-masing, atau Ie = 1 2 dan Iν¯e = 1 2 . Jika elektron dan anti-
neutriono anti paralel maka jumlahan momentum sudut keduanya adalah
nol sehingga ∆I = |IX − IX0| = 0, dan dikenal sebagai peluruhan Fermi.
Jika keduanya paralel maka jumlahan momentum sudut keduanya adalah
1 sehingga ∆I = |IX − IX0| = 1, dan dikenal sebagai peluruhan Gamow-
Teller. Selanjutnya perubahan paritas terkait dengan (−1)l sedangkan le =
lν¯e = 0, maka pada peluruhan beta tidak ada perubahan paritas, ∆π,
antara inti induk dan inti anak. Dengan demikian, peluruhan beta4 akan
dimungkinkan terjadi bila, 
∆I = 0, 1    tidak ada ∆π. 
Beberapa contoh peluruhan beta yang memenuhi Persamaan (5.40)
sehingga diijinkan adalah 5 
 Transisi Fermi dengan ∆I = 0 dan tidak ada ∆π yang merupakan
transisi yang sangat diijinkan, seperti 14O → 14N ∗ (0− → 0 −),
10C → 10B ∗ (0+ → 0 +), dan 34Cl → 34S (0+ → 0 +). 

Materi Fisika Inti | BAB III 11


8
 Transisi Gamow-Teller dengan ∆I = 1 dan tidak ada ∆π, yang
merupakan transisi yang diijinkan, seperti 6He → 6Li∗ (0+ → 1
+), 13B → 13C ( 3 2 − → 1 2 − ), dan 111Sn → 111In ( 7 2 + → 9
2+)

Beberapa peluruhan beta yang tidak diijinkan adalah 


 Reaksi terlarang orde pertama di mana ∆I = 0, 1, 2 dan ada ∆π,
seperti 17N → 17O ( 1 2 − → 5 2 + ), 76Br → 76Se (1− → 0 +),
dan 122Sb → 122Sn∗ (2− → 2 +).
4Yang dimaksud di sini adalah peluruhan beta dalam arti yang luas,
yang meliputi pemancaran elektron, pemancaran positron, dan
penangkapan elektron. 5Contoh berikut mengacu pada Krane
(1988), sehingga nilai spinnya juga mengacu pada tabel pada buku
yang sama.
 Reaksi terlarang orde kedua di mana ∆I = 2, 3 dan tidak ada ∆π,
seperti 22Na → 22Ne (3− → 0 −) dan 137Cs → 137Ba ( 7 2 − →
3 2 − ).
 Reaksi terlarang orde ketiga di mana ∆I = 3, 4 dan ada ∆π, seperti
87Rb → 97Sr ( 3 2 − → 9 2 + ) dan 40K → 40Ca (4− → 0 +).
 Reaksi terlarang orde keempat di mana ∆I = 4, 5 dan tidak ada ∆π,
seperti 115In → 115Sn ( 9 2 − → 1 2 − )

C. Peluruhan beta ganda


Pada peluruhan beta ganda, dua netron secara bersamaan berubah menjadi
dua proton diikuti dua elektron dan dua anti neutrino, tanpa melalui
keadaan transisi, 

Materi Fisika Inti | BAB III 11


9
A Z X → A Z+2X 00 + 2β + 2νe. 
Peluruhan beta ganda bisa terjadi akibat salah satu dari hal berikut:
 Peluruhan beta (tunggal) tidak mungkin terjadi karena aturan
seleksi, sekalipun Q reaksinya positif. Sebaliknya peluruhan beta
ganda merupakan transisi yang sangat diijinkan.
Contoh untuk kasus ini adalah adalah Ca-48. Jika Ca-48 meluruh
mengikuti 48 20Ca → 48 21Sc + β − + νe maka energi yang
dilepaskan adalah Q = 0, 281 MeV yang harusnya merupakan reaksi
yang spontan. Sekalipun demikian, karena spin untuk Ca-48 adalah
0+ sedangkan keadaan yang mungkin untuk Sc-48 adalah 4 −, 5−,
dan 6−, maka peluruhan tersebut termasuk peluruhan yang tidak
dijinkan orde kempat atau keenam. Sebaliknya, reaksi 48 20Ca →
48 22Ti+2β − +2νe mungkin menghasilkan Ti-48 dengan spin 0+,
sehingga merupakan reaksi yang sangat diijinkan. 
 Peluruhan beta (tunggal) tidak mungkin terjadi karena Q reaksinya
negatif. Sebaliknya peluruhan beta ganda merupakan transisi
dengan Q yang bernilai positif. Contoh untuk kasus ini adalah
adalah Te-128. Jika Te-128 meluruh mengikuti 128 52 Te → 128
53 I+β − +νe maka nilai Q-nya adalah negatif. Sebaliknya, reaksi
128 52 Te → 128 54 Xe + 2β − + 2νe menghasilkan Q yang
bernilai positif sehingga bisa berlangsung secara spontan. Contoh
unsur yang teramati mengalami peluruhan beta ganda adalah Ca-
48, Ge-76, Se-82, Zr-96, Mo-100, Cd-116, Te-128, Te-130, Ba-
130, Xe-136, Nd-150, dan U-238.
Latihan Soal:
1) Tentukan energi minimum suatu antineutrino yang menghasilkan
reaksi ++→+enpν

Materi Fisika Inti | BAB III 12


0
2) Tentukanlah energi yang dilepas ketika mengalami tangkapan
elektron. Diketahui massa dan adalah 7,016929u dan 7,0016004u.
Be74Be74Li73.
3) Inti meluruh ke inti dengan memancarkan beta negatif. Berapakah
energi kinetik maksimum elektron yang dipancarkan. Diketahui
massa dan adalah 22,994466u dan 22,989770u.
Ne23Na23Ne23Na23
4) Inti atom K40 memancarkan partikel beta dengan energi 1,32
MeV. Tentukan jangkauan linier partikel beta di dalam air (ρair =
1 gr/cm3)
5) Inti memancarkan partikel beta dengan energi 0,546 MeV.
Tentukan tebal bahan yang diperlukan untuk menahan semua
radiasi beta tersebut jika bahan yang digunakan aluminium
(ρSr90Al = 2,7 gr/cm3).

Materi Fisika Inti | BAB III 12


1
BAB IX
PELURUHAN GAMMA (γ )

A. Pengertian Sinar Gamma ( ƴ )

Sinar gama (seringkali dinotasikan dengan huruf Yunani gamma, γ)


adalah sebuah bentuk berenergi dari radiasi elektromagnetik yang
diproduksi oleh radioaktivitas atau proses nuklir atau subatomik lainnya
seperti penghancuran elektron-positron. Sinar gama membentuk spektrum
elektromagnetik energi-tertinggi. Mereka seringkali didefinisikan bermulai

Materi Fisika Inti | BAB III 12


2
dari energi 10 keV/ 2,42 EHz/ 124 pm, meskipun radiasi elektromagnetik
dari sekitar 10 keV sampai beberapa ratus keV juga dapat menunjuk kepada
sinar X keras. Penting untuk diingat bahwa tidak ada perbedaan fisikal
antara sinar gama dan sinar X dari energi yang sama — mereka adalah dua
nama untuk radiasi elektromagnetik yang sama, sama seperti sinar matahari
dan sinar bulan adalah dua nama untuk cahaya tampak. Namun, gama
dibedakan dengan sinar X oleh asal mereka. Sinar gama adalah istilah untuk
radiasi elektromagnetik energi-tinggi yang diproduksi oleh transisi energi
karena percepatan elektron. Karena beberapa transisi elektron
memungkinkan untuk memiliki energi lebih tinggi dari beberapa transisi
nuklir, ada penindihan antara apa yang kita sebut sinar gama energi rendah
dan sinar-X energi tinggi.
Sinar gama merupakan sebuah bentuk radiasi mengionisasi; mereka
lebih menembus dari radiasi alfa atau beta (keduanya bukan radiasi
elektromagnetik), tapi kurang mengionisasi. Perlindungan untuk sinar γ
membutuhkan banyak massa. Bahan yang digunakan untuk perisai harus
diperhitungkan bahwa sinar gama diserap lebih banyak oleh bahan dengan
nomor atom tinggi dan kepadatan tinggi. Juga, semakin tinggi energi sinar
gama, makin tebal perisai yang dibutuhkan. Bahan untuk menahan sinar
gama biasanya diilustrasikan dengan ketebalan yang dibutuhkan untuk
mengurangi intensitas dari sinar gama setengahnya. Misalnya, sinar gama
yang membutuhkan 1 cm (0,4 inci) “lead” untuk mengurangi intensitasnya
sebesar 50% juga akan mengurangi setengah intensitasnya dengan konkrit 6
cm (2,4 inci) atau debut paketan 9 cm (3,6 inci). Sinar gama dari fallout
nuklir kemungkinan akan menyebabkan jumlah kematian terbesar dalam
penggunaan senjata nuklir dalam sebuah perang nuklir. Sebuah
perlindungan fallout yang efektif akan mengurangi terkenanya manusia
1000 kali. Sinar gama memang kurang mengionisasi dari sinar alfa atau

Materi Fisika Inti | BAB III 12


3
beta. Namun, mengurangi bahaya terhadap manusia membutuhkan
perlindungan yang lebih tebal. Mereka menghasilkan kerusakan yang mirip
dengan yang disebabkan oleh sinar-X, seperti terbakar, kanker, dan mutasi
genetika.
Dalam hal ionisasi, radiasi gama berinteraksi dengan bahan melalui
tiga proses utama: efek fotoelektrik, penyebaran Compton, dan produksi
pasangan.
Karena daya tembusnya yang begitu tinggi, sinar gamma mampu
menembus berbagai jenis bahan, termasuk jaringan tubuh manusia. Material
yang memiliki densitas tinggi seperti timbal sering digunakan sebagai
shielding untuk memperlambat atau menghentikan foton gamma yang
memancar.

B. Spektrometer Gamma
Spektrometer gamma adalah spektrometer yang digunakan untuk
menganalisa sebuah sampel yang memancarkan radiasi gamma sehingga
diketahui energi gamma yang dihasilkan. Apabila radiasi gamma memasuki
tabung detektor, maka akan terjadi interaksi antara radiasi gamma dengan
bahan NaI(Tl). Interakasi itu dapat menghasilkan efek foto listrik, hamburan
Compton dan produksi pasangan. Karena interaksi ini maka elektron-
elektron atom bahan detektor akan terpental keluar sehingga atom-atom itu
berada dalam keadaan tereksitasi. Atom-atom yang tereksitasi akan kembali
ke keadaan dasarnya sambil memancarkan kerlipan cahaya. Cahaya yang
dipancarkan itu selanjutnya diarahkan ke foto katoda sensitif. Apabila foto
katoda terkena kerlipan cahaya, maka dari permukaan foto katoda itu akan
dilepaskan elektron.
C. Peluruhan Gamma

Materi Fisika Inti | BAB III 12


4
Sebuah inti dapat berada dalam keadaan ikat yang energinya lebih
tinggi dari keadaan dasar, mirip separti pada atom. Inti tereksitasi
kembali ke keadaan dasar dengan memancarkan foton yang energinya
bersesuaian dengan perbedaan energi antara berbagai keadaan awal dan
keadaan akhir dalam transisi yang bersangkutan.

Gambar : Pemancaran beta dan gamma yang berurutan


Foton yang dipancarkan oleh inti daerah energinya berbeda-beda
hingga mencapai beberapa MeV dan secara tradisional disebut
sinar gama. Emisi sinar gama biasanya mengikuti peluruhan beta
atau alfa (lihat gambar 5). Waktu hidup rata-ratanya sangat
singkat yaitu sekitar 10–10 s.
Proses peluruhan alpha atau beta kemungkinan meninggalkan
produk inti baik dalam keadaan dasar maupun keadaan tereksitasi.
Keadaan tereksitasi kemungkinan juga muncul karena reaksi inti atau
eksitasi langsung dan keadaan dasar. Pada bagian ini akan dibahas
tentang fenomena terjadinya de-eksitasi dan keadaan’eksitasi.

1. Proses De-eksitasi
Inti dalam keadaan tereksitasi kemungkinan memberikan energi
eksitasinya dan kembali ke keadaan dasar dengan berbagai cara.
Tansisi yang paling banyak terjadi adalah pemancaran gelombang
elektromagnetik. Radiasi semacam ini disebut sebagai radiasi
gamma, sinar gamma memiliki frekuensi yang ditentukan dan
energinya E = h.v. Seringkali transisi tidak terjadi secara langsung

Materi Fisika Inti | BAB III 12


5
dari tingkat yang lebih tinggi menuju tingkat dasar tetapi
kemungkinan berlangsung tahap demi tahap yang meliputi tingkat
eksitasi intermediet. Sinar gamma dengan energi beberapa keV
sampai dengan 7 MeV telah diamati pada proses radioaktif.
Pancaran sinar gamma kemungkinan disertai atau bahkan
diganti dengan proses lain, yaitu pancaran elektron konversi internal.
Konversi internal (internal conversion) terjadi karena interaksi antara
gelombang elektromagnetik dan inti atom dengan elektron di kulit
atom sehingga menyebabkan pancaran elektron dengan enegi kinetik
sebesar selisih antara energi transisi inti dan energi ikat elektron
dalam atom.
Proses ketiga dan de-eksitasi inti terjadi jika terdapat energi
lebih dari 1,02 MeV. Energi ini ekivalen dengan massa dua
elektron. Proses yang kemungkinan terjadi adalah inti atom yang
berada dalam keadaan tereksitasi akan menghasilkan secara
simultan satu elektron baru dan satu positron baru, keduanya akan
dipancarkan dengan energi kinetik sebesar selisih antara energi
eksitasi total dikurangi dengan 1,02 MeV.
Semua proses di atas disebut dengan transisi gamma, meskipun
hanya proses pertama saja yang memancarkan gamma dan inti
atom. Semua proses tersebut ditandai dengan adanya perubahan
energi tetapi tidak terjadi perubahan A dan Z.

2. Waktu hidup tingkat eksitasi


Sebagian besar transisi gamma terjadi dengan skala waktu
yang sangat singkat untuk pengukuran langsung, yaitu kira-kira
kurang dan 10-12 detik, seperti yang diharapkan untuk dimensi dipol
inti dan satuan muatan elektronik. Proses de-eksitasi gamma
merupakan sesuatu yang penting pada semua jenis pengukuran

Materi Fisika Inti | BAB III 12


6
radioaktivitas dan pada pembuatan skema tingkat inti, apakah waktu
hidup dapat diukur atau tidak. Pada bagian ini hanya dibahas faktor
yang mempengaruhi waktu hidup transisi gamma dan kemungkinan
menyebabkan keberadaan tingkat metastabil atau transisi isomeris.
Definisi isomer inti dalam istilah ‘umur paruh yang terukur’
menjadi sesuatu yang samar-samar, karena perkembangan teknik
langsung dan tidak langsung yang baru dapat mengukur sampai
batas yang lebih rendah. Untuk skala yang lebih tinggi
kemungkinan tidak ada batasnya, 2l0
Bim memiliki umur paruh 3,5 x
106 tahun.
Peluruhan gamma dari tingkat isomeris disebut dengan transisi
isomeris (isomeric transition atau IT), dibatasi untuk transisi dengan
umur paruh lebih dari atau sama dengan 10-6 detik.
D. Radiasi multipol dan aturan seleksi
Transisi gamma adalah gelombang elektromagnetik yang
dihasilkan dengan mengosilasi muatan listrik sehingga membentuk
medan listrik yang berosilasi, disebut dengan radiasi multipol
elektrik (E), dan mengosilasi arus listrik sehingga membentuk medan
magnet yang berosilasi disebut sebagai radiasi multipol magnetik
(M). Suatu multipol elektrik atau magnetik memancarkan foton
dengan momentum sudut orbital sebesar lh. Nomenklatur radiasi
yang memiliki 1 = 1, 2, 3, 4, 5 satuan dan h adalah radiasi dipol,
quadrupol, oktupol, 24-pol, dan 25-pol. Notasi singkatan untuk radiasi
elektrik (atau magnetik) 2 1-pol adalah E1 (atau Ml). Dengan
demikian E2 adalah radiasi quadrupol elektrik, M4 adalah radiasi 2 4-
pol magnetik, dan sebagainya.
Ada dua aturan seleksi yang harus dipenuhi pada transisi
gamma, yaitu

Materi Fisika Inti | BAB III 12


7
Aturan seleksi momentum sudut
Ii : keadaan spin awal

1 : keadaan spin akhir

Aturan seleksi paritas

Apabila

Dimana

πI : paritas awal

πf : paritas awal

E. Radiasi multipol elektrik


Daya yang dipancarkan radiasi multipol elektrik (El) adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 12


8
λ: panjang gelombang radiasi yang dipancarkan

P: momen multipol : fraksi dari ZeR1

Laju pancaran foton adalah :

Jika Q1 diketahui, maka umur paruh dapat dihitung. Paritas radiasi E1


adalah (-1)1. Jika transisi antar keadaan inti hanya melibatkan proton
tunggal, maka untuk nilai partikel tunggal

Materi Fisika Inti | BAB III 12


9
Jika persamaan (2-18) clisubstitusikan ke dalam persamaan (2-17), maka
akan diperoleh laju transisi partikel tunggal atau laju transisi Weisskopf
F. Radiasi multipol magnetik
Analog dengan radiasi multipol elektrik, maka laju pancaran foton adalah

A1 adalah amplitudo momen multipol magnetik yang berosilasi. Paritas


radiasi Ml (-1)1-1 atau -(-1)1. Jika transisi antar keadaan inti hanya
melibatkan partikel maka untuk nilai partikel tunggal, maka untuk nilai
partikel tunggal Al = orde dari (eh)/(Mp) dan jika disubstitusikan ke dalam
persamaan (2-19) akan diperoleh laju transisi Moszkowski.
Perbandingan antara laju peluruhan partikel tunggal untuk radiasi elektrik
magnetik adalah sebagai berikut,

Materi Fisika Inti | BAB III 13


0
G. Konversi Internal
Medan Coulomb inti dapat memindahkan semua energi eksitasi secara
langsung pada elektron orbital atom. Inti berubah (kembali) ke keadaan
dasar tanpa adanya pancaran sinar gamma dan atom akan melepaskan
elektronnya. Probabilitas terbesar adalah mengeluarkan elektron dari kulit
K, yaitu yang terdekat dengan inti atom. Besarnya energi kinetik elektron
konversi internal adalah :

Eek= E* - EK

dimana,
E* : energi eksitasi

EK : energi ikat aelektron pada kulit K

Jika E*<EK, maka pelepasan elektron kulit K kelihatannya tidak


mungkin terjadi, tetapi dapat terjadi juga hanya elektron tersebut akan
berpindah ke kulit berikutnya. Pancaran elektron konversi internal
merupakan mekanisme pembebasan kelebihan energi oleh inti, tetapi bukan
merupakan konversi (perubahan) kuanta gamma sebelum dipancarkan,
meskipun secara prinsip proses seperti ini mungkin terjadi.
Elektron konversi internal menunjukkan spektrum garis (diskrit)
dengan garis yang berhubungan dengan energi transisi gamma dikurangi

Materi Fisika Inti | BAB III 13


1
energi ikat pada K, L, M, N, dan seterusnya, yaitu terjadinya konversi
internal. Perbedaan energi antara’ garis-garis yang bertumtan dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan untuk mengelompokkan garis-garis
yang dihasilkan dan transisi gamma yang berbeda.
Telah disebutkan sebelumnya bahwa konversi internal merupakan
alternatif pemancaran sinar gamma. Perbandingan antara laju proses
konversi internal dengan laju pemancaran gamma atau perbandingan jumlah
elektron konversi internal dengan jumlah kuanta gamma yang dipancarkan
disebut sebagai koefisien konversi internal (cx), yang bernilai antara 0
sampai dengan oo.
Jika nilai α semakin besar, maka semakin lama waktu hidup, Z inti
semakin besar sehingga elektron kulit atom semakin dekat dengan inti,
energi akan berkurang, dan 1 semakin besar.

H. Energetika peluruhan 
Jika sebuah inti meluruh dengan sebuah partikel seperti alfa atau
beta, biasanya inti anak yang terbentuk berada dalam keadaan
eksitasi. Kemudian inti akan bertransisi dari tingkat energi yang lebih
tinggi, Ei , ke tingkat energi yang lebih rendah, E f dengan
melepaskan kelebihan energi sebesar 

∆𝑬¿ Ei −Ef , melalui tiga cara berikut :

1) Emisi sinar gamma ()


2) Konversi internal
3) Produksi pasangan internal

Materi Fisika Inti | BAB III 13


2
1. Emisi sinar gamma

Energi sinar gamma yang dipancarkan diberikan oleh hubungan :


∆ E=Ei −Ef

Ef adalah tingkat dasar maka tidak ada sinar gamma yang


dipancarkan, sedangkan jika tidak, inti akan memancarkan satu foton
atau lebih seperti dapat dilihat pada Gambar 7.1

A X A

Z Z

1

1 3
2

2

1

Ei

3
Materi Fisika Inti | BAB III 13
3
Ef

Tidak seperti halnya peluruhan alfa dan beta, peluruhan gamma tidak
menimbulkan perubahan nomor atom dan nomor massa dari inti. Jika sinar
gamma menembus bahan dengan ketebalan x , dengan intesitas awal I,
intensitas akan berkurang sebesar I setelah menembus bahan. Perubahan
intensitas sebanding dengan I, x dan jenis bahan, µ, yaitu koefisien
absorbsi (atenuasi) atau secara matematis ditulis sebagai :

∆ I =μI ∆ x

dI =−μIdx
Persamaan akan menghasilkan

−μx
I =I e

1
Ketebalan setengah X , adalah ketebalan yang diperlukan agar intensitas
2
sinar gamma menjadi setengah harga semula atau

1
I 1 − μx 2
= =e
IO 2

Materi Fisika Inti | BAB III 13


4
Sehingga,

0,693
X 1/2=
μ
Interaksi sinar gamma dengan materi ini meliputi 3 proses yaitu :
 Effek fotolistrik
 Effek Compton
 Produksi pasangan
Effek fotolistrik terjadi jika energi sinar gamma sebesar 0,01
Mev sampai 0,5 Mev, hamburan Compton terjadi jika energi
sinar gamma dari 0,1 Mev sampai 10 Mev dan produksi
pasangan (menghasilkan sepasang electron-positron) terjadi jika
energi sinar gamma mulai dari 1.02 Mev dan meningkat dengan
meningkatnya energi sinar gamma. Kebanyakan inti tereksitasi
memiliki usia paroh yang pendek terhadap peluruhan gamma,
tetapi beberapa tetap tereksitasi selama beberapa jam. Inti
tereksitasi yang berumur panjang Inti tereksitasi yang berumur
panjang disebut isomer dari inti yang sama dalam keadaan dasar.

2. Konversi internal

Dalam spectrum sinar beta yang kontinyu ditemukan adanya spectrum


garis. Elektron yang monoenergetik ini disebut electron konversi dan
proses yang menghasilkan electron tersebut disebut konversi internal.
Konversi internal berlangsung dua tahap. Tahap pertama sinar gamma
dipancarkan, tahap kedua sinar gamma berinteraksi dengan electron
orbital, yang kemudian terpancar dengan energi kinetic.

K e =E γ −E B

Materi Fisika Inti | BAB III 13


5
Dimana IB adalah energi ikat electron.

Persamaan 7.7 menunjukkan bahwa proses konversi internal memiliki nilai


ambang yang sama dengan energi ikat elektron dalam kulit tertentu, sebagai
suatu hasi,l, elektron konversi harus diberi tanda yang sesuai dengan kulit
elektronik dari mana elektron itu berasal : kulit K,L,M, dan seterusnya,
yang bersesuaian dengan bilangan kuantum utama, n = 1,2,3,….. Lebih
lanjut, bilamana kita mengamati dengan daya resolusi yang lebih tinggi, kita
dapat melihat substruktur yang sesuai dengan elektron individual dalam
kulit. Misalnya, pada kulit L ( n = 2) kulit memiliki orbit 2s1/2, 2p1/2 dan
2p3/2, elektron yang berasal dari kulit ini disebut masing-masingnya sebagai
elektron konversi LI, LII, dan LIII.

Proses konversi berikutnya, atom yang ditinggalkan elektron akan


kekurangan satu elektron dalam kulit. Kekosongan ini akan diisi dengan
cepat oleh elektron yang berasal dari kulit yang lebih tinggi, dan karena
itu kita akan mengamati emisi sinar X karakterisik. Sesuai dengan alasan ini
maka ketika kita mempelajari emisi  dari suatu bahan radioaktif, biasanya
kita akan menemukan adanya sinar X pada ujung spektrum yang lebih
rendah energinya.

Sebagai suatu ilustrasi untuk menghitung energi elektron, kita ambil


peluruhan  dari 203
Hg menjadi 203
Tl , yang diikuti oleh pemancaran suatu
sinar  tunggal dengan energi 279,190 keV. Untuk menghitung energi
elektron konversi, kita harus mencari energi ikat elektron pada inti anak Tl
karena dari atom tersebut emisi elektron terjadi. Untuk Tl, kita memperoleh
energi ikat sebagai berikut :
dan seterusnya melalui kulit M, N, dan O. Oleh karena itu kita berharap
untuk menemukan elektron konversi dipancarkan dengan energi berikut :
Te(K) = 279,190 – 85,529 = 193,661 keV

Materi Fisika Inti | BAB III 13


6
Te(LI) = 279,190 – 15,347 = 263,843 keV

Te(LII) = 279,190 – 14,698 = 264,492 keV

Te(LIII) = 279,190 – 12,657 = 266,533 keV

Te(MI) = 279,190 – 3,704 = 275,486 keV

3. Produksi pasangan internal

Bilamana sinar gamma memiliki energi lebih besar dari 1,02 Mev,
interaksi dengan bahan adalah berupa produksi pasangan. Harga 1.02
ini sama dengan dua kali massa diam electron (2m0c2). Ternyata jika
inti yang tereksitasi memiliki energi >2m 0c2, inti akan melakukan
deeksitasi dengan menghasilkan sepasang elektron-positron. Proses ini
disebut dengan produksi pasangan internal. Energi total yang tersedia
untuk terjadinya transisi ini adalah :

2
E0 =2 m0 c + K +¿+K −¿¿ ¿

di mana K+ dan K-_ adalah energi kinetik dari positron dan elektron
masing-masing , dan 2m0c2 adalah jumlah dari energi diam positron dan
elektron. Perhitungan probabilitas internal pasangan-konversi yang
memberikan prediksi teoritis, yang bersesuaian dengan eksperimen,
menunjukkan hasil sebagai berikut :

 Laju pasangan konversi internal meningkat dengan


meningkatnya energi, tetapi menurun dengan meningkatnya L,
yang merupakan multipolaritas transisi.

Materi Fisika Inti | BAB III 13


7
 Pasangan konversi Internal hampir independen dari Z, atau
menurun sangat lambat dengan meningkatnya Z.Dengan
peningkatan energi E0 ( 10 MeV) koefisien pasangan
konversi internal menjadi tidak peka terhadap L

I. Pengukuran Energi Gamma

Tergantung pada energi sinar gamma, kekuatan sumber sinar gamma an


ketepatan yang diperlukan, maka cara pengukuran energi gamma berkut
ini dapat digunakan : (1) metoda absorpsi, (2) spectrometer difraksi
kristal, (3) spectrometer magnetik, (4) pasangan spectrometer, (5) metoda
sintilasi, (6) metoda lainnya. Beberapa metoda ini akan dibahas secara
singkat.

1. Metoda absorpsi

Metoda absorpsi adalah metoda yang paling dini, paling


sederhana dan paling cepat untuk menentukan energi sinar .
Metoda ini berdasarkan pengukuran koefisien absorpsi dari
suatu bahan dengan memplot intensitas dengan ketebalan bahan.
Dengan mengukur koefisien absorpsi dan dibandingkan dengan
nilai teoritis, energi sinar  dapat diinterpretasi.

2. Spektrometer Difraksi Kristal

Tidak seperti metoda lainnya, metoda ini memberikan


pengukuran langsung terhadap panjang gelombang. Karena sinar
gamma adalah gelombang elektromagnetik, maka dengan
mengetahui sudut , panjang gelombang , dapat dihitung
dengan menggunakan persamaan Bragg :

2 d sinθ=n λ

Materi Fisika Inti | BAB III 13


8
dimana d adalah jarak antara dan n adalah order difraksi.Dengan
menghitung panjang gelombang energi sinar gamma dapat ditentukan.

J. Soal Dan Pembahasan

1) Massa inti atom 20Ca40  adalah 40,078 sma. Jika massa proton = 1,0078
sma dan neutron = 1,0087 sma, defek massa
pembentukan  20Ca adalah
40

Pembahasan:
Diketahui :
Z = 20
A = 40
N = A – Z = 40 – 20 = 20
mi = 40,078 sma
mP = 1,0078 sma
mN = 1,0087
Ditanya: Δm = …
Jawab:
Δm = [(Z . mP + N . mN) – mi]
Δm = [(20 . 1,0078 + 20 . 1,0087) – 40,078]
Δm = (20,156 + 20,174) – 40,078
Δm = 40,33 – 40,078 = 0,252 sma
Jadi besarnya defek massa pembentukan adalah 0, 252 sma
2) Perhatikan reaksi fusi berikut: 1H2 + 1H2 → 1H3+ 1H1 + energy. Jika
massa inti 1H2 = 2,0141 sma, 1H3 = 3,0160 sma dan 1H1 = 1,0078 sma,
maka energi yang dihasilkan pada reaksi fusi tersebut adalah…
Pembahasan

Materi Fisika Inti | BAB III 13


9
E = (m 1H2 + m 1H2 ) – (m 1H3 + m 1H1 ) 931 MeV
E = (2,0141 + 2,0141) – (3,0160 + 1,0078) 931 MeV
E = (4,0282 – 4,0238) 931 MeV
E = 4,0964 MeV
3) Massa inti 4Be9 = 9,0121 sma, massa proton = 1,0078, massa neutron =
1,0086 sma. Jika 1 sma setara dengan energi sebesar 931 Mev, maka energi
ikat atom 4Be9 adalah…
Pembahasan
Energi ikat:
E = ((mp + mn) – mi) . 931 MeV
E = ((4 . 1,0078 + 5 . 1,0086) – 9,0121) 931 MeV
E = (4,0312 + 5,043) – 9,0121) 931 MeV
E = 57,82 MeV
4) Apabila massa inti 6C12 = 12, massa proton = 1,00783 sma, dan massa
neutron = 1,008665 sma (1 sma = 931 MeV), maka energi ikat inti tersebut
adalah…
Pembahasan:
Diketahui:
mP = 1,00783 sma
mN = 1,008665 sma
m 6C12 = 12 sma
Ditanya: E = …
Terlebih dahulu hitung Δm :
Δm = [(Z . mP + N . mN) – mi]
Δm = [(6 . 1,00783 + 6 . 1,008665) – 12]
Δm = (6,04698 + 6,05199) – 12
Δm = 12,09897– 12 = 0,09897 sma

Materi Fisika Inti | BAB III 14


0
Menghitung E.
E = Δm . 931 MeV = 0,09897 . 931 MeV
E = 92,141 MeV
5) Pernyataan-pernyataan berikut ini:
1) Terapi radiasi
2) Mengukur kandungan air tanah
3) Sebagai perunut
4) Menentukan umur fosil
Yang merupakan pemanfaatan radioisotop dibidang kesehatan adalah…
Perhatikan reaksi inti berikut! (C)
7 N14 + X → 8O17 + 1H1
Pada reaksi di atas X adalah ….
Pembahasan:
7 + a = 8+1
7+a=9
a=2
Sedangkan
14 + b = 17+1
b=4
dengan struktur, maka itu partikel alfa. Inti atom yang terbentuk memenuhi
reaksi fusi berikut ini:
1 H1 + 1H1 → 1d2 + 1e0 + E
Diketahui:
massa 1H1 = 1,00780 sma
massa 1d2  = 2,01410 sma
massa 1e0  = 0,00055 sma
1 sma = 931 MeV

Materi Fisika Inti | BAB III 14


1
6) Nilai E (energi yang dihasilkan) pada reaksi fusi tersebut adalah ….
Pembahasan:
E = jumlah massa ruas kiri – ruas kanan
= (1,00780 + 1,00780 ) – (2,0140 + 0,00055)
= (2,01560 – 2,01465) sma
= 0,000950 sma
= 0,000950 × 931 MeV
= 0,88 MeV

Jadi, Nilai E (energi yang dihasilkan) pada reaksi fusi tersebut


adalah 0,88 MeV (B).

7) Massa unsur radioaktif P mula-mula x gram dengan waktu paruh 2


hari. Setelah 8 hari unsur yang tersisa y gram. Perbandingan
antara x ∶ y = ….
Pembahasan:
Peluruhan unsur radioaktif dirumuskan sebagai:

N=¿

Sedangkan data-data yang diketahui pada soal sebagai berikut:


N0 = x
N = y
t = 8 hari
T = 2 hari
Nah, sekarang kita masukkan data-data tersebut pada rumus di atas,

Materi Fisika Inti | BAB III 14


2
N=¿

y=¿

y 1
=
x 16
x 16
=
y 1
¿ 16 :1

8) Berapa fraksi atom radioaktif tersisa setelah 5 waktu paruh?


Pembahasan
 Setelah 1 waktu paruh, tersisa 1/2 bagian
 Setelah 2 waktu paruh, tersisa 1/2 x 1/2 = 1/4 bagian
 Setelah 3 waktu paruh, tersisa 1/2 x 1/4 = 1/8 bagian
 Setelah 4 waktu paruh, tersisa 1/2 x (1/2)3 = (1/2)4 = 1/16
bagian
 Setelah 5 waktu paruh, tersisa 1/2 x (1/2)4 = (1/2)5 = 1/32
bagian
9) Bila dimulai dgn 16 juta atom radioaktif, berapa yg tertinggal setelah 4
waktuparuh?

Materi Fisika Inti | BAB III 14


3
Pembahasan
Tersisa = (1/2) 4 = 1/16 x 16 juta = 1 juta atom. Setelah n kali waktu
paruh, tersisa (1/2)n bagian
10) gram, maka setelah disimpan 15 hari beratnya berkurang sebanyak?
Jawab:

()
Nt 1 t
= T
N0 2

40 ( 2 )
N t 1 15
= 5

=( )
N 1 t
3

40 2
Nt 1
=
40 8
40
Nt=
8
N t =5 gram
Jadi berkurang sebanyak 35 gram

K. Soal Latihan
1. Apakah yang menyababkan kestabilan inti!
2. Apakah yang menyebabkan kemantapan ukuran inti!
3. Apa penyebab terjadinya peluruhan gamma!
4. Jelaskan bagaimana fisi inti dapat terjadi!

Materi Fisika Inti | BAB III 14


4
BAB X

INTERAKSI SINAR DENGAN MATERI

A. Klasifikasi Peluruhan Gamma
Radiasi elektromagnetik dihasilkan oleh muatan titik yang bergerak.
Pada kenyataannya inti atom merupakan distribusi muatan yang lebih
luas. Aliran arus listrik dibangkitkan oleh gerakan spin dan orbit nukleon-
nukleon. Medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan dalam transisi
keadaan inti adalah sangat kompleks
Dalam perhitungan klasik, distribusi arus-muatan aktual
dikembangkan dalam momentum multipol. Untuk distribuasi muatan
statis ei ditempatkan pada (xi, yi, zi). Momen multipol memiliki
dimensionalitas  dengan L menyatakan orde momen. Sebagai contoj jika
L = 0, maka  merupakan muatan total. Jika L = 1, maka  merupakan
komponen momen dipol listrik sistem. Jika zarah-zarah membawa momen
magnetik sebagaimana muatan, maka kita dapat mengembangkan
distribusi magnetisasi dalam momen multipol magnet
Pada saat muatan-muatan berosilasi, masing-masing momen multipol
memancarkan pola medan listrik dan medan magnet yang khas (kecuali
untuk momen dengan L = 0). Medan-medan yang dipancarkan dapat
dikelompokkan, pertama, berdasarkan orde momen yang memancarkan;
kedua berdasarkan efek dari operasi paritas. Radiasi dipol listrik
memancarkan medan listrik yang mengubah tanda dalam operasi paritas,

Materi Fisika Inti | BAB III 14


5
sedangkan radiasi dipol magnet yang dihasilkan oleh sebuah loop arus
yang berosilasi, tidak mengubah tanda
Meskipun dalam persoalan radiasi klasik, sifat paritas tidak begitu
penting, namun pada peluruhan gamma yang terjadi di antara keadaan-
keadaan inti, paritas memegang peranan yang sangat penting. Dari hasil
eksperimen telah ditemukan bahwa dalam peluruhan elektromagnetik,
kaidah ini dipatuhi dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi
Dalam perhitungan mekanika kuantum masing-masing momen
multipol dengan orde Lr, menghasilkan radiasi yang membawa
momentum sudut dengan besar Lr / ħ, sehingga kekekalan momentum
sudut mensyaratkan.
Perubahan paritas pr secara langsung terkait dengan L r berikut
disajikan klasifikasi radiasi gamma sebagai berikut :

B. Tabel 10.1 Klasifikasi Radiasi Gamma

Nama Singkatan Lr r

Dipol listrik E1 1 -1

Dipol magnet M1 1 +1

Kuadrupol listrik E2 2 +1

Kuadrupol M2 2 -1
magnet

Oktupol listrik E3 3 -1

Materi Fisika Inti | BAB III 14


6
Meskipun klasifikasi ini tampaknya rumit, namun demikian dapat
dilakukan penyederhanaan berdasarkan kenyataan bahwa dalam
praktiknya, biasanya tetapan peluruhan gamma terdiri dari dua radiasi
multipol. Himpunan dari suku-suku tertentu tereliminasi oleh kaidah
seleksi (10.25), (10.26), dan (10.27). Selanjutnya pada tabel 10.2 berikut
disajikan penerapan kaidah seleksi dengan contoh-contoh peluruhan
gamma :

C. Tabel 10.2 Contoh-Contoh Peleruhan Gamma

Keadaan Keadaan Mode peluruhan yang


awal ♣ akhir dominan

2+ 0+ E2 ♦

1+ 0+ M1 ♦

½- ½+ E1 ♦

2+ 2+ M1

9/2+ ½- M4

0+ 0+ Tidak terjadi peluruhan


gamma

Keterangan : ♣ (momentum sudut dan paritas total masing-masing


keadaan),  ♦ (hanya mungkin dengan mode peluruhan ini). 

D. Peluruhan Gamma (γ)


Setelah peluruhan alfa dan beta, inti biasanya dalam keadaan
tereksitasi. Seperti halnya atom, inti akan mencapai keadaan dasar (stabil)
dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal

Materi Fisika Inti | BAB III 14


7
dengan sinar gamma (γ). Dalam proses pemancaran foton ini, baik nomor
atom atau nomor massa inti tidak berubah.
Setelah inti meluruh menjadi inti baru biasanya terdapat energi
kelebihan pada ikatan intinya sehingga seringkali disebut inti dalam
keadaan tereksitasi. Inti yang kelebihan energinya ini biasanya akan
melepaskan energinya dalam bentuk sinar gamma yang dikenal dengan
peluruhan gamma, sinarnya ini adalah foton dan termasuk ke dalam
gelombang elektromagnetik yang mempunyai energi yang sangat besar
melebihi sinar X.
Peluruhan gamma (γ) merupakan radiasi gelombang
elektromagnetik dengan energi sangat tinggi sehingga memiliki daya
tembus yang sangat kuat. Sinar gamma dihasilkan oleh transisi energi inti
atomdari suatu keadaan eksitasi ke keadaan dasar. Saat transisi
berlangsung terjadi radiasi energi tinggi (sekitar 4,4 MeV) dalam bentuk
gelombang elektromagnetik. Sinar gamma bukanlah partikel sehingga
tidak memiliki nomor atom (A=0) maka dalam peluruhan sinar-γ tidak
dihasilkan inti atom baru.
Energi tiap foton adalah beda energi antara keadaan awal dan
keadaan akhir inti, dikurangi dengan sejumlah koreksi kecil untuk energi
pental inti. Energi ini berada pada kisaran 100 KeV hingga beberapa
MeV.  Inti dapat pula dieksitasi dari keadaan dasar ke keadaan eksitaPada
gambar, memperlihatkan suatu diagram tingkat energi yang khas dari
keadaan eksitasi inti dan beberapa transisi sinar gamma yang dipancarkan.
Waktu paru khas bagi tingkat eksitasi inti adalah 10-9 hingga 10-12 s
Sebagaimana penyelesaian persamaangelombang yang
menampilkan persamaan Helmholtz, di dalam sistem koordinat sferis
dapat dinyakan sebagai superposisi atau jumlah gelombang- gelombang
dari berbagai – bagai bilangan ℓ  dalam wujud fungsi harmonik sferis Y 1,

Materi Fisika Inti | BAB III 14


8
m,  dimana dalam mekanika kuantum, ℓ  itu bersangkutan dengan
momentum rotasi, maka sinar γ  yang dipancarkan dari inti yang tengah
mengalami deexitas itu dikatakan membawa serta momentum rotasi
sedemikian hingga azas kekelan momentum rotasi dalam proses transisi
keadaan inti itu dipenuhi.  Seandainya momentum rotasi inti mula – mula
adalah Li dan kemudian menjadi Lf  , maka momentum rotasi yang dibawa
serta oleh sinar γ  itu adalah  I= Li - Lf  yang oleh adanya kaidah kuantisasi
ruang, berlaku aturan pilih : Li - Lf  ≤ 1≤ Li + Lf    
Selanjutnya mengingat persamaan laplance di dalam sistem
koordinat sferis, terdefenisakanlah apa yang dinamakan multipol elektrik

Q 1,m  = ∫ r 1 Y*1,m ρ dг

Pada umumnya radiasi multipol hanya bersangkutan dengan


nilai ℓ yang kecil saja misalnya sampai ℓ = 3 saja, sebab berdasarkan analisa
dengan mekanika kuantum, dapat ditunjukkan bahwa kebolehjadian transisi
akan sebanding dengan ( R/χ)21 dimana R adalah jari – jarivolum inti dan χ
= λ∕2п adalah panjang gelombang sinar λ selaku gelombang
elektromahnetikdibagi 2п. Dengan mengingat frekuensi sinar γ harus sama
dengan frekuensi perputaran proton didalam inti yang menmbulkan, maka
tentulah c/ λ = v/2пR dengan v adalah kecepatan proton melingkari inti
selain didapat

R/ χ = v/c << 1

Yang memperlihatkan bahwa ( R/ χ )21 cepat merosot terdapat naiknya


nilai ℓ.

Selanjutnya tetapan peluruhan atau tepatnya tetapan transmisi keadaan


yang dalam hal ini berupa deexsitasi, sudah tentu sebabding dengan

Materi Fisika Inti | BAB III 14


9
kebolehjadian terjadinya transisi, sehingga umur keadaan terexsitasinya
akan sebanding terbalik dengan ( R/ χ ) 21  yang mengingat bilangan massa
unsur yakni A menyatakan banyaknya nukleon di dalam inti yang sebanding
dengan volume inti, yang berarti R sebanding dengan A ⅓ , serrta mengingat
pula tenaga foton γ,E = hv = hc/λ yakni sebanding terbalik dengan λ, umur
keadaan terexitasi itu akan berbanding terbalik denangan E 21 A21/3 yang
memperlihatkan kepekaannya terhadap vareasi tenaga sinar γ yaitu E,
bilangan massa unsur A, serta multipolaritas radiasi yang dinyatakan oleh
nilai 1.

E. Adsorbsi Sinar Gamma (γ)


Sinar gamma merupakan gelombang elektromagnetik yang
membawa energi dalam bentuk paket-paket yang disebut foton. Jika sinar
gamma masuk ke dalam suatu bahan, juga menghasilkan ionisasi, hanya
saja ionisasi yang dihasilkan sebagian besar melalui proses ionisasi
sekunder. Jadi, sinar gamma berinteraksi dengan materi hanya beberapa
pasang ion primer saja yang terbentuk. Ion-ion primer itu selanjutnya
melakukan proses ionisasi sekunder sehingga diperoleh pasangan ion
yang lebih banyak dibandingkan yang terbentuk pada proses ionisasi
primer
Apabila sinar gamma (radiasi elektromagnetik) memasuki bahan
penyerap, maka intensitas radiasi saja yang akan berkurang, sedangkan
energi tetap tidak berubah.
Dengan I = Intensitas yang diteruskan

             I0 = Intensitas mula-mula

             d = ketebalan bahan penyerap

             µ = koefisien serapan linear bahan penyerap

Materi Fisika Inti | BAB III 15


0
Karena μd tidak memiliki satuan, maka satuan μ dan d menyesuaikan.
Jika d dalam cm, maka μ dalam 1/cm. Ditinjau dari daya tembusnya,
radiasi elektromagnetik memiliki daya tembus paling kuat dibandingkan
dengan radiasi partikel yang dipancarkan inti radioaktif lainnya.
Sedangkan daya ionisasinya paling lemah bila dibandingkan dengan sinar-
α dan sinar-β. Hal itu disebabkan oleh sifatnya sebagai gelombang
elektromagnetik, meka kecepatan gerak radiasi elektromagnetik ini di
udara sama besanya dengan kecepatan cahaya.

F. Interaksi Sinar Gamma (γ) dan Materi


Terdapat tiga proses utama yang dapat terjadi apabila radiasi
elektromagnetik melewati suatu bahan penyerap, yaitu efek fotolistrik,
hamburan Compton, dan produksi pasangan. Ketiga proses tersebut
melepaskan electron yang selanjutnya dapat mengionisasi atom-atom lain
dalam bahan. Peluang terjadinya interaksi antara radiasi elektromagnetik
dengan bahan ditentukan oleh koefisien absorbs linier (µ). Hal tersebut
dikarenakan penyerapan intensitas elektromagnetik melalui tiga proses
utama, maka nilai µ juga ditentukan oleh peluang terjadinya ketiga proses
tersebut. Sedangkan koefisien absorbs total merupakan jumlah dari ketiga
koefisien absorbs tersebut
1) Efek Fotolistrik
Efek fotolistrik adalah peristiwa diserapnya energi foton
seluruhnya oleh elektron yang terikat kuat oleh suatu atom
sehingga elektron tersebut terlepas dari ikatan atom. Dengan kata
lain, efek fotolistrik timbul karena adanya interaksi antara radiasi
elektromagnetik dengan electron-elektron dalam atom bahan.
Pada peristiwa ini energi foton diserap seluruhnya oleh electron
yang terikat kuat oleh suatu atom sehingga electron tersebut
terlepas dari ikatan inti atom. Elektron yang terlepas dinamakan

Materi Fisika Inti | BAB III 15


1
fotoelektron. Efek fotolistrik terutama terjadi antara 0,01 MeV
hingga 0,5 MeV
2) Hamburan Compton
Hamburan Compton terjadi apabila foton dengan energi hf
berinteraksi dengan elektron bebas atau elektron yang tidak terikat
dengan kuat oleh inti, yaitu elektron terluar dari atom. Elektron itu
dilepaskan dari ikatan inti dan bergerak dengan energi kinetik
tertentu disertai foton lain dengan energi lebih rendah
dibandingkan foton datang. Foton lain ini dinamakan foton
hamburan.
Kemungkinan terjadinya hamburan Compton berkurang bila energi foton
yang datang bertambah dan bila Z bertambah.
Dalam hamburan Compton ini, energi foton yang datang yang diserap atom
diubah menjadi energi kinetik elektron dan foton hamburan. Perubahan
panjang gelombang foton hamburan dari λ menjadi λ’ dirumuskan

∆ λ=λ’ – λ = h/me c ( 1 – cos θ )

dengan memasukkan nilai-nilai h, m dan c diperoleh

            ∆ λ ( A ) = (0242,0 ) ( 1 – cos θ )

Hamburan foton penting untuk radiasi elektromagnetik dengan energi 200


keV hingga 5 MeV dalam sebagian besar unsur-unsur ringan.

3) Produksi pasangan
Produksi pasangan terjadi karena interaksi antara foton dengan
medan listrik dalam inti atom berat. Jika interaksi itu terjadi, maka
foton akan lenyap dan sebagai gantinya akan timbul sepasang elektron-
positron. Karena massa diam elektron ekivalen dengan energi 0,51

Materi Fisika Inti | BAB III 15


2
MeV, maka produksi pasangan hanya dapat terjadi pada energi foton ≥
1,02 MeV (2mec2)
Energi kinetik total pasagan elektron-positron sesuai dengan
persamaan:

hf  = Ke +  Kp + me c2 + mp c2

Kedua partikel ini akan kehilangan energinya melalui proses ionisasi


atom bahan. Positron yang terbentuk juga bisa bergabung dengan
elektron melalui suatu proses yang dinamakn annihiliasi.

BAB XI
REAKSI INTI

Materi Fisika Inti | BAB III 15


3
A. Pengertian reaksi inti
Reaksi Inti adalah proses perubahan yang terjadi dalam inti atom
akibat tumbukan dengan partikel lain atau berlangsung dengan sendirinya.
Reaksi inti d itemukan oleh Ru therford pada tahun 1919. Reaksi inti
adalah transformasi inti, karena inti ditembaki oleh suatu projektil, yang
dapat berupa inti-inti ringan, nukleon bebas, atau foton dengan energi
yang sesuai. Reaksi inti berlangsung sangat cepat, dalam waktu 10 -12detik
atau kurang, menghasilkan satu atau lebih inti baru dan mungkin juga
partikel lain.
Reaksi inti dhyatakan dengan suatu persama.rn, yang
menyeimbangkan pereaksi dengan hasil reaksi. Bertindak sebagai
pereaksi adalah inti sasaran (target) dan projektil, sedangkan hasil reaksi
adalah inti baru yang terbentuk dan partikel yang dibebaskan. Untuk
menyederhanakan persamaan, nomor atom Z dapat tidak dituliskan,
karena Z bersifat khas bagi masing-masing unsur maupun partikel.
Dengan demikian secara umum bentuk persamaan reaksi inti adalah :
A1
X + A2a A3
b+
A4
Y

Target + proiekti partikel hasil + inti baru (hasil)

Menurut Bethe, suatu persamaan reaksi inti secara sederhana dinyatakan


dengan notasi :

X (a,b)A4Y
A1

Dimana X menyatakan inti sasaran, a adalah partikel penembak (projektil


atau misil), b adalah partikel yang dibebaskan dalam reaksi dan Y adalah
inti hasil atau recoil. Disini, inti sasaran dituliskan pertama dan inti hasil

Materi Fisika Inti | BAB III 15


4
terakhir, sedangkan proiektil dan partikel yang dibebaskan diletakkan di
dalam tanda kurung dan dipisahkan dengan koma.

Contoh :

35
Cl (n,p) 35S

23
Na (n, ) 24Na

24
Mg (d,a) 22Na

63
Cu (p,p3n9a) 24Na

B. Jenis-jenis reaksi inti


Suatu cara untuk menyederhanakan penamaan reaksi inti hanyalah
dengan menyebutkan (a,b) pada inti sasaran. Jadi, untuk reaksi 35Cl (n,p)
35
S, disebut reaksi (n,p) pada 35
C1. Berdasarkan sifat-sifat dari a dan b
maka reaksi-reaksi inti dibedakan kedalam beberapa jenis seperti
diuraikan berikut ini.
a. Hamburan elastic
Pada penembakan inti dimana hasilnya a = b dan X = Y, disebut
peristiwa hamburan elastis. Partikel penembak menumbuk inti
sasaran, ia kehilangan sebagian energi kinetiknya, yang dialihkan
pada inti sasaran. Tidak teriadi perubahan energi potensial total, dan
energi kinetiknya kekal. Jumlah energi yang ditransfer ke inti sasaran
dapat dihitung dengan rumus:

4 m M sin2  θ/2
EM = Em
Materi Fisika Inti | BAB III 15
5
(m + M)2

Dimana EM adalah energi kinetik awal dari partikel penembak dengan massa
m, dan EM adalah energi kinetik yang diterima oleh inti sasaran dengan
massa M. Teta (q) adalah besar sudut penyimpangan dari arah datang
semula dengan arah setelah menumbuk inti sasaran. Hamburan elastik
digunakan dalam perlambatan neutron cepat oleh moderator di dalam
reaktor nuklir.

b. Hamburan inelastic

Suatu proses penghamburan dianggap inelastik jika sebagian energi kinetik


partikel misil digunakan untuk menaikkan energi potensial inti
asasaran,antara lain berupa eksitasi ketingkat energi yang lebih tinggi.
Dalam kasus ini energi kinetik sistem tidak kekal.

Contoh :

107
Ag (n,n) 107mAg Ag
107

44,3 detik
c. Reaksi photonuklir
Reaksi-reaksi inti yang diinduksi oleh sinar-X atau photon g berenergi
tinggi (>1 Me V) dipandang sebagai reaksi-reaksi photonuklir. Dalam
reaksi ini a = g dan b lebih sering adalah n atau p dan bila
menggunakan photon dengan energi sangat tinggi maka b
kemungkinan besar adalah d, t atau a atau bahkan campuran partikel-
partikel
d. Tangkapan radiaktif

Materi Fisika Inti | BAB III 15


6
Bila partikel misil diserap oleh inti sasaran, inti sasaran tereksitasi yang
kemudian memancarkan radiasi satu atau lebih photon gamma (g). Reaksi
yang paling umum adalah (n, g), dirnana hasibrya adalah isotop dari inti
sasaran yang massanya satu satuan massa lebih besar
Contoh :

23
Na (n, g) 24Na, 31P (n, g) 32P, 179Au (n, g) 180Au

Selain reaksi (n, g) ada pula reaksi (p, g,) tetapi disini inti hasilnya bukan
isotop dari inti sasaran.

Contoh :

19
F (p, g) 20Ne, 27Al (p, g) 28Si

Reaksi inti jenis lain meliputi reaksi (n, p), (p, n), (n, a), (a,n),
(d, p), (d, n), (a, t)

e. Reaksi inti special

Dalam reaksi-reaksi yang telah disebutkan terdahulu, perbedaan massa


inti sasaran dengan inti hasil hanya satu atau beberapa unit massa. Ada
sejumlah reaksi inti yang mengakibatkan inti sasaran tersobek-sobek
atau terpecah menjadi dua bagian yang massanya lebih kurang sama.
Masuk dalam kelompok reaksi demikian adalah:

 Penguapan (evaporation)

yaitu bil3 berbagai nukleon dan atau gabungan nukleon


seperti partikel alpha meninggalkan inti sasaran.

Contoh :
Materi Fisika Inti | BAB III 15
7
27
Al (d, pa) 24Na

 Spalasi

yaitu reaksi yang sedikit lebih hebat dari evaporasi. Sejumlah besar
nukleon dilemparkan keluar dan hasilnya jauh lebih ringan dari inti
sasaran.

Contoh :

63
Cu (p, p3n9a) 24Na
 Fisi
yaitu suatu proses dimana inti yang tereksitasi oleh neutron atau cara
lain, membelah meniadi dua bagian yang massanya seimbang.

Contoh :
235
U+n 236
U. 137
Te
+ Zr + 2n
97

235
U+n 134
Xe
+ 100
Sr + 2n
f. Inti gabung
Neutron tidak bermuatan dan memiliki momen magnetik yang sangat
kecil, sehingga dalam perialanannya neutron tidak berinteraksi dengan
elektron atomik, tetapi hanya berinteraksi dengan intinya. Neutron
dapat berinteraksi dengan inti secara elastis (energi kinetiknya kekal)
atau secara tak elastis. fika tumbukannya tak elastis, inti ditinggalkan
dalam keadaan tereksitasi, kemudian energi eksitasinya dikeluarkan
dalam peluruhan gamma. Tidak setiap gabungan neutron dan proton

Materi Fisika Inti | BAB III 15


8
menjadi sebuah inti mantap. Pada umumnya, inti ringan (A < 20)
mengandung
jumlah neutron dan proton yang hampir sama, sedangkan pada inti, berat
proporsi neutron bertambah besar. Karena partikel alfa terdiri dari dua
proton dan dua neutrorL peluruhan alfa mereduksi Z dan N inti induk,
masing-masing dengan dua. Dalam peluruhan beta negatif, neutron
bertransformasi menjadi proton dan elektron:
n° p+ + e-
Elektronnya meninggalkan inti dan teramati sebagai "partikel beta". Dalam
peluruharr beta positif, sebuah proton menjadi sebuah neutron dan sebuah
positron dipancarkan:
P+ n° + e-
Jadi, peluruhan beta negatif mengurangi proporsi neutron, dan peluruhan
beta positil menambahnya. Elektron diabsorpsi oleh proton nuklir yang
bertransformasi menjadi neutron :

p+ + e- n°

Salah satu contoh reaksi inti dengan inti gabung adalah reaksi fusi. Misal
pada:
H+H He + n

Materi Fisika Inti | BAB III 15


9
C. Hukum-hukum kekekalan
a) Kekekalan Muatan
Dalam tiap tipe reaksi inti, muatan total sebelum reaksi adalah
sama dengan muatan total sesudah reaksi. Karena muatan inti
ditentukan oleh proton (dinyatakan oleh nomor atom Z), maka
hukum kekekalan ini dapat direpresentasikan secara matematis
sebagai: Z1 + Z2 = Z3 + Z4 dengan Z1 dan Z2 adalah muatan yang
dimiliki inti-inti sebelum reaksi, sedangkan Z3 dan Z4 adalah
muatan-muatan inti sesudahnya
b) Kekekalan Nomor Massa
Berdasarkan hukum ini, jumlah nukleon sebelum dan sesudah
tumbukan harus sama. Dalam rumusan matematis dapat
dituliskan: 
A1 + A2 = A3 + A4
c) Kekekalan Energi
Energi dalam suatu reaksi inti pada umumnya ataupun peluruhan
radioaktif adalah kekal. Energi kinetik bisa dilepaskan (dalam
reaksi eksotermik) dan bisa juga harus diasup agar reaksi bisa
terjadi (pada reaksi endotermik)
d) Kekekalan Momentum Linier
Hukum kekekalan momentum linier menyatakan bahwa
momentum linier sebelum suatu reaksi inti sama dengan
momentum sesudahnya. Contohnya, jika inti yang meluruh
awalnya diam, maka momentum total semua partikel hasil
peluruhannya haruslah nol: PY + Py = 0

Materi Fisika Inti | BAB III 16


0
e) Kekekalan Momentum Sudut Total
Momentum sudut total J sebelum reaksi adalah jumlah vektor
momentum anguler spin (I) dan momentum anguler orbital (L).
Dalam setiap reaksi inti, momentum anguler total ini adalah
kekal, yaitu sama sebelum dan sesudah reaksi inti
f) Kekekalan Paritas
Paritas total sebelum reaksi inti harus sama dengan paritas total
sesudah reaksi tersebut.

D. Mekanisme reaksi inti


Menurut Weisskops, reaksi inti dapat dibagi dalam tiga tahap. 
1. Tahap partikel bebas
Dalam tahap ini partikel berinteraksi dengan inti keseluruhan dan
inti dinyatakan dalam sebuah sumur potensial kompleks.

V (R) = V1 + I V2

V1 adalah potensial riil dan I V 2 adalah potensial khayal, maka


akan terjadi penyerapan saja. Dalam tahap ini sebagian partikel
datang akan dihamburkan (shape – elastic scattering) dan
sebagian akan diserap. Bagian yang diserap tersebut akan
memasuki tahap kedua, yakni tahap sistem majemuk.

2. Tahap sistem majemuk

Sistem ini belum dapat diterangkan secara memuaskan. Dalam


tahap ini, sebagian partikel yang diserap dalam tahap pertama
dihamburkan kembali (compound elastic sceattering). Sebagian
membentuk inti majemuk, dan sebagian lagi langsubg ketahap
akhir (reaksi langsung). Partikel yang dihamburkan kembali dapat
memberi informasi tentang tingkat-tingkat energi inti majemuk

Materi Fisika Inti | BAB III 16


1
3. Tahap akhir
Dalam tahap akhir, inti majemuk berdisintegrasi dengan
memancarkan partikel-partikel. Apabila inti majemuk tidak
terbentuk, maka inti akan berdisintegrasi langsung dan
memancarkan partikel-partikel pada akhir. Reaksi semacam ini
dinamakan reaksi langsung.

E. Kinematika reaksi inti


Dalam reaksi inti, energi seringkali dilepaskan atau diserap. Suatu reaksi
melepas energi berarti energi kinetik partikel-partikel setelah reaksi lebih
besar dari energi kinetik partikel-partikel sebelum reaski. Penambahan
energi ini datang dari pengubahan energi diam menjadi energi kinetik.
Jumlah energi yang dilepas diukur oleh nilai Q reaksi inti, yang
didefinisikan sebagi selisih antara energi kinetik akhir dan awal.
Dalam sistem laboratorium, energi kinetik total timbul dari partikel datang
saia :
Klab =1/2 mA V2

Dalam sistem pusat massa, kedua partikel bergerak dan memberikan


kontribusi pada energi kinetik total.
Kcm = 1/2 mA (v –V)2  + 1/2 mB V2
= 1/2 mA V2 – 1/2 (mA – mB) V2
= K – 1/2 (mA – mB) V2
= (mB/ mA – mB) Klab
(energi kinrtik dalam sistem pusat massa)
Energi kinetik total partikel relatif terhadap pusat massanya ialah energi
kinetik total dalam sistem laboratorium dikurangi energi kinetik ½  (mA –
mB) V2, dari pusat massa yang bergerak. Jadi dapat dianggap bahwa K cm
sebagai energi kinetik gerak relatif partikel itu. Jika partikei bertumbukan,
Materi Fisika Inti | BAB III 16
2
energi kinetik maksimum yang dapat berubah menjadi energi eksitasi dari
inti majemuk yang terradi dengan tetap mempertahankan kekekalan
momentum ialah Kcm lebih kecil dari Klab.. Harga Q suatu reaksi nuklir :
Q = [(mA + mB) – (mC + mD)] C2
= [(mA + mB – mC – mD)] C2
Jika Q merupakan kuantitas positif, energi dilepaskan oleh reaksi itu. lika
Q kuantitas negatif energi kinetik dalam sistem pusat massa cukup besar
harus diberikan oleh partikel-partikel yang bereaksi sehingga
Kcm + Q ≥ 0

F. Parameter reaksi
Interaksi nuklir antara dua buah inti yang bereaksi bisa didekati dengan
potensial yang berbentuk Woods-Saxon:
VN (r) = -V0 / 1 + exp [(r – R0)/ a]

Dengan V0 adalah parameter kedalaman, r adalah jarak antar inti dan a


merupakan parameter kedifusian, sedangkan R 0 adalah total jari-jari dua
buah inti yang bereaksi yang diberikan sebagai:

R0 = r0 (A1/3P + A1/3T )

AP dan AT  adalah massa inti proyektil dan massa inti target, serta r 0 adalah
parameter radius dari potensial inti. Parameter-parameter potensial nuklir
tersebut secara teknologi dapat diatur sehingga data eksperimen dijelaskan
dengan baik. 

G. Hamburan coulomb

Dalam mekanika kuantum, hamburan coulomb merupakan keadaan


partikel dimana partikel tersebut bergantung pada potensial coulomb dan

Materi Fisika Inti | BAB III 16


3
tidak terlokalisasi ke wilayah ruang yang terbatas. Secara umum
hamburan coulomb adalah keadaan di Hilbert Space yang sesuai dengan
dua atau lebih partikel dengan energy interaksi positif (yang diasumsikan
disebabkan oleh interaksi coulomb), yang berarti, energy sistem lebih
besar daripada energy total masing-masing partikel yang terpisah
membentuk sistem sehingga partakel ini tidak terikat. Spectrum energy
dari keadaan hamburan seperti itu terus menerus seperti spectrum diskrit
dari keadaan yang terikat dalam potensial coulomb

H. Hamburan inti

Ketika sebuah partikel bermuatan positif menghampiri sebuah inti atom,


geraknya mengalami perlambatan, karena sebagian energy kinetik
awalmya diubah menjadi energy potensialyang berasal dari gaya tolak
coulomb inti atom. Semakin dekat partikel menghampiri inti atom, maka
semakin besar pula energy potensial kinetic yang ia peroleh karena:

V = 1/4πɛo . zZe2/r

Soal dan pembahasan

1. Perhatikan reaksi inti berikut :

7N14 + Y 8O17 + 1H1

Pada reaksi diatas Y itu adalah…

Jawab :

Materi Fisika Inti | BAB III 16


4
Misalkan nomor atom dan nomor dan nomor massa dari X
adalah a dan b, maka 
7N14 + pYq   8O17 + 1H1
Operasikan nomor atom dan nomor massanya
7 + p= 8 + 1
7p = 9
p =9–7
p=2
14 + q = 17 + 1
14q = 18
q = 18 – 14
q=4
dengan demikian, struktur adalah:  
2Y4
struktur tersebut sama dengan 
2He4 
2. Massa inti atom 20Ca40 adalah 40,078 sma. Jika massa proton
adalah 1,0078 sma dan neuron 1,0087 sma. Tentukan defek massa
pembentukan 20Ca40…
Diketahui : 
A = 40 N = A – Z 
Z = 20 N = 40 - 20
mi = 40,078 sma N = 20
mP = 1,0078 sma
mN = 1,0087 sma
dengan mengunakan hubungan 
∆m = [(Z . mP + N . mN) – mi]
= [(20 . 1,0078 + 20 . 1,0087) – 40,078]

Materi Fisika Inti | BAB III 16


5
= [(20,156 + 20,174) – 40,078]
= 40,33 - 40,078
∆m = 0,252 sma

BAB XII
REAKSI FISI

A. Pengertian Reaksi Fisi


Reaksi fisi adalah reaksi pembelahan inti atom menjadi 2 bagian
yang hampir sama. Bom atom dibuat berdasarkan reaksi fisi.  Pada reaksi
fisi selain dihasilkan inti yang baru juga dihasilkan partikel lainnya seperti
elektron, proton, netron dan lain-lain. Partikel-partikel yang dihasilkan
dalam pembelahan inti atom berikutnya sehingga terjadi reaksi berantai.
Reaksi berantai yang tidak terkendali dalam waktu yang singkat akan
menghasilkan energi yang sangat melimpah sebagai hasil dari perubahan
massa menjadi energi (E = mc 2). Jadi bom atom meledak dengan kekuatan
yang dahsyat sebab sebagian massa bom diubah menjadi energi
Dikenal dua reaksi nuklir, yaitu reaksi fusi nuklir dan reaksi fisi
nuklir. Reaksi fusi nuklir adalah reaksi peleburan dua atau lebih inti atom
menjadi atom baru dan menghasilkan energi, juga dikenal sebagai reaksi
yang bersih. Reaksi fisi nuklir adalah reaksi pembelahan inti atom akibat
tubrukan inti atom lainnya, dan menghasilkan energi dan atom baru yang
bermassa lebih kecil, serta radiasi elektromagnetik. Reaksi fusi juga
menghasilkan radiasi sinar alfa, beta dan gamma yang sangat berbahaya
bagi manusia.
Contoh reaksi fusi nuklir adalah reaksi yang terjadi di hampir semua
inti bintang di alam semesta. Senjata bom hidrogen juga memanfaatkan

Materi Fisika Inti | BAB III 16


6
prinsip reaksi fusi tak terkendali. Contoh reaksi fisi adalah ledakan senjata
nuklir dan pembangkit listrik tenaga nuklir.
Unsur yang sering digunakan dalam reaksi fisi nuklir adalah
Plutonium dan Uranium (terutama Plutonium-239, Uranium-235),
sedangkan dalam reaksi fusi nuklir adalah Lithium dan Hidrogen
(terutama Lithium-6, Deuterium, Tritium).
Untuk menghasilkan reaksi fisi, kita harus mempunyai material
yang dapat membelah. Kita sebut material ini sebagai bahan bakar.
Selanjutnya agar dapat membelah, harus ada pemicunya, yang dalam hal
ini adalah neutron. Secara umum reaksi fisi dapat kita tuliskan seperti ini

Di formulasi di atas,  adalah material bahan bakar,  adalah

neutron yang menyebabkan terjadinya reaksi fisi,  dan  adalah


material yang dihasilkan dari reaksi fisi, atau dikenal dengan istilah
produk fisi,  adalah anti-neutrino dan  adalah energi yang dihasilkan
dari reaksi fisi.

Telah dikemukakan sebelumnya bahwa terdapat empat tipe umum


reaksi nuklir, yaitu reaksi fisi, reaksi fusi, transmutasi inti dan peluruhan
radioaktif. Dari empat tipe reaksi nuklir tersebut, reaksi fusi dan reaksi fisi
adalah dua reaksi nuklir yang cukup dikenal karena aplikasinya yang
sangat fenomenal di bidang militer pada saat perang dingin antara USA
dan Uni Soviet.

Reaksi fisi nuklir adalah proses reaksi nuklir yang terjadi karena inti
atom terbelah menjadi partikel-partikel inti yang lebih ringan karena

Materi Fisika Inti | BAB III 16


7
tertumbuk oleh partikel inti lain. Reaksi fisi merupakan reaksi nuklir
eksotermis yang akan menghasilkan partikel inti yang lebih ringan (sering
disebut produk fisi), beberapa partikel neutron, gelombang
elektromagnetik dalam bentuk radiasi sinar gamma, dan sejumlah energi.
Gambar disamping ini melukiskan proses reaksi fisi dari inti atom
uranium-235 yang tertumbuk oleh sebuah neutron dengan kecepatan
rendah (neutron kecepatan rendah sering disebut sebagai neutron termal).
Reaksi fisi uranium-235 menghasilkan produk fisi berupa barium-141 dan
kripton-92, tiga buah neutron cepat (masing-masing neutron memiliki
energi kinetik ~2 MeV), dan sejumlah energi.

Produk fisi dari reaksi fisi uranium-235 bisa saja tidak berupa
barium-141 dan kripton-92, tetapi barium-144 dan kripton-90, atau
zirkonium-94 dan telurium-139. 

B. Karakteristik Reaksi Fisi

Sesaat sebelum perang dunia kedua beberapa kelompok ilmuwan


mempelajari hasil reaksi yang diperoleh jika uranium ditembak dengan
neutron. Otto Hahn dan Strassman, berhasil mengisolasi suatu senyawa
unsur golongan IIA, yang diperoleh dari penembakan uranium dengan
neutron. Mereka menemukan jika uranium ditembak dengan neutron akan
menghasilkan beberapa unsur menengah yang bersifat radioaktif. Reaksi
ini disebut reaksi fisi atau reaksi pembelahan inti. “Pembelan inti berat
menjadi inti yang lebih ringan, melepaskan energi”.

Proses fisi nuklir

Materi Fisika Inti | BAB III 16


8
Fisi nuklir merupakan proses pembelahan inti berat menjadi dua
atau lebih inti yang lebih ringan dengan melepaskan energi. Reaksi fisi
merupakan salah satu reaksi nuklir yang paling praktis, umumnya
pembentukan nukleus gabungan ketika nukleus dengan A > 230 menyerap
neutron datang. Beberapa nukleus gabungan kemudian akan terpecah
menjadi dua atau lebih potongan inti bermassa sedang dan neutron-
neutron tambahan

Reaksi pembelahan inti memperlihatkan bahwa setiap pembelahan


inti oleh satu neutron menghasilkan dua sampai empat neutron. Setelah
satu atom uranium-235 mengalami pembelahan, neutron hasil pembelahan
dapat digunakan untuk pembelahan atom uranium-235 yang lain dan
seterusnya sehingga dapat menghasilkan reaksi berantai. Agar
pembelahan inti dapat menghasilkan reaksi berantai, bahan pembelahan
ini harus cukup besar sehingga neutron yang dihasilkan dapat tertahan
dalam cuplikan itu. Jika cuplikan terlampau kecil, neutron akan keluar
sehingga tidak terjadi reaksi berantai. Pembelahan inti selalu
menghasilkan energi sekitar 200 MeV pada setiap pembelahan inti. Energi
yang dihasilkan pada pembelahan 235 gram uranium-235 ekivalen dengan
energi yang dihasilkan pada pembakaran 500 ton batubara. Nilai 200
MeV diperoleh dari :170 MeV adalah energi kinetik pecahan fisi

 5 MeV adalah kombinasi energi kinetik neutron-neutron fisi


 15 MeV adalah energi þ– dan sinar y
 10 MeV adalah energi neutrino atau antineutrino yang
dibebaskan dalam peluruhan þ– dari potongan-potongan fisi.

Pada reaktor nuklir, jumlah fisi per satuan waktu dikontrol oleh
penyerapan kelebihan neutron sehingga secara rata-rata, satu neutron dari

Materi Fisika Inti | BAB III 16


9
setiap fisi menghasilkan fisi baru. Panas yang dibebaskan akan digunakan
untuk membuat uap guna menggerakkan turbin dan membangkitkan
tenaga listrik. Jika reaksi tersebut tidak terkontrol sehingga setiap fisi
menghasilkan lebih dari satu neutron yang mampu menghasilkan fisi
selanjutnya, maka jumlah fisi akan naik secara geometris, membuat
seluruh energi sumber terlepas dalam interval waktu yang singkat, dan
menghasilkan bom nuklir

Bentuk umum reaksi fisi inti,

235
U + 10n ‹ [236U] ‹ A1X + A2T + s10n
92 92 Z1 Z2

dengan Z1 + Z2 = 92, A1 + A2 +  = 236, dan s adalah  sebuah bilangan


bulat. Jumlah s dari neutron yang dilepaskan dalam proses fisi unsur
tertentu akan bergantung pada potongan-potongan akhir yang
dihasilkan. Untuk reaksi di atas, rata-rata jumlah neutron yang
dilepaskan dalam suatu fisi menurut eksperimen adalah sekitar 2,5;
angka yang dihasilkan dari suatu rata-rata yang diambil alih oleh
seluruh reaksi.

Proses pemisahan inti

a b c d

Materi Fisika Inti | BAB III 17


0
Gambar 8.2. Urutan perubahan bentuk inti pada fisi inti

a. Inti diberi energi aktivasi untuk menjadi lonjong


b. Terjadi vibrasi kolektif
c. Energi eksitasi rendah terjadi “osilasi”
d. Energi eksitasi besar inti terdeformasi
Suatu inti berat stabil ibarat setetes air, dengan bentuk keseimbangan agak
sedikit melonjong seperti pada Gambar 8.2. Apabila inti itu diganggu,
seperti menyerap sebuah neutron atau proton berenergi tinggi, tetesan inti
bervibrasi. Bentuk inti berubah dengan cepat  berulang kali dari bentuk
yang lebih lonjong ke yang agak bundar. Bila inti tertarik ke bentuk yang
sangat lonjong, energi tolakan Coulomb tidaklah banyak berubah, tetapi
gaya inti melemah karena bertambahnya luas permukaan inti (semua
nukleon pada permukaan inti berkurang kekuatan ikatannya). Dengan
penarikan yang cukup kuat, bagian tengah tetesan inti menjadi hampir
putus, hingga inti dengan mudah terbelah menjadi dua bagian oleh tolakan
Coulomb, kedua bagian ini saling terdorong jauh sehingga fisi nuklir
terjadi. Ukuran kedua pecahan fisi tidaklah tetap. Kemungkinan pecahan
yang satu memiliki nomor massa sekitar 90 dan yang lainnya sekitar 140.

C. Keistimewaan Reaksi Fisi Nuklir


Beberapa hal yang membuat reaksi fisi nuklir menjadi reaksi inti yang
istimewa yaitu:
 Sebagian besar energi yang dihasilkan sebagai energi kinetik
pecahan fisi. Inti pecahan yang relatif berat ini tidak bergerak
jauh dalam teras reaktor, karena saling bertumbukan dengan
atom-atom bahan bakar teras reaktor, energi kinetik yang hilang
menghasilkan panas, panas ini digunakan untuk
Materi Fisika Inti | BAB III 17
1
mendidihkan air kemudian menghasilkan uap untuk mumutar
turbin sampai akhirnya menghasilkan daya listrik
 Jumlah neutron yang dihasilkan lebih dari satu, sehingga dapat
menghasilkan fisi berantai
 Satu-satunya reaksi nuklir yang dapat dikendalikan.
Pengendalian fisi nuklir di teras reaktor pada prinsipnya adalah
mengendalikan jumlah neutron yang dihasilkan agar tidak
memicu ledakan nuklir karena jumlah neutron yang berlebih
dalam menumbuk inti 235
U. Pengendalian dilakukan dengan
menyisipkan bahan penyerap neutron ke dalam teras reaktor
seperti cadmium yang memiliki penampang serap neutron yang
tinggi
D. Kekurangan fisi nuklir
Berapa kekurangan yang dimiliki reaksi fisi nuklir yang harus diatasi
dalam pengambilan energinya adalah sebagai berikut:
1. Satu-satunya inti yang secara alamiah baik untuk reaksi fisi adalah
235
U, tetapi dari batuan uranium di alam jumlahnya hanya 0,7% isotop
235
U sedangkan sisanya adalah 238
U jumlahnya 99,3%. Sedangkan U
238

tidak fisionable. Solusinya membuat reaktor pembiak yang digunakan


untuk menghasilkan inti sebagai bahan bakar, seperti menghasilkan
239
Pu yang tidak terdapat di alam tetapi dapat dibuat pada reaktor
pembiak.
2. Neutron yang dihasilkan bergerak cepat dengan energi kinetik sekitar
beberapa MeV. Neutron dengan energi yang terlampau tinggi memiliki
probabilitas yang rendah untuk merangsang proses terjadinya fisi baru.
Oleh karena itu, solusinya adalah dengan memberi moderator untuk
memperlambat/ mengurangi energi kinetik neutron karena berbenturan
dengan atom-atom moderator. Moderator yang efektif adalah

Materi Fisika Inti | BAB III 17


2
moderator dengan massa yang relatif mendekati massa neutron;
moderator yang umumnya dipakai adalah air biasa, air berat dan
karbon
3. Neutron dapat hilang; neutron hilang dapat disebabkan karena lolos
dari permukaan reaktor, diserap moderator, dan diserap 238U. Pelolosan
dari permukaan reaktor dapat diminimumkan dengan membuat teras
reaktor sebesar mungkin sehingga nisbah permukaan terhadap volume
kecil, sedangkan penyerapan oleh moderator dapat ditiadakan dengan
menggunakan moderator air berat, karena penampang penyerapan
neutron air berat adalah nol
4. Energi yang dihasilkan menghasilkan panas yang berlebih yang dapat
merusak teras reaktor sehingga memerlukan pendingin

E. Aplikasi reaksi  Fisi

1. Reaksi inti sebagai penghasil energi listrik.


2. Penentuan umur (dating) batuan atau fosil.
3. Dalam bidang kimia:

 Analisis pengenceran isotop

Analisis pengenceran isotop merupakan teknik untuk


menentukan kadar suatu zat dalam sampel dengan
cara pengenceran dan  penambahan zat radioaktif atau
isotopnya

 Analisis pengaktifan netron 

sebagai perunut dalam menentukan mekanisme reaksi


kimia.

Materi Fisika Inti | BAB III 17


3
4. Dalam bidang kedokteran :

Adapun fungsi radioisotop adalah untuk :

1. Mengetahui keefektifan kerja jantung dengan


menggunakan Sodium-24.
2. Menentukan lokasi tumor otak, mendekati tumor
kelenjar gondok, dipergunakan Yodium - 131.
3. Penanganan penderita Leukimia, dengan Phosporus –
32
4. Penyembuhan kanker dan tumor dengan cara
penyinaran, seperti sinar x dan untuk steril alat-alat
kedokteran.

 Dalam bidang pertanian, radioisotop digunakan


sebagai perunut dan juga untuk memperoleh bibit
unggul (pemuliaan tanaman).
 Dalam bidang hidrologi Salah satu kegunaan
radioisotop di bidang hidrologi adalah untuk mengukur
kecepatan aliran atau debit aliran. Dalam hal ini
sebagai  perunut, diukur dari perubahan intensitas
pancaran di dalam aliran untuk  jangka waktu yang
sama.
 Reaktor Nuklir Reaktor Nuklir merupakan
tempat/perangkat dimana reaksi nuklir  berantaidibuat,
diatur dan dijaga kesinambungannya pada laju yang
tetap (berlawanan dengan bom nuklir, dimana reaksi
berantai terjadi pada orde  pecahan detik, reaksi ini
tidak terkontrol).

Materi Fisika Inti | BAB III 17


4
BAB XIII
REAKSI FUSI

A. Proses Dasar Fusi


Dalam fisika nuklir, fusi nuklir (reaksi termonuklir) adalah sebuah
reaksi di mana dua inti atom bergabung membentuk satu atau lebih inti
atom yang lebih besar dan partikel subatom (neutron atau proton).
Perbedaan dalam massa antara reaktan dan produk dimanifestasikan
sebagai pelepasan energi dalam jumlah besar. Perbedaan dalam massa ini
muncul akibat perbedaan dalam energi ikatan inti atom antara sebelum
dan setelah reaksi. Fusi nuklir adalah proses yang memberikan daya bagi
bintang untuk bersinar.

Materi Fisika Inti | BAB III 17


5
Reaksi fusi deuterium-tritium (D-T) dipertimbangkan sebagai proses yang
paling menjanjikan dalam memproduksi tenaga fusi.
Proses fusi yang menghasilkan nukleus lebih ringan dari besi-56
atau nikel-62 secara umum tidak akan melepaskan sejumlah energi bersih.
Elemen-elemen ini memiliki massa per nukleon terendah dan energi
ikatan per nukleon tertinggi. Fusi elemen-elemen ringan akan melepas
energi (eksotermis), sedangkan fusi yang menghasilkan inti lebih berat
dari elemen ini, akan menghasilkan energi yang ditahan oleh nukleon
yang dihasilkan (reaksi endotermis). Kebalikannya ini benar untuk proses
yang berkebalikan, fisi nuklir. Hal ini berarti untuk elemen ringan, seperti
hidrogen dan helium secara umum lebih mudah fusi; sedangkan untuk
elemen yang lebih berat, seperti uranium dan plutonium, lebih mudah fisi.
Proses fusi membutuhkan energi yang besar untuk menggabungkan
inti nuklir, bahkan elemen yang paling ringan, hidrogen. Tetapi fusi inti
atom yang membentuk inti atom yang lebih berat dan neutron bebas, akan
menghasilkan energi yang lebih besar lagi dari energi yang dibutuhkan
untuk menggabungkan mereka—sebuah reaksi eksotermis yang dapat
menciptakan reaksi yang terjadi sendirinya.
Materi Fisika Inti | BAB III 17
6
Energi yang dilepas di banyak reaksi nuklir lebih besar dari reaksi
kimia, karena energi pengikat yang mengelem kedua inti atom jauh lebih
besar dari energi yang menahan elektron ke inti atom. Contoh, energi
ionisasi yang diperoleh dari penambahan elektron ke hidrogen adalah 13.6
elektronvolt—lebih kecil satu per sejuta dari 17 MeV yang dilepas oleh
reaksi D-T seperti gambar di samping
Proses fusi paling penting di alam adalah yang terjadi di dalam
bintang. Meskipun tidak melibatkan reaksi kimia, tetapi sering kali fusi
termonuklir di dalam bintang disebut sebagai proses "pembakaran". Pada
pembakaran hidrogen, bahan bakar netto-nya adalah empat proton,
dengan hasil netto satu partikel alpha, pelepasan dua positron dan dua
neutrino (yang mengubah dua proton menjadi dua netron), dan energi.
Ada dua jenis pembakaran hidrogen, yaitu rantai proton-proton dan siklus
CNO yang keberlangsungannya bergantung pada massa bintang. Untuk
bintang-bintang seukuran Matahari atau lebih kecil, reaksi rantai proton-
proton mendominasi, sementara untuk bintang bermassa lebih besar siklus
CNO yang mendominasi. Reaksi pembakaran lain seperti pembakaran
helium dan karbon juga terjadi bergantung terutama pada tahapan evolusi
bintang.
B. Karakteristik Fusi
Karakteristik reaksi fusi adalah bersifat penyatuan atau
penggabungan. Artinya reaksi fusi ini dia bersifat menggabungkan.
Contohnya bisa kita lihat dalam serial kartun Dragon Ball. Saat keadaan
terdesak, Goku bisa melakukan fusion (bergabung) dengan tokoh lainnya
menghasilkan sosok Goku yang jauh lebih kuat dan hebat. Ini sama
dengan reaksi fusi di mana dua atom bergabung menghasilkan satu atom
dengan inti yang lebih berat.

Materi Fisika Inti | BAB III 17


7
Reaksi fusi juga memiliki karakteristik yaitu hanya dapat
menyatukan atom-atom pada suhu yang sangat tinggi. Dengan reaksi fusi
juga dapat membentuk energi yang sangat besar.
C. Fusi di Matahari
Matahari adalah pusat tata surya. Matahari merupakan sebuah
bintang yang paling dekat dengan bumi. Seperti bintang lainnya, Matahari
merupakan sebuah benda panas yang tersusun oleh berbagai gas yang
bertekanan tinggi. Matahari adalah raksasa jika dibandingkan dengan
planet yang terbesar sekali pun. Diameter Matahari 109 kali diameter
Bumi, yaitu 1,4 juta km. Walaupun Matahari itu berbentuk gas, beratnya
lebih dari 300.000 kali berat Bumi
Suhu permukaan matahari 6.000 derajat celsius yang dipancarkan ke
luar angkasa hingga sampai ke permukaan bumi, sedangkan suhu inti
sebesar 15-20 juta derajat Celsius. Matahari memancarkan energi yang
sangat besar dalam bentuk gelombang elektromagnet. Gelombang
elektromagnet tersebut adalah gelombang cahaya tampak, sinar X, sinar
gamma, sinar ultraviolet, sinar inframerah, dan gelombang mikro.

Materi Fisika Inti | BAB III 17


8
Hal-hal penting yang berkaitan dengan Matahari
a. Sumber Energi Matahari
umber energi matahari berasal dari reaksi fusi yang terjadi di dalam
inti matahari. Reaksi fusi ini merupakan penggabungan atom-atom
hidrogen menjadi helium. Reaksi fusi tersebut akan menghasilkan
energi yang sangat besar. Matahari tersusun dari berbagai macam gas
antara lain hidrogen (76%), helium (22%), oksigen dan gas lain (2%)
b. Lapisan-Lapisan Matahari
Matahari adalah bola gas pijar yang sangat panas. Matahari terdiri atas
empat lapisan, yaitu inti matahari, fotosfer, kromosfer, dan korona.
 Inti Matahari
Bagian dalam dari matahari, yaitu inti matahari. Pada bagian ini
terjadi reaksi fusi sebagai sumber energi matahari. Suhu pada inti
matahari dapat mencapai 15000000 derajat celcius. Energi yang

Materi Fisika Inti | BAB III 17


9
dihasilkan dari reaksi fusi akan dirambatkan sampai pada lapisan
yang paling luar, yang kemudian akan terealisasi ke angkasa luar
 Fotosfer
Fotosfer adalah bagian permukaan matahari. Lapisan ini
mengeluarkan cahaya sehingga mampu memberikan penerangan
sehari-hari. Suhu pada lapisan ini mampu mencapai lebih kurang
16.000 derajat C dan mempunyai ketebalan sekitar 500 km.
 Kromosfer
Kromosfer adalah lapisan di atas fotosfer dan bertindak sebagai
atmosfer matahari. Kromosfer mempunyai ketebalan 16.000 km
dan suhunya mencapai lebih kurang 9.800 derajat C. Kromosfer
terlihat berbentuk gelang merah yang mengelilingi bulan pada
waktu terjadi gerhana matahari total.
 Korona
Korona adalah lapisan luar atmosfer matahari. Suhu korona
mampu mencapai lebih kurang 1.000.000 derajat C. Warnanya
keabu-abuan yang dihasilkan dari adanya ionisasi pada atom-atom
akibat suhunya yang sangat tinggi. Korona tampak ketika terjadi
gerhana matahari total, karena pada saat itu hampir seluruh
cahaya matahari tertutup oleh bulan. Bentuk korona, seperti
mahkota dengan warna keabu-abuan.

Materi Fisika Inti | BAB III 18


0
c. Gangguan-gangguan pada Matahari
Gejala-gejala aktif pada matahari atau aktivitas matahari sering
menimbulkan gangguan-gangguan pada matahari. Gangguan-gangguan
tersebut, yaitu sebagai berikut :
 Gumpalan-Gumpalan pada Fotosfer (Granulasi)
Gumpalan-gumpalan ini timbul karena rambatan gas
panas dari inti matahari ke permukaan. Akibatnya,
permukaan matahari tidak rata melainkan bergumpal-
gumpal.
 Bintik Matahari (Sun Spot)
Bintik matahari merupakan daerah tempat munculnya medan magnet yang
sangat kuat. Bintik-bintik ini bentuknya lubang-lubang di permukaan
matahari di mana gas panas menyembur dari dalam inti matahari, sehingga
dapat mengganggu telekomunikasi gelombang radio di permukaan bumi.

Materi Fisika Inti | BAB III 18


1
 Lidah Api Matahari
Lidah api matahari merupakan hamburan gas dari tepi
kromosfer matahari. Lidah api dapat mencapai ketinggian
10.000 km. Lidah api sering disebut prominensa atau
protuberan. Lidah api terdiri atas massa proton dan elektron
atom hidrogen yang bergerak dengan kecepatan tinggi.
Massa partikel ini dapat mencapai permukaan bumi.
Sebelum masuk ke bumi, pancaran partikel ini tertahan oleh
medan magnet bumi (sabuk Van Allen), sehingga kecepatan
partikel ini menurun dan bergerak menuju kutub, kemudian
lama-kelamaan partikel berpijar yang disebut aurora.
Hamburan partikel ini mengganggu sistem komunikasi
gelombang radio. Aurora di belahan bumi selatan disebut
Aurora Australis, sedangkan di belahan bumi utara disebut
Aurora Borealis.
 Letupan (Flare)
Flare adalah letupan-letupan gas di atas permukaan matahari.
Flare dapat menyebabkan gangguan sistem komunikasi
radio, karena letusan gas tersebut terdiri atas partikel-partikel
gas bermuatan listrik.

Materi Fisika Inti | BAB III 18


2
D. Reaksi Fusi terkendali
Reaksi Fusi adalah reaksi nuklida-nuklida ringan di gabungkan
menjadi nuklida dengan nomor atom lebih besar. Misalnya inti
deuterium(2H). Di percepat menuju target yang mengandung deutron
(2'H) atau tritium (3'H) membentuk Nuklida helium.
Untuk mendapatkan reaksi fusi inti, partikel pembom (proyektil)
harus memiliki energi kinetik yang memadai untuk melawan tolakan
muatan listrik dari inti sasaran.
Di samping pemercepat partikel, cars lain untuk memberikan energi
kinetik memadai kepada inti proyektil agar dapat bereaksi dengan inti
sasaran di lakukan melalui pemanasan inti sasaran hingga suhu sangat
tinggi. Suhu pemanasan inti sasaran sekitar 108'C. Pada suhu ini semua
elektron dalam atom mengelupas membentuk plasma. Plasma adalah gas
netral yang mengandung ion dan elektron.
Masalah utama dalam mengembangkan reaksi fusi terkendali adalah
bagaiman kalor plasma yang bersuhu sangat tinggi dapat di kendalikan.
Kendalanya adalah jika plasma menyentuh bahan apa saja, kalor dengan
cepat di hantarkan dan suhu plasma dengan cepat turun

Materi Fisika Inti | BAB III 18


3
DAFTAR PUSTAKA

Beiser, Arthur. 1983. Konsep Fisika Modern. Jakarta :


Erlangga. Kaplan, Irving. Nuclear Physics. Krane,
Kenneth. 1992. Fisika Modern. Jakarta : UI Mostavan.
1999. Fisika Inti. Bandung: UPI. Muljono. 2003. Fisika
Modern. Jakarta : Universitas Pelita Harapan. Purwoko.
2009. Physics For senior High School. Jakarta:
Yudhistira. Wiyatmo,Yusman.2009. Fisika Nuklir.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Julianti, 2017. Peluruhan
Alfa
(https://www.academia.edu/30351246/PELURUHAN_A
LFA, diakses pada 1 April 2019) Kereh, 2014. Korelasi
Penguasaan Materi Matematika Dasar dengan
Penguasaan Materi Pendahuluan Fisika Inti
(http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JPFI/article/vie
w/3449, diakses pada 1 April 2019) Krane, Kenneth.
1987. Introductory Nuclear Physics. Canada : Oregon
State University Kira Yamato, 2017. Spektrum Alfa

Http://id. Wikipedia. 01-12-2021.Reaksi Nuklir


Http:// www. academia.edu 2021. Reaksi Fusi dan Fisi
Sunarya, Y dan A, Setia budi.2009. Mudah dan aktif
belajar Kimia 3 : untuk kelas XII
Materi Fisika Inti | BAB III 18
4
Materi Fisika Inti | BAB III 18
5

Anda mungkin juga menyukai