Anda di halaman 1dari 2

Sejarah Masjid Al-Muttaqin

Oleh : Hanifah

Masjid Al-Muttaqin terletak di desa Jetis Kecamatan Bandungan, tepatnya di dusun Ngasem
Lor. Sebelumnya, di dusun ngasem itu hanya terdapat mushola kecil yang digunakan untuk
ibadah sholat dan sebagainya dengan ukuran 5*10 m. Masjid ini didirikan atas usulan
beberapa pemuda karena merasa resah melihat kondisi masyarakat dusun Ngasem. Keresahan
ini muncul dikarenakan pada saat itu masyarakat dusun Ngasem yang notabennya terdiri dari
250 kk hanya ada 20 orang yang melaksanakan jamaah di masjid.

Masjid Al-Muttaqin ini didirikan pada tahun 1992 dengan ukuran 20*20 m yang
direncanakan dua lantai dan kamar mandi dengan ukuran 9*20 m. Para pemuda dan
masyarakat ini untuk membangun masjid selalu dibimbing oleh kyai-kyai mereka dan selalu
bermujahadah kurang lebih selama dua tahun. Atas izin Allah masyarakat dusun Ngasem
tergerak hatinya hingga akhirnya meraka ikut berpartisipasi dalam pembangunan masjid, baik
berupa tenaga maupun harta. Proses pembangunan masjid ini kurang lebih menghabiskan
dana sekitar 600.000.000 pada tahun 1992.

Pada tahun 2021 ini sudah 95% masyarakat berjamaah dimasjid. Hal ini tentunya didukung
dengan adanya visi masjid yaitu senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dengan sarana
yang dimiliki oleh masjid, karena memang semua kegiatan seperti kegiatan sosial, pendidikan
keagamaan itu berpusat di masjid.

Masjid Al-Muttqain ini tidak pernah meminta sumbangan dana sepeserpun dari masyarakat.
Semua dana terkumupul dari kotak amal. Dana yang terkumpul setiap sholat Jum’at itu
mencapai dua ratus sampai empat ratus juta per tahunnya. Pada bulan Oktober kemarin
masjid Al-Muttqin mengadakan pengecoran lantai tiga yang akan diguunakan sebagai
gedung TPA dan diniyah

Setiap kegiatan masjid itu selalu melibatkan masyarakat, karena masjid Al-Muttaqin
merupakan masjid masyarakat. Dan selama pandemi covid 19 masjid Al-Muttaqin belum
pernah tutup, sehingga semua kegiatan tetap berjalan dengan menerapkan prokes dari
pemerintah.

Selain kegiatan TPA dan diniyah, ada pula kegiatan lapanan, pengajian Rabu pagi ba’da
Shubuh, pengajian malam Ahad, kegiatan Barzanji/Dziba’an dls. Hambatan dalam kegiatan
yang sering ditemui adalah santri TPA yang kurang aktif. Untuk mengatasi hambatan tersebut
membutuhkan bantuan dari walisantri agar mengarahkan putra-putrinya.

Letak masjid Al-Muttaqin ini cukup strategis karena berada ditengah-tengah dari banyaknya
rumah yang ada. Selain itu parkir masjid ini cukup luas, hal ini memunkinkan untuk para
pendatang yang kebetulan lewat bisa melakukan ibadah dimasjid. Sehingga bukan hanya
masyarakat sekitar yang menggunakan masjid untuk ibadah, melainkan para pendatang atau
masyarakat luar juga bisa beribadah di masjid.

Setiap tahunnya, masjid Al-Muttaqin ini selalu megalami perkembangan yang cukup
signifikan dari berbagai aspek. Masyarakat juga selalu berpikir bahwa masjid adalah
kehidupan bagi mereka.

Ditulis oleh : Hanifah ( Mahasiswa IAIN Salatiga prodi Hukum Keluarga Islam TA.
2021/2022 )

Narasumber : Drs. Muhammad Saryono ( Alumni Mahasiswa STAIN Salatiga prodi


Tarbiyah tahun 1992 )

Anda mungkin juga menyukai