Latar Rumah Tongkonan adalah rumah tradisional khas suku Toraja yang menetap
di wilayah Sulawesi Selatan. Nama Tongkonan diambil dari bahasa
Belakang masyarakat suku Toraja yang berarti duduk atau dapat diartikan sebagai
tempat duduk.
Manfaat d) Mengetahui nilai estetika dan semiotika yang ada pada bangunan arsitektur rumah Tongkonan Papa Batu
a) Menambah wawasan mengenai arsitektur tradisional dari rumah Tongkonan Toraja, utamanya Tongkonan Papa Batu
b) Melatih kepekaan diri untuk lebih menaruh perhatian terhadap budaya tradisi, utamanya pada arsitektur tradisional
c) Memupuk rasa cinta terhadap produk budaya lokal melalui penelusuran informasi mengenai bangunan tradisional
Landasan Teori
Landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini adalah
Teori Teori
Semiotika Estetika
Metode
Dalam proses analisis data, metode yang diambil ada 2 yaitu;
Metode Metode
Penelitian Analisis Kualitatif
Selaras dengan metode pengumpulan data yang diambil. Teknik dalam analisis data kualitatif yang dipakai adalah
Teknik Spradley, yang terdiri atas empat tahapan yaitu;
Tongkonan
Papa' Batu
Tongkonan
Papa' Batu
merupakan rumah Tongkonan yang terletak di Desa Banga,
Kecamatan Rembon, Kabupaten Tana Toraja. Papa yang mempunyai
arti atap dan Batu berarti terbuat dari batu. menjadi salah satu
Tongkonan tertua di Toraja sehingga membuat bangunan ini
mempunyai arsitektur yang istimewa
PBerpasangan dengan
Ornamen Ukiran Menghadap Ke Rahang Kerbau dan
alang Sura
Utara Babi
Tata Ruang
Tongkonan
Banua Sang Lanta Banua Duang Lanta
• Banua Tipe Rendah dengan Satu Lantai . • Banua Tipe Tinggi dengan Beberapa Lantai
Tata RuangTongkonan
• Banua Tipe Menengah dengan Tiang Poligonal
• Banua Tipe Kuno dengan Tiang Poligonal
Bagian Selatan Tongkonan disebut Pollo ‘na lino (ekor dunia) dikonotasikan sebagai kaki, pengikut atau tempat
kotor dimana menurut kepercayaan menjadi tempat roh yang sudah meninggal dan dijaga oleh Pong Lalondong.
Bagian Timur tempat terbitnya matahari, rampe mata allo (rampe = sisi,; allo = matahari) dikonotasikan sebagai
‘kehidupan’s atau Kepala (Rattiang Banua)
Bagian Barat tempat terbenamnya matahari merujuk pada ‘kematian’ dan mewakili unsur gelap, kedukaan, dan
semua hal yang mendatangkan kesusahan.
Tongkonan Papa' Batu
Tongkonanan Papa' Batu
Kesimpulan
Tongkonan Papa Batu masuk kedalam kategori Tongkonan Pekaindoran dengan umur Tongkonan yang paling
tua, ornamen, dan jumlah ruang yang ada. Tongkonan Papa Batu ini dibuat berdasarkan satu silsilah keluarga,
yaitu silsilah Pekaindoran. Secara umum, bentuk arsitektur Tongkonan Papa Batu sama dengan bentuk
Tongkonan yang lain, yakni berbentuk rumah panggung dengan atap yang menyerupai perahu. Bentuk rumah
panggung ini didasarkan pada kebiasaan masyarakat Toraja yang memiliki hewan peliharaan seperti kerbau, babi,
dan anjing yang dipelihara di bawah rumah mereka. Bentuk atap yang menyerupai perahu memiliki makna
bahwasanya leluhur suku Toraja dahulu kala sampai ke Pulau Sulawesi menggunakan perahu.
Kesimpulan
Hal yang paling menonjol pada arsitektur Tongkonan Papa Batu ada pada bagian
atapnya yang terbuat dari batu. Saat terjadi kerusakan pada atap batu, penggantian
atap tersebut diikuti dengan satu upacara tradisi yang disebut Mang Rara Banua.
Ukiran-ukiran yang tertatah pada bangunan rumah mewakili peristiwa yang
berkenaan dengan keluarga. Selain itu, warna yang ada pada ornamen juga memiliki
makna sehingga dapat disimpulkan bahwa bangunan Tongkonan Papa Batu sarat
akan nilai estetika dan makna yang disematkan dalam setiap sudutnya, tidak hanya
berfungsi sebagai tempat tinggal semata.