Anda di halaman 1dari 39

TEKNOLOGI, FUNGSI DAN

MAKNA FILOSOFI BATIK


SEPTEMBER 2014
Teknologi Batik
Pada awalnya alat yang dipakai untuk menorehkan zat
perintang adalah “jegul” yang kemudian dalam
perkembangannya ditemukan alat berupa “canting”.
Penggunaan alat ini memperlihatkan kehalusan batik
dan keindahan ragam hiasnya.
Ditemukannya “Canting Cap” pada tahun 1850-an
yang berdampak pada meningkatnya produk batik
Pada tahun 1990-an munculnya “batik printing” yang
sebenarnya adalah kain dengan motif batik yang
berdampak pada menurunnya produksi batik
Canting Batik
...teknologi batik
Proses pelekatan lilin atau pewarnaannya pun ikut
berkembang, yaitu dengan mengadopsi teknik screen
cabut warna sebagai bagian proses pembuatan batik.
muncul pula teknik pelekatan malam tidak
menggunakan canting tulis maupun canting cap
maupun dengan cara sablon, teknik ini menggunakan
malam yang dipanaskan dengan suhu rendah
dicampur bahan tertentu yang dapat melelehkan
malam.
Fungsi Batik
Dari dulu sampai sekarang batik mempunyai fungsi
yang sangat penting, di lingkungan kraton batik
digunakan sebagai kelengkapan atau pakaian pada
upacara adat maupun upacara keagamaan, batik jg
merupakan pakaian kebesaran atau busana keprabon,
sehingga ada motif tertentu menjadi motif khusus
yang hanya boleh dipakai oleh Sultan dan keluarganya
serta abdi dalem Sultan.
Hal larangan ini tercantum dalam lembaran Negara
kraton Yogyakarta yang diterbitkan pada tahun 1927
...fungsi Batik
bentuk batik disesuaikan dengan kegunaanya yaitu
busana sehari-hari, busana keprabon, pakaian upacara
daur hidup dan untuk pisowanan baik sebagai
pakaian pria maupun wanita yaitu berbentuk bebed
(tapih), kampuh (dodot), semekan (kemben),
selendang, dhestar (iket atau udeng), dan sarung.
busana tradisional yang dapat dibedakan menjadi 2
golongan yaitu busana sehari hari (kegiatan yang tidak
resmi) dan busana resmi.
Busana Keprabon
...fungsi Batik
busana resmi ialah busana yang dikenakan pada waktu
melakukan kegiatan resmi baik untuk menghadiri
upacara alit maupun untuk keperluan upacara ageng.
Upacara alit misalnya upcara tetesan, tarapan, dan
tingalan dalem padintenan. Upacara ageng misalnya
garebek, perkawinan, tingalan dalem tahunan,
jumenengan dalem, agustusan, dan sedan atau
pemakaman jenazah raja
Perkembangan Seni Batik
Di luar kraton batik juga berkembang di beberapa
daerah, di bantul , Kulonprogo, Sleman, Gunung Kidul
dan di kota Yogyakarta sendiri, baik batik tulis
maupun batik cap.
Pada tahun 1960-an ada upaya untuk mencoba
mengembangkan media batik untuk keperluan sehari-
hari, misalnya elemen interior.
Kemudian pada tahun 70-an batik kreasi baru, dengan
seniman Abas Alibasyah, Kusnadi, Bagong
Kussudiarjo, Kuswadji Kawendro Susanto, Bambang
Utoro dan lainnya.
Batik sebagai elemen interior
Batik kreasi baru
Makna Filosofi Batik
motif batik tradisional pada umunya mempunya arti
simbolik yang melatar belakangi penciptaanya, dalam
batik tradisional Yogyakarta (pedalaman)terdapat
unsur-unsur penting yaitu motif, fungsi, dan warna,
yang dapat mempunyai makna dan mempunyai
pengaruh sugestif bagi si pemakainya.
Makna filosofi Warna Batik Klasik
Warna biru tua/hitam melambangkan sifat angkara
murka tetapi bila dapat dikendalikan akan menjadi
sifat kesentausaan abadi;
 Warna putih melambangkan watak berbudi bawa
leksana sifat adil dan berperi kemanusiaan ;
 Warna merah yang dalam dunia batik bernwarna
coklat kemerahan melambangkan watak pemarah,
namun apabila dikendalikan menjadi watak
pemberani.
motif dan makna perlambangan merupakan hal yang
saling berkaitan, mengunakan motif batik tertentu berarti
menunjukkan status sosial yang berhubungan dengan
pangkat kebangsawanan (berkiblat budaya kraton)
dunia perlambangan berasal dari berbagai kepercayaan
seperti animisme, dinamisme, Hindu, Budha, setelah
datang Islam dan kristen unsur-unsur pandangan yang
berhubungan degan animisme, dinamisme, Hindu, Budha,
sedikit-sedikit masih tertinggal di hati masyarakat jawa.
 Jelaslah bahwa batik merupakan salah satu aspek budaya
yang memuat unsur kepercayaan dan agama masa lampau
dan pada hakikatnya menggunakan batik dalam upacara
adat dan agama mengharapkan kebaikan(bagi kehidupan
manusia pendukungnya)
Makna Motif Batik
Aspek motif dan makna perlambangan pada batik
adalah hal yang saling berkaitan.
Makna perlambangan pada batik terdapat dalam dua
hal (1) makna perlambangan terdapat pada nama
motif yang melekat pada kain batik, misalnya motif
kawung, parang rusak, sidoasih, sidoluhur, sidomukti
dll; (2) makna perlambangan melekat pada unsur-
unsur motif yang terdapat pada kain batik (motif
semen : gurdha, naga atau ular, meru, pohon hayat,
lidah api, bangunan rumah atau candi, dampar atau
singgasana)
Motif Batik Grompol
Kata Grompol berarti dompol- grompol / berkumpul.
Suatu pengharapan bagi si pemakai motif di dalam
kehidupanna diibaratkan sebuah pohon yang penuh
dengan bunga dan sarat oleh buah.
Secara keseluruhan mempunyai harapan agar Tuhan selalu
melimpahkan rahmat dan anugrahNya kepada si pemakai
motif grompol selalu hidup tentram, banyak rizeki, banyak
anak, hidup rukun dan dapat menyatukan dua keluarga.
Sesuai dengan kegunaan dalam upacara perkwinan, mitoni
( mengandung 7 bulan), digunakan pada waktu siraman
oleh pengantin, orang tua dan calon besan.
Motif Batik Grompol
Motif batik Truntum
Truntum berasal dari truntum-tuntum (bahasa Jawa),
artinya tumbuh lagi atau bersemi lagi. Suatu harapan bagi
si pemakai motif ini, agar cinta kasih diantara kedua
mempelai selalu bersemi, dan di dalam keluarga
hendaknya selalu terjalin hubungan yang harmonis, penuh
dengan kasih sayang baik kehidupan suami istri, hubungan
antara anak dengan orang tua dalam keluarga sendiri,
meluasnya ke keluarga orang lain dan masyarakat luas.
 Motif truntum digunakan untuk upacara perkawinan saat
upacara midodareni dan panggih diapakai oleh kedua orang
tua pengantin.
Motif truntum
Motif Batik Kawung
Kata kawung adalah gambaran dari buah kawung, buah pohon aren
(enau), buahnya bundar agak lonjong berwarna putih jernih, disebut
kolang-kaling. Perwujudan motif disusun oleh empat bentuk elips dengan
motif mlinjon ditengahnya. Motif mlinjon dapat pula disamakan dengan
motif belah ketupat yang pada umumnya disebut blumbangan.
Kata blumbangan artinya kolam air, yang mengisyaratkan perlambangan
dari air. Dalam kebudayaan hindu jawa terdapat pandangan bahwa air
merupakan salah satu unsur hidup disamping bumi(tanah), geni(api), dan
angin(udara) sehingga air melambangkan asal mula dari hidup yaitu kuasa
tuhan berpadulah air suci(zat cair) dengan elemen-elemen lain
Kawung tersusun atas empat bentuk elips yang mengelilingi sebuah pusat
bermakna mancapat. konsep mancapat merupakan konsepep kekuasaan
yang dikelilingi oleh empat sumber tenaga yang mencerminkan penguasa,
atau raja sebagai pusat kekuasaan dunia, pemimpin manusia.
Bentuk kawung melambangkan suatu ajaran sangkan paraning
dumadi atau suatu ajaran kejadian kehidupan manusia dikaitkan
dengan sedulur papat limo pance, dalam falsafah jawa istilah sedulur
papat limo pancer yaitu empat saudara dan sebagai penuntun adalah
saudara kelima.
Setiap manusia mempunyai empat sifat nafsu yaitu empat sifat
angkara murka/lauwamah, nafsu berangasan/ amarah, nafsu birahi/
supiah, dan nafsu baik/mutmainah.
Bila manusia dengan sifat baiknya dapat mengendalikan nafsu
nafsunya maka hal ini merupakan dasar menuju kesempurnaan.
Orang yang demikian akan selalu eling lan waspada yang mengandung
makna selalu sadar akan adanya karya jagat, Tuhan yang maha esa
selalu sangkan paraning dumadi yang terjadi kemudian adalah
menyatunya kawulo gusti.
Motif Kawung
Motif Parang Rusak
 parang artinya senjata tajam yang lebih tajam dari
pisau tapi lebih kecil dari pedang, sedang rusak
artinya binasa, tidak baik atau teratur.
 Menurut GBRay Hj Murdhokusumo nama parang
rusak berarti keris dari batu karang yang dirusak,
menurut legenda jawa motif tersebut diciptakan oleh
Sultan Agung yang pada saat itu yang ada di pantai
laut selatan. Beliau melihat batu karang(parang) yang
rusak karena kekuatan gelombang air laut, kemudian
diperintahkannya untuk membuat batik yang diberi
nama parang rusak.
Motif Parang Rusak
Motif Batik Slobok/ Slobog
Motif Slobok bentuknya berupa segi tiga dalam kotak
dengan titik pusat ditengah dalam posisi motif
berhadapan.
artinya terlalu besar/ kelebihan/longgar.
kain ini dipakai dalam upacara kematian, diharapkan
sebagai tolak bala atau pembersih dari unsur yang
tidak baik. Longgar disini juga mempunyai arti bahwa
diharapkan arwah yang meninggal mendapatkan jalan
yang lapang untuk menuju kepada sang pencipta.
Motif Batik Slobok/ Slobog
Motif Batik dan Makna Perlambangannya
Ragam hias Garuda dalam ragam hias batik biasa
disebut gurdha
Motif garuda memiliki makna sebagai burung dewa,
kendaraan dewa wisnu dan sebagai simbol matahari
garuda juga merupakan simbol untuk kerajaan karena
dalam konsep dewa raja memposisikan raja sebagai
titisan dewa wisnu, sehingga garuda yang merupakan
kendaraan dewa wishnu disejajarkan dengan
kendaraan raja sehingga meninggikan raja yang
berkuasa
Ragam hias Garuda
Ragam Hias Ular dan Naga
Ular merupakan salah satu ragam hias yang sering
ditampilkan dalam batik semen.
 merupakan simbol perempuan dan bagian dari
konsep kesuburan, hujan, samudra dan bulan. Naga
atau ular juga sebagai lambang air dan bumi yang
melambangkan kesuburan pula
Pada batik, naga atau ular digambarkan dengan
bentuk aneh, kepala raksasa memakai mahkota,
kadang bersayap dan berkaki
Ragam Hias Ular dan Naga
Ragam Hias Meru
Meru adalah bentuk gambaran gunung dilihat dari
samping. Dalam paham indonesia kuno, gunung
melambangkan unsur bumi atau tanah sebagai salah
satu dari pengertian tentang empat unsur hidup yaitu
bumi, geni, banyu, dan angin.
Pada seni batik, meru menyimbolkan tanah atau bumi
untuk menggambarkan proses hidup tumbuh diatas
tanah yang disebut “semi” (jawa), dan hal ini disebut
semen.
Ragam Hias Meru
Ragam hias Pohon Hayat
Sebagian orang mengartikan sebagai pohon kalpataru yang
mempunyai makna hidup, sumber kehidupan, kebahagiaan,
keagungan, asal mula kejadian (pohon purwaning dumadi), asal dan
tujuan hidup (pohon sangkan parang), serta suber hidup diatas
segalanya
sangkan paraning dumadi ungkapan ini berisi pandangan mengenai
asal dan tujuan hidup manusia yang pada hakikatnya mengharapkan
kebahagiaan dan ketentraman hidup di dunia maupun diakhirat.
 masyarakat jawa sebagai masyarakat religius percaya bila segala
sesuatu termasuk diri manusia pada akhirnya akan kembali keasal
mulanya yaitu kepada sang pencipta sebagai sumber kehidupan dan
sumber kebenaran (manunggaling kawula gusti atau jumbuhing
kawula gusti)
Ragam hias Pohon Hayat
Lidah Api
Merupakan hiasan pinggir atau batas antara bidang
bermotif dengan bidang kosong.
 Dalam paham kuno, api melambangkan kekuatan
sakti, dapat mempengaruhi watak manusia.
Dalam pengertian 4 unsur hidup (bumi, api, banyu,
angin), api sebagai unsur kedua bila dikuasai,
dikembangkan dan dikendalikan akan menjadi watak
pemberani dan pahlawan, tetapi bila tidak dikuasai
dan dikembangkan akan menjadi sifat angkara murka.
Lidah Api
Ornamen bangunan
Ornamen bangunan merupakan bentuk semacam
bangunan rumah. Bentuk ini terdapat pada candi abad
IX (Borobudur, Prambanan) sampai candi – candi Jawa
Timur (Jawi, Jago) dan kompleks makam ratu
Kalinyamat di Mantingan Jepara
Ornamen
bangunan
selesai

Anda mungkin juga menyukai