Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

KAJIAN ESTETIKA BENTUK MOTIF WAYANG PADA KAIN TENUN


SONGKET DESA SUKARARA

Dosen pengampu:

Dr. Widodo, M.Sn

Disusun oleh:

Bq. Fatmayanti

0204520043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SENI PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
1. PENDAHULUAN

Kain songket merupakan kain tradisional yang memiliki nilai-nilai estetika dan filosofis
yang banyak ditemukan di Indonesia. Karena diproduksi dengan menggunakan bahan
yang disiapkan dengan memutar benang. Kain songket sendiri dibuat di daerah tertentu,
salah satunya adalah pulau Lombok yang berada di wilayah Nusa Tenggara Barat.

Dilihat dari cara pembuatannya, kain songket lombok pada umumnya dibuat dengan
cara ditenun atau dalam bahasa Sasak umumnya disebut sesek / nyesek. Salah satu motif
yang sudah lama ad yaitu motif wayang

Motif yang digunakan juga beragam, seperti halnya dengan kain kain tenun yang ada
di indonesia, kain songket lombok umumnya memiliki kandungan makna serta nilai
estetika yang tinggi. Estetika memiliki nilai keindahan tinggi dari berbagai berbagai
sudut, nilai, konstruksi, perwujudan, dll sejauh perspektif dan sudut pandang estetika.
(Zaenuri et al., 2009) Dalam filsafat keindahan “pengalaman estetis” tentang sesuatu
mengapa ada objek yang disebut indah. Objek itu dikaji melalui pendekatan yang
berdasarkan pada nilai-nilai estetis atau unsur-unsur estetis atau estetika dari objek
tersebut ( Mudji Sutrisno, FX., SJ, dan Christ Verhaak SJ, 1993: 13, dalam Sila,2013)

Karena alasan itu ada beberapa kain tenun lombok yang dipercaya memiliki nilai
sakral dan tidak sembarangan orang bisa menggunakanya. Ciri khas motif dengan
warna-warna yang indah dan menarik membuat kain tenun songket Desa Sukarara
sebagai salah satu penghasil songket yang tersohor sejak zaman kerajaan Suku
Sasak.Simbol-simbol dalam dalam kesenian adalah symbol ekspresif yang berkaitan
dengan perasaan atau emosi manusia(Parson dalam Bahari, 2017: 106) . Bukan saja untuk
estetika dan kesenian Secara umum orang berpendapat bahwa kesenian adalah hasil
ekspresi jiwa manusia akan keindahan Sebenarnya tidak semua hasil karya seni dapat
disimpulkan seperti demikian, karena ada karya seni yang lebih mementingkan atau
mengutamakan pesan budaya dari masyarakat yang bersangkutan( Kodariah dan Gugun
Gunardi, 2015, dalamChairul & Umanailo, 2020)). Status sosial atau sebagai pembela
tubuh dari pengaruh keadaan alam lingkungan, namun juga sebagai simbol keyakinan
adat istiadat yang sangat dipercaya dan diyakini oleh masyarakat Desa Sukarara.

Motif wayang ini merupakan salah satu motif lama yang ada di sukarara, yang
merepresentasikan tentang sepasang pengantin yang akan diarak menuju rumah
mempelai perempuan, untuk menunjukan kalau mereka sudah menikah. motif wayang
pada kain songket lombok biasanya selalu digambarkan berpasang-pasangan. Hal ini
dimaknai bahwa sebenarnya manusia itu tidak bisa hidup sendiri tapi juga memerlukan
bantuan orang lain

2. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana kajian bentuk estetika motif wayang pada kain songket di desa
sukarara.
3. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahui kajian bentuk estetika motif wayang pada kain songket di desa
sukarara.
4. PEMBAHASAN

Motif Wayang merupakan salah satu motif yang ada di desa sukarara, motif ini juga
merupakan motif yang sudah lama ada dan masih eksis sampai sekarang. Motif ini selain
mempunyai nilai filosofi yang dalam juga mmepunyai nilai estetika atau keindahan yang
ada pada motifnya. Estetika adalah penjelasan dari subjek pengalaman yang indah,
apakah itu keindahan alam atau keindahan ciptaan manusia.(Eymeren, 2005: 273) .Dalam
kehidupan masyarakat sasak kain songket digunakan pada saat upacara adat ataupun
untuk pakaian pengantin, dalam pakaian pengantin songket digunakan sebagai bawahan,
untuk laki-laki dinamakan dodot/leang sedangkan untuk perempuan dinamakan bendang.

Pembuatan songket juga hanya dikerjakan oleh perempuan saja


Gambar :kain songket motif wayang

Pada dasarnya motif wayang terbentuk dari dua objek, yakni pasangan manusia dan
payung. Dilihat dari bentuknya, motif wayang ini menyerupai bentuk pasangan dengan
sebuah payung dalam acara nyongkolan.

Nyongkolan adalah sebuah acara dalam rangkaian prosesi adat pernikahan yang ada
di Lombok. Prosesi nyongkolan merupakan proses dimana mempelai pria dan wanita di
arak menuju rumah mempelai wanita. Hal ini ditujukan sebagai pengumuman kepada
khalayak bahwa mempelai wanita dan pria telah resmi menjadi suami istri. Tujuan utama
nyongkolan sendiri adalah untuk menghindari fitnah di masyarakat di kemudian hari
jikapasangan tersebut terlihat tengah bersama.
Gambar : nyongkolan

Motif wayang merupakan salah satu motif yang sudah ada sejak masa pemerintahan
raja Panji Sukarara dan Dinde Terong Kuning. Motif ini terdiri dari dua bentuk manusia
yang diantaranya terdapat sebuah objek yang menyerupai payung. Selain itu, terdapat
beberapa objek geometris sebagai penghias yang mengelilingi motif utama. Di bagian
pinggir kain juga dihiasi dengan berbagai motif gabungan beberapa bentuk geometris.
Motif merupakan perwujudan dari setiap daerah yang memiliki cirri khas tersendiri.
Begitu pula dengan motif wayang ini

Dipihak lain dikatakan bahwa motif wayang ini terdiri dari dua bentuk objek manusia
yang diwujudkan menjadi bentuk wayang disertai sebuah objek yang menyerupai
gunungan diantaranya. Objek manusia tersebut dipercaya sebagai tokoh pasangan
Jayangrana dan Muni Garim yang merupakan pasangan raja dan ratu Mesir yang terdapat
dalam kisah pewayangan masyarakat Lombok. Motif ini sangat dipengaruhi oleh Islam
dimana pada masa lampau wayang digunakan sebagai media penyebaran agama Islam di
pulau Lombok.

Warna dasar yang digunakan adalah warna gelap seperti warna merah marun. Warna
motif menggunakan warna yang kontras seperti warna putih, biru muda, atau warna
kuning cerah. Warna mempunyai pengaruh terhadap emosi dan asosiasinya terhadap
macam-macam pengalaman, maka setiap warna mempunyai arti perlambangan dan
makna yang bersifat mistik, warna merah yang melambangkan semangat, keberanian
warna putih artinya kesucian, warna putih juga dikaitkan dengan kehidupan baru. Selain
itu juga warna putih dapat melambangkan suatu kesempurnaan, kejayaan dan kemuliaan
abadi warna biru melambangkan harapan dan perdamaian warna kuning melambangkan
kemuliaan, kemenangan, dan kegembiraan warna merah muda yang melambangkan cinta
dan kehangatan.

Motif wayang termasuk ke dalam motif dekoratif dimana objek utama pada motif wayang
meniru bentuk manusia yang kemudian digayakan menjadi bentuk wayang. Pola yang
digunakan adalah pola tebar dimana motif diletakkan pada jarak yang teratur. Jenis motif
ini juga hanya menutupi sebagian dari kain dasar. Prinsip pembuatan pola menggunakan
prinsip pengulangan dan selang – seling berlawanan. Beberapa motif geometris juga
ditambahakan sebagai isian kain.

Motif isian ditambahkan untuk mengisi bagian kain yang kosong. Motif yang biasa
digunakan adalah bentuk segitiga yang digabungkan hingga menyerupai seperti bentuk
bunga. Bunga tersebut ialah bunga tanjung. Motif ini termasuk ke dalam bentuk
geometris. Di bagian bawah kain songket juga ditambahkan dengan gabungan beberapa
motif geometris yang berfungsi sebagai pembatas bagian tepi bawah kain. Pembatas kain
tersebut menggunakan jenis pola pinggiran dimana motif diletakkan pada pinggir kain
secara berhungan. Pengulangan linier merupakan prinsip yang digunakan dalam pola
tersebut. Motif yang digunakan sebagai pembatas tersebut terdiri dari beberapa motif
geometris yang digabungkan. Penggabungan tersebut juga menghasilkan motif yang
menyerupai bentuk motif tumpal.

Berikut adalah gambar motif isian kain songket motif wayang:

a. Bunga Tanjung sebagai dasar penciptaan motif


Gambar : Bunga Tanjung

b. Motif geometris

Gambar : Motif isian kain songket Wayang

Gambar : Motif pembatas kain songket Wayang


5. KESIMPULAN

Gambar : motif wayang

Motif wayang

Makna simbolik yang terkandung dalam motif wayang ini ialah manusia tidak
dapat hidup sendiri, harus saling terbuka dan menghormati satu sama lain.
Estetika atau keindahan yang ada dalam motif wayang ini yang
merepresentasikan salah satu adat lombok yaitu nyongkolan, adapun ajaran yang
sangat dipengaruhi oleh Islam. Seperti halnya dalam kisah pewayangan
masyarakat suku Sasak yang menceritakan tentang kisah seorang raja bijaksana
yang hidup berdampingan dengan rakyatnya. Tokoh Jayangrana merupakan
seorang raja Mesir yang memeluk agama Islam. Dia adalah raja yang sangat
bijaksana dan terbuka. Dia selalu menghormati orang lain sehingga rakyat sangat
segan kepadanya.
DAFTAR PUSTAKA
Bahari, N. (2017). KRITIK SENI. (D. A. Design & S. Y. Utami, Ed.) (1,2,3). yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR Celeban Timur UH III/548 Yogyakarta 55167.
Chairul, M., & Umanailo, B. (2020). ANALISIS SEMIOTIKA BUSANA ADAT BAGI
PEREMPUAN DI PULAU BURU. Dinamika Sosial Budaya, 22(1), 29–37. Diambil
dari http://journals.usm.ac.id/index.php/jdsb
Eymeren, V. M. (2005). ESTETIKA SEBAGAI KRITIK DAN APRESIASI SENI. In I.
Gusnian & S. Dema (Ed.), TEKS-TEKS KUNCI ESTETIKA:FILSAFAT SENI (1
ed.). yogyakarta: Galangprees.
Sila, I. N. (2013). KAJIAN ESTETIKA RAGAM HIAS TENUN SONGKET
JINENGDALEM, BULELENG. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, 2(1), 2303–
2898. https://doi.org/10.23887/jish-undiksha.v2i1.1311
Zaenuri, A., Zaenuri, A., & Lestari, W. (2009). SENI PEMBEBASAN : ESTETIKA
SEBAGAI MEDIA PENYADARAN. Harmonia Journal of Arts Research and
Education, 9(1). https://doi.org/10.15294/harmonia.v9i1.663

Anda mungkin juga menyukai