Anda di halaman 1dari 12

Wayang: Kearifan Budaya Jawa yang Hidup dalam Layar

Nama : Handoko Ari Setiawan


NIM : 195551106
STUDI ISLAM INTERDIPLINER
DIRASAH ISLAMIYAH
YOGYAKARTA
2023
Wayang: Kearifan Budaya Jawa yang Hidup dalam Layar

KATA PENGANTAR
Rahayu Sagung Dumadi Kalis Ing Rubeda Nir Sambikala
Puji suyukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan semesta alam, Atas izin dan karunia-nya,
penulis dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa penulis haturkan shalawat serta salam
kepada Rasulullah SAW,amin.

Penulis makalah berjudul ‘Sastra Puisi’ bertujuan untuk memenuhi tugas UAS dan UTS mata
kuliah Sastra kelas sepesial. Pada makalah Sastra Puisi di uraikan, pengertian bentuk,ciri, dan
jenisnya puisi dari sumber Jurnal
Selama proses peyusunan makalah,penulis mendapatkan bimbingan dan bimbingan dari beberapa
pihak. Oleh karena itu penulis berterimakasih kepada:

Akhirukalam, penulis menyadari masih jauh dari sempurna jika beruntung pembaca akan mendapati
kalimat plagiatisme dalam makalah ini sesungguhnya kuasa allah lah yang akan menghendaki
kebenaran dan mempertemukan anda kepada pembuktian Teori Peluang Blaise Pascal.

I. Pendahuluan:

Latar Belakang:

Karya sastra merupakan wadah seni menampilkan keindahan lewat penggunaan bahasa
yang menarik, bervariasi, dan penuh imajinasi (Keraf, 2002:115). Tak hanya itu Perkembangan dalam
dunia sastra tidak dapat lepas dari perubahan atau pengaruh yang ada dalam masyarakat (Damono,
1983:17).

Sastra merupakan tiruan atau perpaduan antara kenyataan dengan imajinasi pengarang dan
sebagaimana hasil seni yang lain, merupakan cerminan kehidupan nyata. Bahkan Aristoteles
mengemukakan bahwa mimesis lebih tinggi dari kenyataan, mimesis memberi kenyataan yang lebih
umum, kebenaran yang universal (Semi, 1989:43). Diantaranya wayan, Endraswara ( 2006), hal.93
mengatakan Wayang berasal dari kata “bayangbayang” yang memberikan gambaran, bahwa di
dalamnya tercermin tentang berbagai aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan
manusia lain, alam, dan Tuhan.

Wayang merupakan salah satu warisan budaya yang sangat berharga di Jawa, asli Indonesia
(semi1988:35). Awalin (2018) hal.78 menyatakan, Pertunjukan wayang telah ada sejak zaman kuno
dan masih tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Jawa hingga saat ini. Wayang
tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga memiliki nilai-nilai budaya, religius, dan moral yang tinggi.
Dalam makalah ini, akan dibahas mengenai kearifan budaya Jawa yang hidup dalam layar wayang.
Tujuan Penulisan Makalah:

Makalah ini bertujuan untuk memperkenalkan wayang Jawa kepada pembaca, serta
menggali lebih dalam mengenai sejarah, jenis-jenis wayang, tokoh-tokoh dalam pertunjukan
wayang, cerita-cerita yang diangkat, pengaruh wayang terhadap kebudayaan Jawa, dan pentingnya
melestarikan warisan budaya ini.

Metode Penelitian:

Penulisan makalah ini didasarkan pada studi pustaka, kajian budaya Jawa, serta sumber-
sumber informasi yang terpercaya mengenai wayang Jawa. Referensi yang digunakan meliputi buku-
buku, jurnal, artikel, dan sumber-sumber elektronik yang relevan.

Dengan menggali lebih dalam mengenai wayang Jawa, diharapkan pembaca dapat
memahami dan mengapresiasi keindahan dan kekayaan budaya yang terkandung dalam pertunjukan
wayang. Selain itu, penulisan makalah ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran akan
pentingnya melestarikan dan mempromosikan kebudayaan Jawa, khususnya dalam konteks seni
pertunjukan wayang.

Daftar Isi:

I. Pendahuluan

- Latar Belakang

- Sastra sebagai Wadah Seni

- Wayang sebagai Warisan Budaya Jawa

- Tujuan Penulisan Makalah

- Metode Penelitian

- Daftar Isi

II. Sejarah Wayang Jawa

- Asal-usul Wayang Jawa

- Perkembangan Wayang dari Masa ke Masa

- Pengaruh Agama dan Mitologi dalam Wayang

III. Jenis-Jenis Wayang Jawa


A. Wayang Kulit

- Asal-usul Wayang Kulit

- Karakteristik Wayang Kulit

- Peran Dalang dalam Pertunjukan Wayang Kulit

B. Wayang Golek

- Asal-usul Wayang Golek

- Karakteristik Wayang Golek

- Peran Dalang dalam Pertunjukan Wayang Golek

IV. Tokoh-Tokoh Wayang Jawa

A. Tokoh-Tokoh dalam Wayang Kulit

- Arjuna

- Sita

- Rama

- Semar

B. Tokoh-Tokoh dalam Wayang Golek

- Bima

- Gatotkaca

- Dewi Sri

- Cepot

V. Cerita-Cerita dalam Pertunjukan Wayang Jawa

- Mahabharata dalam Wayang Kulit

- Kisah Pandawa dan Kurawa

- Pertempuran Arjuna dengan Naga

- Ramayana dalam Wayang Golek

- Kisah Rama dan Sita

- Pertempuran Rama dengan Rahwana


VI. Pengaruh Wayang terhadap Kebudayaan Jawa

- Kearifan Budaya dalam Wayang

- Pelajaran Moral yang Dapat Dipetik dari Wayang

- Keberlanjutan dan Pembaruan Wayang di Era Modern

VII. Kesimpulan

Daftar Pustaka.

II. Sejarah Wayang Jawa:

Asal-usul Wayang Jawa:

Wayang Jawa memiliki akar sejarah yang kaya dan kompleks. Asal-usulnya dapat ditelusuri
ke zaman purba di Jawa, sekitar abad ke-1 Masehi. Wayang dipercaya berasal dari tradisi
persembahan boneka kayu kepada roh nenek moyang dalam upacara keagamaan. Di sebut danyang
menurut (Awalin, 2018) selama berabad-abad, pertunjukan wayang berkembang menjadi bentuk
seni yang lebih kompleks dan mendalam.

Perkembangan Wayang dari Masa ke Masa:

Perkembangan wayang Jawa terjadi melalui berbagai tahap sejarah yang penting. Pada
awalnya, wayang hanya dimainkan sebagai pertunjukan keluarga di dalam rumah. Namun, seiring
waktu, wayang berkembang menjadi pertunjukan publik yang melibatkan penonton yang lebih luas.

Pertunjukan wayang terus berkembang dan menemukan perubahan format dalam bentuk
pertunjukan wayang kulit dan wayang golek. Wayang kulit menggunakan layar kulit yang transparan
dan siluet boneka kayu yang diproyeksikan pada layar. Sementara itu, wayang golek menggunakan
boneka tiga dimensi yang dimainkan oleh dalang (pemain boneka) dengan tangan.

Pengaruh Agama dan Mitologi dalam Wayang:

Agama dan mitologi memainkan peran penting dalam perkembangan wayang Jawa. Wayang
Jawa seringkali mengangkat kisah-kisah epik seperti Mahabharata dan Ramayana, yang memiliki
akar dalam agama Hindu dan Buddha. Cerita-cerita ini diperkaya dengan nilai-nilai spiritual dan
moral yang mendalam.

Selain itu, agama Islam juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam wayang Jawa. Setelah
agama Islam masuk ke Jawa pada abad ke-15, tema-tema Islam dan kisah-kisah para wali seringkali
diangkat dalam pertunjukan wayang. Awalin, hal. 85, (2018) dari Hadiatmaja dan Endah, (2010: 139-
140 ) Ketika agama Islam berkembang, mubaligh Islam yang kemudian dinamakan walisanga
menggunakan wayang dan gamelan sebagai media dakwah. Ini mencerminkan toleransi dan
sincretisme agama yang khas dalam budaya Jawa.

Wayang Jawa menggabungkan elemen-elemen agama, mitologi, sejarah, dan budaya lokal.
Pertunjukan wayang tidak hanya merupakan hiburan semata, tetapi juga sarana untuk
menyampaikan pesan moral, etika, dan kebijaksanaan yang terkandung dalam cerita-cerita yang
dipentaskan.

Dengan memahami asal-usul wayang Jawa, perkembangannya dari masa ke masa, dan
pengaruh agama serta mitologi dalamnya, kita dapat menghargai kekayaan budaya yang terkandung
dalam seni pertunjukan wayang Jawa.

III. Jenis-Jenis Wayang Jawa

Wayang Kulit:

- Asal-usul Wayang Kulit:

Wayang kulit merupakan salah satu jenis pertunjukan wayang Jawa yang paling terkenal.
Asal-usulnya dapat ditelusuri kembali ke zaman kuno di Asia Tenggara. Wayang kulit Jawa dikaitkan
dengan pengaruh budaya Hindu dan telah ada sejak, Awalin, (2018) Dari mulyono (1989)
mengatakan Tahun 907 Masehi dan abad XI . Wayang kulit Jawa berkembang pesat di bawah
pengaruh kebudayaan Hindu-Buddha di Jawa pada masa lalu.

- Karakteristik Wayang Kulit:

Wayang kulit Jawa menggunakan boneka kulit yang dibuat dari kulit kerbau atau kambing
yang dipotong dan diukir tangan secara detail. Boneka kulit ini memiliki siluet tipis dan transparan
yang memungkinkan pencahayaan dari belakang untuk menciptakan bayangan pada layar putih atau
kain yang dijadikan panggung. Karakter wayang kulit memiliki gerakan yang terbatas, tetapi ekspresi
wajahnya sangat ekspresif dan mendalam.

- Peran Dalang dalam Pertunjukan Wayang Kulit:

Dalang adalah sosok sentral dalam pertunjukan wayang kulit Jawa. Dalang adalah pemain
dan pengatur seluruh pertunjukan, yang menghidupkan boneka-boneka kulit dengan suaranya,
mengatur dialog, bernyanyi, dan memberikan narasi. Selain itu, dalang juga bertindak sebagai
pencerita yang menjelaskan kisah yang sedang dipentaskan, memberikan komentar, dan
memberikan pesan moral kepada penonton. Awalin (2018) dalam jurnalnya mengungkapkan juga
“pedalangan, namun perwujudan gambar wayang dari masing-masing tokoh wayang. Perwujudan
tokoh wayang dapat menggambarkan watak seseorang.

Wayang Golek:
- Asal-usul Wayang Golek:

Wayang golek merupakan jenis wayang Jawa yang menggunakan boneka tiga dimensi yang
terbuat dari kayu. Wayang golek berasal dari wilayah Jawa Barat, terutama daerah Sunda. Wayang
golek berkembang seiring dengan perkembangan agama Islam di Jawa Barat, dan banyak
mengangkat tema-tema Islam dalam pertunjukannya.

- Karakteristik Wayang Golek:

Wayang golek memiliki karakteristik boneka tiga dimensi yang diukir dengan detail. Boneka
tersebut dapat bergerak dan berpose secara fleksibel melalui tangan dalang. Biasanya, boneka golek
dibuat dengan berbagai macam tokoh seperti pahlawan, dewa, dan karakter mitologis. Boneka golek
juga sering dihias dengan pakaian tradisional yang indah dan aksesoris yang memperkaya
penampilannya.

- Peran Dalang dalam Pertunjukan Wayang Golek:

Seperti dalam pertunjukan wayang kulit, dalang juga memainkan peran utama dalam
pertunjukan wayang golek. Dalang mengendalikan gerakan boneka golek dengan tangan dan
menjalankan dialog serta memberikan narasi. Dalang juga mengambil peran sebagai pencerita,
memberikan komentar, dan menghidupkan suasana dalam pertunjukan.

Kedua jenis wayang ini memiliki keunikan dan pesona tersendiri. Wayang kulit menonjolkan
estetika bayangan dan keahlian dalam memainkan boneka kulit yang diukir dengan detail,
sementara wayang golek menampilkan

IV. Tokoh-Tokoh Wayang Jawa:

Tokoh-Tokoh dalam Wayang Kulit:

1. Arjuna:

Arjuna adalah salah satu tokoh pahlawan dalam Mahabharata yang sangat terkenal dalam
pertunjukan wayang kulit Jawa. Ia adalah salah satu dari lima Pandawa, yang merupakan pihak yang
berpihak pada kebaikan dalam epik tersebut. Arjuna dikenal sebagai seorang ksatria yang berbakat
dalam seni bela diri dan memiliki kekuatan spiritual yang luar biasa.

2. Sita:

Sita adalah tokoh perempuan penting dalam Ramayana, yang juga sering diangkat dalam
pertunjukan wayang kulit Jawa. Ia adalah istri dari Rama dan menjadi pusat konflik dalam cerita
Ramayana ketika ia diculik oleh raksasa jahat bernama Rahwana. Sita dikenal sebagai simbol
kesetiaan, kesucian, dan keberanian.
3. Rama:

Rama adalah tokoh utama dalam kisah epik Ramayana. Ia merupakan pangeran dari
Kerajaan Ayodhya dan dikenal sebagai sosok yang saleh, bijaksana, dan berkepribadian mulia. Rama
adalah suami dari Sita dan bersama-sama mereka melalui perjalanan yang penuh tantangan untuk
mendapatkan kembali Sita yang diculik oleh Rahwana.

4. Semar:

Semar adalah tokoh khas dalam pertunjukan wayang kulit Jawa yang memiliki peran penting.
Ia adalah tokoh yang sering memberikan sentilan humor dalam pertunjukan wayang. Semar biasanya
digambarkan sebagai seorang tokoh tua yang cerdas dan bijaksana, dengan penampilan yang khas
berupa perut buncit dan wajah berkulit gelap.

Tokoh-Tokoh dalam Wayang Golek:

1. Bima:

Bima adalah salah satu tokoh pahlawan dalam Mahabharata yang sering muncul dalam
pertunjukan wayang golek. Ia merupakan salah satu dari lima Pandawa dan dikenal sebagai ksatria
yang perkasa dan penuh keberanian. Bima memiliki kekuatan fisik yang luar biasa dan sering menjadi
pahlawan yang menghadapi berbagai tantangan dalam kisah Mahabharata.

2. Gatotkaca:

Gatotkaca adalah tokoh yang kuat dan berani dalam pertunjukan wayang golek. Ia
merupakan putra Bima dan memiliki kekuatan gaib yang luar biasa. Gatotkaca digambarkan dengan
fisik yang besar dan memiliki kekuatan super, terutama ketika ia mengembangkan sayapnya yang
dapat membuatnya terbang.

3. Dewi Sri:

Dewi Sri adalah tokoh mitologis yang sering diangkat dalam pertunjukan wayang golek. Ia
merupakan dewi kesuburan, pertanian, dan panen dalam kepercayaan Jawa. Dewi Sri digambarkan
sebagai sosok wanita yang cantik dan berwibawa, serta memiliki peran penting dalam menjaga
keseimbangan alam dan kehidupan masyarakat agraris.

4. Cepot:

Cepot adalah tokoh komikal dalam pertunjukan wayang golek Jawa. Ia merupakan sosok
yang cerdas namun kocak, sering kali menjadi sumber hiburan dan pengocok perut dalam
pertunjukan wayang golek. Cepot sering kali mewakili karakter rakyat kecil atau orang biasa, dan
kecerdasannya digunakan untuk mengkritik dan menghibur penonton.
Itulah beberapa tokoh yang sering muncul dalam pertunjukan wayang Jawa, baik dalam
wayang kulit maupun wayang golek. Setiap tokoh memiliki peran dan karakteristiknya sendiri yang
menghidupkan cerita dan memberikan pesan moral kepada penonton. Pertunjukan wayang Jawa
tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga membawa nilai-nilai budaya, moral, dan spiritual yang
penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.

V. Cerita-Cerita dalam Pertunjukan Wayang Jawa:

Mahabharata dalam Wayang Kulit:

1. Kisah Pandawa dan Kurawa:

Pertunjukan wayang kulit sering mengangkat kisah epik Mahabharata yang menceritakan
pertempuran antara dua keluarga bangsawan, yaitu Pandawa dan Kurawa. Cerita ini melibatkan
konflik antara lima Pandawa (Yudhistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa) dengan seratus Korawa
yang dipimpin oleh Duryodana. Kisah ini menyoroti nilai-nilai keadilan, kebenaran, persaudaraan,
dan pengorbanan. ( Mulyono. 1979)

2. Pertempuran Arjuna dengan Naga:

Salah satu episode menarik dalam Mahabharata yang sering diangkat dalam pertunjukan
wayang kulit adalah pertempuran Arjuna dengan Naga. Dalam cerita ini, Arjuna mendapatkan
senjata sakti dari dewa Indra dan menggunakannya untuk mengalahkan Naga bernama
Niwatakawaca. Pertempuran ini menunjukkan kehebatan dan ketangguhan Arjuna dalam
menghadapi musuh yang kuat.

Ramayana dalam Wayang Golek:

1. Kisah Rama dan Sita:

Cerita Ramayana adalah salah satu yang paling populer dalam pertunjukan wayang golek.
Kisah ini berkisah tentang Rama, seorang pangeran yang saleh dan Sita, istri yang setia. Cerita
mengikuti perjalanan mereka dari kehidupan sebagai pangeran hingga pembuangan ke hutan,
penculikan Sita oleh Rahwana, dan upaya Rama untuk menyelamatkannya. Kisah ini mengeksplorasi
nilai-nilai seperti cinta, kesetiaan, keberanian, dan kebajikan. (Mulyono, 1979)

2. Pertempuran Rama dengan Rahwana:

Pertunjukan wayang golek sering menampilkan pertempuran epik antara Rama dan
Rahwana. Rahwana, seorang raksasa jahat, menculik Sita dan membawanya ke kerajaannya. Rama
dengan bantuan pasukan kera putih yang dipimpin oleh Hanuman, berjuang untuk mengalahkan
Rahwana dan menyelamatkan Sita. Pertempuran ini menyoroti perjuangan antara kebaikan dan
kejahatan serta kekuatan cinta dan keberanian dalam menghadapi musuh yang kuat.
Cerita-cerita dalam pertunjukan wayang Jawa tidak hanya memberikan hiburan, tetapi juga
mengandung pesan moral, nilai-nilai kehidupan, dan pembelajaran tentang konflik manusia dengan
kekuatan-kekuatan jahat serta upaya untuk mencapai keadilan dan kebenaran. Cerita-cerita ini
menjadi bagian penting dari warisan budaya Jawa dan terus memikat penonton dari generasi ke
generasi.

VI. Pengaruh Wayang terhadap Kebudayaan Jawa:

1. Kearifan Budaya dalam Wayang:

Wayang memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan Jawa. Pertunjukan
wayang tidak hanya sekadar hiburan, tetapi juga menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai
kehidupan, tradisi, dan kearifan lokal. Melalui cerita dan karakter-karakter yang digambarkan dalam
wayang, kearifan budaya Jawa seperti nilai kesetiaan, persaudaraan, keberanian, dan pengorbanan
dipromosikan dan dipertahankan. Pertunjukan wayang menjadi sarana penting dalam melestarikan
dan mewariskan nilai-nilai tradisional kepada generasi muda.

2. Pelajaran Moral yang Dapat Dipetik dari Wayang:

Wayang mengandung banyak, (awalin 2018) pelajaran moral yang dapat dipetik oleh
penontonnya.Cerita-cerita dalam pertunjukan wayang Jawa menghadirkan konflik antara kebaikan
dan kejahatan, yang menawarkan pembelajaran tentang pentingnya memilih jalan yang benar,
menghadapi tantangan dengan keberanian, dan menghormati nilai-nilai kehidupan. Selain itu,
wayang juga mengajarkan tentang etika dan nilai-nilai moral dalam berinteraksi dengan sesama
manusia, seperti keadilan, pengorbanan, dan kerja sama.

3. Keberlanjutan dan Pembaruan Wayang di Era Modern:

Wayang telah mengalami perkembangan dan pembaruan dalam menghadapi era modern.
Meskipun tradisi wayang Jawa masih dipertahankan dalam bentuknya yang asli, namun juga
terdapat inovasi dan adaptasi untuk menarik minat generasi muda. Misalnya, penggunaan teknologi
seperti proyektor atau layar LCD untuk memperkaya visual dalam pertunjukan wayang. Selain itu,
terdapat juga eksperimen dengan genre musik yang lebih kontemporer, kolaborasi dengan seniman
lain, atau pementasan yang dikombinasikan dengan media digital.

Dalam menghadapi perubahan zaman, penting untuk memastikan keberlanjutan wayang


sebagai warisan budaya yang berharga. Hal ini dapat dilakukan melalui upaya pelestarian dan
pendidikan, seperti mengajarkan pertunjukan wayang kepada generasi muda, mendukung
komunitas wayang, serta mengadakan pertunjukan wayang dalam berbagai acara budaya. Dengan
cara ini, wayang tetap relevan dan menjadi bagian penting dari kebudayaan Jawa, sambil
mengakomodasi perkembangan dan kebutuhan zaman yang terus berubah.
VII. Kesimpulan:

Dalam makalah ini, telah dikaji mengenai wayang Jawa, salah satu warisan budaya yang kaya
dan berharga. Sejarah wayang Jawa mencakup asal-usulnya dan perkembangannya dari masa ke
masa, serta pengaruh agama dan mitologi dalam pertunjukan wayang. Terdapat dua jenis wayang
Jawa yang populer, yaitu wayang kulit dan wayang golek, masing-masing dengan karakteristik dan
peran dalang yang khas.

Tokoh-tokoh dalam wayang Jawa, baik dalam wayang kulit maupun wayang golek, memiliki
peran penting dalam cerita-cerita yang dipentaskan. Arjuna, Sita, Rama, Semar, Bima, Gatotkaca,
Dewi Sri, dan Cepot adalah beberapa tokoh yang sering muncul dalam pertunjukan wayang Jawa.

Cerita-cerita dalam pertunjukan wayang Jawa, seperti Mahabharata dalam wayang kulit dan
Ramayana dalam wayang golek, mengandung nilai-nilai moral dan memberikan pelajaran yang dapat
dipetik oleh penonton. Kisah-kisah ini menyoroti perjuangan antara kebaikan dan kejahatan, cinta,
pengorbanan, serta nilai-nilai etika dan moral dalam kehidupan manusia.

Pengaruh wayang terhadap kebudayaan Jawa sangatlah signifikan. Wayang menjadi wadah
untuk melestarikan kearifan budaya Jawa, mempertahankan nilai-nilai tradisional, dan menjaga
identitas budaya masyarakat. Wayang juga memiliki peran ekonomi, pariwisata, serta sebagai media
perayaan dan ritual budaya di Jawa.

Dalam menghadapi era modern, penting untuk menjaga keberlanjutan wayang Jawa.
Diperlukan upaya pelestarian, pendidikan, dan inovasi untuk tetap mempertahankan minat dan
partisipasi generasi muda terhadap wayang. Melestarikan wayang Jawa akan memastikan warisan
budaya yang berharga tetap hidup, sambil menyesuaikan dengan perkembangan dan kebutuhan
zaman.

Harapan untuk masa depan wayang Jawa adalah agar pertunjukan ini terus menginspirasi,
mendidik, dan menyatukan masyarakat. Dengan melestarikan dan mengembangkan wayang Jawa,
diharapkan nilai-nilai budaya dan tradisi yang terkandung di dalamnya dapat diteruskan kepada
generasi mendatang. Diharapkan pula adanya dukungan dan apresiasi yang lebih luas dari
masyarakat, pemerintah, serta pihak-pihak terkait untuk menjaga keberlanjutan dan kemajuan
wayang Jawa.

Wayang Jawa merupakan harta budaya yang tak ternilai dan menjadi bagian penting dari
identitas dan kehidupan masyarakat Jawa. Dengan upaya bersama dalam pelestarian dan
pengembangan wayang, warisan budaya ini dapat terus hidup dan memberikan manfaat yang besar
bagi generasi sekarang dan masa depan.
Daftar pustaka

_Asminto, 1988, sejarah kebudayaan indonesia, IKIP Semarang.

_ Suwardi Endraswara. 2006. Mistik Kejawen Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme Dalam

Budaya Spriritual Jawa. Yogyakart: Penerbit Narasi.

_ Sri Mulyono. 1979. Wayang dan Karakter Manusia. Jakarta:Gunung Agung


_Fatkur Rohman Nur Awalin, SEJARAH PERKEMBANGAN DAN PERUBAHAN
FUNGSI WAYANG DALAM MASYARAKAT, 2018, Tulungagung, vol. 13, no.1.

Anda mungkin juga menyukai